Fiksi ilmiah feminis
Bagian dari seri |
Feminisme |
---|
Fiksi ilmiah feminis merupakan subgenre fiksi ilmiah yang memusatkan perhatian pada teori-teori yang meliputi tema-tema feminisme, termasuk tetapi tidak terbatas pada ketidaksetaraan gender, seksualitas, ras, ekonomi, dan reproduksi. Fiksi ilmiah feminis bersifat politis karena kecenderungannya mengritik budaya yang dominan. Beberapa karya fiksi ilmiah feminis yang paling terkemuka mengilustrasikan tema-tema ini menggunakan utopia untuk menjelajahi masyarakat yang tidak memiliki perbedaan gender maupun ketidakseimbangan kekuasaan gender, atau distopia untuk menjelajahi dunia yang memperkuat ketidaksetaraan gender, sehingga menegaskan kebutuhan untuk melanjutkan kerja-kerja feminisme.[1]
Fiksi ilmiah dan fantasi bertindak sebagai kendaraan penting bagi pemikiran feminisme, khususnya sebagai jembatan antara teori dan praktik. Tak ada genre lain yang begitu aktif mewakili tujuan-tujuan utama feminisme: dunia yang bebas dari seksisme, dunia yang mengakui dan menghargai sumbangan-sumbangan perempuan (pada keilmuan), dunia yang menjelajahi keberagaman hasrat dan seksualitas perempuan, dan dunia yang bergerak melampaui gender.
— Elyce Rae Helford[2]
Sejarah
suntingFiksi ilmiah feminis membedakan perempuan penulis fiksi ilmiah dan feminis penulis fiksi ilmiah.[3] Baik perempuan penulis maupun feminis penulis fiksi ilmiah secara historis penting bagi subgenre fiksi ilmiah feminis, karena perempuan penulis telah meningkatkan kebertampakan dan sudut pandang perempuan dalam tradisi sastra fiksi ilmiah, sementara feminis penulis mengedepankan tema-tema politik dan mengiaskannya di dalam karya-karya mereka.[3] Karena perbedaan antara perempuan dan feminis dapat dikaburkan, soal apakah sebuah karya dianggap feminis dapat diperdebatkan, tapi ada penggunaan norma-norma tulisan yang disepakati secara umum, yang dapat membantu mendefinisikan subgenre ini.
Inggris modern awal
suntingKetika terjadi Restorasi Inggris, para perempuan penulis menggunakan tema-tema fiksi ilmiah dan masa depan yang dapat dibayangkan untuk menjelajahi isu-isu, peran-peran, dan tempat perempuan di dalam masyarakat. Situasi ini dapat terlihat sejak tahun 1666 dalam karya Margaret Cavendish, The Blazing World, yang di dalamnya dia menggambarkan satu kerajaan utopia yang diperintah oleh seorang ratu. Karya pendahulu ini menarik perhatian beberapa kritikus sastra feminis, seperti Dale Spender, yang menganggap novel ini sebagai pelopor genre fiksi ilmiah secara umum.[4] Perempuan penulis fiksi ilmiah terdahulu lainnya adalah Mary Shelley. Novelnya Frankenstein (1818) menceritakan penciptaan kehidupan baru yang aseksual, dan oleh sebagian orang dianggap sebagai penggambaran kembali kisah Adam dan Hawa.[5]
Feminisme gelombang pertama (hak pilih)
suntingPara perempuan penulis yang terlibat di dalam gerakan karya sastra utopia di akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh, dapat dianggap sebagai para penulis fiksi ilmiah feminis pertama. Tulisan mereka, yang muncul selama gerakan feminis gelombang pertama, sering menyampaikan isu-isu seksisme melalui dunia yang dibayangkan berbeda yang menantang berbagai ekspektasi gender. Di tahun 1881, Mizora: A Prophecy menggambarkan sebuah dunia yang hanya terdiri dari perempuan dengan inovasi teknologi seperti partenogenesis, telepon video, dan daging tiruan.[3][6]
Novel itu tak lama kemudian diikuti oleh berbagai karya utopia feminis lainnya, seperti karya Elizabeth Burgoyne Corbett, New Amazonia: A Foretaste of the Future (1889). Di tahun 1892, penyair dan abolisionis Frances Harper menerbitkan Iola Leroy, salah satu dari novel pertama yang ditulis oleh perempuan Afro-Amerika. Buku ini berlatar Selatan sebelum perang, yang menceritakan kehidupan seorang perempuan ras campuran yang sebagian besar leluhurnya berkulit putih dan merekam harapan banyak orang Afro-Amerika terhadap kesetaraan sosial—untuk ras dan gender—selama Era Rekonstruksi.[7] Unveiling a Parallel (1893) menceritakan seorang lelaki tokoh utama yang mengendarai "pesawat" ke Mars dan mengunjungi dua masyarakat "Mars" yang berbeda; dalam keduanya terdapat kesetaraan antara lelaki dan perempuan. Di salah satunya, Paleveria, perempuan telah mengadopsi karakter negatif laki-laki; Di Caskia, yang satunya lagi, kesetaraan gender "telah membuat kedua jenis kelamin bersifat baik, penyayang, dan murah hati".[8] Dua populis Amerika, A.O. Grigsby dan Mary P. Lowe, menerbitkan NEQUA or The Problem of the Ages (1900), yang menjelajahi isu norma-norma gender dan menempatkan ketidaksetaraan struktural. Novel yang baru ditemukan akhir-akhir ini[per kapan?] mempertunjukkan kaidah-kaidah fiksi ilmiah feminis yang dikenali: seorang perempuan tokoh utama penutur yang menyamar sebagai seorang laki-laki, penjelajahan adat istiadat seksis, dan penggambaran masa depan masyarakat bumi berongga (seperti Mizora) yang mengakui kesetaraan perempuan.
The Sultana's Dream (1905), oleh feminis muslim Bengala, Rokeya Sakhawat Hussain, terlibat dengan peran perempuan yang dibatasi di masa kemaharajaan Britania di India. Melalui penggambaran purdah dengan peran gender yang dipertukarkan dalam dunia teknologis masa depan alternatif, buku Hussain dijelaskan[siapa?] mengilustrasikan potensi untuk wawasan budaya melalui pertukaran peran di masa-masa awal pembentukan subgenre ini. Dalam novel utopia berjudul Beatrice the Sixteenth (1909), seorang transgender penulis, Irene Clyde, menciptakan sebuah dunia yang tidak mengenali gender dan kisahnya sendiri diceritakan tanpa penggunaan kata benda yang dibedakan atas gender.[9] Dalam barisan yang sama, Charlotte Perkins Gilman menjelajahi dan mengritik ekspektasi terhadap perempuan dan laki-laki dengan menciptakan sebuah dunia dengan satu jenis kelamin dalam Herland (1915), yang mungkin merupakan novel utopia dan fiksi ilmiah feminis masa-masa awal yang paling terkenal.
Di antara peperangan
suntingSelama dasawarsa 1920an dan 1930an, banyak majalah fiksi ilmiah picisan terlalu berlebihan dalam menyajikan sudut pandang maskulinitas dan menonjolkan penggambaran perempuan yang dianggap seksis.[10] Pandangan-pandangan seperti ini dikecam penuh sindirin secara halus oleh Stella Gibbons dalam karyanya Cold Comfort Farm (1932)[11] dan lama kemudian oleh Margaret Atwood dalam karyanya The Blind Assassin (2000). Namun, pada tahun 1920, para penulis perempuan di masa tersebut, seperti Clare Winger Harris (The Runaway World, 1926) dan Gertrude Barrows Bennett (Claimed, 1920), menerbitkan cerita-cerita fiksi ilmiah yang ditulis dari perspektif perempuan dan terkadang berurusan dengan topik-topik berbasis gender dan seksualitas.
