Aletta Jacobs

dokter asal Kerajaan Belanda

Aletta Henriëtte Jacobs (pelafalan dalam bahasa Belanda: [aːˈlɛtaː ɦɑ̃ːriˈɛtə ˈjaːkɔps]; 9 Februari 1854 – 10 Agustus 1929) adalah seorang dokter Belanda dan aktivis hak suara perempuan.[1]

Aletta Jacobs
Aletta Jacobs
LahirAletta Henriëtte Jacobs
9 Februari 1854
Sappemeer, Belanda
Meninggal10 Agustus 1929(1929-08-10) (umur 75)
Baarn, Belanda
KebangsaanBelanda
AlmamaterUniversitas Groningen
Dikenal atasPerempuan Belanda pertama yang mendapat gelar universitas (dokter)
Suami/istriCarel Victor Gerritsen
Anak1
Karier ilmiah
BidangKedokteran
MenginspirasiFeminisme dan pengendalian kelahiran di Belanda

Ia lahir di keluarga Yahudi di sebuah desa kecil di Sappemeer, Belanda, dari pasangan Abraham Jacobs dan Anna de Jongh. Ia adalah anak kedelapan dari dua belas bersaudara. Ayahnya adalah seorang dokter, dan Aletta bermimpi untuk menjadi seperti ayahnya. Namun, pada masa itu, perempuan sulit untuk memperoleh pendidikan. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1867, tetapi pada masa itu tidak ada perempuan di desanya yang boleh masuk SMA. Hal ini tidak menghentikan Aletta, dan pada tahun 1870 ia lulus ujian yang membuatnya dapat menjadi asisten kimia. Setelah itu, ia menulis surat kepada Johan Rudolph Thorbecke untuk meminta izin agar ia dibolehkan kuliah di universitas. Ia memperoleh izin untuk kuliah di Universitas Groningen pada tanggal 28 April 1871, dan pada tanggal 8 Maret 1879 ia lulus dan menjadi perempuan pertama yang mendapatkan gelar universitas di Belanda. Ia juga menjadi dokter perempuan pertama di negara tersebut.[2]

Masa awal dan pendidikan (1854–1879)

sunting

Aletta Henriëtte Jacobs lahir pada 9 Februari 1854 di Sappemeer, Belanda, dari pasangan Anna de Jongh dan Abraham Jacobs.[3] Dia adalah anak kedelapan dari 11 bersaudara, lahir dalam keluarga Yahudi yang berasimilasi.[4][5] Ayahnya adalah seorang dokter yang menjadi inspirasi Aletta Jacobs di bidang kedokteran sejak usia muda.[3] Dia bersekolah di sekolah desa dan belajar kerajinan menganyam. Dia menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1867. Pada saat itu, tidak ada kesempatan pendidikan bagi perempuan selain menyelesaikan sekolah khusus wanita [en]. Dia mendaftar di salah satu sekolah tersebut dan hadir selama dua minggu, tetapi ia menganggapnya "aneh" dan membuang-buang waktu.[6] Untuk melanjutkan pendidikannya, Jacobs bekerja sebagai penjahit dan belajar di rumah, di mana ibunya mengajarinya bahasa Prancis dan Jerman. Selain itu, ayahnya mengajarinya bahasa Yunani dan Latin.[7]

Ingin menjadi dokter seperti ayahnya, Aletta Jacobs menghadapi berbagai tantangan, karena pendidikan tinggi di Belanda abad ke-19 tidak terbuka untuk siswa perempuan.[5] Seorang teman keluarga, ahli kebersihan Levy Ali Cohen, menyarankan Jacobs untuk menjadi asisten apoteker, setelah mengetahui pada tahun 1869 bahwa seorang wanita sudah diizinkan untuk mengikuti ujian. Dia bersiap untuk ujian, belajar dengan ayahnya; kakaknya Sam, yang adalah seorang apoteker; dan Cohen, dan lulus pada Juli 1870, mendapatkan ijazah farmasi.[3][4][8] Dia didorong oleh Cohen dan Samuel Siegmund Rosenstein, rektor Universitas Groningen, untuk melanjutkan studinya selama dua tahun untuk persiapan ujian masuk universitas. Dia mendapat izin dari JWA Renssen, direktur Rijks Hogere Burgerschool [nl] (Sekolah Menengah Atas Nasional) di Sappemeer untuk ikut belajar dan menjadi wanita Belanda pertama yang bersekolah di sekolah menengah.[Catatan 1][9] Mengetahui bahwa ada siswa laki-laki yang telah ujian farmasi dapat diterima di universitas dengan ijazah siswa tersebut,[10] Jacobs menulis secara rahasia kepada ketua Dewan Menteri Belanda [en], Johan Rudolph Thorbecke. Dia meminta izin untuk memulai studi universitasnya sebelum mengikuti ujian masuk dan diberikan persetujuan sementara oleh Thorbecke untuk hadir sebagai mahasiswa magang selama satu tahun.[4][5][11]

