Kota Tegal

kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia
(Dialihkan dari Kota tegal)


Kota Tegal (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦠꦼꦒꦭ꧀, Pegon تٓڮل, Hanzi: 直葛, Belanda: Tagal) adalah sebuah satu kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini pernah menjadi cikal-bakal berdirinya Korps Marinir seperti tercatat dalam Pangkalan IV ALRI Tegal dengan nama Corps Mariniers, pada 15 November 1945. Kota Tegal berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur. Hari jadi Kota Tegal adalah 12 April 1580.

Kota Tegal
Tagal
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦠꦼꦒꦭ꧀
 • Pegonتٓڮل
 • Hanzi直葛
 • BelandaTagal
Bendera Kota Tegal
Lambang resmi Kota Tegal
Julukan: 
  • Kota Bahari
  • Kota Warteg
Peta
Peta
Kota Tegal di Jawa
Kota Tegal
Kota Tegal
Peta
Kota Tegal di Indonesia
Kota Tegal
Kota Tegal
Kota Tegal (Indonesia)
Koordinat: 6°52′03″S 109°08′15″E / 6.8675°S 109.1375°E / -6.8675; 109.1375
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
Tanggal berdiri8 Agustus 1950
Dasar hukumUU No. 13 Tahun 1950
Hari jadi12 April 1580 (umur 444)
PendiriKi Gede Sebayu
Dinamai berdasarkanTetegall
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 4
  • Kelurahan: 27
Pemerintahan
 • Wali KotaDadang Somantri (Pj.)
 • Wakil Wali Kotalowong
 • Sekretaris DaerahAgus Dwi Sulistyantono
 • Ketua DPRDKusnendro
Luas
 • Total39,68 km2 (15,32 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[2]
 • Total293.818
 • Kepadatan7,400/km2 (19,000/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 96,76% Islam
  • 0,36% Buddha
  • 0,07% Konghucu
  • 0,02%Hindu[2][3]
 • BahasaIndonesia, Tegalan
 • IPMKenaikan 76,15 (2022)
tinggi[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
3376 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0283
Pelat kendaraanG xxxx *E/*N/*Y
Kode Kemendagri33.76 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023TGL
DAURp 512.935.790.000,- (2020)
Semboyan daerahTegal Kota BAHARI
(Bersih, Aman, Sehat, Rapi, dan Beriman)
• Slogan Daerah :
  • Tegal Laka-Laka
  • Tegal Keminclong Moncer Kotane
Flora resmiWiduran
Fauna resmiItik Tegal
Situs webwww.tegalkota.go.id

Etimologi

sunting

Penggunaan nama/kata Tegal mengacu kepada istilah tegalan, tetegil (ladang), atau nama sebuah desa yang pada mulanya adalah merupakan bagian dari Kabupaten Pemalang yang setia kepada trah Kerajaan Pajang.[5]

Sejarah

sunting

Masa awal

sunting
 
Kawasan Pelabuhan Muara Bacin pada tahun 1895.

Pada masa lalu, Tegal adalah desa kecil yang terletak di tepi muara Kali Gung, dengan nama Tetegal. Tetegal merupakan bandar yang mengeluarkan hasil bumi, yang semula perairannya diatur oleh Ki Gede Sebayu saat berdiam di Danawarih. Karena pada saat itu daerah yang luas umumnya merupakan daerah ladang (Tetegalan), maka oleh Ki Gede Sebayu dinamakan Tegal.[6] Versi lain mengatakan bahwa istilah Tegal berawal dari kedatangan Tome Pires, pedagang asal Portugis ke sebuah pelabuhan tua di muara Kali Gung pada abad ke-15, dimana dia menyebut pelabuhan tersebut dengan nama Teteguall.

Setelah daerah itu maju, Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Jurudemung (demang) atau sesepuh oleh Bupati Pemalang. Saat itu Tetegal merupakan bagian dari Kabupaten Pemalang. Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Jurudemung tersebut terjadi pada 15 Sapar tahun Jawa 988, atau 12 April 1580 Masehi. Oleh karenanya, setiap tanggal 12 April diperingati sebagai Hari Jadi Kota Tegal. Tak lama Ki Gede Sebayu pun meninggal dunia, dan putranya yakni Ki Gede Hanggawana ditunjuk sebagai penggantinya.[6]

Semakin lama, Hasil bumi menjadi berlipat, Tegal banyak menimbun hasil bumi yang dikirim ke luar daerah dan penduduknya makin banyak, akhirnya berubah menjadi kota yang cukup bisa diharapkan di kemudian hari. Pada saat itu, Tegal memiliki Pelabuhan yang ramai di muara Kali Gung sebelah barat kota Tegal, kini bernama Muaratua (Tegalsari), kemudian pindah ke Muara bagian timur atau Muara Bacin.[6]

Masa kekuasaan Mataram dan Hindia Belanda

sunting
 
Lambang gemeente Tegal pada masa Hindia Belanda, ditetapkan pada tahun 1927.

Pada masa Kerajaan Mataram, wilayah Tegal menjadi bagian dari kekuasaannya. Dengan demikian maka kepala daerahnya diangkat oleh kerajaan dengan surat ketetapan raja. Pada masa pemerintahan kolonial, surat ketetapan itu dikeluarkan oleh pemerintah kolonial di Batavia. Tegal juga menjadi daerah yang ditunjuk Sultan Agung sebagai tempat untuk membawa beras dengan perahu yang diperlukan bagi persediaan pangan tentara Mataram Saat berperang melawan VOC di Batavia.[7]

Pada tahun 1677 ketika Amangkurat II menandatangani kontrak dengan VOC, daerah Jepara dan Tegal merupakan suatu tempat yang tersisa di sepanjang pesisir utara Jawa yang belum dikuasai oleh Pasukan Trunojoyo. Perbatasan wilayah antara kompeni dan Mataram menggunakan patokan sungai Tjilosari (Ci Sanggarung). Berkat jasa VOC terhadap Mataram pada waktu membantu pemberontakan Trunojoyo, maka sekitar tahun 1680 VOC mengangkat dirinya sebagai penguasa di pesisir Jawa, termasuk di Tegal.[7]

 
Kota Tegal dilihat dari udara.

Di tempat inilah VOC membangun benteng yang kuat dan membangun pos perdagangan. Pada awalnya sekitar tahun 1680 masyarakat Eropa tinggal dan membangun benteng, sehingga keberadaan mereka cukup ekslusif. Keberadaan orang Eropa di benteng sejalan dengan kebijakan antara VOC dan Bupati Tegal untuk mengelompokkan pedagang Eropa dan tentara Eropa terpisah dari penduduk Jawa. Mereka tinggal dibenteng dan tidak seorangpun dapat masuk ke lokasi itu tanpa seijin VOC dan bupati. Dalam perkembangannya, orang Eropa kurang menyukai tinggal di dalam benteng, sehingga mereka pindah ke rumah yang dibuat permanen di kota. Adapun orang-orang Jawa tinggal di sebelah timur kampung kota dan orang-orang Cina tinggal di sebelah selatan yakni Patjinan (kini menjadi kampung Paweden di kelurahan Mintaragen). Sedangkan orang-orang Arab mulai berdatangan dan menetap di Tegal pada abad ke-18.[7]

Tahun 1729, Tegal ditetapkan sebagai gewest (Pemerintah Daerah Tegal) dengan dipimpin oleh seorang Belanda. Kota Tegal ditetapkan sebagai ibu kota gewest Tegal, dengan wilayah meliputi Pemalang, Tegal, dan Brebes. Sebagai Kepala gewest, diangkat J. Thierens sebagai Residen. Residen terakhir untuk gewest Tegal ialah G.J.P. Vallete. Pusat pemerintahan gewest Tegal saat itu berada Gedung Residen, yang sekarang menjadi Kantor DPRD Kota Tegal.[8]

