Kelapa Gading, Jakarta Utara

kecamatan di Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta
(Dialihkan dari Kelapa Gading, Jakarta)

Kelapa Gading adalah kecamatan di Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia.[2] Kecamatan ini dilintasi oleh Kali Sunter dan beberapa kali yang berhulu di Jonggol, Bogor. Kelapa Gading dikenal sebagai daerah yang dikembangkan oleh perusahaan properti Summarecon Agung sejak tahun 1975. Pada tahun 1970-an, Kecamatan Kelapa Gading masih dikenal sebagai daerah rawa dan persawahan, kini Kelapa Gading telah berubah menjadi kawasan yang tertata baik dan berkembang pesat.

Kelapa Gading
Kantor Camat Kelapa Gading
Kantor Camat Kelapa Gading
Peta lokasi Kecamatan Kelapa Gading
Kelapa Gading di Indonesia
Kelapa Gading
Kelapa Gading
Peta lokasi Kecamatan Kelapa Gading
Kelapa Gading di Indonesia
Kelapa Gading
Kelapa Gading
Kelapa Gading (Indonesia)
Koordinat: 6°09′12″S 106°53′47″E / 6.153332°S 106.896484°E / -6.153332; 106.896484
Negara Indonesia
ProvinsiDKI Jakarta
Kota AdministrasiJakarta Utara
Pemerintahan
 • CamatDarmawan[1]
Populasi
 (2020)
 • Total143.043 jiwa
 • Kepadatan8.879/km2 (23,000/sq mi)
Kode pos
14240
Kode Kemendagri31.72.06 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3175050 Edit nilai pada Wikidata
Luas16,11 km²
Kepadatan8879
Desa/kelurahan3 kelurahan
Peta
PetaKoordinat: 6°9′36″S 106°54′12″E / 6.16000°S 106.90333°E / -6.16000; 106.90333
Summarecon Kelapa Gading
Nama lainKelapa Gading Permai
LokasiKelapa Gading, Jakarta Utara, Indonesia
StatusSelesai
Peletakan batu pertama1970-an
Perusahaan
PengembangSummarecon Agung
PemilikPT Gading Kirana

Sejarah

sunting

Pada masa Hindia Belanda, Kelapa Gading secara administratif masuk ke dalam wilayah Meester Cornelis. Kelapa Gading awalnya dikenal sebagai daerah rawa dan persawahan.[3] Tapi, sejak pertengahan tahun 1970, PT Summarecon Agung Tbk (sebelumnya bekerja sama dengan masyarakat Betawi asli yang kemudian pisah dan mendirikan PT Gading Kirana) mulai memasuki daerah ini dan membangunnya. Pada awalnya, daerah Pluit masih lebih ramai daripada Kelapa Gading. Tetapi, kini Kelapa Gading telah menjadi daerah yang berkembang pesat.

Pada tahun 1984, Klub Kelapa Gading (dahulu Kelapa Gading Sport Club) yang merupakan klub olahraga terlengkap dan terbesar di Indonesia diresmikan. Sementara itu, Pada tahun 1990, Summarecon mulai membangun Plaza Kelapa Gading yang menjadi cikal bakal Mall Kelapa Gading. Pada Tahun 1991, Summarecon membangun apartemen pertamanya yaitu Summerville Apartments beserta Gading Food City. Pada tahun 1992, Plaza Summarecon menjadi kantor pusat Summarecon Agung yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur diresmikan.

Geografi

sunting

Kelapa Gading dan sekitarnya terletak pada arah timur laut kota Jakarta. Kelapa Gading merupakan satu-satunya kecamatan di Jakarta Utara yang tidak berbatasan langsung dengan laut. Wilayah Kelapa Gading terletak pada ketinggian kurang lebih 5 meter di atas permukaan laut, sehingga daerah ini sangat sering terkena banjir, terutama saat terjadi siklus banjir 5 tahunan. Namun, sejak rampungnya pembangunan 2 kanal di Jakarta, kemungkinan besar Kelapa Gading tidak akan terkena banjir lagi.

Batas wilayah

sunting
Utara Kecamatan Koja
Timur Kecamatan Cakung dan Cilincing
Selatan Kecamatan Pulo Gadung
Barat Kecamatan Tanjung Priok

Wilayah administrasi

sunting

Kecamatan Kelapa Gading terbagi atas 3 kelurahan:

Demografi

sunting

Penduduk

sunting

Kecamatan Kelapa Gading dengan luas 16,11 km2, terdiri atas tiga kelurahan, yaitu Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading Timur, dan Pegangsaan Dua. Jumlah penduduk Kelapa Gading sebanyak 102.426 jiwa pada tahun 2003. Profesi masyarakat Kelapa Gading beraneka ragam, dan banyak di antaranya yang berprofesi sebagai pedagang.