 
Rijks Hogere Burgerschool di Sappemeer; kemudian menjadi Aletta Jacobs Lyceum

Pada tanggal 20 April 1871,[12] Jacobs masuk universitas, menyadari bahwa kemampuan perempuan lain untuk mengejar pendidikan akan tergantung pada usahanya.[13] Setelah beberapa bulan, berita mencapai ayah Jacobs bahwa Thorbecke sakit parah, Abraham bersikeras bahwa putrinya diizinkan untuk mendaftar tanpa masa percobaan. Pada tanggal 30 Mei 1872, tak lama setelah kematian Thorbecke, Aletta Jacobs menerima pemberitahuan resmi tentang penerimaannya sebagai mahasiswa kedokteran. Meskipun sakit, ia lulus bagian awal dari ujian pada 12 April 1877 dan ujian akhir pada 3 April 1878.[4] Setelah ujian selesai, ia memperoleh izin (lisensi) dari negara untuk pratik sebagai dokter umum pada tahun 1878, ia mulai mengerjakan tesis doktoralnya.,[11] Over localisatie van physiologische en pathologische verschijnselen in de groote hersenen (Tentang Lokalisasi Gejala Fisiologis dan Patologis di Serebrum).[4][14] Pada saat itu, otak belum banyak dipelajari dan fisiologi otak adalah pilihan yang tidak biasa untuk disertasi. Lulus pada 8 Maret 1879, Aletta Jacobs adalah wanita pertama yang kuliah di universitas Belanda, serta wanita Belanda pertama yang menerima gelar kedokteran di negara itu, dan yang pertama memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran.[Catatan 2][4][15][16]

 
Carel Victor Gerritsen, suami Aletta Jacob

Ketika berita tentang prestasinya muncul di surat kabar, Jacobs menerima banyak surat ucapan selamat. Salah satunya datang dari seorang reformis sosial, Carel Victor Gerritsen,[17] yang mendorongnya dan memperkenalkannya kepada dokter wanita lain.[4] Terlepas dari ketidaksetujuan ayahnya, Jacobs dan Gerritsen menjalin komunikasi dan saling berikirim surat, meskipun mereka tidak bertemu selama beberapa tahun.[18] Setelah lulus, ia belajar lebih lanjut dengan mengamati dokter wanita lain di berbagai rumah sakit di London, seperti di Great Ormond Street Hospital, London School of Medicine for Women, dan New Hospital for Women,[11][19] di mana ia bertemu dengan Elizabeth Garrett Anderson, praktisi medis wanita pertama di Inggris, dan saudara perempuannya, Millicent Garrett Fawcett. Kedua perempuan tersebut sangat terlibat dalam perjuangan hak pilih perempuan serta isu-isu sosial lainnya, seperti birth control.[4][13] Dia juga bertemu dengan reformis sosial yang berpikiran sama, seperti Annie Besant, Charles Bradlaugh, Charles Robert, dan George Drysdale, serta Alice Vickery, yang memengaruhi gagasannya tentang reformasi sosial.[11]

Awal Karier (1879–1887)

sunting

Kembali ke Belanda pada bulan September 1879 untuk menghadiri konferensi medis di Amsterdam, Jacobs menerima begitu banyak permintaan layanan medis sehingga dia memutuskan untuk tidak kembali ke Inggris. Dia membuka praktik mandiri di kanal Herengracht untuk merawat pasien wanita.[13][11][19] Kliniknya, di sudut Kattengat dan Spuistraat terletak di gedung Werkmansbond. Dia dibantu oleh Cornélie Huygens,[4] seorang novelis, politisi, dan aktivis feminis dari Haarlemmerliede [en], Belanda. Disana mereka merawat wanita dan anak-anak, karena wanita tidak diizinkan untuk merawat pria.[11] Dia semakin prihatin tentang kebutuhan perempuan kelas pekerja dan kondisi miskin di mana mereka tinggal dan bekerja, menyadari bahwa perempuan miskin tidak memiliki pengetahuan tentang kebersihan dan perawatan anak. Tiap 2 minggu sekali, dia membuka klinik konsultasi yang bertujuan untuk menasihati mereka,[19] namun permintaan begitu besar sehingga harus memperbanyak sesi.[20]