Pada tahun 1906, Tegal mendapatkan status sebagai gemeente berdasar Ordonantie tanggal 21 Februari 1906 dan Staatsblad 1906 No. 123 yang berlaku sampai tanggal 1 April 1906, dengan penduduk berjumlah 32.000 jiwa terdiri dari 27.700 jiwa penduduk asli yakni etnis Jawa, 2.700 jiwa etnis Cina, 1.000 jiwa etnis Arab dan Asia yang lain, serta 600 jiwa etnis Belanda (Eropa). Dalam pelaksanaan pemerintahan, dibentuk Dewan Kota (Gemunteraad), sedangkan yang menjadi kepala daerah adalah asisten residen yang membawahi Kabupaten Tegal.[9]

Masa pendudukan Jepang

sunting

Pada tanggal 17 Maret 1942, Jepang tiba di Keresidenan Pekalongan, dimana saat itu wilayah Pekalongan belum pulih dari pergolakan sosial dan jatuhnya pemerintah kolonial. Tatkala terjadi pendaratan Jepang di Jawa, penguasa kolonial berusaha melaksanakan rencana sabotase yang dipersiapkan secara tergesa-gesa atas gedung, jembatan, dan instalasi di sekitar Tegal dan Brebes, termasuk tangki penyulingan minyak juga dihancurkan.[6]

Di Tegal, setelah Jepang mendarat maka pemerintahan di dalam kota diserahkan kepada pemerintah kota. Mr. Besar Martokoesoemo yang tadinya menjabat advocaat dan procureer di Tegal diangkat menjadi kepala kota (sityo). Kemudian, ia diganti oleh R. Sungeb Reksoatmodjo, yang sebelumnya menjabat sebagai Patih Pekalongan.[6]

Masa setelah Kemerdekaan

sunting

Kota Tegal menjadi salah satu daerah yang mengalami pergolakan revolusi pasca kemerdekaan, bersama dengan Brebes, Kabupaten Tegal, dan Pemalang. Keinginan utama masyarakat saat itu adalah mengganti pemerintahan yang tunduk pada Jepang dan Belanda dengan sistem pemerintahan yang baru dan merakyat oleh golongan islam, sosialis, dan komunis.

Hal tersebut didasari oleh keadaan masyarakat yang semakin miskin dari pemerintahan yang satu ke pemerintahan lainnya. Padahal, wilayah Tegal Raya menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi Keresidenan Pekalongan dikarenakan banyaknya pabrik gula di wilayah ini. Selain itu, wilayah Tegal Raya juga dianggap sebagai wilayah steril dan terbebas dari pengaruh Jepang maupun Belanda pada saat itu, sehingga bisa digunakan untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang atau Belanda. Peristiwa tersebut terjadi pada Oktober hingga Desember 1945 dan lebih dikenal dengan nama Peristiwa Tiga Daerah.[10]

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan tentang pembentukan pemerintahan daerah di Provinsi Jawa Tengah, termasuk Tegal. Dalam undang-undang tersebut, Kota Tegal ditetapkan menjadi Kotamadya sekaligus Ibu kota Kabupaten Tegal, yang dimana pemerintahan Kabupaten berada di Kompleks Alun-alun, sedangkan pemerintahan Kotamadya menempati eks gedung gewest Tegal di Jalan Pemuda.

Tahun 1984, Pemerintah Republik Indonesia menginstruksikan pembentukan Kota Slawi sebagai ibu kota baru Kabupaten Tegal, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 Tahun 1984. Dengan ditetapkannya peraturan tersebut, beberapa fasilitas pemerintahan milik Kabupaten Tegal secara bertahap dipindahkan ke Slawi, membuat Kota Tegal memiliki pemerintahan yang berdiri sendiri. Pusat pemerintahan Kotamadya Tegal pun juga dipindahkan dari Jalan Pemuda ke eks Kantor Bupati Tegal di Kompleks Alun-alun di tahun 1987.

Dua tahun kemudian tepatnya pada tanggal 4 Februari 1986, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 7 tahun 1986, yang berisi tentang perubahan batas wilayah Daerah Tingkat II Kota Tegal dan Daerah Tingkat II Kabupaten Tegal. Dengan berlakunya peraturan ini, wilayah kota Tegal diperluas menjadi 4 kelurahan dan 27 kecamatan, dengan memasukkan seluruh wilayah Kecamatan Sumurpanggang dan beberapa desa di Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, untuk bergabung dalam wilayah kota Tegal. 8 dari 15 wilayah desa di Kecamatan Sumurpanggang dilebur menjadi Kecamatan baru, yakni Margadana, sebagian sisanya tersebar di kecamatan Tegal Barat (Muarareja, Debong Lor dan Pesurungan Kidul) dan kecamatan Tegal Selatan (Keturen, Tunon, Kalinyamat Wetan, Debong Kidul dan Debong Kulon). sedangkan beberapa desa dari Kecamatan Dukuhturi (Bandung dan Debong Tengah) dimasukkan kedalam Kecamatan Tegal Selatan.[11]

Geografi

sunting

Kota Tegal terletak 165 km sebelah barat Kota Semarang atau 329 km sebelah timur Jakarta. terletak di antara 109°08’–109°10’ Bujur Timur dan 6°50’–6°53’ Lintang selatan, dengan wilayah seluas 39,68 Km² atau kurang lebih 3.968 Hektare. Dilihat dari letak geografis, posisi Tegal sangat strategis sebagai penghubung jalur perekonomian lintas nasional dan regional di utara Pulau Jawa yaitu dari barat ke timur (Jakarta–Tegal–Semarang–Surabaya) dengan wilayah tengah dan selatan Pulau Jawa (Jakarta–Tegal–Purwokerto–Yogyakarta–Surabaya) maupun sebaliknya.

Batas wilayah

sunting
Utara Laut Jawa
Timur Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal
Selatan Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal
Barat Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes

Kondisi wilayah

sunting

Kota Tegal berada di wilayah Pantura, dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah berada di Wilayah Barat, dengan bentang terjauh utara ke selatan 6,7 Km dan barat ke timur 9,7 Km. Ketinggian dari permukaan laut ialah ± 3 meter di wilayah utara dan barat, dengan struktur tanah didominasi oleh tanah pasir dan tanah liat. Topografi wilayah ini merupakan dataran rendah dengan hulu sungai ke Laut Jawa, dan sedikit wilayah bergelombang dengan ketinggian ± 5-10 meter di atas permukaan laut pada bagian selatan dan timur.[12]

Penggunaan lahan sebagian besar merupakan lahan bukan sawah yaitu seluas 3.335 hektare. Dari total lahan bukan sawah tersebut 2.719,08 hektare merupakan lahan untuk bangunan dan pekarangan. Luas lahan yang digunakan untuk sawah hanya 631 hektare dengan pengairan menggunakan pengairan teknis.[12]

Kota Tegal dialiri lima sungai, kelima sungai tersebut adalah Sungai Ketiwon, Sungai Gangsa, Sungai Gung, Sungai Belis dan Sungai Kemiri. Seluruh sungai tersebut bermuara di pesisir Kota Tegal. Sungai Ketiwon dan Sungai Gangsa menjadi penanda batas wilayah Kota Tegal di bagian timur dan barat. Sedangkan kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut sebanyak 4 kelurahan, yakni kelurahan Panggung dan Mintaragen di kecamatan Tegal Timur serta kelurahan Tegalsari dan Muarareja di kecamatan Tegal Barat.[12] Dengan curah hujan yang sangat rendah, temperatur (suhu) rata-rata kota ini mencapai 35 derajat Celsius.[13]

Iklim & Cuaca

sunting
Data iklim Tegal
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29
(84)
29
(84)
29
(85)
30
(86)
31
(87)
30
(86)
30
(86)
30
(86)
31
(87)
31
(87)
31
(87)
30
(86)
30
(86)
Rata-rata terendah °C (°F) 24
(76)
24
(76)
24
(76)
25
(77)
25
(77)
24
(76)
23
(74)
23
(74)
24
(76)
25
(77)
25
(77)
24
(76)
24
(76)
Presipitasi mm (inci) 350
(13.78)
300
(11.81)
250
(9.84)
120
(4.72)
130
(5.12)
80
(3.15)
50
(1.97)
40
(1.57)
30
(1.18)
50
(1.97)
110
(4.33)
240
(9.45)
1.810
(71,26)
Sumber: [14]

Pemerintahan

sunting

Daftar Wali Kota

sunting
No Wali Kota Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Wakil Wali Kota
20   Dadang Somantri 23 Maret 2024 Petahana lowong