Pada tahun 2020, penduduk kecamatan ini berjumlah 143.043 jiwa, dimana laki-laki sebanyak 70.211 jiwa dan perempuan sebanyak 72.832 jiwa, dengan kepadatan penduduk 8.879 jiwa/km2.[4]

Kota Jakarta Utara, termasuk di kecamatan ini, warganya berasal dari beragam Suku, Agama, Ras dan Adat istiadat (SARA). Berdasarkan data Sensus penduduk 2010, warga Jakarta Utara didominasi oleh warga dari suku Jawa, Betawi, Batak, Tionghoa, dan Sunda, dan sebagian suku lain seperti Minangkabau, Bugis, serta suku lainnya.[5]

Komposisi penduduk Kelapa Gading menurut jenis kelamin pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

No. Kelurahan Jumlah Penduduk Laki-laki[4] Jumlah Penduduk Perempuan[4] Jumlah Penduduk
1 Kelapa Gading Barat 21.140[6] 21.698[7] 42.838
2 Kelapa Gading Timur 19.394[6] 20.753[7] 40.147
3 Pegangsaan Dua 29.677[6] 30.381[7] 60.058
Jumlah 70.211[6] 72.832[7] 143.043
 
Gereja Santo Yakobus, Kelapa Gading.

Dalam hal keagamaan, penduduk kecamatan ini juga cukup beragam. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kota Jakarta Utara tahun 2020 mencatat jumlah pemeluk agama, dimana Islam sebanyak 49,48%. Kemudian Kristen sebanyak 42,93% (Protestan 23,32% dan Katolik 19,61%), Buddha 7,11%, Hindu 0,45% dan lainnya 0,03% (Konghucu dan kepercayaan).[4] Tempat peribadatan agama-agama tersebut juga tersedia di Kelapa Gading, seperti Gereja Santo Yakobus, Masjid Al-Musyawarah, Vihara Theravada Buddha Sasana, dan Gereja Tiberias Indonesia.

Permukiman

sunting

Selain itu, di Kelapa Gading juga terdapat Apartemen dan perumahan lainnya. Apartemen yang di Kelapa Gading adalah The Summit, Apartemen Wisma Gading Permai, Apartemen di superblok Kelapa Gading Square, Apartemen Gading Mediterania Residences, Apartemen Kharisma, Apartemen Paladian Park (dulu dikenal dengan Apartemen Menara 7 Gading), Kondominium Menara Kelapa Gading, Summerville Apartment, Gading Nias Residence, dan Apartemen Grand Emerald. Sementara itu, perumahan di Kelapa Gading sangat banyak. Ada perumahan yang dihuni oleh orang menengah ke atas tetapi ada juga yang tidak.

Ekonomi

sunting

Kelapa Gading merupakan salah satu daerah pusat bisnis di Jakarta Utara selain Mangga Dua dan Pluit. Banyak perusahaan perbankan baik lokal maupun asing membuka cabang di Kelapa Gading. Bisnis properti di daerah ini cukup baik dan menarik puluhan agen properti yang bertaraf lokal sampai internasional.

Kegiatan komersial di daerah ini didukung dengan adanya pasar tradisional, mini market, pasar swalayan (supermarket), dan hypermarket. Jumlah bangunan ruko yang berada di kawasan ini mencapai sekitar 3.500 unit. Tersedia juga bangunan rukan dan mal yang besar dan nyaman, bahkan untuk kegiatan ekonomi, banyak juga daerah permukiman yang beralih fungsi menjadi tempat usaha. Pusat perbelanjaan (mal) yang terdapat di Kelapa Gading contohnya adalah Mal Kelapa Gading (MKG), La Piazza, Mall Artha Gading, Mall of Indonesia (MOI), dan Bella Terra Lifestyle Center.

Ruko dan rukan di Kelapa Gading tersebar di sepanjang jalan utama di Kelapa Gading yaitu Bulevar Kelapa Gading, Bulevar Barat Kelapa Gading, Bulevar Timur Kelapa Gading, Bulevar Utara Kelapa Gading, Jalan Raya Hybrida, Bulevar Artha Gading, Gading Kirana Bulevar Bukit Gading Raya, Gading Bukit Indah, Artha Gading Niaga, dan Plaza Pasifik.

Fasilitas

sunting

Pendidikan

sunting
 
Yayasan Pendidikan Al-Azhar di Kelapa Gading.

Di Kelapa Gading, terdapat berbagai macam instansi pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Terdapat beberapa sekolah yang ada di Kelapa Gading seperti Sekolah Kristen Raffles (Raffles Christian School) dan Yayasan Al-Azhar.

Terdapat juga beberapa lembaga kursus bahasa untuk bahasa Inggris, Mandarin, atau Jepang. Lembaga kursus mata pelajaran lain juga tersedia, seperti matematika, fisika, musik, menggambar, komputer dan lain-lain.