 
Aletta Jacobs, sekitar tahun 1880

Dari pekerjaannya yang merawat perempuan miskin, Jacobs menyadari bahwa kehamilan berulang, tahun demi tahun, tidak hanya berdampak pada kesehatan ibu, tetapi juga menyebabkan tingginya angka kematian bayi.[21] Kontaknya dengan pelacur membuat dia belajar tentang penyakit menular seksual, yang sebelumnya tidak dia ketahui.[13] Dalam perkembangannya mencari solusi untuk masalah para wanita ini, Jacobs yakin bahwa kontrasepsi yang baik akan meringankan penderitaan dan kesulitan ekonomi akibat terlalu banyak anak. Selain itu, akan meningkatkan kesejahteraan sosial dan mencegah kelebihan penduduk.[13][21] Setelah membaca sebuah artikel yang ditulis oleh Wilhelm Mensinga tentang pessarium oklusif [en], Jacobs mulai saling berkomunikasi dengan surat-menyurat dengan Wilhelm untuk membantu penelitiannya. Setelah melakukan uji klinis dan percobaan tersebut berhasil, dia memperkenalkan metode pengendalian kelahiran (hingga kini dikenal dengan Dutch Cap) di Belanda dan memperkenalkan hasil penelitiannya tersebut ke para perempuan.[4][22]

Pada tahun 1882, Jacobs mendirikan klinik KB pertama di Belanda dan klinik pertama di dunia yang dikhususkan untuk menyebarkan informasi tentang topik tersebut.[19] Di klinik dua kali seminggu untuk orang miskin yang dia jalankan, ia memberikan informasi pengendalian kelahiran dan alat kontrasepsi – Dutch pessary,[23] secara gratis. Praktik ini dikritik secara luas oleh dokter lain, termasuk Catharine van Tussenbroek, wanita Belanda kedua yang mendapatkan gelar kedokteran.[11] Dokter yang menentang kontrasepsi menyatakan bahwa itu mengganggu "rencana ilahi",[24] kontrasepsi mendorong seks di luar nikah, dan akan berdampak negatif pada kesuburan dan pertumbuhan nasional. Mereka melihat kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit kelamin sebagai hukuman yang tepat untuk dosa.[25]

Pada tahun 1883, saat pemilihan Parlemen,[26] Jacobs mengetahui dari politisi liberal Samuel van Houten bahwa perempuan tidak secara eksplisit dilarang untuk memilih, dan dia menulis surat kepada walikota dan dewan kota Amsterdam, mempertanyakan mengapa dia tidak disertakan dalam daftar pemilih. Dia menyertakan bukti bahwa dia memenuhi semua persyaratan pemilih. Dia mendapat balasan bahwa interpretasi sempitnya mungkin menunjukkan bahwa perempuan tidak dilarang, adat mengharuskan dia perlu untuk menantang apakah perempuan berhak atas hak-hak sipil dan kewarganegaraan secara penuh.[4][27] Jacobs kemudian mengajukan banding atas keputusan tersebut ke Pengadilan Amsterdam. Dia mendapat balasan bahwa perempuan bukanlah warga negara. Dia kemudian mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Lalu, Mahkamah Agung memutuskan bahwa karena pajak untuk wanita dan anak-anak yang sudah menikah dibayar oleh suami dan ayah mereka, hukum sudah jelas, bahwa wanita bukanlah warga negara yang berhak memilih, hal ini mengabaikan fakta bahwa Jacobs membayar pajak sebagai wanita yang belum menikah.[4][28] Pada tahun 1884, hubungan Jacobs dengan Gerritsen berubah menjadi cinta dan pasangan tersebut menikah siri,[4] meskipun hingga tahun 1886, Gerritsen tinggal di Amersfoort.[29]

Jacobs bergabung dengan Liga Belanda Neo-Malthus [en] dan bersama suaminya, terus bekerja untuk memperbaiki kondisi sosial di antara kelas pekerja dan miskin di negara itu.[30][31] Selain pekerjaannya di bidang kebersihan dan kontrasepsi, sejak tahun 1886, Jacobs berkampanye supaya perusahaan ritel menyediakan bangku untuk karyawan di mana mereka bisa beristirahat ketika tidak melayani pelanggan.[32] Pada saat itu adalah hal biasa bagi karyawan wanita untuk menghabiskan lebih dari 10 jam berdiri, sehingga menyebabkan masalah kesehatan. Dua dekade kemudian soal istirahat diatur dalam undang-undang.[33]Seorang anggota Mahkamah Agung memberitahunya bahwa Jacobs mungkin memenangkan banding kedua pada hak pilih perempuan, Jacobs awalnya mempertimbangkan untuk melanjutkan perjuangan tersebut, tetapi pada tahun 1885, Menteri Jan Heemskerk mengusulkan amandemen konstitusi untuk menambahkan kata "laki-laki" ke dalam ketentuan pemilihan. Konstitusi tahun 1887 secara eksplisit memberikan hak suara hanya kepada penduduk laki-laki.[4][34]