John Wyndham, yang menulis dengan nama pena John Beynon Harris, yang digunakannya di masa-masa awal, adalah seorang penulis picisan yang memasukkan perempuan-perempuan tokoh utama dalam kisah-kisah seperti The Venus Adventure (Wonder Stories, 1932), yang mengisahkan awak kapal campuran yang melakukan perjalanan ke Venus. Kisahnya diawali di masa depan ketika perempuan tidak lagi diperbudak oleh kehamilan dan kelahiran bayi karena sudah ada inkubator tiruan, yang ditentang oleh kaum minoritas agama. Perempuan telah menggunakan kebebasan ini untuk memasuki berbagai profesi termasuk kimia. Pandangan Wyndham begitu langka sehingga di dalam seri novelnya Stowaway to Mars, salah seorang penyunting majalah "memperbaiki" nama tokoh utamanya Joan menjadi John. Wyndham kemudian harus menuliskan cerita terakhir yang baru untuk mereka untuk menggantikan cerita penutupnya yang mengisahkan Joan jatuh cinta dan hamil.[12]
Setelah Perang Dunia II
suntingZaman PascaPD II dan Perang Dingin merupakan periode yang sangat penting namun sering dilewatkan dalam sejarah fiksi ilmiah feminis.[3] Dalam masa ini, perempuan penulis menggunakan genre fiksi ilmiah untuk secara kritis menilai bentang sosial, budaya, dan teknologi yang berubah dengan cepat.[3] Para perempuan penulis fiksi ilmiah di masa pascaPD II dan Perang Dingin secara langsung terlibat dalam penjelajahan dampak ilmu dan teknologi pada perempuan dan keluarga mereka, yang merupakan titik fokus kesadaran publik selama dasawarsa 1950an dan 1960an. Para perempuan penulis fiksi ilmiah ini, sering menerbitkan karya-karya mereka di dalam majalah-majalah SF seperti The Avalonian, Astounding, The Magazine of Fantasy and Science Fiction, dan Galaxy, yang terbuka pada cerita-cerita dan penulis-penulis baru yang mendorong batas-batas bentuk dan isi.[3]
Di awal Perang Dingin, restrukturisasi ekonomi, kemajuan teknologi, teknologi rumah tangga baru (mesin cuci, peralatan listrik),[13] peningkatan mobilitas ekonomi kelas menengah yang baru,[14] dan penekanan pada praktik-praktik konsumtif,[15] mengukir lingkungan rumah tangga berteknologi baru sehingga perempuan diberi uraian pekerjaan yang baru – ibu rumah tangga yang profesional.[16][17] Kisah-kisah fiksi ilmiah feminis yang diterbitkan diceritakan dari sudut pandang perempuan (tokoh dan penulis) yang seringkali diidentifikasi dalam peran ibu rumah tangga atau istri rumahan tradisional, suatu tindakan subversif dalam banyak hal karena watak genre fiksi ilmiah dan masyarakat pada masa itu secara tradisional memusatkan perhatian pada laki-laki.[3]
Dalam Galactic Suburbia, penulis Lisa Yaszek menemukan kembali banyak perempuan penulis fiksi ilmiah di masa pascaPD II seperti Judith Merril, penulis That Only a Mother (1948), Daughters of Earth (1952), Project Nursemaid (1955), dan The Lady Was a Tramp (1957); Alice Eleanor Jones, penulis Life, Incorporated (1955), The Happy Clown (1955), dan Recruiting Officer (1955); serta Shirley Jackson, penulis One Ordinary Day, with Peanuts (1955) dan The Omen (1958).[3] Para penulis ini seringkali membaurkan batas-batas fiksi ilmiah feminis dan fiksi spekulatif, tetapi karya mereka memberi landasan substantif bagi penulis fiksi ilmiah dari feminisme gelombang kedua untuk secara langsung terlibat dengan proyek feminis. "Sederhananya, perempuan berpaling pada fiksi ilmiah dalam dasawarsa 1940an, 1950an, dan 1960an karena fiksi ilmiah memberi mereka penikmat fiksi yang terus bertambah serta terlibat secara sosial maupun inovatif secara estetis."[3]
Feminisme gelombang kedua
suntingPada dasawarsa 1960an, fiksi ilmiah mengombinasikan sensasionslisme dengan kritik-kritik politik dan teknologi dalam masyarakat. Dengan kedatangan femiinsme gelombang kedua, peran perempuan dipertanyakan dalam "genre yang subversif dan membuka wawasan" ini".[18] Tiga tulisan terkemuka dalam periode ini adalah karya Ursula K. Le Guin, The Left Hand of Darkness (1969), karya Marge Piercy, Woman on the Edge of Time (1976) dan karya Joanna Russ, The Female Man (1970). Masing-masing menyoroti keyakinan para penulis mengenai aspek-aspek peran gender yang dikonstruksi secara sosial dengan menciptakan masyarakat tanpa gender.[19] Dua dari para penulis ini merupakan pelopor kritik feminis dalam fiksi ilmiah di dasawarsa 1960an dan 1970an, melalui esai-esai yang dikoleksi dalam The Language of the Night (Le Guin, 1979) dan How To Suppress Women's Writing (Russ, 1983). Yang perlu masuk dalam catatan juga adalah karya Madeleine L'Engle, A Wrinkle in Time (1962), yang ditulis untuk anak-anak dan remaja, menceritakan seorang gadis tokoh utama berusia 13 tahun, Meg Murry. Ibunya, Ny. Murry, seorang ilmuwan yang memiliki gelar akademis dalam biologi dan bakteriologi. Novel L'Engle diputuskan termasuk dalam fiksi ilmiah, feminis, dan penganut Kristen yang taat, dan merupakan novel pertama dalam serinya, The Time Quintet. Petualangan Meg ke planet-planet, galaksi-galaksi, dan dimensi-dimensi lain dipandu oleh tiga makhluk kuno, Ny. Apa, Ny. Yang Mana, dan Ny. Siapa, yang melakukan "tesser" untuk melakukan perjalanan dengan jarak yang sangat jauh. A Wrinkle in Time diberi penghargaan Newbery Medal di tahun 1963 dan tidak pernah tidak dicetak. Laki-laki juga menyumbang karya sastra pada fiksi ilmiah feminis. Karya yang menonjol adalah cerita pendek yang ditulis Samuel R. Delany, Time Considered as a Helix of Semi-Precious Stones (1968), yang memenangkan Hugo Award untuk Cerita Pendek Terbaik di tahun 1970. Ceritanya mengisahkan kehidupan seorang lelaki gay yang meliputi tema sadomasokisme, gender, arti penting bahasa, dan ketika masyarakat kelas atas dan bawah saling bertemu satu sama lain. Sementara novelnya, Babel-17, mengisahkan perempuan autis warna sebagai pahlawan dan tokoh utamanya.[20] Karya Octavia Butler, Kindred (1979) menceritakah kisah seorang Afro-Amerika yang hidup di Amerika Serikat pada tahun 1979 dan tanpa sengaja melakukan perjalanan waktu ke Selatan sebelum masa perang. Novel ini mengemukakan pertanyaan-pertanyaan rumit mengenai kodrat seksualitas, gender, dan ras ketika masa kini menghadapi masa lalu.[4]
Dasawarsa 1980an dan selanjutnya
suntingFiksi ilmiah feminis berlanjut ke dasawarsa 1980an dengan novel karya Margaret Atwood, The Handmaid's Tale (1985), sebuah kisah distopia dari masyarakat teokratis yang membuat perempuan dilucuti semua kebebasannya secara sistematik, Buku ini dimotivasi oleh ketakutan akan dampak potensi kemunduran pada hak-hak perempuan. Sheri S. Tepper paling dikenal oleh serinya The True Game, yang menjelajahi Lands of the True Game, sebagian planet yang dijelajahi umat manusia pada suatu ketika di masa depan. Pada bulan November 2015, dia menerima World Fantasy Award untuk Pencapaian Hidup untuk seri ini.[21][22] Tepper telah menulis dengan menggunakan beberapa nama samaran, termasuk A. J. Orde, E. E. Horlak, dan B. J. Oliphant.[23] Carol Emshwiller adalah penulis fiksi ilmiah feminis lain dengan karya-karyanya yang paling terkenal adalah Carmen Dog (1988), The Mount (2002), dan Mister Boots (2005). Emshwiller juga menulis fiksi ilmiah untuk The Magazine of Fantasy and Science Fiction sejak tahun 1974.[24] Dia memenangkan World Fantasy Award untuk Pencapaian Hidup di tahun 2005 untuk novelnya The Mount (2002).[24] Novel ini menjelajahi mentalitas mangsa/pemburu melalui ras alien.[25] Penulis lain dalam dasawarsa 1980an, Pamela Sargent, telah menghasilkan karya Seed Series, yang di dalamnya termasuk Earthseed, Farseed, dan Seed Seeker (1983–2010), Venus Series mengenai teraformasi Venus, yang meliputi Venus of Dreams, Venus of Shadows, dan Child of Venus (1986–2001), serta The Shore of Women (1986). Sargent juga merupakan pemenang Pilgrim Award di tahun 2012 untuk sumbangan hidup bagi studi-studi fiksi ilmiah/fiksi. Lois McMaster Bujold memenangkan Hugo Award dan Nebula Award untuk novelnya, The Mountains of Mourning, yang merupakan bagian dari serinya Vorkosigan Saga (1986–2012). Saga ini memasukkan berbagai sudut pandang dari sejumlah tokoh kecil, dan juga sangat mempedulikan isu-isu etika kesehatan, identitas, dan reproduksi seksual.
Para penulis fiksi ilmiah yang lebih baru menerangkan bahwa yang mereka perdebatkan adalah ketidakadilan yang menjadi kelaziman. Pada saat Kerusuhan LA tahun 1992, sebuah karya penulis Jepang-Amerika Cynthia Kadohata, In the Heart of the Valley of Love (1992) diterbitkan. Ceritanya, yang berlatar tahun 2052, memeriksa ketegangan di antara dua kelompok yang didefinisikan sebagai "kaum berada" dan 'kaum tak berpunya" serta ditulis melalui mata seorang gadis berusia sembilan belas tahun yang merupakan keturunan Asia dan Afrika.[26] Karya Nalo Hopkinson, Falling in Love With Hominids (2015) merupakan koleksi cerita pendek yang subjeknya merentang dari fantasi sejarah yang melibatkan kolonialisme di Karibia, sampai manipulasi usia, dan juga keragaman etnik di tanah Peri, di antara berbagai subjek lainnya.[27]
Di awal dasawarsa 1990an, diciptakan sebuah peluang penghargaan baru untuk para penulis fiksi feminis. James Tiptree, Jr. Award merupakan penghargaan karya sastra tahunan bagi karya-karya fiksi ilmiah atau fantasi yang memperluas atau menjelajahi pemahaman seseorang mengenai gender (Alice Sheldon adalah salah seorang perempuan penulis yang menerbitkan fiksi ilmiah dengan nama pena Tiptree). Penulis fiksi ilmiah Pat Murphy dan Karen Joy Fowler mengawali diskusi selanjutnya di WisCon pada Februari 1991. Penerbitan para penulis ini dalam fiksi ilmiah feminis setelah tahun 1991 telah memenuhi syarat untuk penghargaan yang dinamai sesuai nama penulis yang disayangi dalam genre ini. Karen Joy Fowler sendiri dianggap sebagai penulis fiksi ilmiah feminis untuk cerita-cerita pendeknya, seperti What I Didn't See, yang membuatnya menerima Nebula Award di tahun 2004. Cerita ini merupakan persembahan bagi Sheldon, yang menggambarkan ekspedisi perburuan gorila di Afrika. Pat Murphy memenangkan sejumlah penghargaan untuk novel-novel fiksi ilmiah feminisnya juga, temasuk novel keduanya, The Falling Woman (1986), sebuah kisah konflik pribadi dan pengalaman visioner yang berlatar studi bidang arkeologi. Novel ini membuatnya memenangkan Nebula Award di tahun 1988. Dia memenangkan Nebula Award lain pada tahun yang sama untuk ceritanya, Rachel in Love. Koleksi cerita pendeknya, Points of Departure (1990) memenangkan Philip K. Dick Award, dan novelnya yang diterbitkan tahun 1990, Bones, memenangkan World Fantasy Award tahun 1991.[28]
Para pemenang James Tiptree, Jr. Award lain adalah The Sparrow karya Mary Doria Russell (1996), Black Wine karya Candas Jane Dorsey (1997), Redwood and Wildfire karya Andrea Hairston (2011),[29] The Carhullan Army karya Sarah Hall (2007), Ammonite karya Nicola Griffith (1993), dan The Conqueror's Child karya Suzy McKee Charnas (1999). Semua penulis ini memiliki dampak penting bagi dunia fiksi ilmiah dengan menambahkan perspektif feminis pada genre laki-laki yang tradisional.
Cerita pendek fiksi ilmiah karya Eileen Gunn, Coming to Terms, menerima Nebula Award (2004) di Amerika Serikat dan Sense of Gender Award (2007) di Jepang, dan telah dinominasikan dua kali masing-masing untuk Hugo Award, Philip K. Dick Award dan World Fantasy Award, serta dimasukkan dalam daftar-pendek untuk James Tiptree, Jr. Award. Antologi cerita pendeknya yang paling populer adalah Questionable Practices, yang meliputi cerita Up the Fire Road dan Chop Wood, Carry Water. Dia juga menyunting The WisCon Chronicles 2: Provocative Essays on Feminism, Race, Revolution, and the Future bersama L. Timmel Duchamp.[30] Duchamp terkenal dalam komunitas fiksi ilmiah feminis untuk novel pertamanya Alanyacerit to Alanya (2005), yang merupakan novel pertama dari lima buku dalam serinya, The Marq'ssan Cycle. Alanyacerit to Alanya berlatar di masa depan bumi yang tidak jauh yang dikendalikan oleh kelas penguasa yang didominasi laki-laki, yang secara longgar mengikuti pola setelah dunia korporasi masa kini. Duchamp juga menerbitkan sejumlah cerita pendek, dan merupakan penyunting untuk Aqueduct Press. Lisa Goldstein adalah penulis fiksi ilmiah feminis lain yang sangat dihormati. Novel Dark Rooms (2007) merupakan salah satu karyanya yang dikenal luas, dan salah satu novelnya yang lain, The Uncertain Places, memenangkan Mythopoeic Award untuk Novel Dewasa Terbaik di tahun 2012.
Tema yang berulang
suntingKarya-karya fiksi ilmiah feminis seringkali mirip dengan tujuan-tujuan yang mereka garap demikian juga dengan subjek dan alur yang menjadi pusat perhatian mereka dalam rangka mencapai tujuan-tujuan itu. Fiksi ilmiah feminis adalah fiksi ilmiah yang membawa gagasan-gagasan feminis dan promosi nilai-nilai sosial seperti kesetaraan gender dan penghapusan penindasan patriarkis. Karya-karya fiksi ilmiah feminis seringkali menghadirkan kiasan yang berulang dalam fiksi ilmiah dengan penekanan pada hubungan gender dan peran gender. Banyak unsur fiksi ilmiah, seperti siborg dan implan, demikian juga utopia dan distopia, diberi konteks dalam lingkungan berdasarkan gender, yang memberikan kontras pada kenyataan hubungan gender masa kini meskipun masih tetap merupakan karya fiksi ilmiah.
