Dhammayuttika Nikāya

Dhammayuttika Nikāya (Pāli; Thai: ธรรมยุติกนิกาย; RTGS: Thammayuttika Nikai; Khmer: ធម្មយុត្តិកនិកាយ, Thômmôyŭttĕkâ Nĭkay), atau Ordo Dhammayut[1] (Thai: คณะธรรมยุต), adalah sebuah ordo bhikkhu Buddhisme Theravāda di Thailand, Kamboja, dan Myanmar, dengan cabang signifikan di dunia Barat. Namanya berasal dari kata Pali dhamma ("ajaran Buddha") + yutti (sesuai dengan) + ka (kelompok). Ordo ini dimulai di Thailand sebagai gerakan reformasi yang dipimpin oleh seorang pangeran yang kemudian menjadi Raja Mongkut dari Siam, sebelum juga menyebar ke Kamboja dan Myanmar. Gerakan tersebut secara resmi diakui sebagai ordo monastik yang berdiri sendiri oleh pemerintah Thailand pada tahun 1902, dan setiap bhikkhu Theravāda Thailand yang tidak termasuk dalam ordo tersebut disebut sebagai bagian dari ordo Mahā Nikāya. Dhammayuttika Nikāya memainkan peran politik yang penting di Thailand. Ordo ini secara historis diistimewakan oleh pemerintah dan monarki Thailand sebagai ordo yang memegang mayoritas gelar monastik kerajaan di Thailand dan sebagian besar gelar "Sesepuh Tertinggi" (kepala komunitas monastik Thailand). Ordo ini mewadahi kurang dari 10% bhikkhu di Thailand.

Dhammayuttika Nikāya
SingkatanDhammayut
Tanggal pendirian1833
PendiriBhikkhu Vajirañāṇo (kemudian menjadi Raja Mongkut)
TipeOrdo monastik Buddhis
Kantor pusatWat Bowonniwet Vihara,
Phra Nakhon District, Bangkok, Thailand
Superior general
Somdet Phra Ariyavongsagatanana IX (Petahana sejak 2017)

Pengaruh sunting

Kamboja sunting

 
Samdech Preah Sanghareach Bour Kry, seorang Supreme Patriarch dari ordo Dhammayuttika di Kamboja.

Pada tahun 1855, Raja Norodom dari Kamboja mengundang Preah Saukonn Pan, juga dikenal sebagai Maha Pan, seorang bhikkhu Khmer yang dididik dalam Dhammayuttika Nikāya, untuk mendirikan cabang ordo Dhammayuttika di Kamboja.[2] Maha Pan menjadi Saṅgharāja pertama dari silsilah Dhammayuttika, yang bertempat di Wat Botum, sebuah wihara baru yang didirikan oleh raja yang dikhususkan untuk para bhikkhu Dhammayuttika. Ordo Dhammayuttika Kamboja mendapat keuntungan dari perlindungan kerajaan tetapi terkadang juga dicurigai karena hubungan dekatnya dengan monarki Thailand.[3]

Ordo Dhammayuttika di Kamboja sangat menderita di bawah pemerintahan Khmer Merah. Pada masa pemerintahan tersebut, ordo ini kerap menjadi sasaran penindasan karena dianggap memiliki ikatan dengan monarki dan negara asing. Antara tahun 1981 dan 1991, Dhammayuttika Nikāya digabungkan dengan Mohanikay (Māha Nikāya) Kamboja dalam sistem saṅgha terpadu yang didirikan di bawah dominasi Vietnam. Pada tahun 1991, Raja Norodom Sihanouk kembali dari pengasingan dan menunjuk Dhammayuttika Saṅgharāja baru untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, yang secara efektif mengakhiri kebijakan penggabungan resmi sebelumnya. Dhammayuttika tetap ada di Kamboja, meskipun para bhikkhu di dalamnya merupakan minoritas yang sangat kecil. Dalam menanggapi isu-isu seperti peran bhikkhu dalam pengobatan dan pendidikan HIV/AIDS, Saṅgharāja saat ini, Bour Kry, telah mengambil posisi yang lebih liberal dibandingkan pemimpin Mohanikay, Tep Vong, namun tidak seradikal kelompokBuddhisme yang terjun aktif tertentu dalam ordo Mohanikay.[3]