Dewan Perwakilan

sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Tegal dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[15] 2014–2019[16] 2019–2024[17] 2024–2029
PKB 4   5   6   4
Gerindra (baru) 0   2   3   4
PDI-P 7   8   7   7
Golkar 6   4   5   7
NasDem (baru) 1   0   0
PKS 3   3   4   5
Hanura (baru) 1   2   0   0
PAN 4   2   3   2
Demokrat 4   2   2   0
PPP 0   1   0   1
PPRN (baru) 1
Jumlah Anggota 30   30   30   30
Jumlah Partai 8   10   7   7


Kecamatan

sunting

Kota Tegal memiliki 4 kecamatan dan 27 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan sebesar 280.940 jiwa dan luas wilayah 39,68 km² dengan kepadatan 7.659 jiwa/km².[18][19]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Tegal, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Kodepos[20] Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
33.76.04 Margadana 52141-52147 7
33.76.01 Tegal Barat 52111-52117 7
33.76.03 Tegal Selatan 52131-52138 8
33.76.02 Tegal Timur 52121-52125 5
TOTAL 27


Dasar Hukum

sunting
  • Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang perubahan Undang-undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 tentang pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Kecil di Jawa jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal;
  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal;
  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah di Muara Sungai Kaligangsa;
  • Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah di Muara Sungai Kaligangsa;
  • Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 3 Maret 1988 Nomor 185.5-212 tentang Penetapan Batas Baru secara pasti antara Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal;
  • Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 136/113/88 tentang tindak lanjut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185.5-212 tentang Penetapan Batas Baru secara pasti antara wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal;
  • Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor 6 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas dan Luas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan memberlakukan semua Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Kota Tingkat II Tegal serta Keputusan Wali Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tegal di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal.

Pusat Pemerintahan

sunting

Balai Kota Tegal sebagai pusat pemerintahan Kota Tegal semula menempati Gedung Residen di Jalan Pemuda yang kini digunakan untuk Gedung DPRD Kota Tegal. Namun sejak tahun 1985, pusat pemerintahan dipindahkan ke Pendopo Ki Gede Sebayu bekas Pendopo Kabupaten Tegal, di kawasan Alun-alun Mangkukusuman. Kolonel Laut (Purn) Adi Winarso, S.Sos adalah putra Tegal pertama yang menjabat sebagai wali kota selama dua periode, 19992004 dan 20042009 melalui pemilihan tidak langsung.

Tahun 2008 menandai sejarah baru kepemimpinan Kota Tegal, karena tahun itu pula untuk kali pertama wali kota dipilih secara langsung oleh rakyat Kota Tegal. Hasilnya, pasangan Ikmal Jaya, SE Ak/Ali Zainal Abidin, SE memenangi pemilihan. Mereka dilantik pada tanggal 23 Maret 2009 oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo.

Demografi

sunting

Kependudukan

sunting

Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Tegal sebanyak 287.959 jiwa, dengan kepadatan penduduk 7.257 jiwa/km².[2]

Kecamatan Tegal Timur memiliki angka rata-rata kepadatan tertinggi di Kota Tegal, yakni 11.132 jiwa/km². Kondisi ini terjadi karena wilayah Tegal Timur merupakan konsentrasi ekonomi, serta pusat pemerintahan dan pendidikan di Kota Tegal. Sedangkan Kecamatan Margadana memiliki angka rata-rata kepadatan penduduk paling rendah, yakni 4.438 jiwa/km².[12]

Pada Juni 2022, mayoritas penduduk Kota Tegal menganut agama Islam yaitu sebanyak 281.098 jiwa, Kristen Protestan sebanyak 5.153 jiwa, Kristen Katolik sebanyak 3.184 jiwa, Budha sebanyak 1.144 jiwa, Konghucu sebanyak 216 jiwa, Hindu sebanyak 48 jiwa, dan Kepercayaan sebanyak 27 jiwa.

Jumlah tempat ibadah di Kota Tegal pada tahun 2020, Masjid mencapai 200 unit, Musala berjumlah 359 unit, Gereja Kristen Protestan berjumlah 23 unit, 1 unit untuk Gereja Katolik, 1 Pura, serta 1 unit Vihara. [12]

Sebagai kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa, Kota Tegal memiliki etnis yang beragam. Mayoritas penduduk Kota Tegal adalah etnis Jawa kulonan yang memiliki ragam budaya yang khas jika dibandingkan dengan masyarakat Jawa mataraman atau wetanan. Selanjutnya etnis yang dominan adalah etnis Arab yang mayoritas bermukim di kelurahan Kraton dan Pekauman, serta etnis Cina yang bermukim di kampung Paweden kelurahan Mintaragen dan Tegalsari.[21] Ada pula minoritas beberapa etnis seperti Melayu, Bugis, Sunda, Madura. Kerukunan di kota ini terjaga dengan baik walau memiliki penduduk dengan latar belakang etnis yang berbeda-beda.

Kampung Pesengkongan di Jalan Layur, kelurahan Tegalsari menjadi bukti nyata adanya keberagaman etnis di Kota Tegal. Kampung ini memiliki penduduk multietnis, seperti Jawa, Madura, Melayu, Bugis, Eropa, Gujarat (Koja), Cina, dan menjadi titik temu berbagai macam etnis karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan Tegal.

Pada awalnya Pesengkongan merupakan persinggahan sementara bagi mereka yang melakukan perniagaan di Tegal, namun kemudian mereka tidak hanya singgah di Tegal, bahkan ada dari mereka yang menetap dan membawa keluarga. Mereka kemudian membentuk kampung-kampung berdasarkan etnis masing-masing. Etnis Bugis membentuk perkampungan di daerah timur pesisir pantai yang kemudian dinamai kampung Kebogisan (kini bernama kampung Kalimati di kelurahan Mintaragen, Tegal Timur). Sedangkan etnis Melayu dan Koja lebih banyak menetap di daerah Pesengkongan, wajar bila sampai sekarang kampung Pesengkongan juga dikenal sebagai kampung Melayu (Encik). Mereka hidup berdampingan dengan etnis Cina yang mendiami kampung Paweden. Sementara orang-orang Madura menempati daerah selatan Kota Tegal membentuk kampung Kemeduran (kini menjadi kampung Kemeduran di Kelurahan Slerok, Tegal Timur).[22]

Seni-budaya

sunting

Meskipun kota Tegal tidak diakui sebagai pusat budaya Jawa, namun kesenian di sini berkembang cukup pesat. Berbagai macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional dan lokal.

Posisi geografis kota Tegal yang berada di pertemuan antara budaya Banyumasan, Pekalongan dan Cirebon menciptakan sebuah khazanah budaya tersendiri yang berbeda dengan daerah lain, yakni budaya Tegalan, dan membentuk kesenian asli Kota Tegal antara lain:

  • Wayang Kulit

Wayang Kulit gaya Tegal memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan gaya lain. Sulukan, dialog atau antawacana dari pementasan seluruhnya menggunakan bahasa Tegal. Selain itu, gaya Tegalan lebih condong menguatkan pada konten cerita atau lebih pada bentuk dongengan. Sabet atau permainan anak wayang tidak begitu banyak disajikan.[23]

  • Wayang Golek
 
Pergelaran Wayang Golek Cepak Tegalan di kelurahan Kaligangsa dalam rangka sedekah bumi.

Wayang Golek Gaya Tegalan disebut juga dengan Wayang Cepak. Wayang cepak tidak jauh berbeda dengan wayang golek Sunda, hanya kepala wayang memiliki bentuk mahkota kepala yang cepak (rata), dan dari bentuk mahkota kepala itulah wayang ini mendapatkan namanya. James Redmond dalam bukunya Themes in Drama: Volume 8, Historical Drama terbitan tahun 1986 menjelaskan bahwa kesenian wayang Cepak ini berkembang di sekitar pantai utara pulau Jawa dari Cirebon hingga Pekalongan, termasuk daerah Tegal.[24]

Tegal juga memiliki tokoh wayang golek khas daerah, bernama Slenteng dan Lupit. Kedua tokoh wayang golek ini diciptakan oleh Enthus Susmono, seniman dan dalang kondang asal Kabupaten Tegal. Slenteng dan Lupit digambarkan memiliki perwatakan apa adanya, tidak tedheng aling-aling dalam bertutur, dan selalu menjalani hidup penuh keikhlasan. Watak tersebut sesuai dengan kepribadian masyarakat Tegal yang sederhana namun lugas dan tegas.