Masyarakat utopia dan distopia
suntingRepresentasi masyarakat utopia dan distopia dalam fiksi ilmiah memberi penekanan yang semakin kuat pada peran-peran gender sambil menentang filosofi anti-utopia di abad ke-20.[31] Para lelaki filsuf seperti John Rawls, Isaiah Berlin, dan Michael Oakeshott sering mengritik gagasan utopia, dengan berteori bahwa mustahil dapat membangun utopia tanpa kekerasan dan hegemoni. Banyak karya fiksi ilmiah dan rangkaian pemikiran filosofis utopia yang ditulis laki-laki menyingkirkan utopia karena merupakan sesuatu yang tak dapat dicapai, sementara dalam fiksi ilmiah feminis, masyarakat utopia sering ditampilkan sebagai sesuatu yang dapat dicapai dan dapat diidamkan.[32]
Filosofi anti-utopia dan fiksi ilmiah feminis bertentangan dalam hal kemungkinan mencapai utopia. Dalam Rehabilitating Utopia: Feminist Science Fiction and Finding the Ideal, sebuah artikel yang diterbitkan dalam Contemporary Justice Review, para filsuf yang menentang impian utopia berpendapat bahwa "Pertama adalah ekspektasi bahwa utopia membenarkan kekerasan, kedua adalah ekspektasi bahwa utopia menghancurkan hasrat-hasrat individu menjadi norma-norma komunal, dan ketiga adalah ekspektasi bahwa utopia mengamanatkan fokus robotika pada penyelesaian masalah." Dalam fiksi ilmiah feminis, utopia seringkali diwujudkan melalui keinginan komunal untuk masyarakat yang ideal. Salah satu novel seperti ini yang dituliskan ringkasannya di dalam artikel tersebut di atas adalah novel karya Charlotte Perkins Gilman, Herland, dan dikatakan bahwa "Gilman dengan sempurna menangkap dorongan hati akan utopia bahwa semua masalah dapat diselesaikan. Dia membangun satu masyarakat di mana setiap pertimbangan mengenai satu pertanyaan mengarah pada jawaban rasional."[32] Utopia Gilman ditampilkan sebagai sesuatu yang dapat diperoleh dan dapat dicapai tanpa konflik, tidak memperkenankan kekerasan dan juga tidak menghilangkan individualisme.
Dalam trilogi Parable oleh seorang novelis fiksi ilmiah feminis, Octavia Butler, filosofi anti-utopia dikritik melalui latar distopia. Dalam novel pertamanya, Parable of the Sower, setelah penghancuran kampung halaman dan keluarganya, Lauren Olamina, salah seorang dari banyak orang yang hidup dalam distopia, sebuah masyarakat tak berpemerintahan, mencari untuk membentuk agama utopianya sendiri yang disebut Earthseed. Penciptaan utopia Olamina tidak membenarkan penggunaan kekerasan sebagai salah satu caranya, tak peduli sebijaksana apapun, untuk membenarkan akhirnya, mencapai utopia, tak peduli betapapun diidamkannya. Namun kita menyaksikan dia tak dapat menghindari kekerasan, karena dihasilkan dari gagasan disebarluaskan tak begitu luas yang berbeda dari gagasan yang dipegang oleh mayoritas yang hidup di dalam struktur sosial saat ini, bagaimanapun tidak teraturnya dan tanpa pemerintahan struktur sosial itu. Butler menempatkan bahwa masyarakat utopia tidak pernah dapat dicapai sebagai entitas yang sepenuhnya terpisah dari dunia luar, salah satu dari keyakinan yang umum dimiliki mengenai persyaratan yang dibutuhkan untuk mencapai utopia. Utopia Olamina, dan Butler, dibayangkan sebagai satu komunitas yang memiliki visi yang sama dan tidak dipaksakan pada semua orang yang ada di dalamnya.[32]
Salah satu kecenderungan yang umum dalam utopia fiksi ilmiah feminis adalah keberadaan dunia utopia bergender tunggal – terutama pada umumnya perempuan. Dalam karya-karya ilmiah utopia, perempuan digambarkan bebas dari konflik dan dimaksudkan bebas dari lelaki. Utopia bergender tunggal dalam fiksi ilmiah menampilkan perempuan bebas dari konflik yang ingin dihapuskan oleh feminisme, seperti penindasan patriarkis dan ketidakseimbangan gender yang bersifat permanen dalam masyarakat patriarkis. Dalam sebuah pernyataan mengenai utopia bergender tunggal ini, Joanna Russ, penulis The Female Man, berteori bahwa masyarakat yang hanya terdiri dari laki-laki tidak dituliskan, karena dalam masyarakat patriarkis penindasan terhadap laki-laki bukan merupakan isu yang mendesak dibanding penindasan terhadap perempuan.[33]
Utopia sebagai sebuah gagasan yang diperjuangkan bukan merupakan konsep yang sepenuhnya terbatas pada fiksi ilmiah feminis, namun banyak karya fiksi ilmiah feminis seringkali menyingkirkan utopia sebagai tujuan yang tak dapat dicapai, dan karenanya meyakini bahwa pencarian akan utopia harus dipertimbangkan sebagai berbahaya dan mandul. Teori anti-utopia memusatkan perhatian pada 'bagaimana'nya di dalam transisi dari masyarakat masa kini menjadi utopia di masa depan. Dalam fiksi ilmiah feminis, pencapaian masa depan utopia mengandalkan kemampuan untuk mengenali kebutuhan akan kemajuan dan kegigihan untuk mengatasi berbagai rintangan yang hadir dalam menciptakan masyarakat utopia.[32]
Keterwakilan perempuan
suntingMungkin daya tarik paling jelas dari fiksi ilmiah bagi para perempuan penulis – baik feminis maupun bukan – adalah kemungkinan yang ditawarkannya dalam penciptaan perempuan pahlawan. Tuntutan realisme dalam novel-novel kontemporer atau sejarah memasang batasan yang tidak mengikat berbagai alam raya yang tersedia dalam fiksi ilmiah. Meskipun sejarah fiksi ilmiah mengungkapkan hanya sedikit gambaran perempuan yang heroik, realistis, bahkan orisinil, genre ini memiliki potensi yang diakui oleh para perempuan penulis yang tertarik padanya di dalam dasawarsa 1960an dan 1970an. Sebelum masa ini, daya tariknya bagi para perempuan penulis tidak begitu besar. Dampak feminisme pada bidang fiksi ilmiah dapat diamati bukan hanya dalam tulisan-tulisan fiksi ilmiah itu sendiri, tapi juga pada perkembangan pendekatan feminis pada kritik dan sejarah fiksi ilmiah, serta berbagai percakapan dan perdebatan dalam komunitas fiksi ilmiah. Salah satu perdebatan utamanya adalah tentang keterwakilan perempuan dalam fiksi ilmiah.
