Raksa(II) oksida

senyawa kimia

Raksa(II) oksida, disebut pula sebagai merkurat oksida atau hanya raksa oksida, adalah sebuah senyawa dengan rumus kimia HgO. Senyawa ini memiliki warna merah atau jingga dan berbentuk padat pada suhu dan tekanan ruangan. Bentuk mineralnya, montroidit (montroydite) sangat jarang ditemukan.

Raksa(II) oksida
Raksa(II) oksida
Raksa(II) oksida
Nama
Nama IUPAC
Raksa(II) oksida
Nama lain
Merkurat oksida
Montroidit
Raksa merah
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChemSpider
Nomor EC
KEGG
Nomor RTECS {{{value}}}
Nomor UN 1641
  • InChI=1S/Hg.O YaY
    Key: UKWHYYKOEPRTIC-UHFFFAOYSA-N YaY
  • [Hg]=O
Sifat
HgO
Massa molar 216,59 g·mol−1
Penampilan Padatan kuning atau merah
Bau tak berbau
Densitas 11.14 g/cm3
Titik lebur 500 °C (932 °F; 773 K) (terdekomposisi)
0.0053 g/100 mL (25 °C)
0.0395 g/100 mL (100 °C)
Kelarutan tak larut dalam alkohol, eter, aseton, amonia
Celah pita 2.2 eV[1]
−44.0·10−6 cm3/mol
Indeks bias (nD) 2.5 (550 nm)[1]
Struktur
ortorombik
Termokimia
Entropi molar standar (So) 70 J·mol−1·K−1[2]
Entalpi pembentukan standarfHo) −90 kJ·mol−1[2]
Bahaya
Bahaya utama Sangat beracun
Lembar data keselamatan ICSC 0981
Piktogram GHS GHS06: Beracun GHS08: Bahaya Kesehatan GHS09: Bahaya Lingkungan
Titik nyala Tak mudah terbakar
Dosis atau konsentrasi letal (LD, LC):
18 mg/kg (oral, tikus)[3]
Senyawa terkait
Anion lain
Raksa sulfida
Raksa selenida
Raksa telurida
Kation lainnya
Seng oksida
Kadmium oksida
Senyawa terkait
Raksa(I) oksida
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
N verifikasi (apa ini YaYN ?)
Referensi

Sejarah sunting

Pada tahun 1774, Joseph Priestley menemukan bahwa oksigen dilepaskan dengan memanaskan raksa oksida:

 

walaupun ia tidak mengidentifikasi gas tersebut sebagai oksigen (namun, Priestley menyebutnya sebagai "udara tak terflogiston," sebagaimana paradigma yang berlaku saat itu).[4]

Struktur sunting

Di bawah tekanan atmosfer, raksa oksida memiliki dua bentuk kristalin: bentuk pertama disebut sebagai montroidit (ortorombik, 2/m 2/m 2/m, Pnma), dan bentuk yang kedua analog terhadap mineral sulfida cinnabar (heksagonal, hP6, P3221); keduanya dicirikan dengan rantai Hg-O.[5] Pada tekanan di atas 10 GPa struktur dari kedua bentuk tersebut berubah menjadi bentuk tetragonal.[1]

Sintesis dan reaktivitas sunting

 
Struktur montroidit (atom merah adalah oksigen)

Bentuk merah dari HgO dapat dibuat dengan memanaskan Hg dengan oksigen pada suhu sekitar 350 °C,

 

atau melalui pirolisis raksa(II) nitrat, Hg(NO3)2.[6]

 

Bentuk kuning dari HgO dapat diperoleh melalui pengendapan larutan Hg2+ dengan suatu basa.[6] Sebagai contoh, reaksi antara raksa(II) klorida dengan kalium hidroksida.

 

Perbedaan warna di antara bentuk HgO di atas diakibatkan oleh ukuran partikelnya, kedua bentuk tersebut memiliki struktur yang sama yang terdiri dari satuan O-Hg-O yang hampir linear terhubung dalam rantai zigzag dengan Hg-O-Hg pada sudut 108°.[6]

Raksa oksida sangat sensitif terhadap cahaya. Ketika hidrazin hidrat diteteskan pada raksa oksida maka akan terjadi ledakan.[7] Asam hipofosfat mampu mereduksi raksa oksida dengan ledakan menjadi bentuk logamnya.[8]

 

Ketika dipanaskan hingga terurai (932 °F) senyawa ini terurai menjadi raksa dan oksigen. Asap dari pemanasan tersebut mungkin mengandung uap raksa yang sangat beracun; oksigen mungkin meningkatkan intensitas api. Ledakan raksa oksida mungkin terjadi dengan adanya friksi atau penerapan panas.[9]

Penggunaan sunting

HgO terkadang digunakan dalam produksi raksa karena cukup mudah terdekomposisi. Ketika senyawa ini terdekomposisi, gas oksigen akan dihasilkan. Selain digunakan sebagai zat antara bagi pembuatan garam raksa dan senyawa raksa organik, senyawa ini juga digunakan dalam sintesis diklorin monoksida.[10]

 

HgO juga digunakan sebagai antiseptik dalam farmasi; pigmen dan pemodifikasi gelas; fungisida; pengawet dalam kosmetik; pereaksi analitik; dan sebelumnya pernah digunakan sebagai cat antikotor.[9]

Senyawa ini juga digunakan sebagai material katode bagi baterai raksa.[11]

Kesehatan sunting

 
Etiket pada botol HgO bubuk.