Olahraga

sunting

Olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat Kelapa Gading adalah basket. Hal ini dibuktikan dengan adanya lapangan basket berukuran internasional di setiap komplek perumahan di Kelapa Gading. Akan tetapi, fasilitas olahraga sering disalahgunakan, misalnya Kelapa Gading Sports Mall yang dibangun di atas lahan fasilitas umum yang diperuntukkan bagi sports hall. Lapangan basket di Sports Mall akhirnya lebih sering digunakan untuk menggalang massa daripada sebagai lapangan olahraga.

Kesehatan

sunting

Di Kelapa Gading juga terdapat berbagai fasilitas kesehatan baik itu berupa puskesmas, klinik swasta maupun rumah sakit. Di samping itu juga ada beberapa apotek yang memiliki tempat praktik dokter serta puluhan tempat praktik dokter gigi, dokter umum dan dokter spesialis di berbagai kompleks perumahan yang ada.

Kuliner

sunting
 
Pusat perbelanjaan La Piazza 21 di Kelapa Gading.

Di Kelapa Gading, banyak tersedia berbagai macam makanan, baik dari masakan Indonesia, makanan cepat saji, masakan Tiongkok, masakan Jepang, dan berbagai macam jenis makanan lainnya, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, selain itu restoran-restoran terletak baik di mall-mall, ruko maupun di pusat sentra makanan.

Transportasi

sunting

Kelapa Gading yang sudah menyerupai superblok tersendiri, memiliki akses jalan yang cukup banyak untuk menuju seluruh wilayah di penjuru kota. Di sebelah barat kawasan ini, terdapat jaringan jalan tol dalam kota yang menghubungkan seluruh wilayah kota dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Untuk melayani penduduk Kelapa Gading yang menggunakan sarana transportasi umum, di bagian selatan terdapat terminal Pulo Gadung yang melayani ke seluruh jurusan dalam dan luar kota. Selain itu jaringan bus Trans Jakarta jurusan Pulo GadungHarmoni, Tanjung PriokCililitan dan Tanjung PriokPluit juga melintasi sebelah selatan dan barat kawasan ini.

Ada juga angkutan umum berupa angkot, bus kota dan mikrolet. Berikut adalah daftar rute transportasi yang melewati wilayah Kelapa Gading:

Angkutan berbasis rel

sunting

Angkutan darat

sunting

Bus Bandara Soekarno-Hatta

sunting

Bus Pengumpan Perumahan

sunting

Masalah banjir

sunting

Pada saat banjir di Kelapa Gading 1996, 2002 dan tahun 2007, Kelapa Gading merupakan salah satu daerah yang dilanda banjir, dan juga merupakan salah satu daerah yang terparah. Hampir selama seminggu daerah Kelapa Gading direndam banjir, walaupun Summarecon sudah berusaha menggunakan pompa-pompa air.

Banjir besar tersebut adalah akibat dari pembangunan mal, perumahan, dan kompleks pertokoan tanpa memperhatikan lingkungan hijau yang ada. Di Kelapa Gading, hampir tidak ada taman karena pembangunan mal dan kompleks pertokoan tersebut. Namun, Summarecon Agung bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta kini sedang membangun taman jogging di daerah bundaran Kelapa Gading. Sebab lain Kelapa Gading mudah diterjang banjir adalah tinggi permukaan Kelapa Gading hanya 5 meter di atas permukaan laut, sehingga mudah terkena bencana banjir. Banjir biasanya terjadi 5 tahun sekali, namun, pada beberapa tempat tertentu, ancaman banjir bisa terjadi sewaktu-waktu pada musim penghujan tanpa perlu menunggu siklus banjir 5 tahun sekali.

Upaya penanggulangan

sunting

Kini, Summarecon Agung bekerja sama dengan Pemerintah DKI Jakarta melakukan pembangunan taman jogging di lahan kosong wilayah bundaran Kelapa Gading untuk mengurangi banjir.

Di Kelapa Gading terdapat waduk seluas 2,5 hektar yang mampu menampung air sekitar 60.000 meter kubik. Waduk tersebut berfungsi untuk menampung air hujan terutama saat musim hujan dan untuk mencegah banjir. Air itu dialirkan dari waduk ke kali Sunter.[8]

Referensi

sunting
  1. ^ Suryadi, Ryan (25 September 2021). "Tiga Kelurahan di Jakarta Utara Zona Hijau". rri.co.id. Diakses tanggal 8 Januari 2022. 
  2. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-03. Diakses tanggal 2011-03-31. 
  4. ^ a b c d "Kota Jakarta Utara Dalam Angka 2020" (pdf). Badan Pusat Statistik Indonesia. 2020. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
  5. ^ "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). www.bps.go.id. Diakses tanggal 5 Oktober 2020. 
  6. ^ a b c d "Data Jumlah Penduduk Laki-laki Kelapa Gading". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2007-07-23. 
  7. ^ a b c d "Data jumlah penduduk perempuan di Kelapa Gading". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2007-07-23. 
  8. ^ "Properti di Kelapa Gading Tak Kenal Krisis". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-13. Diakses tanggal 2007-05-14.