Panteisme (bahasa Inggris: pantheism) adalah keyakinan bahwa realitas adalah identik dengan keilahian,[1] atau bahwa segala sesuatu merupakan tuhan, dewa atau dewi imanen yang mencakup segalanya.[2][3] Keyakinan panteisme tidak mengakui adanya tuhan pribadi secara spesifik,[4] baik antropomorfik atau tidak. Akan tetapi, panteisme bercirikan berbagai doktrin dalam bentuk hubungan antara realitas dengan keilahian.[5] Konsep panteistik telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan elemen panteistik telah dikenali dalam berbagai tradisi keagamaan. Istilah panteisme diciptakan oleh matematikawan Joseph Raphson pada tahun 1697,[6][7] dan sejak saat itu telah digunakan untuk mendeskripsikan kepercayaan dari berbagai orang dan organisasi.

Panteisme dipopulerkan dalam budaya Barat sebagai pandangan teologi dan filsafat berdasarkan buku karya filsuf abad ke-17 Baruch Spinoza, "Etika".[8] Sikap panteistik juga dimiliki oleh filsuf dan kosmolog Giordano Bruno pada abad ke-16.[9] Ide-ide panteisme terdapat dalam agama-agama Asia Selatan dan Asia Timur (terutama Sikhisme, Hinduisme, Sanamahisme, Konfusianisme, dan Taoisme) dan dalam Tasawwuf (Sufisme) dalam Islam.

Etimologi

Istilah panteisme berasal dari kata dalam bahasa Yunani pan (berarti "semua, segala sesuatu") dan theos (berarti "dewa, ilahi"). Kombinasi pertama yang diketahui dari penjelasan etimologis ini muncul dalam bahasa Latin, dalam buku Joseph Raphson tahun 1697, "De Spatio Reali seu Ente Infinito".[10] Di dalam buku itu, ia merujuk pada pandangan "pantheismus" dari Spinoza dan pemikir lainnya.[11]

Definisi

Terdapat banyak definisi tentang panteisme. Beberapa sarjana menganggapnya sebagai posisi teologis dan filosofis tentang Tuhan.[12] :p.8

Panteisme adalah pandangan bahwa segala sesuatu adalah bagian dari Tuhan yang immanen dan yang mencakup segalanya. Semua bentuk realitas kemudian dapat dianggap sebagai bagian dari Wujud itu, atau identik denganNya.[13] Beberapa berpendapat bahwa panteisme adalah posisi filosofis non-religius. Bagi mereka, panteisme adalah pandangan bahwa Semesta (dalam arti totalitas dari semua keberadaan) dan Tuhan adalah hal yang sama.[14]

Sejarah

Zaman pre-modern

Pemikiran panteisme dapat ditemukan dalam teologi agama Yunani kuno Orfisme, bahwa pan (semuanya) dibuat mempunyai banyak persamaan dengan Dewa pencipta Phanes (melambangkan alam semesta),[15] dan dengan Zeus.[16]

Kecenderungan panteistik juga terdapat pada sejumlah kelompok Gnostik awal, dengan pemikiran panteisme muncul di sepanjang Abad Pertengahan.[17] Pandangan panteis juga menjadi bagian dari karya Johannes Scotus Eriugena, De divisione naturae, di abad ke-9 dan kepercayaan mistik seperti yang diekspresikan oleh Amalric dari Bena (abad ke-11–12) dan Eckhart (abad ke-12–ke-13).[17]:pp. 620–621

Gereja Katolik telah lama menganggap pandangan panteistik sebagai sesat.[18][19] Giordano Bruno, seorang biarawan Italia yang menyebarluaskan ajaran tentang Tuhan yang transenden dan tak terbatas, meninggal dibakar pada tahun 1600 oleh Inkuisisi Romawi. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai seorang panteis dan martir sains yang terkenal.[20][21]

Baruch Spinoza

 
Filsafat Baruch Spinoza sering dianggap sebagai panteisme.[22][23]