Dalam artikelnya Redefining Women's Power through Feminist Science Fiction, Maria DeRose menyatakan bahwa, "Salah seorang sosialis terdahulu yang hebat mengatakan bahwa status perempuan dalam sebuah masyarakat merupakan indikator yang cukup dapat diandalkan mengenai tingkat peradaban masyarakat tersebut. Jika benar begitu, maka status perempuan yang sangat rendah dalam fiksi ilmiah seharusnya membuat kita merenungkan mengenai apakah fiksi ilmiah beradab atau tidak".[34] Gerakan perempuan telah membuat sebagian besar dari kita menyadari fakta bahwa fiksi ilmiah sepenuhnya mengabaikan perempuan. "Kurangnya penghargaan" ini merupakan alasan utama perempuan memberontak dan secara aktif berjuang untuk dapat diperhatikan dalam bidang ini .[35]
Virginia Woolf mengaitkan aspek fiksi ilmiah feminis ini dalam artikel Feminist Criticism and Science Fiction for Children. Ketika dia mendiskusikan kelangkaan perempuan dalam bidang ini, dia menyatakan, "Dalam masa-masa awalnya, di abad kesembilan belas, ternyata hanya ada dua perempuan yang menulis fiksi ilmiah, Mary Shelley dan Rhoda Broughton," lalu melanjutkan, "Di awal abad kedua puluh, hanya sedikit perempuan yang menjadi penulis fiksi ilmiah yang sukses". Tetapi, "Waktu telah berubah. Penindasan telah memberi jalan pada pikiran yang mempertanyakan dan pemberontakan terang-terangan, dan dalam fiksi ilmiah 1960an, muncul inovasi gaya bahasa dan kepedulian baru. Banyak cerita mereka tidak berurusan dengan perangkat keras tradisional fiksi ilmiah, tetapi berkonsentrasi pada dampak yang akan diberikan masyarakat atau persepsi yang berbeda pada tokoh individu'".[36] Andre Norton, seorang analis fiksi ilmiah yang cukup terkenal berpendapat dalam barisan yang sama. Ketika Norton menjelajahi beberapa novel yang dia temukan, dia menyadari bahwa penciptaan tokoh dan bagaimana mereka diperlihatkan merupakan hubungan yang jelas dengan situasi dunia nyata. Dari sini, dia memasuki lebih dalam pada tokoh-tokoh dalam novel-novel feminis ini dan menghubungkannya dengan dunia nyata. Dia menutupnya dengan artikel yang ada dalam barisan ini. Dia ingin mengungkapkan gagasan bahwa feminis memiliki cara untuk membuat suara mereka terdengar di sana. Sekarang, seluruh karya mereka cukup terkenal/populer sehingga gagasan mereka dapat disampaikan pada publik. Virginia Woolf dapat membuktikan fakta ini. Dia memperkenalkan gagasan bahwa perempuan tidak cukup terwakilkan di dalam bidang ini sampai awal 1900an dan menambahkan fakta tersebut dengan menyatakan, "Perempuan tidak cukup terwakili dengan baik dalam fiksi ilmiah".[36]
Tokoh-tokoh individu, yang sudah kita ketahui, memiliki persepsi dan pengamatan mereka sendiri terhadap lingkungan sekitar mereka. Tokoh-tokoh di dalam novel, seperti The Girl Who Was Plugged In karya James Tiptree dan The Handmaid's Tale karya Margaret Atwood, sepenuhnya memahami situasi yang sedang berlangsung dan peran mereka di dalam masyarakat. Gagasan ini merupakan kelanjutan dari argumen yang dikemukakan oleh Andre Norton. Woolf memperdebatkan hal yang sama dalam analisisnya terhadap penulisan Le Guin, yang memiliki banyak sumbangan pada karya-karya fiksi ilmiah feminis. Woolf berpendapat, "Yang penting bagi Le Guin bukan seperti apa penampilan orang atau bagaimana mereka berperilaku, tetapi apakah mereka memiliki pilihan dan apakah mereka menerima penghargaan akan siapa diri mereka dan apa yang mereka lakukan dan bukan atas dasar jenis kelamin. Feminisme baginya bukan masalah berapa banyak perempuan (atau tokoh dalam fiksi ilmiah) yang merupakan ibu rumah tangga tetapi sebagai bagian dari harapan kita untuk bertahan hidup, yang dia yakini terdapat di dalam pencarian keseimbangan dan penggabungan".[36] Ini memicu banyak pertanyaan mengenai kesetaraan (sebuah perdebatan yang telah berlangsung bertahun-tahun) tapi tampaknya tak seorang pun mendapatkan jawabannya. Dalam pencarian kesetaraan yang terus-menerus ini, banyak tokoh menemukan diri mereka menanyakan hal yang sama: "Apakah Gender Diperlukan" (yang, secara kebetulan, merupakan salah satu novel Le Guin, Is Gender Necessary, dan juga merupakan satu masalah yang muncul dari bias-bias gender). Robin Roberts, seorang sejarawan sastra Amerika, menjelaskan hubungan tokoh-tokoh ini dan apa artinya bagi masyarakat kita di masa kini. Roberts meyakini bahwa lelaki dan perempuan ingin setara, tapi tidak setara. Mereka seharusnya memperjuangkan pertarungan yang sama ketika dalam kenyataannya mereka malah bertarung satu sama lain. Dia juga memperdebatkan bahwa kesetaraan gender sudah menjadi masalah dalam setiap jangkauan feminisme, bukan hanya dalam fiksi ilmiah feminis. Woolf juga menyentuh masalah ini, "Seperti yang dia jelaskan dalam Is Gender Necessary?, The Left Hand of Darkness meyakinkannya bahwa jika lelaki dan perempuan sepenuhnya dan setulusnya setara dalam peran-peran sosial mereka, secara hukum dan ekonomi setara, setara dalam kemerdekaan, dalam tanggung jawab, dan dalam harga diri, ... masalah utama kita bukan yang saat ini berlangsung: masalah eksploitasi—eksploitasi perempuan, eksploitasi yang lemah, dan eksplotasi bumi" (p. 159).[36] Kritik fiksi ilmiah sudah berlangsung cukup lama dari hasrat defensif untuk menciptakan norma. Semua penulis ini mendemonstrasikan bahwa kritik fiksi ilmiah menangani pertanyaan yang sama seperti kritik sastra lainnya: ras, gender, dan politik feminisme itu sendiri. Woolf meyakini bahwa mengevaluasi tulisan-tulisan, terutama yang di Amerika, yang telah dituliskan lebih dari seratus dua puluh tahun, kritik-kritik ini menempatkan sifat terpuji fiksi ilmiah dalam berbagai kemungkinan spekulatifnya. Namun, pada saat yang sama semuanya mencatat bahwa tulisan-tulisan yang mereka analisis merefleksikan isu-isu dan kepedulian-kepedulian terhadap periode sejarah ketika karya sastra ditulis. DeRose membuka artikelnya dengan, sebenarnya, argumen yang sama. Dia mengatakan, "kekuatan perempuan di dalam fiksi ilmiah sangat tidak dihargai dalam beberapa tahun terakhir".[34]
Identitas gender
suntingFiksi ilmiah feminis menawarkan, pada para penulis, kesempatan untuk membayangkan dunia dan masa depan yang tidak dikekang oleh standar, peraturan, dan peran yang ada dalam kenyataan. Namun, genre ini menciptakan ruang untuk dijelajahi sebagai tempat biner gender mungkin mengalami masalah dan seksualitas yang berbeda.[1]
Seperti yang dijelaskan oleh Anna Gilarek, isu-isu gender telah menjadi bagian dari wacana feminis melalui gerakan feminis, dan karya-karya penulis seperti Joanna Russ dan Marge Piercy yang menjelajah dan mengungkapkan gender berdasarkan penindasan. Gilarek menguraikan dua pendekatan pada kritik sosial melalui fiksi ilmiah feminis: penggunaan unsur fantasi, seperti "dunia, planet, bulan, dan alam yang diciptakan", adalah untuk menarik perhatian pada penyakit-penyakit masyarakat dengan melebih-lebihkannya, atau dengan pendekatan yang lebih blak-blakan, "mengandalkan teknik realis untuk menyampaikan pesan mengenai kekurangan dunia kita dan organisasi-organisasi sosialnya, khususnya ketidaksetaraan perempuan yang terus berlangsung".[2] Ada banyak contoh mendefinisikan kembali peran gender dan identitas gender di dalam fiksi ilmiah feminis, yang terentang dari pembalikan stereotip gender hingga kiasan-kiasan. Dalam cerita pendek The Matter of Seggri, karya Ursula Le Guin, peran gender tradisional sepenuhnya ditukarkan. Lelaki didegradasi pada peran-peran atlet dan pelacur sementara perempuan mengendalikan alat-alat produksi dan memiliki akses eksklusif pada pendidikan. Dalam karya Margaret Atwood, The Handmaid's Tale, penindasan berbasis gender dilebih-lebihkan dalam satu masyarakat distopia yang melucuti hak-hak perempuan dan mendegradasi perempuan subur pada peran pelayan yang akan mengandung anak-anak untuk melanjutkan ras manusia. Buku-buku baru melanjutkan tema distopia mengenai perempuan yang hidup di dalam masyarakat yang selaras dengan keinginan para lelaki, yang mengorbankan hak-hak dan kesejahteraan perempuan, seperti dalam novel dewasa muda karya Louise O'Neill, Only Ever Yours. Dalam karya ini, perempuan tak lagi lahir secara normal tetapi dirancang secara genetik sebelum lahir untuk disesuaikan dengan hasrat-hasrat fisik para laki-laki, kemudian dimasukkan dalam sekolah yang mengajarkan mereka untuk tidak berpikir (mereka tidak pernah diajarkan untuk membaca), dan untuk memusatkan perhatian pada penampilan sampai mereka dinilai berdasarkan skala kecantikan pada usia enam belas tahun. Peringkat sepuluh teratas akan menjadi pengantin para lelaki elit, peringkat sepuluh di tengah dipaksa menjadi selir tanpa pernikahan, dan peringkat sepuluh terbawah dipaksa untuk melanjutkan hidup mereka sebagai instruktur di sekolah dengan situasi yang sangat memalukan. Di usia empat puluh, perempuan dieutanasia. Dalam novel pasca kiamat, Gather the Daughters, karya Jennie Melamed, perempuan, yang hidup dalam suatu masyarakat di suatu pulau, dieksploitasi secara seksual sejak kanak-kanak, dipaksa menikah saat remaja, dan setelah menjadi nenek harus bunuh diri.