Sintren adalah kebudayaan yang berkembang di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Subang utara, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Banyumas dan Kuningan. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.

Pusat kebudayaan sintren di Tegal sebenarnya berada di wilayah Kabupaten, yakni di desa Luwijawa, kecamatan Jatinegara. Namun terkadang pementasan kesenian sintren bisa sampai ke wilayah Kota Tegal dan sekitarnya.

Tari topeng Endel adalah tari topeng khas yang berasal dari Tegal. Tarian ini hanya dilakukan oleh perempuan saja karena sifat dari tari topeng ini adalah genit, gemulai, terampil, dan berani. Dengan diiringi gending lancaran ombak banyu laras slendro manyuro, penari akan memperlihatkan bagaimana sosok wanita Jawa yang sesungguhnya yang penuh dengan sikap halus, lembut dan keibuan.

Salah satu penari legendaris Tari Endel adalah ibu Sawitri.

  • Balo-balo

Balo-balo merupakan kesenian khas Kota Tegal yang sudah ada sejak zaman penjajahan. Nama Balo-balo berasal dari bahasa Jawa Bala-bala yang artinya adalah "teman-teman". Dinamakan demikian karena kesenian ini dimainkan secara beramai-ramai.

Balo-balo digunakan masyarakat Tegal untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Selain itu kesenian ini juga digunakan masyarakat Tegal untuk menjalin komunikasi antarwarga. Alunan musik yang terdiri atas kencer, indukan, kempling, kempyang, dan gong ini juga digunakan untuk mengelabuhi penjajah dalam menyusun strategi melawan Belanda.

Musik tegalan adalah musik etnik yang berkembang di wilayah Tegal Raya, yakni Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Jenis musik ini pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1970-an hingga penghujung 1980-an, dan mulai meredup di tahun 1990-an karena tergeser oleh Dangdut modern dan Tarling. Namun di masa kini, beberapa seniman Tegal mulai membangkitkan kembali marwah musik tegalan dalam khazanah kebudayaan Tegal. Beberapa artis dan komposer musik tegalan, seperti Najeeb Balapulang, Sawitri, Imam Joend, Agus Riyanto. Bahkan beberapa tokoh yang menggagas lahirnya musik tegalan seperti Hadi Utomo, Nurngudiono dan Lanang Setiawan, berasal dari Kota Tegal.

  • Mantu poci

Mantu Poci adalah salah satu kebudayaan di wilayah Tegal, dengan acara inti melangsungkan 'pesta perkawinan' antara sepasang poci tanah berukuran raksasa. Mantu poci pada umumnya diselenggarakan oleh pasangan suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum juga dikarunai keturunan. Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian makanan, dan beraneka pementasan untuk menghibur para undangan yang hadir. Tak lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah.

Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi. Dewasa ini Mantu Poci sudah jarang digelar di Tegal. Salah satu repertoar yang diusung oleh Dewan Kesenian Kota Tegal di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 2003 adalah mementaskan drama berjudul Kang Daroji Mantu Poci, dikemas secara komedi.

  • Barongan

Kesenian Barongan adalah kesenian khas Tegal yang memiliki bentuk serupa dengan kesenian Buroq di Cirebon atau Sisingaan di Subang. Barongan tradisional yang ada di Tegal tak banyak hiasannya, bahkan cenderung sangat sederhana. Di mana penutupnya menggunakan karong goni berwarna cokelat, dengan wajah menyerupai singa, mulutnya menggunakan kayu dan rambutnya warna-warni ala kadarnya. Kesenian ini dimainkan oleh satu orang dan biasanya dibarengi dengan jaran lumping kesetanan yang menambah kesan magis.

Kesenian ini dikatakan sudah hampir punah. Namun di Kota Tegal, kesenian ini masih bisa ditemui, salah satu wilayah yang masih melestarikan kesenian Barongan di Kota Tegal seperti di Kelurahan Cabawan, Kecamatan Margadana. Disini kesenian Barongan masih ditampilkan dalam berbagai acara seperti khitanan atau hari-hari besar.[25]

  • Batik tegalan

Batik tegalan adalah salah satu ragam batik pesisir, selain Pekalongan dan Cirebonan. Batik pertama kali dikenal oleh masyarakat Tegal pada akhir abad ke-16, dimana Raja Amangkurat I membawa batik dari Surakarta ketika akan menguasai Tegal. Kemudian, batik di Tegal dikembangkan oleh Kardinah, adik dari Kartini sekaligus istri dari Bupati Tegal saat itu, R. M. Sajitno Reksonegoro IX pada tahun 1908-1936. Pada tahun 1914, Kardinah mendirikan sekolah putri yang bernama "Sekolah Kepandaian Putri", dimana ia menjadikan batik sebagai alat pembelajaran.

Batik tegalan dikenali dari corak gambar yang besar dan lebar. Biasanya menggambarkan keanekaragaman hayati di Tegal seperti manuk emprit, sotong, bunga kelapa dan kembang kapas. Warna yang dalam batik tegalan umumnya merupakan kombinasi warna lembut dan kontras, dimana warna ini melambangkan karakter masyarakat Tegal yang lugas dan tegas. Adapun beberapa nama batik tegalan di antaranya beras wutah, semut runtung, blarak saleret, dan tumbar bolong.[26]

Selama ini batik tegalan lebih dikenal sebagai kerajinan khas Kabupaten Tegal. Namun tak sedikit pula pengrajin batik tegalan di sekitar kota Tegal. Kebanyakan para pengrajin tersebut berasal dari kelurahan Bandung, Keturen, dan Kalinyamat Wetan di kecamatan Tegal Selatan.[27]

  • Moci

Masyarakat Tegal tidak akan lepas dari budaya moci, yakni meminum secangkir teh hangat yang ditaruh di dalam poci tanah ditambah dengan gula batu. Biasanya tradisi moci ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, sambil bercengkrama satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itulah muncul istilah Cipok atau moci karo ndopok dalam Bahasa Tegal, yang secara harfiah berarti "meminum teh poci sambil duduk dan mengobrol santai", dan dalam makna yang lebih luas adalah "menjadikan minum teh poci sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan mencari inspirasi satu sama lain".

Tradisi moci ini bertahan sebab sebab adanya bentuk simbiosis mutualisme yang terjalin antara pabrik teh, pabrik gula, pengrajin gerabah poci, masyarakat penikmat teh, budayawan, dan sebaginya.[28]

Perayaan

sunting

Beberapa perayaan yang diadakan di Kota Tegal, antara lain:

  • Pawai Rolasan

Pawai Rolasan merupakan perayaan masyarakat sekitar kelurahan Panggung, Tegal Timur. Pencetusnya adalah KH Mukhlas, salah satu ulama kharismatik di wilayah tersebut, dimana pawai ini awalnya bertujuan untuk mempersatukan umat Islam di Kota Tegal. Kini, pawai Rolasan diadakan setiap malam 12 Rabiul Awwal untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.[29]

  • Sedekah Laut

Sedekah laut diadakan pada pertengahan bulan Suro atau Muharram di tiga pelabuhan utama Kota Tegal, yakni Pelabuhan Pelindo, Pelabuhan Perikanan Tegalsari, dan Pelabuhan Brug Abang Muarareja. Rangkaian acara diawali dengan pawai ancak berupa kepala kerbau yang dihias beserta hasil bumi seperti buah dan sayur, kemudian dilarung (ditenggelamkan) di tengah laut. Sebagai puncak acara, biasanya diadakan pentas organ tunggal pesisiran atau pergelaran wayang.

Acara yang berlangsung setiap tahun ini merupakan perwujudan rasa syukur nelayan Kota Tegal kepada Tuhan yang Maha Esa terhadap limpahan hasil tangkapan ikan nelayan Kota Tegal.[30]

  • Sedekah Bumi

Acara tahunan yang sudah turun-temurun beberapa generasi ini menjadi sarana warga Kelurahan Kalinyamat Kulon Kecamatan Margadana dan Kelurahan Kalinyamat Wetan Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal untuk menyimbolkan terima kasih kepada pendiri desa, mendoakan arwah leluhur, serta sebagai wujud rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah pada kedua Kelurahan di Kota Tegal ini.