Di Barat, panteisme diformalkan sebagai teologi dan filsafat yang terpisah berdasarkan karya filsuf abad ke-17 Baruch Spinoza.[24]:p.7 Spinoza adalah seorang filsuf Belanda keturunan Portugis yang dibesarkan dalam komunitas Yahudi Sephardi di Amsterdam.[25] Dia mengembangkan ide-ide yang sangat kontroversial mengenai keaslian Alkitab Ibrani dan sifat Ilahi. Akibatnya, dia dikeluarkan dari masyarakat Yahudi pada usia 23 tahun, ketika sinagoga setempat mengeluarkan herem terhadapnya.[26] Sejumlah bukunya diterbitkan secara anumerta, dan tak lama kemudian dimasukkan dalam Indeks Buku Terlarang oleh Gereja Katolik. Pentingnya karya Spinoza baru diakui setelah bertahun-tahun, dengan menjadi dasar untuk Pencerahan abad ke-18[27] dan kritik biblikal modern,[28] termasuk konsepsi modern tentang diri dan alam semesta.[29]

Dalam karyanya yang diterbitkan secara anumerta, Etika, "Spinoza menulis mahakarya Latin terakhir yang tak terbantahkan, dan sebuah konsepsi murni dari filsafat abad pertengahan yang pada akhirnya berbalik melawan filsafat-filsafat abad pertengahan itu dan menghancurkannya."[30] Secara spesifk, ia menentang dualisme pikiran-tubuh terkenal dari René Descartes, teori bahwa tubuh dan jiwa adalah terpisah.[31] Spinoza memegang pandangan monis, yang menyatakan bahwa keduanya adalah identik, dan monisme adalah bagian mendasar dari filosofinya. Dia digambarkan sebagai "manusia yang mabuk akan Tuhan," dan menggunakan kata Tuhan untuk menggambarkan kesatuan dari semua substansi.[31] Pandangan ini mempengaruhi para filsuf seperti Georg Wilhelm Friedrich Hegel, yang mengatakan, "Anda adalah seorang Spinozist atau bukan seorang filsuf sama sekali."[32] Spinoza mendapat pujian sebagai salah satu rasionalis besar filsafat abad ke-17[33] dan salah satu pemikir terpenting filsafat Barat.[34] Meskipun istilah "panteisme" tidak diciptakan sampai setelah kematiannya, ia dianggap sebagai orang yang mendukung konsep itu yang paling terkenal.[35] Etika adalah sumber utama penyebaran panteisme di Barat.[36]