Aktivisme (1888–1903)

sunting

Pada tahun 1888, Gerritsen terlibat dalam pendirian Electoral Association Amsterdam yang liberal progresif dan terpilih menjadi Dewan Kota Amsterdam.[4][35] Dia sangat mendukung hak pilih untuk semua orang, pendidikan wajib dan reformasi sosial, seperti penetapan upah minimum dan jam kerja maksimum.[35] Pada tahun 1892 ia membantu mendirikan Liga Radikal [en],[4] sebuah partai politik di Belanda pertama yang menerima perempuan. Dia dan Jacobs sama-sama aktif dalam partai, yang selain mendukung hak pilih untuk semua orang dan menganjurkan pemisahan gereja dan negara.[36] Karena mereka ingin memiliki anak, pasangan tersebut memutuskan untuk meresmikan pernikahan mereka[4] dan menikah secara resmi pada tanggal 28 April 1892.[35] Pada tanggal 9 September 1893, Jacobs, yang mempertahankan nama belakangnya setelah menikah, melahirkan seorang putra;[37][38] namun, bayinya hanya hidup satu hari karena perawatan yang ceroboh oleh bidan selama kelahiran.[4][13] Meskipun dia adalah salah satu pendiri Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht [en] (Masyarakat untuk Hak Pilih Wanita) pada tahun 1894, dia tidak dapat menghadiri pertemuan pendiri karena operasi pasca melahirkan. Sekitar waktu yang sama, dia menutup klinik gratisnya untuk orang miskin.[39]

 
De Vrouw: Haar bouw en haar inwendige organen, (The Woman: Her construction and her internal organs), 1897

Selama tahun 1880-an dan sebagian besar tahun 1890-an, Jacobs menghabiskan waktunya untuk praktik medis dan politik radikal, menerbitkan artikel dan bepergian dengan Gerritsen.[4][38][40] Dia menerbitkan artikel di Social Weekblad untuk berkampanye penggunaan kontrasepsi[38] dan menyoroti masalah yang dialami pekerja.[41] Pada tahun 1894, ia menerbitkan kampanye di beberapa surat kabar tentang kesehatan pekerja toko dan tahun berikutnya menulis artikel tentang prostitusi dan penyakit menular seksual di koran Amsterdammer. Dia berfokus pada pendidikan kesehatan daripada nilai moral.[32] Pada tahun 1897, Jacobs menerbitkan De Vrouw: Haar bouw en haar inwendige organen (Wanita: Konstruksinya dan organ dalamnya), yang merupakan teks inovatif yang menggambarkan anatomi wanita dan sistem reproduksi lengkap, dengan ilustrasi bergerak disertai dengan penjelasan teks.[3][38] Edisi ini diterbitkan ulang sebanyak enam kali sejak penerbitan pertamanya pada tahun 1921.[38]

Jacobs menerbitkan Vrouwenbelangen: Drie vraagstukken van aktuelen aard (Kepentingan perempuan: Tiga isu terkini) pada tahun 1899, yang membahas kemandirian ekonomi bagi perempuan, keluarga berencana dan pengaturan prostitusi.[3] Dalam tiga artikel tersebut, ia berargumen mendukung kemandirian ekonomi dan politik perempuan,[38] serta hak perempuan untuk merencanakan ukuran keluarga mereka sebagai sarana kemandirian ekonomi.[39] Dalam artikel ketiga, ia mengkritik peraturan negara tentang prostitusi, sebagian karena mereka mewajibkan pelacur untuk mendaftar dan menjalani pemeriksaan medis. Dia percaya menargetkan pekerja seks tanpa mengatasi perilaku buruk klien mereka tidak akan efektif dalam memerangi penyebaran penyakit kelamin.[38] Dia menghadiri Kongres ke-2 International Council of Women [en] tahun 1899, yang diadakan di London. Hal itu berdampak besar pada dirinya,[3] dan dia mulai mempertimbangkan untuk memfokuskan semua upayanya untuk mengamankan hak suara untuk perempuan, sebagai jalan untuk menghilangkan hambatan bagi perempuan di bidang lain.[4] Pada tahun 1900, VvVk (Masyarakat untuk Hak Pilih Wanita) memiliki sekitar 20.000 anggota.[42]

Pada pergantian abad kedua puluh Mei 1900, bersama dengan Arnold Aletrino, Jacobs mendirikan Nederlandsche Vereeniging tot Bevordering der Belangen van Verpleegsters en Verplegers (Masyarakat Belanda untuk mempromosikan kepentingan perawat pria dan wanita), bertekad untuk meningkatkan aspek sosial-ekonomi untuk perawat. Antara 1902 dan 1912, ia menulis artikel tentang keperawatan internasional dan menjabat sebagai editor di Nosokomos, surat kabar masyarakat.[38][43] Mulai tahun 1900, Jacobs menerbitkan terjemahan teori feminis, seperti Women and Economics oleh Charlotte Perkins Gilman dan Women and Labor oleh Olive Schreiner (1910).[3] Pada tahun 1901, dia dan Gerritsen meninggalkan Liga Radikal dan bergabung dengan Vrijzinnig Demokratische Bond [en] (Liga Demokratik Berpikir Bebas). Jacobs menerbitkan artikel di Social Weekblad secara teratur yang membahas kondisi pekerja perempuan dan akhirnya diberi penghargaan pada tahun 1903 ketika Biro Nasional untuk Pekerjaan Perempuan menerbitkan rancangan undang-undang awal untuk mereformasi kondisi kerja.[38] Jacobs pensiun dari praktik medisnya pada tahun 1903, setelah itu mencurahkan waktunya untuk hak pilih perempuan,[44] membiayai usahanya dari penjualan perpustakaan pribadinya.[38]

Hak pilih perempuan (1903-1919)

sunting
 
Anggota Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht (Masyarakat untuk Hak Pilih Perempuan): Dari kiri ke kanan — Jo Van Buuren-Huys (sekretaris pertama), Frederike van Balen-Klaar (wakil presiden), Aletta H. Jacobs (presiden), Clara Mulder van de Graaf- de Bruyn, Jeanne Carolina van Lanschot- Hubrecht (sekretaris kedua) dan Sophie Wichers (bendahara); Amsterdam, Februari 1914.

Pada tahun 1903, Jacobs menjadi presiden Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht, memegang jabatan tersebut selama 16 tahun.[11] Pada tahun 1904, ia pergi dengan suaminya ke Berlin untuk menghadiri Kongres Dewan Internasional Perempuan (ICW) dan bergabung dengan hak pilih yang memisahkan diri dari ICW di konferensi untuk membentuk International Alliance of Women [en] (IWSA).[38] Segera setelah konferensi selesai, pasangan itu pergi ke Amerika Serikat dan melakukan tur lintas negara. Bersama-sama mereka menulis Brieven uit en over Amerika (Surat dari dan tentang Amerika), yang terbit pada tahun 1906.[38][45] Gerritsen sakit dan meninggal pada tahun 1905 karena kanker di Amsterdam. Setelah pulih dari depresi karena kehilangan suaminya, Jacobs melanjutkan untuk memperjuangkan hak pilihnya pada tahun 1906 dan melakukan tur dengan Carrie Chapman Catt ke Kekaisaran Austro-Hungaria.[3]

Jacobs mempelopori organisasi Kongres IWSA 1908, yang pertama diadakan di Belanda.[32] Itu terjadi pada bulan Juni di Amsterdam membawa delegasi internasional ke kota,[46] memacu pertumbuhan gerakan hak pilih di Belanda. Pada tahun 1910, ia melakukan perjalanan ke Afrika Selatan, diundang oleh para aktivis yang meminta bantuan dari organisasinya. Dia melakukan tur dari Cape Town ke Johannesburg membuat pidato tentang hak pilih, serta kebersihan, sanitasi, prostitusi, dan penyakit kelamin, sambil menyerukan pendidikan seks untuk segala kelamin. Pada tahun 1911, setelah konferensi IWSA di Stockholm,[47] Jacobs dan Catt memulai tur selama 16 bulan untuk mengevaluasi posisi hukum dan sosial perempuan dan mendorong perempuan untuk berjuang untuk perbaikan terkait dengan kesejahteraan perempuan. Perjalanan membawa mereka ke "Afrika Selatan, Timur Tengah, India, Ceylon, Hindia Belanda, Burma, Filipina, Cina dan Jepang". Jacobs membiayai perjalanan itu dengan menulis artikel tentang petualangan mereka untuk surat kabar De Telegraaf.[3][38]

