Stasiun Kebayoran

stasiun kereta api di Indonesia
Revisi sejak 28 Oktober 2023 10.41 oleh Andra Radithya (bicara | kontrib) (Kolom utama, sejarah, bangunan dan tata letak, insiden, infobox, perbaikan kebahasaan.)

Stasiun Kebayoran (KBY) (atau bisa menyebutnya sebagai Stasiun Kebayoran Lama) adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di areal dekat pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan yang berjarak 7 km sebelah barat dari Tanah Abang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4,2 meter ini merupakan stasiun kereta api yang lokasinya paling barat di Jakarta Selatan, dan hanya melayani perjalanan KRL Commuter Line saja.

Stasiun Kebayoran
KAI Commuter
R03

Emplasemen Stasiun Kebayoran yang sedang dalam keadaan penuh.
Nama lainStasiun Kebayoran Lama
Lokasi
Koordinat6°14′14.021″S 106°46′57.133″E / 6.23722806°S 106.78253694°E / -6.23722806; 106.78253694Koordinat: 6°14′14.021″S 106°46′57.133″E / 6.23722806°S 106.78253694°E / -6.23722806; 106.78253694
Ketinggian+4,2 m
Operator
Letak
km 13+853 lintas AngkeTanah AbangRangkasbitungMerak[1]
Jumlah peron3 (dua peron sisi dan satu peron pulau tinggi)
Jumlah jalur3 (jalur 1 dan 2: sepur lurus)
LayananKRL Commuter Line
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
  • KBY
  • 0216[2]
  • BAYORAN
KlasifikasiII[2]
Sejarah
Dibuka1 Oktober 1899
Dibangun kembali2014-2016
Elektrifikasi1993-1994
Nama sebelumnyaKebajoran
Perusahaan awalStaatsspoorwegen
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Palmerah
ke arah Tanah Abang
Commuter Line Rangkasbitung
Tanah Abang–Rangkasbitung
Pondok Ranji
Layanan penghubung
Halte sebelumnya Transjakarta Halte berikutnya
Kebayoran Lama
ke arah Ciledug
Koridor 13
transit di Velbak
Mayestik
Kebayoran Lama
ke arah Puri Beta 2
Koridor 13
transit di Velbak
Mayestik
ke arah Pancoran
Koridor 13
transit di Velbak
Mayestik
ke arah Dukuh Atas
Koridor 13
transit di Velbak
Mayestik
ke arah Ragunan
Adam Malik
ke arah Puri Beta 2
Koridor 13
transit di Velbak
CSW
Kebayoran Lama
ke arah Puri Beta 2
Koridor 13
transit di Velbak
Mayestik
Kebayoran Lama Bungur
ke arah Lebak Bulus
Koridor 8 Simprug
ke arah Pasar Baru
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sebelum difungsikan sebagai stasiun yang hanya melayani perjalanan KRL Commuter Line, stasiun ini juga pernah melayani perjalanan kereta api lokal yang menuju ke Stasiun Rangkasbitung, sampai akhirnya layanan tersebut dihapus pada tanggal 1 April 2017 dan digantikan oleh KRL Commuter Line Rangkasbitung. Stasiun ini juga merupakan stasiun yang menggunakan bangunan baru di rute Merak-Tanah Abang selain Stasiun Maja, Parung Panjang, dan Palmerah.

Sejarah

Agar mobilitas penumpang dari Batavia hingga kawasan Banten semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan Staatsspoorwegen (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah Duri hingga daerah Serang, melalui daerah Tangerang dan Cikande.[3]

Proyek jalur pun sudah dikerjakan. Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi melalui daerah Parung Panjang hingga ke Rangkasbitung,[3] jalur ini selesai pada 1 Oktober 1899 (termasuk membuka Stasiun Kebajoran).[4] Trase jalur kereta api pertama yang sudah terlanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan diresmikan sebagai jalur kereta api Tangerang-Duri yang berstatus sebagai jalur cabang. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.[5]

Jalur kereta api dari Stasiun Rangkasbitung diteruskan pembangunannya oleh Staatsspoorwegen (SS) hingga ke daerah Serang pada 1 Juli 1900,[6][7] yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan Anyer Kidul pada 1 Desember 1900. Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur percabangan di Stasiun Krenceng yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi Pelabuhan Merak yang lebih dekat untuk menyeberang ke Lampung.[8]

Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.