Raksa oksida adalah senyawa yang sangat beracun yang dapat diserap dalam tubuh melalui pernapasan, melalui kulit dan melalui pencernaan. Paparan dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan kematian atau cedera permanen. Setelah dikonsumsi, raksa oksida siap dikonversi menjadi raksa(II) klorida, senyawa raksa yang paling berbahaya. Debu raksa oksida memiliki efek korosif pada mata, kulit, dan saluran pernapasan. Orang dengan riwayat alergi atau kepekaan terhadap raksa, penyakit pernapasan kronis, gangguan sistem saraf, atau gangguan ginjal berisiko lebih tinggi terhadap paparan senyawa ini.[9]

Zat ini dilarang digunakan sebagai bahan pestisida di Uni Eropa.[12]

Penguapan pada suhu 20 °C dapat diabaikan. HgO terurai akibat paparan cahaya atau pemanasan di atas 500 °C.[13] Pemanasan tersebut menghasilkan asap raksa yang sangat beracun dan oksigen, yang meningkatkan bahaya kebakaran. Raksa(II) oksida bereaksi dengan agen pereduksi, klor, hidrogen peroksida, magnesium (bila dipanaskan), disulfur diklorida dan hidrogen trisulfida.[14]

Referensi sunting

  1. ^ a b c "Mercury oxide (HgO) crystal structure, physical properties". Semiconductors · II-VI and I-VII Compounds; Semimagnetic Compounds. Landolt-Börnstein – Group III Condensed Matter. Landolt-Börnstein - Group III Condensed Matter (dalam bahasa Inggris). 41B. Springer-Verlag. 1999. hlm. 1–7. doi:10.1007/b71137. ISBN 978-3-540-64964-9. 
  2. ^ a b Zumdahl, Steven S. (2009). Chemical Principles 6th Ed (dalam bahasa Inggris). Houghton Mifflin Company. hlm. A22. ISBN 978-0-618-94690-7. 
  3. ^ Chambers, Michael. "ChemIDplus - 21908-53-2 - UKWHYYKOEPRTIC-UHFFFAOYSA-N - Mercuric oxide [ISO] - Similar structures search, synonyms, formulas, resource links, and other chemical information". chem.sis.nlm.nih.gov (dalam bahasa Inggris). 
  4. ^ Almqvist, Ebbe (2003). History of Industrial Gases. Springer. hlm. 23. ISBN 978-0-306-47277-0. 
  5. ^ Aurivillius, Karin; Carlsson, Inga-Britt; Pedersen, Christian; Hartiala, K.; Veige, S.; Diczfalusy, E. (1958). "The Structure of Hexagonal Mercury(II)oxide". Acta Chemica Scandinavica. 12: 1297–1304. doi:10.3891/acta.chem.scand.12-1297. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-19. Diakses tanggal 17 November 2010. 
  6. ^ a b c Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A. (1997), Chemistry of the Elements (edisi ke-2), Oxford: Butterworth-Heinemann, ISBN 0-7506-3365-4 
  7. ^ Mellor (1940). 8:318. hlm. 1946-47.
  8. ^ Mellor (1940). 4:778. hlm. 1946-47.
  9. ^ a b c U.S. Environmental Protection Agency (1998). Extremely Hazardous Substances (EHS) Chemical Profiles and Emergency First Aid Guides (dalam bahasa Inggris). Washington, D.C.: U.S. Government Printing Office. 
  10. ^ Renard, J. J.; Bolker, H. I. (1 Agustus 1976). "The chemistry of chlorine monoxide (dichlorine monoxide)". Chemical Reviews (dalam bahasa Inggris). 76 (4): 487–508. doi:10.1021/cr60302a004. 
  11. ^ Moore, John W.; Conrad L. Stanitski; Peter C. Jurs (2005). Chemistry: The Molecular Science (dalam bahasa Inggris). Thomson Brooks/Cole. hlm. 941. ISBN 978-0-534-42201-1. 
  12. ^ Direktorat Regulasi Bahan Kimia. "Banned and Non-Authorised Pesticides in the United Kingdom". Diakses tanggal 1 Desember 2009. 
  13. ^ D. Taylor (1962). "195. Thermal decomposition of mercuric oxide". J. Chem. Soc. (dalam bahasa Inggris). 0: 1047-50. doi:10.1039/JR9620001047. 
  14. ^ "Mercury (II) oxide" (dalam bahasa Inggris). International Occupational Safety and Health Information Centre. Diakses tanggal 6 Juni 2009. 

Pranala luar sunting