 
Kongres Perempuan Internasional tahun 1915. kiri ke kanan:1. Lucy Thoumaian – Armenia, 2. Leopoldine Kulka, 3. Laura Hughes – Kanada, 4. Rosika Schwimmer – Hungaria, 5. Anika Augspurg – Jerman, 6. Jane Addams – Amerika Serikat, 7. Eugenie Hanner, 8. Aletta Jacobs – Belanda, 9. Chrystal Macmillan – Inggris, 10. Rosa Genoni – Italia, 11. Anna Kleman – Swedia, 12. Thora Daugaard – Denmark, 13. Louise Keilhau – Norwegia

Pada tahun 1914, tak lama setelah dimulainya Perang Dunia I, Jacobs menyarankan untuk mengadakan Kongres Perempuan Internasional di Den Haag, mengingat netralitas Belanda. Ditujukan sebagai forum bagi perempuan dari seluruh dunia untuk bertemu dan mendiskusikan penentangan terhadap perang,[48] pertemuan itu dipimpin oleh Jane Addams dari Chicago.[38] Dikoordinasikan oleh Jacobs, Mia Boissevain, dan Rosa Manus, konferensi tersebut, yang dibuka pada 28 April 1915,[49] dihadiri oleh 1.136 peserta dari negara-negara netral,[50] dan menghasilkan pembentukan sebuah organisasi yang akan menjadi Women's International League for Peace and Freedom [en] (WILPF).[51] Jacobs menjadi wakil presiden organisasi internasional dan cabang WILPF Belanda.[38] Setelah konferensi usai pada 3 Mei 1915, Addams dan Jacobs, bersama dengan Chrystal Macmillan, Rosika Schwimmer, dan Mien van Wulfften Palthe-Broese van Groenou[38] dan lainnya, membentuk dua delegasi wanita yang dikirim untuk bertemu dengan kepala negara Eropa selama beberapa bulan ke depan. Para wanita tersebut mendapatkan persetujuan dari Menteri Luar Negeri, yang mana menteri luar negeri manilai bahwa badan seperti itu tidak akan efektif. Meskipun demikian, kementerian luar negeri setuju untuk berpartisipasi, atau tidak menghalangi pembentukan badan mediasi yang netral, jika negara lain setuju dan jika Presiden AS Woodrow Wilson akan membentuk sebuah badan. Di tengah perang, Wilson menolak.[52][53]

Pada tahun 1917 perempuan Belanda memperoleh hak untuk mencalonkan diri dalam pemilihan, meskipun mereka tidak dapat memilih. Jacobs berdiri sebagai kandidat untuk Vrijzinnig Demokratische Bond dalam pemilihan 1918. Meskipun dia menerima suara paling banyak daripada kandidat wanita lainnya, dia tidak terpilih. Bersama dengan perdana menteri Henri Marchant [nl], mendirikan surat kabar, De opbouw, Demokratisch Tijdschrift (Gedung, Majalah Demokrat), pada tahun 1918. Dia menulis beberapa artikel antara tahun 1918 dan 1924. Marchant memperkenalkan RUU hak pilih untuk perempuan yang diadopsi pada tahun 1919,[38] dan ditandatangani oleh Ratu Wilhelmina pada tanggal 18 September 1919.[54] Tak lama kemudian, Jacobs mengundurkan diri dari kursi kepresidenan Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht.[11]

Kehidupan selanjutnya (1919–1924)

sunting
 
Lukisan oleh Isaac Israëls, 1920

Jacobs meninggalkan Amsterdam dan pindah ke Den Haag setelah memperjuangkan hak pilih untuk wanita dimenangkan pada tahun 1919.[38] Berkat reputasi internasional yang diperolehnya dari gerakan hak pilih, peran Jacobs sebagai pelopor kontrasepsi diambil oleh para aktivis pengendalian kelahiran di Amerika Serikat, seperti Margaret Sanger.[11] Antara tahun 1922 dan 1923, Jacobs bertugas di dewan penasehat dari Voluntary Parenthood League [en], yang didirikan oleh Mary Dennett. Tahun berikutnya, dia menjadi tamu kehormatan pada konferensi tahunan VPL yang diadakan di New York City.[55]

Setelah kehilangan sebagian besar uangnya dalam investasi yang buruk, Jacobs dibantu oleh temannya Mien van Wulfften Palthe-Broese van Groenou.[38] Antara tahun 1923 dan 1924, ia mengerjakan otobiografinya, di rumahnya di 46 Van Aerssenstraat, menolak tawaran dari teman keluarga untuk tinggal bersama mereka, sehingga ia dapat menyebarkan kliping dan jurnalnya di rumahnya sendiri.[56] Setelah menyelesaikan otobiografinya, dia tinggal bersama keluarga Broese van Groenou.[38] Dia terus menghadiri konferensi Dewan Internasional Wanita, Aliansi Internasional Wanita dan WILPF sampai kematiannya.[11]

Kematian dan warisan

sunting
 
Badhotel di Baarn

Jacobs meninggal pada 10 Agustus 1929 di Baarn,[3] di Badhotel [nl], saat liburan. Setelah dikremasi, abunya ditempatkan di makam keluarga Broese van Groenou di Loenen op de Veluwe sampai tahun 1931, ketika abu suaminya ditempatkan di Westerveld Cemetery [nl] di Driehuis.[38] Tahun berikutnya, Bernard Premsela membuka pusat konsultasi kontrasepsi di Amsterdam yang dinamai dengan nama Jacobs untuk menghormatinya.[57] Di Belanda, ada banyak penghargaan dan institut yang memakai namanya untuk penghormatan, seperti Aletta Jacobs Prize yang diberikan oleh Universitas Groningen dan sebuah perguruan tinggi di Hoogezand-Sappemeer. Ada sebuah planet kecil yang dinamai dengan namanya dan sebuah plakat dengan gambarnya dipajang di bekas rumahnya di Tesselschadestraat No. 15, Amsterdam.[4][38] Antara 11 Agustus 2009 dan 28 Januari 2013 Atria Institute on gender equality and women's history [en] dikenal juga sebagai Aletta Institute for Women's History, untuk menghormatinya.[58][59] Makalah pribadinya terdaftar di bagian koleksi institut.[3] Kehidupannya diadaptasi menjadi film pada tahun 1995 sebagai Aletta Jacobs: Het Hoogste Streven.[60]

 
Plakat di Tesselschadestraat No. 15, Amsterdam

Pada tahun 1903, ketika dia pensiun, Jacobs menjual koleksi 2.000 buku, majalah, dan pamflet tentang sejarah wanita ke Perpustakaan John Crerar di Chicago. Perpustakaan Crerar menambahkan versi bahasa Inggris ke koleksinya yang sebagian besar berisi judul-judul dalam bahasa Belanda, Prancis dan Jerman, sehingga membesarkan ukuran koleksi. Pada tahun 1954, Universitas Kansas membeli Koleksi Geritsen [en], yang memiliki koleksi yang berasal dari abad ke-16, tetapi yang utama adalah yang berfokus pada wanita abad ke-19 dan awal abad ke-20.[44] Secara khusus, koleksi berisi karya tentang pandangan anti-feminis, pendidikan perempuan, status hukum perempuan sepanjang sejarah, prostitusi, hubungan seksual, hak pilih, ekonomi perempuan dan sejarah pekerjaan,[61] dan dianggap sebagai sumber daya yang signifikan untuk bahan utama studi perempuan.[62]

Pada saat wanita yang sudah menikah biasanya dipaksa untuk melepaskan nama dan pekerjaan mereka, Jacobs mempertahankan identitasnya sendiri dan terus bekerja di luar rumahnya, menginspirasi orang lain untuk mengikutinya.[63] Klinik KB perintisnya mendahului klinik Margaret Sanger dan Marie Stopes di Amerika Serikat dan Inggris selama lebih dari tiga dekade[64] dan perannya dalam gerakan kontrasepsi berpengaruh dalam membantu para wanita yang mengikuti jejaknya,[11][55] dalam mendirikan klinik di seluruh Eropa dan Amerika Serikat pada saat kematiannya.[65] Kampanyenya mengenai kondisi kerja bagi perempuan dan hak untuk memilih berhasil mengubah hukum Belanda,[38] dan karyanya dalam gerakan perdamaian mengarah pada pembentukan the Women's International League for Peace and Freedom.[51] Dalam menilai karirnya sendiri, Jacobs menulis surat kepada Catt pada tahun 1928:

I feel happy that I have seen the three great objects of my life come to fulfillment during my life … They were: the opening for women of all opportunities to study and to bring it into practice; to make Motherhood a question of desire, no more a duty; and the political equality for women.

— Memories (1996, p. 194)

Catatan

sunting
  1. ^ Saudari Jacobs, Frederika, nantinya menjadi perempuan pertama yang melanjutkan pendidikan menengah sebagai pelajar reguler di sekolah menengah yang sama.[9]
  2. ^ Sementara Aletta Jacobs diakui sebagai "dokter wanita resmi" pertama, pada 1620-an dan 1630-an, Trijn Jacobs, yang merupakan anggota serikat ahli bedah Amsterdam, sudah merawat pasien. Catatan dalam arsip menunjukkan bahwa perawatannya melampaui perawatan bidan tradisional atau herbalis dan dia melakukan operasi untuk cedera kaki dan rahim.[15]

Karya-karya pilihan

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Aletta Henriette Jacobs | Jewish Women's Archive". jwa.org. Diakses tanggal 2015-11-30. 
  2. ^ Windsor, Laura Lynn (2002). Women in Medicine: An Encyclopedia. Santa Barbara, CA, USA: ABC-CLIO. hlm. 107–108. ISBN 1576073920. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k Feinberg 2009.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Bosch 2018.
  5. ^ a b c Haire 1928, hlm. 172.
  6. ^ Jacobs 1996, hlm. 7.
  7. ^ Jacobs 1996, hlm. 8–9.
  8. ^ Jacobs 1996, hlm. 9.
  9. ^ a b Bosch 1997, hlm. 41.
  10. ^ Jacobs 1996, hlm. 11.
  11. ^ a b c d e f g h i j k l Bosch 2008, hlm. 637.
  12. ^ Jacobs 1996, hlm. 15.
  13. ^ a b c d e f Windsor 2002, hlm. 107.
  14. ^ Jacobs 1996, hlm. 30.
  15. ^ a b Dekkers 2018.
  16. ^ Pyenson 1989, hlm. 161.
  17. ^ Jacobs 1996, hlm. 19.
  18. ^ Jacobs 1996, hlm. 20.
  19. ^ a b c d Rappaport 2001, hlm. 329.
  20. ^ Haire 1928, hlm. 173.
  21. ^ a b Haire 1928, hlm. 174.
  22. ^ Bosch 2017, hlm. 181.
  23. ^ Marland 1995, hlm. 446.
  24. ^ van Poppel & Röling 2003, hlm. 159.
  25. ^ van Poppel & Röling 2003, hlm. 159–160.
  26. ^ Leijenaar 2004, hlm. 88.
  27. ^ Jacobs 1996, hlm. 54.
  28. ^ Jacobs 1996, hlm. 55.
  29. ^ Jacobs 1996, hlm. 117.
  30. ^ Sanger 1910, hlm. 5.
  31. ^ "Report of the Secretary of the Interior" 1896, hlm. 485.
  32. ^ a b c Rappaport 2001, hlm. 330.
  33. ^ van Oostrom 2007, hlm. 12–13.
  34. ^ Jacobs 1996, hlm. 56.
  35. ^ a b c Voerman 2002.
  36. ^ Jacobs 1996, hlm. 187–188.
  37. ^ Jacobs 1996, hlm. xv, 118.
  38. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w de Wilde 2018.
  39. ^ a b Bosch 2017, hlm. 173.
  40. ^ Jacobs 1996, hlm. 120.
  41. ^ Jacobs 1996, hlm. 67.
  42. ^ Leijenaar 2004, hlm. 89.
  43. ^ Publications for Nurses and Carers Foundation 2016.
  44. ^ a b Sharistanian et al. 1976, hlm. 200.
  45. ^ Jacobs 1996, hlm. 133–134.
  46. ^ Harper 1908, hlm. 72.
  47. ^ Rappaport 2001, hlm. 330–331.
  48. ^ Kay 2013, hlm. 21.
  49. ^ Everard & de Haan 2016, hlm. 64–65.
  50. ^ van der Veen 2017.
  51. ^ a b Jacobs 1996, hlm. 94.
  52. ^ Caravantes 2004, hlm. 101–103.
  53. ^ Wiltsher 1985, hlm. 110–125.
  54. ^ Nwanazia 2018.
  55. ^ a b Bosch 2017, hlm. 179.
  56. ^ Jacobs 1996, hlm. vii–viii.
  57. ^ van Poppel & Röling 2003, hlm. 168.
  58. ^ Yearbook of International Organizations Online 2009.
  59. ^ Salon 21 2013.
  60. ^ Atria 1995.
  61. ^ Sharistanian et al. 1976, hlm. 201–204.
  62. ^ Sharistanian et al. 1976, hlm. 205.
  63. ^ Jacobs 1996, hlm. 180–181.
  64. ^ Jacobs 1996, hlm. 184.
  65. ^ Jacobs 1996, hlm. 195.

Bacaan lanjut

sunting

Pranala luar

sunting