Desain bangunan Stasiun Kebayoran memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, yaitu bangunan Stasiun Palmerah dan Sudimara. Pada dinding bangunan, terdapat ejaan nama stasiun 'Kebayoran'. Pada akhir dekade 1980-an, sempat dilakukan penambahan bangunan baru yang menyatu dengan bangunan lama stasiun ini. Bangunan tambahan ini masih bertahan hingga sekitar tahun 2015, hingga kemudian dibongkar saat dilakukan renovasi besar-besaran Stasiun Kebayoran pada tahun tersebut dan hanya menyisakan bangunan asli peninggalan Staatsspoorwegen dan ruangan PPKA saja sebagai aset cagar budaya.

Stasiun Kebayoran memiliki emplasemen yang luas. Terdapat 4 jalur, sepur badug, sepur simpang, bahkan percabangan di stasiun ini. Sejak dekade 1950-an, dibuat sebuah jalur percabangan atau sepur simpang dari Stasiun Kebayoran yang mengarah ke sebuah gudang bongkar muat Kementerian PUPR guna membawa material-material pembangunan kota satelit Kebayoran Baru. Material-material ini dibawa menggunakan moda kereta api dari Sungai Cisadane di daerah Serpong dan Rawa Buntu. Sebuah lokomotif uap B51 digunakan untuk aktivitas langsiran pada emplasemen stasiun, dan perlahan digantikan oleh lokomotif C300 pada era 1970-an. Sejak dekade 1980-an, jumlah jalur pada Stasiun Kebayoran dikurangi menjadi hanya 3 jalur saja, serta kegiatan bongkar muat maupun langsiran gerbong barang yang sudah terhenti dikarenakan percabangan rel ke arah gudang yang sudah tidak digunakan lagi dan dibongkar. Bekas railbed dan gudang dari percabangan rel tersebut kini menjadi Jalan Kramat dan pertokoan Simprug.

Stasiun ini terletak tidak jauh dari pasar Kebayoran Lama. Sejak dahulu, Stasiun Kebayoran terkenal sebagai tempat turunnya para pedagang-pedagang dari berbagai daerah yang menaiki kereta api untuk berdagang di pasar Kebayoran Lama. Terdapat dua buah perlintasan sebidang di masing-masing ujung emplasemen stasiun ini, yakni perlintasan Jalan Kramat dan perlintasan Jalan Kebayoran Baru yang kini telah diubah menjadi flyover pada era 1990-an.

Dahulu, pada petak antara Stasiun Kebajoran dan Stasiun Soedimara (Sudimara) terdapat Halte Pondokbitoeng (Pondok Betung) dan Halte Djoerangmangoe (Jurang Mangu).[9] Kedua halte tersebut ditutup pada era 1970-an, dan kini hanya Halte Jurangmangu saja yang dibuka kembali sebagai stasiun pada 16 September 2009. Dibangun stasiun baru untuk persilangan kereta api di petak jalan Kebayoran-Sudimara pada 1988, tepatnya di daerah Pondok Ranji. Hal tersebut merupakan imbas dari kejadian tabrakan kereta api Bintaro 1 tahun sebelumnya, stasiun ini kemudian resmi dibuka pada 1990.

Saat dilakukan eletrifikasi dan pemasangan tiang listrik aliran atas (LAA) di petak jalan Tanah Abang-Serpong oleh Systra (Prancis) pada 1993-1994, jalur di emplasemen Stasiun Kebayoran kembali mengalami rombakan besar-besaran. Trase jalur 1 lama yang merupakan trase asli peninggalan Staatsspoorwegen pun dibongkar dan digeser guna lahannya akan dipakai pembangunan peron serta atap baru, kondisi yang serupa juga dilakukan di Stasiun Palmerah dan Sudimara. Jalur 1 lama Stasiun Kebayoran merupakan sepur belok dan terletak sangat berdekatan dengan bangunan stasiun, sebagai ganti dari pembongkaran jalur 1 tersebut, dibangunlah jalur 3 yang baru untuk sepur simpan maupun jalur penyusulan KA. Setelah semua pembenahan emplasemen dan peron selesai, tiang serta kabel LAA pun dipasang pada jalur 1 dan 2. Sekitar 13 tahun kemudian, saat pengoperasian jalur ganda di lintas Tanah Abang-Serpong per 4 Juli 2007,[10] jalur 3 Stasiun Kebayoran ikut dielektrifikasi dengan tiang LAA model Jepang.