Sedekah bumi diadakan pada bulan Safar di petilasan pendiri Kelurahan Kalinyamat Kulon (Candi Warulekor) dan Kelurahan Kalinyamat Wetan Kecamatan (Candi Kidul). Prosesi sedekah bumi diawali pada malam sebelum hari H dengan acara melekan (begadang) yang diisi dengan pemanjatan doa (tahlilan). Esok paginya warga membawa tumpeng dari rumah masing-masing untuk kenduri dan makan siang bersama. Pada puncak acara ini diramaikan dengan pergelaran wayang golek/wayang cepak atau wayang kulit.

  • Kirab gotong Toapekong

Kirab ini diadakan oleh Kelenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal pada hari ke-15 setelah tahun baru Imlek. Kirab ini diikuti oleh masyarakat Tionghoa Kota Tegal dengan mengarak toapekong atau tandu yang berisi kimsin atau rupang para dewa dari Kelenteng menuju ke Pelabuhan Tegal.

Setiba di pelabuhan, kemudian digelar rangkaian sembahyang di depan altar yang sudah disiapkan untuk pelaksanaan ibadah dan tandu berisi kimsin.

Kirab gotong Toapekong dan ibadah digelar di pelabuhan untuk mengenang dewa Tek Hay Cin Jin, yang dipercaya datang ke Kota Tegal melalui jalur laut.

  • Haul Haddad

Al-Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad (dilahirkan di kota Qeidun, Hadramaut pada tahun 1299 H) adalah salah satu ulama yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kota Tegal. Beliau wafat pada 18 Rajab tahun 1885 M di Kota Tegal.

Pada bulan Sya'ban, diadakan Haul Haddad untuk mengingat perjuangan Beliau dalam berdakwah. Acara diselenggarakan di rumah Shohibul Haul di Jl Letjen Suprapto, kemudian dilanjutkan di Makam Beliau di Pemakaman Jl Salak, kelurahan Pekauman, Tegal Barat. Peringatan ini biasanya dihadiri oleh para Habaib dan masyarakat etnis Arab dari berbagai kota di Jawa.[31]

Seni Sastra & Teater

sunting

Seni sastra dan teater juga juga merupakan andalah Kota Tegal. Penyair Tegal yang termasuk dalam angkatan 66 adalah Piek Ardijanto Soeprijadi dan SN Ratmana. Sementara Widjati digolongkan ke dalam penyair Angkatan '00' (Kosong-kosong). Kota Tegal tercatat memiliki dua tokoh perfilman nasional yang cukup produktif yaitu Imam Tantowi (sutradara dan penulis skenario), dan Chaerul Umam (sutradara). Beberapa teater yang kiprahnya menasional antara lain teater RSPD (Yono Daryono dan Eko Tunas), teater Puber (Nurhidayat Poso), teater Wong (M Enthieh Mudakir), teater Hisbuma (Dwi Ery Santoso), dan Teater Q (Rudi Iteng).

Keberadaan Gedung kesenian (bekas Gedung Wanita) di Jalan Dr. Setiabudi menjadi wahana ekspresi para seniman Kota Tegal. Kesenian di kota ini cukup menarik perhatian para peneliti dari luar negeri, antara lain Richard Curtis (Australia), dan Anton Lucas (Australia, penulis buku Peristiwa Tiga Daerah).

Pemerintah Kota Tegal, pada tahun 2008 menganggarkan pembangunan Taman Budaya Tegal yang dimulai tahun 2009, berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono, satu komplek dengan Gedung PPIB yang nantinya akan menjadi pusat kesenian Jawa Tengah bagian barat.

Bahasa

sunting

Bahasa Jawa Tegalan memiliki kemiripan dengan bahasa Banyumasan (atau yang lebih dikenal dengan bahasa ngapak), terutama dalam perbendaharaan kosakata. Kendatipun demikian, lafal dan intonasi pada konteks pengucapan kalimat pada kedua bahasa berbeda cukup signifikan. Sejumlah perbedaan tersebut diidentifikasi dan dijelaskan di dalam Kamus Bahasa Jawa Tegal–Indonesia terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat Tegal enggan disebut sebagai orang ngapak karena "ngapak" merujuk pada masyarakat yang menggunakan Bahasa Banyumasan sebagai bahasa ibu, sedangkan masyarakat Kota Tegal menggunakan bahasa yang berbeda yaitu Bahasa Jawa Tegalan/Basa Tegalan/Bahasa Jawa Tegal. Masyarakat yang menggunakan bahasa Tegalan meliputi bagian Utara dan Tengah Kabupaten Tegal, Kota Tegal, bagian Barat kabupaten Pemalang, dan bagian Utara dan Timur kabupaten Brebes.

Bahasa Tegalan dikenal sebagai bahasa yang lugas dan egaliter, atau tidak mengadopsi perbedaan dan tingkatan dalam berbahasa. Selain itu, bahasa Tegalan yang dituturkan di wilayah Kota Tegal memiliki ciri khas berupa kata-kata serapan dari bahasa etnis lain. Dinamika ini melahirkan ungkapan "hanya orang Tegal yang tahu pasti orang Tegal lainnya".

Ungkapan tersebut mengandung pengertian menyangkut kekhasan Basa Tegalan. Sehubungan ciri khas bahasa yang berbeda dari pemahaman umum ini maka hanya pelafal bahasa Tegalan yang tahu pasti apakah seseorang sedang menggunakan Bahasa Jawa Tegalan (asli Tegal) atau bahasa lain, khususnya bahasa terdekat yaitu Bahasa Banyumasan atau bahasa ngapak. Salah kaprah ini memang sering terjadi sebagai dampak kegagalan sebagian media massa dalam mengidentifikasi dan membedakan antara Bahasa Jawa Tegalan dan Bahasa Banyumasan yang sebetulnya telah sama-sama terancam punah.

Bahasa Tegalan juga terus berkembang dengan pemunculan kata-kata dan ungkapan baru sejalan dengan akulturasi serta penggunaan bahasa prokem khususnya pada generasi muda. Hal tersebut terjadi karena Kota Tegal merupakan kota heterogen menjadi titik temu berbagai masyarakat dari tiga penjuru serta beberapa etnis sejak dahulu kala. Contoh serapan tersebut, seperti pada kalimat:

Ente walade sapa?

Kalimat tersebut berarti "anda anak siapa?". Kata ente dan walad merupakan kosakata serapan dari Bahasa Arab.

Untuk menjaga & melestarikan bahasa Tegal, Pemerintah Kota Tegal bekerjasama dengan para budayawan lokal membuat sebuah program bertajuk Kongres bahasa Tegal. Kongres bahasa Tegal pertama digelar oleh pada tanggal 4 April 2006, di hotel Bahari Inn. Acara yang digagas oleh Yono Daryono tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal), Dwi Ery Santoso (Puisi dan Sutradara). Tujuan digelarnya kongres itu adalah menjadi sarana untuk menjaga bahasa Jawa Tegal agar tetap lestari, serta membahas pengangkatan status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal.

Bangunan bersejarah

sunting
Berkas:Mako Lanal Tegal Tempo Dulu.jpg
Bangunan Dansional (Lanal Tegal) berdiri pada 1914.
 
Bangunan Kantor Residen Tegal, yang pernah menjadi Balai Kota Tegal dan kini menjadi Gedung DPRD Kota Tegal.