Referensi

  1. ^ The New Oxford Dictionary of English. Oxford: Clarendon Press. 1998. hlm. 1341. ISBN 978-0-19-861263-6. "the term 'pantheist' designates one who holds both that everything constitutes a unity and that this unity is divine."
  2. ^ Encyclopedia of Philosophy ed. Paul Edwards. New York: Macmillan and Free Press. 1967. hlm. 34. 
  3. ^ Reid-Bowen, Paul (April 15, 2016). Goddess as Nature: Towards a Philosophical Thealogy. Taylor & Francis. hlm. 70. ISBN 9781317126348. 
  4. ^ Charles Taliaferro; Paul Draper; Philip L. Quinn (ed.). A Companion to Philosophy of Religion. hlm. 340. They deny that God is "totally other" than the world or ontologically distinct from it. 
  5. ^ Levine 1994
  6. ^ Taylor, Bron (2008). Encyclopedia of Religion and Nature. A&C Black. hlm. 1341–1342. ISBN 978-1441122780. Diakses tanggal 27 July 2017. 
  7. ^ Ann Thomson; Bodies of Thought: Science, Religion, and the Soul in the Early Enlightenment, 2008, page 54.
  8. ^ Lloyd, Genevieve (2 October 1996). Routledge Philosophy GuideBook to Spinoza and The Ethics. Routledge Philosophy Guidebooks (edisi ke-1st). Routledge. hlm. 24. ISBN 978-0-415-10782-2. 
  9. ^ Birx, Jams H. (11 November 1997). "Giordano Bruno". Mobile, AL: The Harbinger. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 July 2017. Diakses tanggal 5 February 2019. Bruno was burned to death at the stake for his pantheistic stance and cosmic perspective. 
  10. ^ Ann Thomson; Bodies of Thought: Science, Religion, and the Soul in the Early Enlightenment, 2008, page 54.
  11. ^ Taylor, Bron (2008). Encyclopedia of Religion and Nature. A&C Black. hlm. 1341–1342. ISBN 978-1441122780. Diakses tanggal 27 July 2017. 
  12. ^ Picton, James Allanson (1905). Pantheism: its story and significance. Chicago: Archibald Constable & CO LTD. ISBN 978-1419140082. 
  13. ^ Owen, H. P. Concepts of Deity. London: Macmillan, 1971, p. 65..
  14. ^ The New Oxford Dictionary Of English. Oxford: Clarendon Press. 1998. hlm. 1341. ISBN 978-0-19-861263-6. 
  15. ^ Damascius, referring to the theology delivered by Hieronymus and Hellanicus in "The Theogonies". sacred-texts.com. :"... the theology now under discussion celebrates as Protogonus (First-born) [Phanes], and calls him Dis, as the disposer of all things, and the whole world: upon that account he is also denominated Pan."
  16. ^ Betegh, Gábor, The Derveni Papyrus, Cambridge University Press, 2004, pp. 176-178 ISBN 978-0-521-80108-9
  17. ^ a b Worman, J. H., "Pantheism", in Cyclopædia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature, Volume 1, John McClintock, James Strong (Eds), Harper & Brothers, 1896, pp 616–624.
  18. ^ Collinge, William, Historical Dictionary of Catholicism, Scarecrow Press, 2012, p 188, ISBN 9780810879799.
  19. ^ "What is pantheism?". catholic.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 August 2017. 
  20. ^ McIntyre, James Lewis, Giordano Bruno, Macmillan, 1903, p 316.
  21. ^ "Bruno Was a Martyr for Magic, Not Science | Science 2.0". 27 August 2014. 
  22. ^ Picton, James Allanson (1905). Pantheism: its story and significance. Chicago: Archibald Constable & CO LTD. ISBN 978-1419140082. 
  23. ^ Fraser, Alexander Campbell "Philosophy of Theism", William Blackwood and Sons, 1895, p 163.
  24. ^ Picton, James Allanson (1905). Pantheism: its story and significance. Chicago: Archibald Constable & CO LTD. ISBN 978-1419140082. 
  25. ^ Gottlieb, Anthony (18 July 1999). "God Exists, Philosophically (review of "Spinoza: A Life" by Steven Nadler)". The New York Times. Diakses tanggal 7 September 2009. 
  26. ^ "Why Spinoza Was Excommunicated". National Endowment for the Humanities (dalam bahasa Inggris). 2015-09-01. Diakses tanggal 2017-09-05. 
  27. ^ Yalom, Irvin (21 February 2012). "The Spinoza Problem". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 November 2013. Diakses tanggal 7 March 2013. 
  28. ^ Yovel, Yirmiyahu (1992). Spinoza and Other Heretics: The Adventures of Immanence. Princeton University Press. hlm. 3. 
  29. ^ "Destroyer and Builder". The New Republic. 3 May 2012. Diakses tanggal 7 March 2013. 
  30. ^ Scruton 1986 (2002 ed.), ch. 1, p.32.
  31. ^ a b Plumptre, Constance (1879). General sketch of the history of pantheism, Volume 2. London: Samuel Deacon and Co. hlm. 3–5, 8, 29. ISBN 9780766155022. 
  32. ^ Hegel's History of Philosophy. 2003. ISBN 9780791455432. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 May 2011. Diakses tanggal 2 May 2011. 
  33. ^ Scruton 1986 (2002 ed.), ch. 2, p.26
  34. ^ Deleuze, Gilles (1990). "(translator's preface)". Expressionism in Philosophy: Spinoza. Zone Books.  Referred to as "the prince" of the philosophers.
  35. ^ Shoham, Schlomo Giora (2010). To Test the Limits of Our Endurance. Cambridge Scholars. hlm. 111. ISBN 978-1443820684. 
  36. ^ Lloyd, Genevieve (2 October 1996). Routledge Philosophy GuideBook to Spinoza and The Ethics. Routledge Philosophy Guidebooks (edisi ke-1st). Routledge. hlm. 24. ISBN 978-0-415-10782-2. 

Pranala luar