Kapten (Anumerta) Ahmad Rivai atau biasa disingkat A. Rivai adalah seorang tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Bagian Selatan. Ia juga adalah perwira Tentara Republik Indonesia (TRI), yang gugur dalam Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang.

Ahmad Rivai
Foto Kapten A. Rivai
Informasi pribadi
LahirCempaka, Ogan Komering Ulu Timur, Hindia Belanda[a]
Meninggal2 Januari 1947
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
MakamTaman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang, Palembang, Sumatera Selatan
PekerjaanTentara
Penghargaan sipil KPLB Anumerta
Karier militer
Pihak
Dinas/cabang
Masa dinas1943—1947
Pangkat Kapten (Anumerta)
Pertempuran/perang
Pangkat terakhirnya adalah Lettu TNI, tetapi karena gugur dalam tugas, maka diberikan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Kapten (Anumerta).
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan Awal

sunting

A. Rivai dilahirkan di Desa Cempaka, yang pada masa lalu merupakan bagian dari Marga Semendawai Suku II, dan kini menjadi bagian dari Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur), Provinsi Sumatera Selatan. A. Rivai merupakan putra dari Pangeran Harun, seorang Pesirah (pemimpin adat) yang terkenal di daerah tersebut. Pada masa penjajahan Belanda, A. Rivai menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Palembang, yang merupakan sekolah dasar yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Setelah menyelesaikan pendidikan di HIS, ia melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) antara tahun 1938 hingga 1941, yang merupakan sebuah sekolah menengah.[2]

Karier Militer

sunting

Pada masa Jepang menduduki Indonesia tahun 1943, Ahmad Rivai melanjutkan pendidikan militer di Gyugun. Gyugun merupakan sebuah lembaga pendidikan militer yang didirikan oleh pemerintah Jepang. Di sini, ia menerima pelatihan militer intensif selama tiga tahun bersama dengan rekan-rekannya seperti Hasyim Alamlah, Hasan Kasim, Bambang Utoyo, Harun Sohar, M. Simbolon, Noerdin Pandji, Alamsyah Ratu Perwiranegara , Dani Effendi, Animan Achyat, Muhammad Nuh, Makmun Murod, Abundjani, Barlian, Achmad Bastari, Zurbi Bustan, dll. Setelah lulus dari Gyugun, ia mendapat pangkat Gyui Syoi (Letnan Dua) dan ditugaskan di kantor militer Jepang, Dai Ichi Shotaitjo, hingga menjelang kemerdekaan Indonesia.

Setelah berita kekalahan Jepang pada perang Dunia ke-II, selanjutnya pembentukan BPKR (Badan Pembantu Keamanan Rakyat) yang berpusat di Yogyakarta. BPKR dibentuk untuk membantu menjaga keamanan dan melucuti senjata tentara Jepang yang masih ada di Indonesia. A. Rivai ditugaskan untuk mengawasi pelucutan senjata tentara Jepang di bekas sekolah Mizuho Gakuen (yang dulunya merupakan HIS zaman Belanda).

Markas besar BPKR Palembang dipusatkan di Gedung Methodist yang terletak di Jalan Tengkuruk. Gedung ini menjadi pusat kegiatan organisasi tersebut dalam menjalankan misi-misi kemerdekaan. Ahmad Rivai menjabat sebagai Kepala Divisi Keamanan di BKR Palembang, yang dipimpin oleh Gyui Syoi Hasan Kasim sebagai pimpinan BKR dan Gyui Syoi Mohammad Rifai sebagai wakilnya. Tugasnya sangat berat, karena ia harus memastikan agar pasukan yang ada tetap siap menghadapi ancaman, baik dari sisa-sisa pasukan Jepang maupun dari Belanda yang berusaha merebut kembali Indonesia.

Seiring berjalannya waktu BPKR berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan kemudian menjadi bagian dari Sub Komandemen Sumatera Selatan (Subkoss), A. Rivai naik pangkat menjadi Letnan Satu. Ia pun ditempatkan sebagai Wakil Brigade Garuda Merah Pertempuran (BGMP) di bawah komando Mayor Iskandar. Tugas utama BGMP adalah mempertahankan Palembang dari serangan Belanda yang semakin intensif.[2]

Perang Lima Hari Lima Malam

sunting
 
Foto masa penjajahan Belanda


Pada tanggal 28 Desember 1946, situasi di Palembang semakin memanas sehingga terjadilah Perang 5 Hari 5 Malam, sebuah pertempuran besar antara pasukan Indonesia dan Belanda yang berlangsung di kota Palembang. Lettu. A. Rivai, sebagai Kepala Divisi Keamanan di BGMP, sangat aktif mengawasi pasukan dan memastikan keamanan pasukannya ketika berhadapan langsung dengan Belanda.

Saat itu, meskipun masih dalam kondisi terluka akibat tembakan peluru yang menghantam bahunya saat memeriksa pasukan di medan pertempuran, Lettu. A. Rivai tetap bersemangat. Ia terus mengumpulkan informasi penting tentang kondisi pasukan dan mengatur strategi untuk melawan Belanda.

Pada tanggal 1 Januari 1947, ketika serangan Belanda semakin gencar. Namun, Lettu. A. Rivai, yang masih dalam masa pemulihan harus memutuskan untuk bergabung dengan pasukan yang berada di Sungai Jeruju tanpa sepengetahuan perawat. Di sana, pasukan Indonesia mendapat serangan hebat dari Belanda. Dengan keberaniannya, ia memimpin langsung perlawanan pasukan dan merencanakan serangan balik.

Namun, pada tanggal 2 Januari 1947, dalam sebuah pertempuran hebat di Sungai Jeruju, sebuah mortir Belanda meledak dekat A. Rivai, yang membuatnya terlempar ke sungai. Keesokan harinya, A. Rivai ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa lagi, mengapung di Sungai Musi, tidak jauh dari kilang minyak Stanvac Plaju.[2][3]

Kematian

sunting

Ahmad Rivai meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 1947 dengan penuh keberanian dalam pertempuran yang legendaris, yang dikenal dengan sebutan Perang 5 Hari 5 Malam, yang terjadi pada tanggal 1-5 Januari 1947. Ia wafat sebagai pahlawan yang tak kenal lelah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai penghargaan atas pengorbanannya, pangkatnya dinaikkan dari Letnan Satu menjadi Kapten (Anumerta) setelah kematiannya. A. Rivai di makamkan di Taman Makam Pahlawan Ksatria Ksetra Siguntang[2][4]

Penghormatan

sunting

Untuk menghormati jasa-jasanya, nama Kapten A. Rivai disematkan menjadi sebuah nama ruas jalan di Kota Palembang, Sumatera Selatan.[5][6]

Catatan

sunting
  1. ^ sedikitnya informasi dan literatur yang menjelaskan tentang kapan lahirnya A. Rivai[1]

Referensi

sunting
  1. ^ "Kapten A Rivai Bombardir Pasukan Belanda di Perang 5 Hari 5 Malam,Putra Pangeran OKU Timur Itu Gugur - Sripoku.com". palembang.tribunnews.com. Diakses tanggal 2024-12-27. 
  2. ^ a b c d Ridho, Albar (2021-08-16). "Perjuangan Kapten A Rivai: Bukan Sebatas Nama Jalan Saja". BERITAPAGI. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  3. ^ "Nekat Keluar dari RS Meski Terluka, Kapten A Rivai Turun ke Medan Perang 5 Hari 5 Malam, Dengan Gagah Berani Bombardir Pasukan Belanda". intisari.grid.id. Diakses tanggal 2024-12-27. 
  4. ^ Rizal, Usman (04--01--2024). "Kapten A Rivai Ternyata Putra Pangeran dari OKU Timur - Info Sumsel". Kapten A Rivai Ternyata Putra Pangeran dari OKU Timur - Info Sumsel. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  5. ^ "Namanya Tak Pernah Terukir di Literatur Sejarah Indonesia, Inilah Sosok Heroik Kapten A Rivai Pahlawan Asal Sumsel, Nekat Kabur dari RS dalam Kondisi Terluka Usir Belanda dalam Waktu 5 Hari 5 Malam". hot.grid.id. 19--12-2024. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  6. ^ "Kapten A Rivai Bombardir Pasukan Belanda di Perang 5 Hari 5 Malam,Putra Pangeran OKU Timur Itu Gugur - Sripoku.com". palembang.tribunnews.com. Diakses tanggal 2024-12-27.