Bangunan besejarah yang ada di kota Tegal kebanyakan berarsitektur Belanda. Berikut data bangunan yang masih dapat disaksikan:

  • Stasiun Kereta Api (Jalan Pancasila No.01)
  • Gedung DPRD (Jalan Pemuda)
  • Balai Kota dan rumah dinas Wali Kota (Jalan Ki Gede Sebayu No.12, Komplek Alun-alun Mangkukusuman)
  • Kantor Pos (Jalan Proklamasi No.01)
  • Markas TNI AL (Jalan Proklamasi)
  • Pasar Pagi (Jalan Jend. A. Yani)
  • Kolam Renang Samudra (Jalan Melati)
  • Menara Air (Jalan Pancasila)
  • Gedung Birao SCS (Jalan Pancasila)
  • Gedung Universitas Pancasakti
  • Gedung SMP Negeri 1 (Jalan Tentara Pelajar)
  • Gedung SMP Negeri 8 (Jalan Proklamasi)
  • Gedung SMP Negeri 10 (Jalan Kartini)
  • Gedung SMA Negeri 1 (Jalan Menteri Supeno)
  • Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus (Jalan Kapten Ismail)
  • Gereja GPIB Ayalon (Jalan Dr. Sutomo)
  • Masjid Agung (Jalan Masjid)
  • Masjid dan Makam Mbah Panggung (Jalan KH. Mukhlas)
  • Langgar Duwur Pesengkongan (Jalan Layur)
  • Kelenteng Tek Hay Kiong (Jalan Gurami) [1]
  • Sebagian rumah tinggal di Jalan Veteran, Jalan Jend. A. Yani, Jalan Jend. Sudirman, Kelurahan Pekauman

Mars/Hymne Kota Tegal

sunting

Sejak tahun 2010, Kota Tegal telah memiliki lagu Mars dan Hymne yang penentuannya berdasarkan pemenang pertama Lomba Cipta Lagu Mars/Hymne Kota Tegal, tahun 2009, yaitu Joshua Igho/Firman Hadi untuk kategori mars dan Vicentius DN untuk kategori hymne. Selain sebagai identitas daerah, lagu mars dan hymne tersebut juga digunakan untuk menyebarkan semangat kepada warga masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam membangun daerahnya. Dua lagu ini selalu disiarkan di radio-radio di wilayah Kota Tegal, dilombakan antar kelurahan, dan dinyanyikan setiap resepsi hari jadi.

Mars Kota Tegal
Cipt. Joshua Igho/Firman Hadi

Ayo semua singsingkan lengan baju
Pacu semangat membangun bersama
Meretas jalan raih kejayaan
Menuju masyarakat yang mandiri
Di bawah panji-panji Pancasila
Bersatu padu selaraskan karsa
Bertekad maju demi masa depan
Tegal kota bahari kita
Bersih dan indah seluruh kotanya
Aman dan tenteram suasananya
Sehat seluruh lingkungannya
Serta masyarakat yang beriman
Itulah jiwa kota bahari
Tekad mulia tuk membangun
Mari bersama kita tuju
Puncak gemilang kota bahari
coda:
Kota Tegal semoga tetap jaya

    

Hymne Kota Tegal
Cipt. Vincentius DN.

Terbentang luas menawan
Tegal kota bahari
Elok dan asri lingkungannya
Rakyatpun hidup rukun dan damai
Puji syukur kami haturkan
Atas anugerah indah ini
Bimbinglah kami tuntun langkah ini
Agar terwujud cita
Tegal kota bahari nan jaya
Sungguh engkau kubanggakan
Dan selalu kukenang
Kota Tegal kota bahar
Adamu 'kan warnai Indonesia

Rekor MURI

sunting

Pemecahan rekor MURI yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tegal adalah:

  • Tahu terpanjang, 425 meter (2005)
  • Minum teh poci 5000 orang (2006)
  • Poci terbesar (2007)
  • Wayang terbesar oleh Ki Enthus Susmono (2007)
  • Wayang kolaborasi 4 warna oleh Ki Barep (2008)
  • Martabak terbesar (2011)

Kuliner khas

sunting
 
Sepiring Sauto khas Tegal.

Tegal dikenal dengan keberagaman kulinernya, seperti:

  • Tahu aci, tahu yang terbuat dari bahan dasar tahu dan juga tepung kanji. Tahu Aci ini dibuat dengan cara memasukkan tahu kedalam adonan tepung kanji lalu digoreng.
  • Pilus, makanan ringan yang terbuat dari tepung dan juga daun kucai, makanan ini sangat renyah sehingga banyak digemari.
  • Soto Tegal, soto khas Tegal yang dimana memakai taoge dan taoco dengan campuran daging ayam, sapi atau jeroan babat.
  • Glabed Randugunting, potongan ketupat yang diberi kuah kental dan dimakan bersama sate kerang.
  • Blengong, potongan ketupat yang diberi kuah kental dan dimakan bersama sate dari daging blengong (sejenis entok/bebek).
  • Teh poci, teh yang diseduh air panas di dalam wadah poci terbuat dari tanah liat dan untuk pemanisnya diberi gula batu.
  • Nasi ponggol, nasi berisi lauk yang terdiri dari Tahu, Tempe, Ikan Asin, dan Oreg Oreg Tempe (Tempe yang diiris kecil-kecil dibumbui dengan Tumis). Akhir akhir ini banyak disebut orang di Kota Tegal Ponggol Setan (karena dijualnya malam setelah Jam 6 malam sampai pagi hari). disebut "Setan" juga karena rasanya yang pedas hingga bisa bikin orang seperti kesetanan.
  • Sega lengko, nasi yang ditaburi bumbu kacang yang kental lengkap dengan irisan tahu goreng dan sayur-mayur seperti sawi, taoge, dan mentimun. Keunikan sega lengko di Tegal yang menjadi pembeda dengan daerah lain ialah taburan kerupuk mi diatasnya, serta bumbu kacang yang sedikit memiliki rasa manis.
  • Glothak, semacam bubur yang terbuat dari gembus/oncom dengan kuah kaldu dan cabai hijau. Makanan semacam ini biasanya banyak dijual saat bulan Ramadhan.
  • Kupat Bongkok, sebenarnya makanan ini adalah makanan khas Kabupaten Tegal, tepatnya dari desa Bongkok, kecamatan Kramat, namun penjualnya banyak ditemui di wilayah Kota Tegal. Kupat bongkok adalah potongan ketupat yang diberi campuran tempe dan bumbu pedas.
  • Rujak kangkung dan Rujak uleg, "Rujak" khas Tegal yang berbahan dasar sayuran.
  • Olos, paduan tepung aci dan terigu yang dibuat bulatan kecil dan digoreng kering, di dalamnya berisi sayuran (biasanya kubis) atau bisa juga dengan isi lain. Namun di setiap olos terdapat potongan cabe rawit yang akan memberikan sensasi pedas dan membuat orang merasa tertipu saat memakannya bagi yang baru mencicipi.
  • Latopia atau Laktopnya, makanan berbahan dasar tepung dan kacang hijau, serupa Bakpia.
  • Sate Kambing Tegal juga cukup banyak disukai oleh masyarakat hingga di luar Tegal. Sate Kambing Tegal terbuat dari daging kambing muda biasanya berumur di bawah lima bulan (Balibul) yang sangat empuk dan beraroma khas karena tidak terlalu banyak olesan bumbu pada saat membakarnya. Disajikan dengan kecap manis, irisan bawang merah, tomat dan cabe rawit.
  • Martabak, makanan berupa campuran telur dan daging yang diisi dengan potongan sayur. Martabak adalah makanan yang berasal dari Lebaksiu, Kabupaten Tegal, namun penjualnya banyak ditemui di wilayah kota Tegal.
  • Poles, makanan seperti risoles berbentuk segitiga dengan isian yang sama seperti Olos. Poles biasa dijumpai di Kota Tegal bagian selatan.
  • Mendoan, tempe bertekstur basah yang digoreng dengan tepung bumbu dan dicampur dengan potongan sayuran. Biasanya Mendoan disajikan dengan sambal kecap.

Makanan Pokok

sunting

Jajanan

sunting

Minuman

sunting

Ekonomi

sunting
 
Pacific Mall Tegal
 
Rita Supermall Tegal

Perdagangan dan jasa merupakan sektor utama perekonomian Kota Tegal. Kota ini menjadi tempat pengolahan akhir dan pemasaran berbagai produk dari kawasan Jawa Tengah bagian barat. Usaha kecil dan menengah yang cukup pesat kemajuannya adalah industri logam rumahan di kawasan Jalan Cempaka, sentra produksi telur asin di Kelurahan Pesurungan Lor, dan kerajinan batik Tegalan di Kelurahan Kalinyamat. Untuk mendukung denyut perekonomian, pemerintah Kota Tegal telah membangun Pusat Promosi dan Informasi Bisnis (PPIB).