Untuk meningkatkan okupansi penumpang KRL Green Line, maka pada tahun 2014-2016 Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub) mulai merenovasi secara besar-besaran beberapa stasiun menjadi 2 tingkat dengan arsitektur yang modern dan megah serta fasilitas yang sangat lengkap. Pada 11 Mei 2016, ketiga stasiun tersebut pun selesai dibangun dan diresmikan oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian, Hermanto Dwiatmoko bersama dengan Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya di Stasiun Maja.[11] Renovasi ini pun juga sekaligus memperpanjang jarak peron Stasiun Kebayoran dan mengakomodasi KRL dengan 10 stamformasi, membuat perlintasan sebidang pada Jalan Kramat harus digeser karena lahannya dipakai untuk perpanjangan peron.

Bangunan dan tata letak

Stasiun Kebayoran memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 1 dan 2 merupakan sepur lurus. Jalur 3 biasa digunakan sebagai sepur simpan dan jalur penyusulan KA. Stasiun ini terletak tidak jauh dari pasar Kebayoran Lama.

Bangunan lama stasiun ini yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen dan ruangan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) masih dipertahankan hingga sekarang dan dijadikan sebagai aset cagar budaya, meskipun tidak lagi digunakan sebagai akses keluar-masuk penumpang. Desain bangunan Stasiun Kebayoran memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, yaitu bangunan Stasiun Palmerah dan Sudimara. Pada dinding bangunan, terdapat ejaan nama stasiun 'Kebayoran'.

Stasiun ini dilengkapi dengan 2 lantai. Terdapat 3 peron tinggi yang disertai dengan atap, fasilitas penumpang seperti loket, lift, eskalator, ruang menyusui, ruang kesehatan, mushola, toilet, minimarket, dan lain-lain. Stasiun ini juga menyediakan fasilitas jembatan penyeberangan orang (skywalk) menuju Transjakarta Koridor 8 dan 13 melalui Halte Pasar Kebayoran Lama dan Halte Velbak, menghubungkan stasiun ini dengan kedua halte tersebut. Skywalk ini akan dilengkapi dengan fasilitas seperti lift yang memudahkan akses dan kenyamanan pengguna transportasi umum seperti Transjakarta.[12]

 

  R03  

G Bangunan utama stasiun
P

Lantai peron

Peron sisi
Jalur 1 ← (Pondok Ranji)      Commuter Line Rangkasbitung menuju Rangkasbitung/Tigaraksa/Serpong
Jalur 2      Commuter Line Rangkasbitung menuju Tanah Abang (Palmerah) →
Peron pulau
Jalur 3      Commuter Line Rangkasbitung menuju Tanah Abang (Palmerah) →
G Bangunan utama stasiun

Layanan kereta api

Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
R Commuter Line Rangkasbitung Tanah Abang Rangkasbitung

Antarmoda pendukung

Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
BRT Transjakarta 8 Lebak BulusHarmoni (di Halte Pasar Kebayoran Lama)
M8 Lebak BulusHarmoni via 8A (di Halte Pasar Kebayoran Lama)
13 CBD CiledugTendean (di Halte Velbak)
M13 Puri Beta 2Tendean (di Halte Velbak)
13B Puri Beta 2–Pancoran Barat (di Halte Velbak)
13C Puri Beta 2–Tosari (di Halte Velbak)
13D Puri Beta 2–Ragunan (di Halte Velbak)
Puri Beta 2–Halimun (di Halte Velbak)
13F Puri Beta 2–Kampung Melayu (di Halte Velbak)
Bus kota Transjakarta 1Q (Non BRT) Rempoa-Terminal Blok M
8C (MetroTrans) Pasar Kebayoran Lama-Stasiun Tanah Abang
8D (Non BRT) Terminal Blok M-Joglo (di Halte Pasar Kebayoran Lama)
8E (Non BRT) Bintaro-Terminal Blok M
9E (Non BRT) Pasar Kebayoran Lama-Jelambar (di Halte Pasar Kebayoran Lama)
Mikrotrans Transjakarta JAK 11 Stasiun Kebayoran-Stasiun Tanah Abang
JAK 12 Stasiun Kebayoran-Stasiun Tanah Abang (via Pos Pengumben)
JAK 93 Ratu Prabu-Kebayoran Lama
Mikrolet[13] M09 Stasiun Tanah Abang–Stasiun Kebayoran
M09A
Koperasi Wahana Kalpika (KWK)[13] S03 Pasar Pondok Labu–Stasiun Kebayoran
S07 Stasiun Kebayoran–Pondok Betung, Tangerang Selatan
S10 Stasiun Kebayoran–Stasiun MRT Lebak Bulus via Tanah Kusir
Angkot Kota Tangerang C01 CBD Ciledug–Stasiun Kebayoran
Angkot Kota Tangerang Selatan D01 Terminal Pondok Cabe – Stasiun Kebayoran

Insiden

Pada 19 Oktober 1987, terjadi sebuah peristiwa luar biasa hebat (PLH) tabrakan kereta api antara rangkaian KA lokal bernomor 225 relasi Rangkasbitung-Jakarta Kota yang ditarik oleh lokomotif BB306 16 dengan rangkaian KA Patas bernomor 220 relasi Tanah Abang-Merak yang ditarik oleh lokomotif BB303 16 di daerah Pondok Betung, Bintaro, peristiwa ini pun dikenal sebagai Tragedi Bintaro. Peristiwa tabrakan yang menewaskan lebih dari 100 korban jiwa ini terjadi pada petak jalan antara Stasiun Kebayoran dan Stasiun Sudimara. Umriadi, PPKA Stasiun Kebayoran yang kala itu berdinas dan memberangkatkan KA 220 ikut dinyatakan bersalah, serta dihukum 10 bulan penjara.[14][15]

Pada 12 November 1988, tepat 1 tahun lewat 24 hari setelah peristiwa Tragedi Bintaro, terjadi sebuah tabrakan antara rangkaian KA penumpang bernomor 800 relasi Tanah Abang-Parung Panjang yang ditarik oleh lokomotif BB303 15 dengan rangkaian KA batu bara bernomor 1031 relasi Cigading-Bekasi yang ditarik oleh lokomotif BB304 25, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Tabrakan ini terjadi pada hari Kamis pukul 04.00 dinihari, yang berlokasi sekitar 20 meter (ke arah Palmerah) dari perlintasan KA Jalan Kramat, yang merupakan perlintasan KA Stasiun Kebayoran. Perlintasan KA Jalan Kramat pun tertutup dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan karena terhalang oleh rangkaian gerbong batu bara dari KA 1031. Jalan-jalan yang ada di sekitar area Kebayoran Lama menjadi macet, karena kendaraan maupun angkutan umum yang menuju ke arah Blok M dialihkan melalui Jalan Kebayoran Lama. Akibat kejadian ini, lokomotif BB303 15 sebagai penarik KA 800 pun rusak berat, cowhangernya menunjam ke bawah serta dinding bodynya remuk. Kedua unit kereta penumpang paling depan dari KA 800 pun juga rusak berat dan 2 as roda pada kereta penumpang pertama anjlok. Sedangkan, lokomotif BB304 25 sebagai penarik KA 1031 hanya mengalami kerusakan ringan saja.

Pada 3 Maret 2006, kereta ke-4 dengan nomor K3 81 1 02 (eks KRD MCW 302) dari rangkaian KA penumpang relasi Rangkasbitung-Jakarta Kota yang ditarik oleh lokomotif BB304 18 mengalami patah pada atap dan porosnya tepat saat akan memasuki emplasemen Stasiun Kebayoran, hal ini terjadi karena rangka kereta yang lemah serta tidak kuat menopang kapasitas penumpang yang melebihi batas kemampuannya, peristiwa ini terjadi pada pukul 06.30. Kereta sudah mengalami goncangan sejak berangkat dari Stasiun Pondok Ranji, namun kereta tetap berjalan dengan kecepatan tinggi. Sekitar 300 meter setelah melewati perlintasan KA Jalan Kebayoran Lama, kereta pun mulai bergoncang dengan keras dan tiba-tiba patah. Akibat kejadian ini, 20 orang mengalami luka-luka.[16]

Pada 26 Juni 2008, rangkaian KA batu bara bernomor PLB 8601 relasi Cigading-Bekasi yang ditarik oleh lokomotif BB304 22 mengalami anjlok pada wesel di emplasemen Stasiun Kebayoran (dari arah Stasiun Pondok Ranji), peristiwa ini terjadi pada pukul 04.43 dinihari. Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Kebayoran sudah mengetahui bahwa terjadi gangguan atau error pada mesin wesel, dengan tanda berkedipnya lampu wesel pada meja layanan PPKA, ia pun tidak bisa memberikan sinyal hijau kepada PLB 8601 untuk melintas. PPKA mengecek langsung kondisi wesel, dan memastikan wesel sudah berada dalam posisi rapat menuju ke jalur 2. Ia pun mengganjal posisi lidah wesel yang terbuka dengan batu, dengan tujuan agar posisi wesel yang sudah benar tersebut tidak akan berubah lagi saat dilewati oleh rangkaian KA. Setelah kembali ke ruangannya, ia melihat lampu wesel pada meja layanan PPKA masih berkedip. Dikarenakan yakin bahwa posisi wesel tersebut sudah mengarah ke jalur 2 dengan benar, PPKA Stasiun Kebayoran pun menghubungi Pusat Kendali (PK) agar PLB 8601 diperbolehkan melintasi emplasemen Stasiun Kebayoran dengan perlahan. Saat melintasi wesel dengan kecepatan 15 km/jam, 4 as roda lokomotif BB304 22 yang menghela PLB 8601 pun akhirnya anjlok, karena menumbur ujung lidah wesel yang posisinya tidak rapat.[17]

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b Anne Reitsma, Steven (1916). Indische Spoorweg-Politiek. Batavia: Landsdrukkerij. 
  4. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V. 
  5. ^ Anne Reitsma, Steven (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLLF & Co. 
  6. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  7. ^ Spoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie. Semarang: Semarang-Drukkerij en Boekhandel. 1901. hlm. 10. 
  8. ^ "ZWP - Haltestempels Ned.Indië". studiegroep-zwp.nl. Diakses tanggal 2022-10-22. 
  9. ^ Spoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie. Semarang: Semarang-Drukkerij en Boekhandel. 1901. hlm. 10. 
  10. ^ "SBY Resmikan Stasiun Serpong, Lalu Lintas KA Tetap Normal". detikcom. Diakses tanggal 2017-10-18. 
  11. ^ prima, Erwin (ed.). "Stasiun Baru Kebayoran, Parung Panjang, dan Maja Diresmikan". Tempo.co. Diakses tanggal 2017-10-16. 
  12. ^ Putra, Erik Purnama (2022-06-20). "Dinas Bina Marga Bangun Dua Skywalk di Kebayoran Lama dan Lebak Bulus". REPUBLIKA.co.id. Diakses tanggal 2022-06-26. 
  13. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
  14. ^ "Peristiwa Luarbiasa Hebat Bintaro (Versi PJKA) – RODA SAYAP". Diakses tanggal 2022-10-26. 
  15. ^ "Meretus Tragedi Bintaro". kompas.id. 2023-10-17. Diakses tanggal 2023-10-28. 
  16. ^ "Gerbong Kereta Jurusan rangkasbitung-Kota Patah, 20 orang Luka". Tempo.co. 2006-03-03. Diakses tanggal 2022-09-25. 
  17. ^ "KA Batubara Anjlok di Kebayoran, Ribuan Pekerja Telat Ngantor". detikcom. Diakses tanggal 2022-09-25. 
Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Pondok Ranji
ke arah Merak
Merak–Tanah Abang Palmerah
ke arah Tanah Abang

Koordinat: 6°14′14″S 106°46′57″E / 6.2372276°S 106.7825369°E / -6.2372276; 106.7825369{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman