Ikiryo (bahasa Jepang: 生霊 atau いきりょう) adalah sejenis hantu dalam mitologi Jepang atau yokai yang diperoleh dari orang yang masih hidup.[1][2] Orang yang masih hidup dan melepas rohnya ke pada objek lain dapat juga dikatakan ikiryo.[3] Banyak cara ikiryo dapat terwujud dari tubuh seseorang: selama saat sakaratul maut, pingsan, keinginan besar untuk bertemu dengan seseorang, atau bahkan digunakan seorang onryo atau dukun untuk melakukan praktik santet.[4] Jadi, ikiryo adalah pelepasan roh atau transfer roh dari tubuh seseorang, dan wujud hantu dari manusia yang masih hidup. Di barat hal ini dikenal dengan proyek astral.[5]

Sekilas

sunting
 
Lukisan berjudul Ikiryo karya Sekien Toriyama.

Ikiryo berasal dari kepercayaan kuno dalam budaya takhayul Jepang.[1] Roh halus ini merupakan salah satu dari Inen, yaitu suatu setan, yokai, atau roh yang mempunyai kekuatan untuk merasuki dan mengontrol manusia.[1] Jenis mereka bisa bermacam-macam, mulai dari dobutsu-rei, kappa, dan yang sedang dibicarakan, ikiryo.[2] Orang yang dapat mengendalikan dan berkomunikasi dengan makhluk halus tersebut disebut Honin.[2]

Ikiryo karena emosi dan cinta

sunting

Meskipun Ikiryo lazimnya adalah roh yang terlepas karena dorongan emosi dan nafsu yang kuat, tetapi ada juga tipe ikiryo yang muncul karena rasa cinta membara dan keinginan kuat untuk bertemu seseorang yang dicintai.[1] Biasanya yang mengalami peristiwa ikiryo karena cinta adalah wanita, dan biasanya mereka melakukan hal ini tanpa disadari. Peristiwa ini pernah terjadi pada seorang wanita di Kyoto, zaman Heian, pada tahun 1700-an di mana seorang wanita cinta mati pada seorang pria tetangga rumahnya.[2] Wanita itu tidak sadar jika rohnya tercabut keluar dan menjadi ikiryo, menghantui si pria dan menyebabkan penyakit parah yang berkepanjangan.[2]

Ikiryo ketika tidur

sunting

Ikiryo dapat pula terjadi ketika seseorang sedang tertidur.[3] Sebuah kisah membuktikan hal ini yaitu pada tahun 1600-an ketika seorang wanita rohnya keluar setiap kali Ia tertidur pulas, tanpa sepengetahuannya.[3] Rohnya bisa berkeliling-keliling tiap malam dan menakut-nakuti orang sekitar.[3] Oleh karena itu, tiap pagi Ia bangun dengan ketakutan yang amat sangat karena merasa bermimpi dikejar-kejar warga.[3]

Ikiryo saat menjelang ajal

sunting

Tipe populer lainnya dari ikiryo adalah salah satu yang muncul pada saat menjelang ajal.[4] Menurut kepercayaan kuno, sebelum seseorang mati, arwahnya meninggalkan badan dan berjalan-jalan mengitari ruangan, membuat kegaduhan .[4] Hal yang sama juga dapat terjadi pada saat perang, di mana ikiryo pergi mendatangi rekan-rekan dan orang-orang yang dicintai untuk memberikan salam perpisahan sebelum atau sesudah mereka mati di medan perang, dengan mengenakan pakaian dinasnya.[4] Terkadang ruh orang-orang yang akan mati juga dapat dilihat mengunjungi kuil-kuil terdekat dan berdoa menjelang hari-hari kematian mereka.[4]

Ikiryo sebagai penyakit

sunting

Selama zaman edo, ikiryo dianggap sebagai suatu gejala penyakit yang bernama rikonbyo atau sindrom pemisahan roh, dan kage no yamai atau penyakit bayangan.[5] Nama-nama tersebut sebenarnya mengacu pada gelaja tidur sambil berjalan atau pengalaman di luar tubuh.[5]

Ikiryo sebagai alat

sunting

Terakhir, ikiryo juga dapat digunakan untuk melakukan ritual perdukunan.[1] Salah satu di antaranya adalah ushi no koku mairi di mana seseorang dapat mengubah dirinya sendiri menjadi sejenis oni dan mengirim ruhnya untuk melakukan hal-hal jahat, seperti membunuh orang lain.[3] Ritual lainnya adlah ichijama yang berasal dari Okinawa di mana pelakunya dapat mengontrol dengan penuh kesadaran rohnya sendiri, dan dapat digunakan sesuka hatinya.[5]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c d e (Inggris) Yokai.com. "Ikiryo". 
  2. ^ a b c d e (Inggris) Matthew Meyer. "A-yokai-a-day: Ikiryō". 
  3. ^ a b c d e f (Inggris) Translated Japanese Ghost Stories. "Inen – The Possessing Japanese Ghost". 
  4. ^ a b c d e (Inggris) Wikispaces: Obake. "Ikiryo". [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ a b c d Roberts, Jeremy. 2009. Japanese Mythology A to Z: Second edition. New York: Infobase Publishing.

Bacaan lanjutan

sunting