Garcinia
Garcinia adalah nama genus tumbuh-tumbuhan dari famili Clusiaceae. Marga yang terdiri dari sekitar 200 spesies ini sebagian besar menyebar di Dunia Lama, terutama Asia Tenggara, dan hanya sebagian kecil didapati di Amerika tropis.[1] Beberapa jenisnya menghasilkan kayu yang keras, dan cukup banyak yang menghasilkan buah yang dapat dimakan, sebagai buah segar atau pemberi rasa masam pada masakan.[2] Salah satunya yang terkenal adalah manggis (G. mangostana).
Garcinia | |
---|---|
Garcinia subelliptica, dikenal sebagai fukugi di Jepang | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Rosid |
Ordo: | Malpighiales |
Famili: | Clusiaceae |
Tribus: | Garcinieae |
Genus: | Garcinia L. |
Spesies | |
Sekurang-kurangnya 50, lihat pada teks | |
Sinonim | |
Brindonia Thouars |
Nama marga ini diambil dari nama seorang dokter kapal sekaligus naturalis yang bekerja di Hindia Belanda, L. Garcin (1683 – 1751).[3]
Pengenalan
suntingPohon kecil hingga sedang; kadang-kadang berupa semak; dan jarang-jarang berbentuk pohon besar yang mencapai tinggi 30 m.[3] Batangnya ramping, lurus, mengecil ke ujungnya, dan berakhir dengan tajuk yang sering berbentuk kerucut. Percabangan tersusun dalam bentuk selang-seling; semula muncul dalam sudut lancip terhadap batang, lama-kelamaan mendatar atau menggantung. Bekas-bekas percabangan di bagian bawah sering masih tertinggal berupa benjolan-benjolan pada batang. Seluruh bagian tumbuhan, apabila dilukai, mengeluarkan getah kental dan lengket berwarna putih atau kuning.[2]
Daun-daun tunggal, agak tebal seperti jangat atau seperti kertas, bertepi rata, berhadapan bersilang pada ranting-ranting yang hampir persegi; daun-daun yang tua kemudian sejajar, karena adanya pemutaran ranting.[1][2]
Kebanyakan berumah dua (dioesis), dengan perkecualian pada beberapa spesies.[3] Perbungaan berada pada ketiak daun, menyendiri atau dalam kumpulan atau karangan kecil, berkelamin satu, beraturan, berbilangan 4-5. Kelopak agak berdaging, tidak rontok dan tumbuh bersama buah; mahkota agak berdaging, putih, kuning, atau kemerahan.[1]
Buah buni berbiji 1-12 butir. Bijinya besar-besar, terbungkus oleh arilus (salut biji) yang mengandung banyak sari buah. Embrionya hanya tersusun atas hipokotil, sedangkan keping bijinya tidak ada.[2]
Manfaat
suntingBuah
suntingBanyak jenisnya yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Manggis (G. mangostana) adalah yang paling populer; jenis ini hanya ditemukan tanaman budidayanya, tidak didapati di alam liar. Menurut sebuah laporan pada 2011, Indonesia memang dikenal sebagai produsen terbesar manggis, namun pengekspor terbesarnya adalah Thailand. Hal ini dinyatakan oleh Reza Tirtawinata, Kepala Divisi Laboratorium dan Riset PT Mekar Unggul Sari.[4] Mundu atau jawura (G. dulcis) rasanya masam, dimakan segar atau dibuat menjadi selai. Asam kandis (G. xanthochymus) dan asam gelugur (G. atroviridis) biasa diiris-iris dan dikeringkan, dijadikan sebagai bumbu dan pemberi rasa asam pada masakan.[2] Cerupu (G. prainiana) yang manis atau masam juga dimakan orang di Asia Tenggara daratan.[3] Selain itu pula, ada mundar (Garcinia forbesii) yang diketahui sebesar telur ayam, dengan daging putih yang teksturnya bertepung.[4]
Kayu
suntingBeberapa jenis Garcinia menghasilkan kayu setengah berat hingga berat (densitas 690–1.120 kg/m³ pada kadar air 15%), yang dalam perdagangan umumnya dikenal sebagai kayu kandis.[1] Kayu ini cukup keras hingga amat keras, berserat lurus, bertekstur halus dan merata, gubalnya berwarna pucat, acap sukar dibedakan dari terasnya yang sangat bervariasi dari merah-cokelat gelap hingga kuning.[3] Ekspor kayu Garcinia campuran dari Sabah tercatat sejumlah 116 m³ (1992), sedangkan Papua Nugini mengekspor hingga 30.000 m³ pada tahun 1996.[1]
Getah dan hasil lain
suntingBahan pewarna “gamboge” diperoleh dengan menyadap getah berwarna kuning dari G. hanburyi di Thailand, serta dari G. morella di India.[2] Dari kata gamboge itulah berasal nama negara Kamboja.[3]
Kulit buah manggis (G. mangostana) digunakan dalam penyamakan kulit dan sebagai penghasil bahan pewarna hitam.[5] Beberapa jenis Garcinia yang lain daun mudanya dapat dimakan sebagai sayuran, atau sebagai pemberi rasa masam pada masakan. Jenis-jenis tertentu menghasilkan bahan obat tradisional dari daun, buah, akar, atau pepagannya.[1][2] Manggis misalnya, rebusan kulit buah ini diminum sebagai obat diare.
Di Pontianak, mundu (Garcinia dulcis) dahulu banyak ditanam di tepi jalan Tanjungpura terutama pada zaman penjajahan Kolonial Belanda. Masyarakat dipaksa untuk menaman spesies ini, umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman buah dan tanaman peneduh di tepi jalan. Setelah kedatangan Jepang, sebagian pohon ditebang dan terus berlanjut hingga kemerdekaan Indonesia.
Ekologi
suntingJenis-jenis Garcinia liar umumnya dijumpai tumbuh tersebar, dan merupakan pohon-pohon penyusun lapisan tajuk kedua di hutan primer dataran rendah, atau lebih jarang, di hutan pegunungan bawah hingga 900(–2100) m dpl. Beberapa spesies seperti G. hombroniana dan G. parvifolia mungkin didapati melimpah di hutan sekunder. Dan meskipun biasanya Garcinia didapati di hutan tanah kering, beberapa jenisnya seperti G. bancana, G. maingayi, G. nigrolineata, dan G. parvifolia juga dijumpai tumbuh di rawa-rawa. Ada pula jenis yang tumbuh di tanah berkapur.[1]
Spesies terpilih
suntingMarga Garcinia masih banyak diperdebatkan anggotanya. Para ahli belum sepakat mengenai jumlah spesies yang tergabung ke dalam marga tersebut; dengan angka yang berkisar antara 100 hingga 400 spesies.[1] Dengan 400 spesies, marga ini menjadi yang terbesar dalam suku Guttiferae[3] (Clusiaceae).
Catatan kaki
sunting- ^ a b c d e f g h Noor, N.M. 1998. Garcinia L. in M.S.M. Sosef, L.T. Hong and S. Prawirohatmodjo. Timber Trees: Lesser known timbers. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) 5 (3): 246-249. Prosea, Bogor
- ^ a b c d e f g Jansen, P.C.M. 1997. Garcinia L. dalam E.W.M. Verheij dan R.E. Coronel. Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara (PROSEA) 2: 216-220. Gramedia, Jakarta
- ^ a b c d e f g Whitmore, T.C. 1972. Guttiferae. in T.C. Whitmore (Ed.) Tree Flora of Malaya 2: 196-226. Mal. For. Records no 26. Longman Malaysia Sdn. Bhd.
- ^ a b Sapthiani, Yulia; Hidayati, Nur (24 Oktober 2011). "Manggis, Si Ratu Buah Tropis". Kompas. Hlm.32
- ^ Verheij, E.W.M. 1997. Garcinia mangostana L. dalam E.W.M. Verheij dan R.E. Coronel. Buah-buahan Yang Dapat Dimakan. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara (PROSEA) 2: 220-225. Gramedia, Jakarta
- ^ a b Hidayat, Syamsul (2005). Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. hal.320. Jakarta:Penebar Swadaya. ISBN 979-489-944-5.
Bacaan tambahan
sunting- Cheek, M. (2004). "Garcinia kola". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 23 December 2008.
- Saito, M.; Ueno, M.; Ogino, S.; Kubo, K.; Nagata, J. & Takeuchi, M. (2005): High dose of Garcinia cambogia is effective in suppressing fat accumulation in developing male Zucker obese rats, but highly toxic to the testis. Food and Chemical Toxicology 43(3): 411–419.DOI:10.1016/j.fct.2004.11.008 PMID 15680676 (HTML abstract)
- Wong, L.P. & Klemmer, P.J. (2008): Severe lactic acidosis associated with juice of the mangosteen fruit, Garcinia mangostana. American Journal of Kidney Diseases 51(5): 829-833.DOI:10.1053/j.ajkd.2007.12.043 (HTML abstract)
- World Conservation Monitoring Centre (WCMC) (1998). "Garcinia cadelliana". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 23 December 2008.
Pranala luar
sunting- Mangosteen Madness Diarsipkan 2023-04-08 di Wayback Machine.
- Let's figure out the Garcinias Diarsipkan 2007-12-05 di Wayback Machine.
- Brindle Berry Diarsipkan 2009-08-22 di Wayback Machine.