Selama beberapa dasawarsa, para penulis fiksi ilmiah dan fiksi ilmiah feminis telah mengambil berbagai pendekatan yang berbeda untuk mengritik gender dan masyarakat bergender. Helen Merrick menguraikan transisi dari situasi yang dijelaskan Joanna Russ sebagai tradisi "Pertarungan Antarjenis-Kelamin" menjadi pendekatan yang lebih egaliter dan androginis. Kisah-kisah "Pertarungan Antarjenis-Kelamin" atau yang juga dikenal sebagai "Perempuan Dominan" seringkali menghadirkan masyarakat matriarkis di mana perempuan telah mengatasi para penindas patriarkis dan mencapai dominasi. Kisah-kisah ini juga mewakili kegelisahan yang memandang kekuasaan perempuan sebagai ancaman terhadap maskulinitas dan norma heteroseksual. Seperti yang dijelaskan Merrick, "Dan meskipun semua itu mungkin setidaknya memberi petunjuk mengenai visi tatanan sosial yang lebih setara secara gender, tapi kemungkinannya kisah-kisah ini merusak, karena menggambarkan hasrat perempuan demi kesetaraan yang lebih besar seperti dorongan maskulin (yang stereotip) demi kekuasaan dan dominasi." Contoh-contoh kisah jenis ini, ditulis di dalam dasawarsa 1920an dan 1930an sampai 1950an, termasuk karya Francis Steven, Friend Island dan karya Margaret Rupert, Via the Hewitt Ray; di tahun 1978, Marion Zimmer Bradley merilis The Ruins of Isis, sebuah novel mengenai matriarki masa depan di planet kolonisasi manusia tempat lelaki sangat tertindas.
Dalam dasawarsa 1960an dan 1970an, para penulis fiksi ilmiah feminis beralih dari "Pertarungan Antarjenis-Kelamin" dengan menuliskan kisah-kisah yang lebih egaliter dan kisah-kisah pencarian untuk membuat femininitas lebih terlihat. Karya Ursula Le Guin, The Left Hand of Darkness menggambarkan masyarakat androginis yang dapat membayangkan sebuah dunia tanpa gender. Dalam cerita pendek karya James Tiptree Jr., Houston, Houston, Do You Read?, perempuan dapat terlihat dalam kemanusiaan mereka yang seutuhnya karena ketiadaan lelaki dalam masyarakat pasca kiamat.[5] Karya-karya Joanna Russ, termasuk When it Changed dan The Female Man merupakan contoh-contoh lain yang menjelajahi femininitas dan "dekonstruksi perempuan seutuhnya yang dapat diterima dan bebas mengalami peralihan berlipat makna pasca modernis akan 'kedirian' perempuan".[7]
Buku komik dan novel grafik
suntingFiksi ilmiah feminis terbukti keberadaannya dalam berbagai media yang populer secara global, seperti buku-buku komik, manga, dan novel grafik. Salah satu kemunculan awal tokoh perempuan yang kuat adalah adiwira Wonder Woman, yang diciptakan oleh tim suami istri William Moulton Marston dan Elizabeth Holloway Marston. Pada Desember 1941, Wonder Woman hidup dalam halaman-halaman All Star Comics, dan di tahun-tahun setelahnya direinkarnasi dalam seri TV animasi hingga film aksi, dengan dampak budaya yang signifikan. Di awal dasawarsa 1960an, Marvel Comics sudah meliputi beberapa karakter perempuan, meskipun mereka seringkali menderita kelemahan perempuan yang stereotip seperti pingsan setelah keletihan yang intens.[37] Di dasawarsa 1970an dan 1980an, para perempuan pahlawan sejati mulai bermunculan di halaman-halaman komik.[38] Hal ini dibantu oleh kemunculan para penulis yang mengidentifikasi diri sebagai feminis termasuk Ann Nocenti, Linda Fite, dan Barbara Kesel. Saat kebertampakan perempuan dalam komik meningkat, jenis "perempuan pahlawan yang pingsan" mulai memudar ke masa lalu. Namun, beberapa perempuan penulis buku komik, seperti Gail Simone, percaya bahwa tokoh-tokoh perempuan ini masih didegradasi pada peralatan dalam alur (lihat Women in Refrigerators).
Feminisme dalam fiksi ilmiah shōjo manga telah menjadi satu tema dalam karya-karya Moto Hagio di antara yang lainnya, yang telah banyak dipengaruhi oleh karya-karya tulis Ursula K. Le Guin.[39]
Film dan televisi
suntingFeminisme telah mendorong penciptaan tubuh fiksi ilmiah berorientasi aksi yang besar dengan tokoh utama perempuan: Wonder Woman[40] (aslinya diciptakan di tahun 1941) dan The Bionic Woman pada masa gerakan perempuan yang terorganisir dalam dasawarsa 1970an; Terminator 2: Judgment Day dan Alien Tetralogy[41] dalam dasawarsa 1980an; dan Xena, Warrior Princess, tokoh buku komik Red Sonja, dan Buffy the Vampire Slayer.[42] Serial TV fiksi ilmiah tahun 2001, Dark Angel menampilkan tokoh utama perempuan yang sangat kuat, dengan peran gender antara dia dan laki-laki tokoh utamanya pada umumnya dipertukarkan.[43]
Namun, feminis juga menciptakan fiksi ilmiah yang langsung terlibat dengan feminisme melampaui penciptaan perempuan pahlawan laga. Televisi dan film telah menawarkan peluang untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru mengenai struktur sosial dan cara-cara feminis mempengaruhi ilmu pengetahuan.[44] Fiksi ilmiah feminis menyediakan alat untuk menantang norma-norma masyarakat dan menyarankan standar-standar baru mengenai bagaimana masyarakat memandang gender.[1] Genre ini juga berurusan dengan kategori laki-laki/perempuan, memperlihatkan bagaimana peran perempuan dapat berbeda dari peran feminin. Karenanya feminisme mempengaruhi industri film dengan menciptakan cara-cara baru menjelajahi dan memandang peran-peran maskulinitas/femininitas dan laki-laki/perempuan.[45] Sebuah contoh kontemporer mengenai televisi fiksi ilmiah feminis dapat ditemukan dalam Orphan Black, yang berurusan dengan isu-isu keadilan reproduktif, ilmu pengetahuan, gender, dan seksualitas.
Fandom
suntingDalam dasawarsa 1970an, komunitas fiksi ilmiah mengonfrontasi pertanyaan-pertanyaan mengenai feminisme dan seksisme di dalam budaya fiksi ilmiah itu sendiri. Penggemar penulis pemenang banyak penghargaan Hugo dan profesor sastra Susan Wood serta yang lainnya mengorganisir "panel feminis" pada Konvensi Fiksi Ilmiah Sedunia tahun 1976 meskipun mendapatkan banyak tentangan.[46] Reaksi atas kemunculan para feminis di tengah-tengah para penggemar yang cukup dikenal menuntun pada penciptaan A Women's APA[47] dan WisCon.[48]
Fiksi ilmiah feminis terkadang diajarkan di tataran universitas untuk menjelajahi peran konstruksi sosial dalam pemahaman gender.[49]
Penerbitan
suntingDalam dasawarsa 1970an, penerbitan fiksi ilmiah feminis pertama didirikan.[50] Yang paling terkenal adalah majalah-majalah penggemar The Witch and the Chameleon (1974–1976) dan Janus (1975–1980), yang kemudian menjadi Aurora SF (Aurora Speculative Feminism) (1981–1987).[51] Windhaven, A Journal of Feminist Science Fiction diterbitkan dari tahun 1977 sampai 1979 oleh Jessica Amanda Salmonson[52][53] di Seattle.[54] Majalah-majalah isu khusus yang terhubung dengan pertemuan-pertemuan fiksi ilmiah juga diterbitkan pada saat itu, seperti majalah penggemar simposium Khatru, Women in Science Fiction pada tahun 1975.[55]
Karya-karya kritis
suntingFemspec | |
---|---|
Singkatan (ISO) | Femspecs |
Disiplin ilmu | fiksi spekulatif feminis |
Bahasa | Inggris |
Disunting oleh | Batya Weinbaum |
Detail publikasi | |
Penerbit | Cleveland State University (United States) |
Sejarah penerbitan | 1999 sampai sekarang |
Frekuensi | Semester |
Pengindeksan | |
ISSN | 1523-4002 |
LCCN | sn99008204 |
OCLC | 55471482 |
Pranala | |
Femspec
suntingFemspec merupakan jurnal akademik feminis yang mengkhususkan diri dalam karya-karya yang menantang gender melalui genre spekulatif, termasuk fiksi ilmiah, fantasi, realisme keajaiban, penjelajahan mitos dalam puisi dan fiksi pasca modern, dan horor.[56] Fokus multibudaya juga disadari keberadaannya di dalam jurnal itu, baik dalam hal isi maupun dalam riasan keragaman kelompok redaksinya. Isu pertama keluar di tahun 1999[57] di bawah arahan redaktur pendiri Batya Weinbaum, yang masih menjadi pimpinan redaktur. Femspec masih terbit hingga 2001 dan telah mengangkat lebih dari 1000 penulis, kritikus, dan seniman ke dalam cetakan. Setelah kehilangan rumah akademik mereka pada bulan Mei 2003, mereka terus meningkatkan karya lintas genre dan mencetak tulisan mengenai semua buku dan media yang diterima, demikian juga dengan peristiwa-peristiwa yang mengemukakan karya kreatif yang secara imajinatif menantang gender, seperti komunitas-komunitas yang diniatkan, acara-acara pertunjukan, dan festival-festival film.
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ a b c Helford, Elyce Rae (2005), "Feminism", dalam Westfahl, Gary, The Greenwood Encyclopedia of Science Fiction and Fantasy: themes, works and wonders, Westport, Connecticut: Greenwood Press, hlm. 289–291, ISBN 9780313329531. Preview. Diarsipkan 2023-07-21 di Wayback Machine.
- ^ a b Helford, p.291.
- ^ a b c d e f g h i Yaszek, Lisa (2008), "Writers", dalam Yaszek, Lisa, Galactic suburbia: Recovering women's science fiction, Ohio, US: The Ohio State University Press, hlm. 1–65, ISBN 9780814291535.
- ^ a b Spender, Dale (1986), "Biographical beginnings: Anne Cllifford, Lucy Hutchinson, Anne Fanshawe, Margaret Cavendish", dalam Spender, Dale, Mothers of the Novel, London: Pandora Press, hlm. 43, ISBN 9780863580819.
- ^ a b Brian Aldiss has argued that Frankenstein should be considered the first true science fiction story, because unlike in previous stories with fantastical elements resembling those of later science fiction, the central character "makes a deliberate decision" and "turns to modern experiments in the laboratory" to achieve fantastic results. See The Detached Retina: Aspects of SF and Fantasy by Brian Aldiss (1995), page 78.
- ^ Jean Pfaelzer, The Utopian Novel in America 1886–1896: The Politics of Form, Pittsburgh, University of Pittsburgh Press, 1984; pp. 146-50.
- ^ a b Borgstrom, Michael (Winter 2006). "Face Value: Ambivalent Citizenship in "Iola Leroy"". African American Review. 40 (4): 779–793. JSTOR 40033753.
- ^ Suzanne Romaine, Communicating Gender, London, Lawrence Erlbaum Associates/Taylor & Francis, 1998; pp. 331-2.
- ^ "Clyde, Irene". SFE. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-26. Diakses tanggal 25 April 2018.
- ^ Lisa Tuttle in Clute and Nicholls 1995, p. 1344.
- ^ Dryden, Caroline (2014). Being Married, Doing Gender: A Critical Analysis of Gender Relationships in Marriage. Routledge. ISBN 9781317725121.
- ^ Binns, Amy (2019). Hidden Wyndham, Life, Love, Letters. Grace Judson Press. ISBN 9780992756710.
- ^ "History of Household Technology-Science Tracer Bullet". www.loc.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-06. Diakses tanggal December 7, 2015.
- ^ Suddath, Claire (February 2, 2009). "The Middle Class". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-07. Diakses tanggal December 7, 2015.
- ^ Cohen, Lizabeth (June 2004). "A Consumers' Republic: The Politics of Mass Consumption in Postwar America". Journal of Consumer Research. 31 (1): 236–239. doi:10.1086/383439. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2022-03-19. Pdf. Diarsipkan 2022-07-18 di Wayback Machine.
- ^ "WGBH American Experience: Tupperware! PBS". American Experience. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-28. Diakses tanggal December 7, 2015.
- ^ "Partners in Winning the War: American Women in World War II". www.nwhm.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-31. Diakses tanggal December 7, 2015.
- ^ Lisa Tuttle in Clute and Nicholls 1995, p. 424.
- ^ Helford, p.290.
- ^ Styrsky, Stefen (2005). "The desperate and the human". Lambda Book Report. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2023-07-21.
- ^ "Locus Online News » World Fantasy Awards Winners 2015". www.locusmag.com. 2015-11-08. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-13. Diakses tanggal November 14, 2015.
- ^ "World Fantasy Convention 2015 -- Life Achievement Awards". www.wfc2015.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-01. Diakses tanggal November 14, 2015.
- ^ "isfdb science fiction » Sheri S. Tepper - Summary Bibliography". sfdb.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-11. Diakses tanggal 2022-03-19.
- ^ a b "Emshwiller, Carol". The Encyclopedia of Science Fiction. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-15. Diakses tanggal 23 November 2015.
- ^ Wexler, Robert Freeman (January 19, 2010). "Emshwiller Interview (Robert Freeman Wexler interviews Carol Emshwiller)". robertfreemanwexler.com. Laconic Writer (blog). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-29. Diakses tanggal June 6, 2010.
- ^ "Cynthia Kadohata Biography". Encyclopedia of World Biography. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-01. Diakses tanggal 2022-03-19.
- ^ Heller, Jason (August 11, 2015). "'Hominids' Is A Deeply Human Collection of Speculative Fiction". NPR Books. NPR. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-16. Diakses tanggal 2022-03-19.
- ^ World Fantasy Convention. "Award Winners and Nominees". Diarsipkan dari versi asli tanggal December 1, 2010. Diakses tanggal February 4, 2011.
- ^ "2011 Tiptree Award Winner announced". James Tiptree, Jr. Literary Award Council. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 May 2012. Diakses tanggal 10 March 2012.
- ^ Gunn, Eileen; Duchamp, L. Timmel, ed. (2007). The WisCon chronicles. Vol. 2: provocative essays on feminism, race, revolution, and the future. Seattle, WA: Aqueduct Press. ISBN 9781933500201.
- ^ Ferrando, Francesca (2015). "Of Posthuman Born: Gender, Utopia and the Posthuman". Dalam Hauskeller, M.; Carbonell, C.; Philbeck, T. Handbook on Posthumanism in Film and Television. London: Palgrave MacMillan. ISBN 978-1-137-43032-8.
- ^ a b c d Curtis, Claire (2005). "Rehabilitating Utopia: Feminist Science Fiction and Finding the Ideal". Contemporary Justice Review. 8 (2): 147–162. doi:10.1080/10282580500082507.
- ^ Romaine, Suzanne (1999). Communicating Gender. Mahwah, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates. hlm. 329.
- ^ a b DeRose, Maria (Spring 2005). "Redefining Women's Power Through Feminist Science Fiction". Extrapolation. 46 (1): 66–89. doi:10.3828/extr.2005.46.1.8.
- ^ Norton, Andre (Summer 1985). "Feminist Pied Piper in SF". Children's Literature Association Quarterly. 10 (2): 66–70. doi:10.1353/chq.0.0179.
- ^ a b c d Wolf, Virginia (Winter 1982). "Feminist Criticism and Science Fiction for Children". Children's Literature Association Quarterly. 7 (4): 13–16. doi:10.1353/chq.0.0272.
- ^ Wright, Bradford W. (2003), "Great Power and Great Responsibility: Superheroes in a Superpower, 1956–1967", dalam Wright, Bradford W., Comic Book Nation: The Transformation of Youth Culture in America, Baltimore: Johns Hopkins University Press, hlm. 219, ISBN 9780801865145. Preview.
- ^ Wright, p.221.
- ^ Ebihara, Akiko (2002). "Japan's Feminist Fabulation: Reading Marginal with Unisex Reproduction as a Keyconcept". Genders. 36. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07.
- ^ The original creator of Wonder Woman, William Moulton Marston, a psychologist explicitly stated that he wanted a female hero worthy of being a role model for young women. "Not even girls want to be girls so long as our feminine archetype lacks force, strength, and power. Not wanting to be girls, they don't want to be tender, submissive, peace-loving as good women are. Women's strong qualities have become despised because of their weakness. The obvious remedy is to create a feminine character with all the strength of Superman plus all the allure of a good and beautiful woman." Marston, in The American Scholar speech (1943).
- ^ Kuhn, Annette, ed. (1990). Alien Zone: Cultural Theory and Contemporary Science Fiction Cinema . London: Verso. ISBN 9780860919933.
- ^ Joss Whedon, the creator of Buffy, has frequently self-identified as a feminist, and established that his motives for creating the character of Buffy were feminist.
- ^ Jowett, Lorna (Fall 2005). "To the Max: Embodying Intersections in Dark Angel". Reconstruction: Studies in Contemporary Culture. 5 (4). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-13. Diakses tanggal 2016-09-22.
- ^ Miniscule, Caroline. "Stand by for Mars! Review of Women Scientists in Fifties Science Fiction Movies". The ThunderChild.com : Science Fiction and Fantasy Web Magazine and Source-books. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-26. Diakses tanggal December 13, 2009.
- ^ Hollinger, Veronica (2003), "Feminist Theory and Science Fiction", dalam James, The Cambridge Companion to Science Fiction, Cambridge New York: Cambridge University Press, hlm. 125–134, ISBN 9780521016575.
- ^ Gomoll, Jeanne (2009), "WisCon", dalam Reid, Robin, Women in Science Fiction and Fantasy, Volume 1: Overviews, Westport, Connecticut: Greenwood Press, hlm. 290–301, ISBN 9780313335914.
- ^ Quilter, Laura. "A Brief History of Feminist SF/F and Women in SF/F". feministsf.org. Feminist Science Fiction, Fantasy, & Utopia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-04. Diakses tanggal 2022-03-19.
- ^ McClenahan, Catherine (1996), "Wiscon, Then and Now", dalam Various, Wiscon 20 Souvenir Book, Madison, SF3: Wiscon 20, hlm. 46–48.
- ^ Lips, Hilary M. (October 1990). "Using Science Fiction to Teach the Psychology of Sex and Gender". Teaching of Psychology. 17 (3): 197–198. doi:10.1207/s15328023top1703_17.
- ^ Cyberpunk Women, Feminism and Science Fiction: A Critical Study, Carlen Lavigne, McFarland & Company, 2013, p.25
- ^ "Feminist SFF & Utopia: Journals, Newsletters, & 'Zines". feministsf.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-03. Diakses tanggal 2022-03-19.
- ^ Gateways to Forever: The Story of the Science-Fiction Magazines from 1970 to 1980, Mike Ashley, Liverpool University Press, 2007, p.252.
- ^ Amazons!, Additional Reading list, DAW Books, 1979
- ^ Politics and Scholarship: Feminist Academic Journals and the Production of Knowledge, Patrice McDermott, University of Illinois Press, 1994, p.105
- ^ Reading Science Fiction, James Gunn, Marleen Barr, Matthew Candelaria (eds), Palgrave Macmillan, 2009, p.170
- ^ "Femspec". The Encyclopedia of Science Fiction. 20 September 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-15. Diakses tanggal 20 August 2019.
- ^ Staff writer. "About us: A brief history of our organization". femspec.org. Femspec, Cleveland State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-07. Diakses tanggal September 23, 2016.
Catatan
sunting- Clute, John; Nicholls, Peter (1993). The Encyclopedia of Science Fiction (edisi ke-2). New York: St. Martin's Griffin. ISBN 9780312134860.
- Helford, Elyce Rae (2005), "Feminism", dalam Westfahl, Gary, The Greenwood Encyclopedia of Science Fiction and Fantasy: themes, works and wonders, Westport, Connecticut: Greenwood Press, hlm. 289–291, ISBN 9780313329531. Preview. Diarsipkan 2023-07-21 di Wayback Machine.
- Wright, Bradford W. (2003). Comic Book Nation: The Transformation of Youth Culture in America. Baltimore: Johns Hopkins University Press. ISBN 9780801865145. Preview.
Pranala luar
sunting- Fiksi Ilmiah Feminis Diarsipkan 2023-06-07 di Wayback Machine.
- Tema fiksi ilmiah feminis Diarsipkan 2023-04-11 di Wayback Machine. terbitan majalah spekulatif The Future Fire
- Pre-1950 Utopias and Science Fiction by Women, Sebuah Daftar Bacaan Beranotasi oleh Edisi dalam Jaringan Diarsipkan 2016-04-10 di Wayback Machine.