Sektor perikanan juga memiliki peran penting dalam perekonomian Kota Tegal. Letak geografis Kota Tegal yang berada di pesisir Laut Jawa, menjadikan Kota Tegal memiliki produksi dan nilai produksi perikanan yang lumayan besar. Pada tahun 2020, produksi perikanan laut paling tinggi terdapat pada Triwulan IV yaitu mencapai 8.013.193 kg dengan nilai 57.170.905.000 rupiah. Sedangkan untuk perikanan darat, budi daya Tambak merupakan penghasil perikanan tertinggi dibanding sarana budi daya yang lainnya yaitu sebesar 5.827,13 kuintal dengan nilai produksi 9,372 miliar di tahun 2020.[12]

Pusat kegiatan perikanan laut Kota Tegal berada di Pelabuhan Perikanan Pantai Jongor dan Pelabuhan Tegal Timur yang terletak di Kelurahan Tegalsari, Tegal Barat. Sedangkan pusat kegiatan perikanan tambak tersebar di daerah payau atau daerah peralihan antara air sungai dan air laut, seperti di Kelurahan Panggung dan Muarareja.

Pariwisata

sunting
 
Monumen Bahari di Komplek Pantai Alam Indah

Saat ini, Kota Tegal sedang berusaha untuk berbenah dan meningkatkan pelayanan dalam berbagai sektor, khususnya dalam sektor pariwisata. Beberapa tempat wisata di Kota Tegal antara lain:

  • Pantai Pulau Kodok (Pantai SUPM)
  • Pantai Batam Sari
  • Pantai Komodo
  • Pantai Pondok Martoloyo (Pantai Martoloyo Indah)
  • Pantai Alam Indah
  • Pantai Kampung Tirang Tegalsari
  • Pantai Muarareja Indah
  • Pantai Muara Anyar
  • Trans Studio Mini Transmart Tegal
  • Rita Park Kompleks Rita Supermall Tegal
  • Alun Alun Kota
  • Jl Ahmad Yani "Malioboro Kota Tegal"
  • Tegal Heritage Boulevard (Gedung Birao, Waterleiding, Taman Pancasila)
  • Wisata Ziarah Makam Mbah Panggung
  • Wisata Ziarah Makam Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad
  • Wisata Ziarah Makam Mbah Asem Tiga
  • Kampung Nelayan Tegalsari
  • Waterpark Gerbangmas Kota Bahari
  • Balai Kota Lama
  • Monumen Bahari
  • Kampung Wisata Kajongan Muarareja
  • Hutan Kota Kraton
  • Taman Tegalsari
  • Polder Bayeman Kaligangsa
  • Pusat Kuliner Jl Kartini dan Jl Hang Tuah
  • Pasar Senggol Tegal
  • Tegal City Walk Jalan Ahmad Yani

Kota Tegal juga memiliki beberapa perhelatan yang sudah dan akan digelar setiap tahunnya, seperti :

  • Tegal Pesisir Carnival

Sejak tahun 2012, Kota Tegal menyelenggarakan perhelatan Tegal Pesisir Carnival (TPC), sebuah karnaval busana yang memberdayakan potensi kerajinan Kota Tegal, dengan melibatkan peserta dari seluruh Indonesia, termasuk para pejabat setempat. Karnaval ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tegal dalam rangkaian acara peringatan hari jadi Kota.

  • Sukaria Festival

Sukaria Festival merupakan event musik indie berskala Nasional yang diselengarakan oleh Pesawat Kertas Media yang diadakan pada tanggal 19 Februari 2023 di Rooftop Transmart Tegal dan juga pada tanggal 22 July 2023 di Dondon resto And Bar.

  • Song of The Sea

Merupakan sebuah festival wisata yang mengangkat tema pesisir. Festival ini direncanakan akan digelar pada awal 2022 di komplek Pantai Alam Indah. Selain itu, dalam acara tersebut juga akan dilaksanakan pagelaran seni dari berbagai kebudayaan Kota Tegal sebagai wujud apresiasi kepada seniman dan budayawan Kota Tegal.[32]

  • Tegal Bahari Jazz

Tegal Bahari Jazz merupakan event musik jazz berskala internasional, dan diklaim menjadi yang terbesar di Jawa Tengah bagian barat. Festival musik ini direncanakan akan digelar pada pertengahan 2022 di Pantai Alam Indah. Rencananya pula, festival ini akan dihadiri oleh beberapa musisi jazz dari berbagai negara, serta adanya fashion show dan "Pantura Expo".[33]

  • Gadhuro Drag Bike 201 M

Perhelatan otomotif ini merupakan hasil kerjasama Pemerintah Kota Tegal dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Gadhuro Sport Club dari Kudus. Perhelatan ini merupakan ajang perlombaan balap motor drag yang diselenggarakan setingkat keresidenan, dan telah digelar di beberapa kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya di Kota Tegal. Di Kota Tegal sendiri, perhelatan ini sudah diselenggarakan sebanyak dua kali, bertempat di sirkuit Jalan Lingkar Utara Kota Tegal.[34]

Kesehatan

sunting

Rumah Sakit

sunting

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)

sunting
  • Puskesmas Tegal Timur
  • Puksesmas Tegal Barat
  • Puksesmas Tegal Selatan
  • Puksesmas Sumurpanggang
  • Puskesmas Slerok
  • Puskesmas Bandung
  • Puskesmas Debong Lor
  • Puskesmas Kaligangsa

Pendidikan

sunting

Pendidikan sebagai kekuatan bangsa terus dipacu mengingat melalui pendidikan, inilah taraf masyarakat akan bisa ditingkatkan tentunya tetap memacu dengan nilai nilai iptek yang diimbangi dengan nilai religius, hal ini secara intens dilakukan oleh Pemkot Tegal dengan menerapkan 4 sasaran utama arah kebijakan program pendidikan dan Agama mengingat keduanya tidak bisa dipisahkan. Sasaran utama yang paling mendasar adalah peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dengan meningkatkan aksesibilitas, pemerataan terkait peningkatan rilekspansi pendidikan guna membekali siswa dengan bekal keterampilan dasar untuk menjadi menjalani kehidupan di masyarakat. Di samping peningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat guna mempertahankan dan meningkatkan identitas masyarakat Kota Tegal yang religius sedangkan untuk mengikuti arah perkembangan dibidang pendidikan telah dilakukan perintisan sekolah berstandar internasional yang diterapkan di beberapa sekolah dasar negeri.

Perguruan Tinggi

sunting

Perguruan Tinggi Kedinasan

sunting

Perguruan Tinggi Negeri

sunting

Perguruan Tinggi Swasta

sunting

Transportasi

sunting

Didukung dengan letak geografis yang berada di antara Jakarta, Semarang dan Purwokerto, Kota Tegal memiliki fasilitas transportasi yang memadai. Adapun fasilitas transportasi tersebut adalah:

Transportasi Darat

sunting

Kota Tegal dilewati oleh jalur utama lintas utara Jawa Jakarta–Semarang–Surabaya, dimana arus lalu lintas utama antarkota berada di ruas jalan arteri dalam kota untuk kendaraan ringan dan jalan arteri lingkar utara yang dikhususkan untuk kendaraan berat. Sedangkan ruas jalan Tegal–Purwokerto (lintas tengah Jawa) menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto dan Yogyakarta memiliki dua jalur utama, yakni jalur melewati Banjaran (disebut sebagai jalan raya I) Dan jalur melewati Singkil (disebut sebagai jalan raya II).

Terminal Tipe A Kota Tegal yang berada di kecamatan Margadana merupakan terminal terbesar di Kota Tegal. Terminal ini melayani perjalanan bus dengan tujuan menuju berbagai kota di Jawa , Bali dan Sumatra.

Kota Tegal juga menjadi stasiun ujung dari ruas Tegal–Brumbung dan Cirebon Prujakan–Tegal di jalur utara Pulau Jawa, dan jalur Tegal–Prupuk di jalur percabangan lintas tengah Jawa. Stasiun Tegal menjadi stasiun paling barat di wilayah Daerah Operasi IV Semarang, dan hampir semua layanan kereta api yang melewati lintas utara Jawa berhenti di stasiun ini, kecuali Kereta api Argo Bromo Anggrek yang berjalan langsung. Stasiun Tegal juga pernah menjadi titik keberangkatan kereta api ketel yang menuju depot minyak Pertamina di Maos, sebelum akhirnya aktivitas kereta api tersebut dipindahkan ke Stasiun Larangan.

Sementara untuk transportasi dalam kota, Kota Tegal memiliki beberapa rute angkutan umum, seperti Angkutan Umum Kuning (Terminal–Stasiun–Banjaran–Slawi), Angkutan Kota Biru (Pasar Pagi–Kapten Ismail–Pasar Sore–Banjaran), Angkutan Biru Kuning (Terminal–Mejasem), Angkutan Perbatasan (Terminal–Dukuhturi–Adiwerna–Banjaran) dan Angkutan Kuning Biru (Terminal–Pasar Pagi–Kramat–Kemantran). Ada pula angkutan yang melayani rute dalam kota seperti A1 dan A2. Becak Tegal juga dapat ditemui dengan mudah di setiap sudut kota, serta transportasi berbasis digital seperti Gojek, Grab, dan Maxim.

Transportasi Laut

sunting

Kota Tegal memiliki tiga pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Tegal, Pelabuhan Perikanan Pantai Jongor dan Pelabuhan Brug Abang Muarareja. Saat ini ketiga pelabuhan tersebut hanya bergerak di sektor perikanan. Namun kedepannya, akan dibangun pelabuhan niaga terpadu di komplek Pelabuhan Tegal Timur, dimana pelabuhan tersebut nantinya akan digunakan sebagai tempat bongkar muat peti kemas dan sebagai tempat singgah kapal-kapal pengangkut logistik dari berbagai daerah.[35]

Transportasi Udara

sunting

Kota Tegal tidak memiliki bandar udara maupun lapangan terbang. Kebanyakan masyarakat Kota Tegal memanfaatkan Bandara Kertajati di Majalengka dan Bandara Ahmad Yani di Semarang untuk bepergian menggunakan pesawat.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ ""Kota Tegal Dalam Angka 2017"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-06-02. Diakses tanggal 2018-06-13. 
  2. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 3 Oktober 2024. 
  3. ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama di Provinsi Jawa Tengah, 2020". Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 14 April 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 4 Maret 2022. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 14 Agustus 2023. 
  5. ^ Kabupaten Tegal: Asal usul nama Tegal Diarsipkan 2013-08-13 di Wayback Machine., diakses 20 Mei 2017
  6. ^ a b c d e Kurniawan, Mursyid. 2016. "Gerakan Sosial di Kecamatan Talang Kabupaten Tegal tahun 1945" Diarsipkan 2021-12-13 di Wayback Machine.. Skripsi. Purwokerto:Universitas Muhammadiyah Purwokerto
  7. ^ a b c Alamsyah. 2016. "Deskripsi Hinterland di Karesidenan Tegal abad XIX" Diarsipkan 2022-09-10 di Wayback Machine.. Jurnal. Semarang:Universitas Diponegoro
  8. ^ Alya Salsabila: Bagaimanakah Pemerintahan Tegal Era Hindia Belanda? Diarsipkan 2021-12-23 di Wayback Machine., diakses 13 Desember 2021
  9. ^ Alya Salsabila: RA Kardinah dan Politik Etis di Tegal Diarsipkan 2021-12-13 di Wayback Machine., diakses 13 Desember 2021
  10. ^ Dadi Haryadi: Wilayah Tegal menjadi Bagian Penting Revolusi 1945 Diarsipkan 2021-12-13 di Wayback Machine., diakses 13 Desember 2021
  11. ^ Pemerintah Republik Indonesia: Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1986 Diarsipkan 2021-12-16 di Wayback Machine., diakses 16 Desember 2021
  12. ^ a b c d e f ""Kota Tegal Dalam Angka 2021"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-18. Diakses tanggal 2021-10-15. 
  13. ^ Suara Merdeka: Gelombang Laut Jawa Capai 3 Meter Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine., Kamis, 27 September 2007, Suara Merdeka.
  14. ^ WeatherBase: Tegal, Jawa Tengah Diarsipkan 2018-10-12 di Wayback Machine., diakses 20 Mei 2017
  15. ^ "Kota Tegal Dalam Angka 2013". Badan Pusat Statistik Kota Tegal. 22-11-2013. Diakses tanggal 26-04-2023. 
  16. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Tegal 2014-2019
  17. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Tegal 2019-2024
  18. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  19. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  20. ^ Kode Pos Kota Tegal
  21. ^ Budiyuwono, Hartanto. 2014. "Mintakat ruang hunian berdasarkan etnis pasca pengguna di Kota Tegal" Diarsipkan 2021-12-23 di Wayback Machine.. Disertasi. Bandung:Universitas Katholik Parahyangan
  22. ^ ditegal.com: Catatan Sejarah Masyarakat Pesengkongan, Tegal Diarsipkan 2021-10-21 di Wayback Machine., diakses 21 Oktober 2021
  23. ^ newsreal.id: Pakeliran Gaya Tegal di TBS Surakarta Diarsipkan 2021-12-28 di Wayback Machine., diakses 28 Desember 2021
  24. ^ Redmond. James. 1986. Themes in Drama: Volume 8, Historical Drama. Cambridge: Cambridge University Press
  25. ^ Infotegal: Barongan, Salah Satu Kesenian Tradisional di Tegal Diarsipkan 2022-03-24 di Wayback Machine., diakses 19 Januari 2022
  26. ^ Rahmat Wibisono: Mengenal Batik Khas Tegal yang Tak Semoncer Warung Makannya Diarsipkan 2021-12-07 di Wayback Machine., diakses 7 Desember 2021
  27. ^ Pemerintah Kota Tegal: Industri Batik Tegalan Diarsipkan 2021-12-07 di Wayback Machine., diakses 7 Desember 2021
  28. ^ "Tradisi Moci Masyarakat Tegal, Lebih Dari Sekedar Minum Teh". Indozone. 2019-11-12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 2022-06-08. 
  29. ^ Abdul Arif: Mengenal Sosok KH Muchlas, Perintis Awal Pawai Rolasan Tegal Diarsipkan 2021-12-28 di Wayback Machine., diakses 28 Desember 2021
  30. ^ Warta Bahari: Nelayan Kota Tegal Gelar Sedekah Laut Diarsipkan 2021-12-28 di Wayback Machine., diakses 28 Desember 2021
  31. ^ Rozi: Biografi Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad Diarsipkan 2021-12-28 di Wayback Machine., diakses 28 Desember 2021
  32. ^ Warta Bahari: Uji Coba Dancing Fountain, Simulasi Song of The Sea PAI Diarsipkan 2021-12-21 di Wayback Machine., diakses 21 Desember 2021
  33. ^ Pemerintah Kota Tegal: Situs Resmi Tegal Bahari Jazz 2022 Diarsipkan 2021-12-21 di Wayback Machine., diakses 21 Desember 2021
  34. ^ Pikiran Rakyat: Walikota Tegal Hadir Nonton Bareng Gadhuro Champ of Champ Drag Bike 201M 2021 Diarsipkan 2021-12-21 di Wayback Machine., diakses 21 Desember 2021
  35. ^ Supply Chain Indonesia: Pemkot Tegal Sambut Baik Langkah Awal Pelindo III Kembangkan Pelabuhan Tegal Diarsipkan 2021-12-29 di Wayback Machine., diakses 20 Mei 2017

Pranala luar

sunting
  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.135.191  
Kota Tegal
7 Makassar Sulawesi Selatan 1.477.861
2 Surabaya Jawa Timur 3.017.382 8 Batam Kepulauan Riau 1.294.548
3 Bandung Jawa Barat 2.579.837 9 Pekanbaru Riau 1.138.530
4 Medan Sumatera Utara 2.539.829 10 Bandar Lampung Lampung 1.073.451
5 Palembang Sumatera Selatan 1.781.672 11 Padang Sumatera Barat 939.851
6 Semarang Jawa Tengah 1.699.585 12 Malang Jawa Timur 885.271
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit.