Bambu talang

sejenis bambu tipis

Bambu talang,[5] bambu lemang[6] atau buluh lemang (Schizostachyum brachycladum) adalah sejenis bambu yang biasa digunakan untuk membuat lemang. Menyebar luas di kawasan Malesia dan Indocina,[7] buluh ini dikenal pula dengan nama-nama lain seperti buluh nèhè (Sm.); buluh sèro (Mlk.); awi buluh (Sd.); pĕrréng bulu, p. lampar (Md.); bulo talang (Mak.), dan lain-lain.[8] Forma yang berwarna kuning mirip dengan bambu kuning, dan dikenal sebagai bambu gading, bambu bali,[6] atau bambu kuning bali. Dalam bahasa Inggris ia disebut Sacred Bali bamboo dan Golden Bali bamboo.[9]

Bambu Talang
Bambu talang, Schizostachyum brachycladum
dari Kampus IPB Darmaga, Bogor
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Monokotil
Klad: Komelinid
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Schizostachyum
Spesies:
S. brachycladum
Nama binomial
Schizostachyum brachycladum
(Kurz) Kurz[1]
Sinonim
  • Arundarbor cratium Rumph.[2]
  • Arundo cratium Oken
  • Melocanna brachyclada Kurz[3] (nom.inval.)
  • Melocanna zollingeri var. brachyclada Kurz ex Munro
  • Schizostachyum brachycladum var. auriculatum Holttum

Sumber: The Plant List[4]

Pengenalan

sunting
 
Rebung yang kekuningan

Bambu yang merumpun, rapat dan tegak; rebungnya kuning atau hijau, tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna cokelat. Buluhnya lurus, mencapai tinggi 8-15 m dengan ujung yang melengkung; mulai bercabang lk. 1,5 m di atas tanah, cabang-cabang banyak hingga 25-30 tangkai yang ramping dan kurang-lebih sama besarnya. Panjang ruas 35-50 cm dan garis tengahnya 8–10 cm, tebal dinding buluh hanya sekitar 4 mm; hijau, hijau kebiruan atau kuning dengan garis hijau, biasanya tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna keputihan, yang rontok ketika buluh menua.[6][10]

Pelepah buluh kaku dan tidak lekas rontok; lk. 12-27 × 18–35 cm; sisi luarnya tertutup oleh miang berwarna cokelat muda hingga cokelat gelap. Daun pelepah buluh menyegitiga dengan ujung meluncip kaku, 4-18 × 4–10 cm, tegak, biasanya gundul, berurat banyak. Kuping pelepah seperti bingkai, lebar 10 mm dan tinggi 2,5–6 mm, dengan bulu kejur 4–8 mm; ligula (lidah-lidah) rata, tinggi 2–3 mm.[6][10]

 
Buluh yang masih muda

Daun pada ranting bentuk lanset, 20-40 × 4–7 cm, sisi bawahnya berambut balig, atasnya gundul; kuping pelepah daun kecil, tinggi lk. 1 mm, dengan bulu kejur 0,7 mm; ligula rata, tinggi lk. 1 mm, lokos.[6]

Agihan dan ekologi

sunting

Buluh talang diketahui menyebar luas di wilayah Asia Tenggara; tercatat mulai dari Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, hingga Luzon di Filipina. Tumbuh liar di hutan sekunder atau hutan yang terganggu, jarang di hutan primer, hingga ketinggian 600 m dpl. Banyak ditanam di perdesaan, bambu ini kerap ditemukan tumbuh spontan di tepi-tepi jalan. Forma dengan buluh berwarna hijau kebiruan didapati di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku di atas ketinggian 250 m dpl.[10]

Manfaat

sunting
 
Close up kuping pelepah buluh

Buluhnya dipakai untuk pelbagai kegunaan; misalnya untuk membuat langit-langit penutup atap (di Toraja), tabung air (tahang), kerajinan tangan, penopang tanaman, wadah (gelas) untuk minum tuak, dan sebagai wadah untuk membuat lemang. Di Bali dan Toraja dipakai dalam upacara kematian (yakni dalam ngaben di Bali).[10]

Forma yang berwarna kuning banyak dipakai sebagai tanaman hias. Bambu lemang juga ditanam di lahan-lahan miring di Sabah untuk mencegah longsor. Rebungnya dapat dimakan, meski agak pahit rasanya.[10]

Talang ini digunakan oleh masyarakat Minangkabau Sumatera Barat untuk membuat alat musik tiup seperti saluang, dan bansi.

Anak jenis

sunting

Varietas dengan kuping pelepah buluh yang tinggi dan lebar dideskripsi dari Singapura dengan nama var. auriculatum Holttum.[11]

Referensi

sunting
  1. ^ Kurz. 1870. “On some new or imperfectly known Indian plants”. Journal of the Asiatic Society of Bengal. Vol. 39 (pt. 2, Nat. Hist.): 89, Pl. VI fig. 2. Calcutta :Bishop's College Press [Part 2 no 2: June 1870]
  2. ^ Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars IV: 5. Amstelaedami :apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.
  3. ^ Teijsmann, J.E. & S. Binnendijk. 1866. Catalogus plantarum quae in Horto Botanico Bogoriensi coluntur. Catalogus van 's Lands Plantentuin te Buitenzorg: 20. Batavia :ter Lands-Drukkerij. [1866]
  4. ^ The Plant List: Schizostachyum brachycladum (Kurz) Kurz
  5. ^ KBBI daring: bambu
  6. ^ a b c d e Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa: 83-5. L.f. 29. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
  7. ^ GrassBase: Schizostachyum brachycladum
  8. ^ Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 345-6. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 287-8.)
  9. ^ Bambus Lexicon: Schizostachyum brachycladum f. luteum
  10. ^ a b c d e Dransfield, S. 1995. "Schizostachyum brachycladum Kurz". Diarsipkan 2021-01-16 di Wayback Machine. in Soejatmi Dransfield & E.A. Widjaja (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos: 132-3. Bogor:PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. [Internet] Record from Proseabase. Accessed 13-May-2016
  11. ^ Holttum, R.E. 1958. "The bamboos of the Malay Peninsula". Garden's Bulletin Singapore, 16: 47, 1958.

Pranala luar

sunting