Myanmar sunting

Dhammayutti Mahayin Gaing (Burma: ဓမ္မယုတ္တိနိကာယမဟာရင်ဂိုဏ်း; dari Pali: gaṇa "kelompok, perkumpulan") bermula dari "tradisi reformasi Mon pada akhir abad ke-19 [yang] menelusuri garis keturunannya hingga ordo Thai Thammayut (sic)."[4] Ordo ini adalah salah satu dari 9 ordo monastik (nikāya) yang legal secara hukum di Myanmar, berdasarkan Undang-Undang tentang Organisasi Saṅgha tahun 1990.[5]

Menurut statistik tahun 2016 yang diterbitkan oleh Komite Saṅgha Mahā Nāyaka, 823 bhikkhu tergabung dalam ordo monastik ini, mewakili 0,15% dari seluruh bhikkhu di negara tersebut, menjadikannya ordo monastik terkecil kedua yang lergal secara hukum. Sehubungan dengan representasi geografis, mayoritas bhikkhu Mahayin tinggal di Negara Bagian Mon (76,91%), diikuti oleh Negara Bagian Kayin yang berdekatan (13,61%).[6]

Indonesia sunting

Pada tanggal 23 Oktober 1976, dibentuk Saṅgha Theravāda Indonesia di Vihāra Mahā Dhammaloka (sekarang Vihāra Tanah Putih), Semarang. Saṅgha Theravāda Indonesia dibentuk oleh para bhikkhu yang bukan anggota dari Saṅgha yang sudah ada di Indonesia pada waktu itu. Organisasi saṅgha tersebut didirikan oleh 5 orang bhikkhu yang berasal dari tradisi Dhammayuttika Nikāya Thailand, yaitu Bhikkhu Aggabalo, Bhikkhu Khemasarano, Bhikkhu Sudhammo, Bhikkhu Khemiyo, serta Bhikkhu Ñaṇavutto.[7] Peristiwa bersejarah itu turut disaksikan oleh dua Dhammaduta Thailand, yaitu Bhante Suvirayan (sekarang Phra Dhamchetiyachan) dan Bhante Sombat Pavitto (sekarang Phra Vidhurdhammabhorn) yang ditahbiskan di Wat Bowonniwet.[8]

Referensi sunting

  1. ^ The Dhammayut Order in the United States of America
  2. ^ Keyes, Charles F. (1994). Communist Revolution and the Buddhist Past in Cambodia. Asian Visions of Authority: Religion and the Modern States of East and Southeast Asia. Honolulu, HI: University of Hawaii Press. hlm. 43–73. 
  3. ^ a b Harris, Ian (2001). Sangha Groupings in Cambodia. Buddhist Studies Review. 18 (edisi ke-I). hlm. 65–87. 
  4. ^ Buswell, Robert; Lopez, Donald S. (2013). The Princeton Dictionary of Buddhism. Princeton University Press. hlm. 309. ISBN 978-0-691-15786-3. 
  5. ^ Gutter, Peter (2001). "Law and Religion in Burma" (PDF). Legal Issues on Burma Journal. Burma Legal Council (8): 10. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-03-14. 
  6. ^ The State Samgha Maha Nayaka Committee. "The Account of Wazo Samgha of All Sect, M.E 1377". Mahana. Diakses tanggal 2020-05-19. 
  7. ^ Wowor, Cornelis. "Awal Sangha Theravada Indonesia". Samaggi Phala. Diakses tanggal 2024-02-18. 
  8. ^ Sangha Theravada Indonesia. "Sejarah STI". Sangha Theravada Indonesia. Diakses tanggal 2024-02-18.