Resimen Tentara Kerajaan Melayu

satuan tentara

Resimen Tentara Kerajaan Melayu (bahasa Melayu: Rejimen Askar Melayu DiRaja) disingkat RAMD, (Jawi: ريجيمن عسكر ملايو دراج), (bahasa Inggris: Royal Malay Regiment) atau biasa disebut Tentara Melayu adalah pasukan komando tempur utama Angkatan Darat Malaysia. RAMD juga merupakan kesatuan militer (Resimen) elit yang tertua di dalam Angkatan Darat Malaysia. Seperti namanya, Resimen Tentara Kerajaan Melayu merupakan kesatuan militer eksklusif yang hanya beranggotakan personel dari keturunan kaum Melayu saja.[1]

Resimen Tentara Kerajaan Melayu
Rejimen Askar Melayu DiRaja
(RAMD)
Lambang Resimen Kerajaan Melayu
Aktif23 November 1932–sekarang
Negara Malaysia
Cabang Angkatan Darat Malaysia
Tipe unitInfanteri Baris
PeranInfanteri mekanis (satu batalyon)
Infanteri ringan (21 batalyon)
Infanteri penerjun (tiga batalyon)
Jumlah personel25 batalyon
Bagian dari Angkatan Tentara Malaysia
JulukanMalayan Gurkha
MotoTa'at Setia (Loyal and True)
Warna baret      Rifle green
PertempuranPertempuran Malaya 1941–42
Pertempuran Singapura 1942
Kedaruratan Malaya 1948–1960
Konfrontasi Indonesia–Malaysia 1963–1965
Pertempuran Mogadishu 1993–1995
Serangan lintas perbatasan di Sabah (Konflik Sabah)
Tokoh
Panglima tertinggiYang di-Pertuan Agong Malaysia
Tokoh berjasaLetnan Adnan Saidi
Insignia
Camp Gate Flag

Sejarah

sunting

Pembentukan

sunting

Pada masa penjajahan Inggris di Malaya, Inggris membawa pasukan-pasukan dari tentara Inggris dan Resimen senapan Burma yang merupakan bagian dari Angkatan Darat India Britania untuk mengawal keamanan. Hal itu mengakibatkan biaya yang tinggi guna mendatangkan pasukan-pasukan tersebut, untuk itulah sejak tahun 1902, Raja-Raja Melayu terutamanya Sultan Alang Iskandar Shah (Sultan Perak), Tuanku Muhamad Ibni Yam Tuan Antah (Yang DiPertuan Besar Negeri Sembilan), Raja Chulan (Kerabat kerajaan Perak) dan Dato Abdullah Haji Dahan (Undang Luak Rembau) telah mendorong pihak penjajah Inggris di Malaya untuk membentuk satu resimen tentara yang direkrut dari orang-orang lokal.[2]

Pada 23 November 1932, Jawatan Perang Inggris memberikan persetujuan untuk pendirian satu pasukan tentara Melayu sebagai satu resimen lokal didalam Angkatan Tentara Inggris (Resimen ini dilatih dan dibawah administrasi Resimen Tentara Inggris Malaya). Pada 23 Januari 1933, Majlis Perundingan Federal (Federal Consultative Council) telah memutuskan Akta No. 11 yang dikenal dengan nama Akta Resimen Tentara Melayu dan memberikan anggaran sebesar $70,000 untuk membeli tanah perkebunan karet 'Kong Sang' di Port Dickson untuk dibangun sebagai Pusat Latihan perekrutan tentara Melayu.[2]

Pada awal dibentuk pada Februari 1933, Pasukan tentara Melayu hanya berkekuatan satu buah kompi percobaan (1st Experimental Company) yang berjumlah 23 personel.[1] Pasukan tentara Melayu didirikan secara resmi pada 1 Maret 1933 di Haig Lines, Port Dickson, Negeri Sembilan. Dengan komandan resimen yang pertama Mayor G. Mc Bruce.[2]

Pertempuran

sunting

Pertempuran Pasir Panjang

sunting

Resimen Tentara Melayu terlibat pertempuran dengan tentara Jepang pada 13 Februari 1942 sekitar pukul 14.00 ketika Divisi ke-18 tentara Jepang menyerang pantai barat daya di sepanjang Bukit Pasir Panjang dan melintasi Jalan Ayer Rajah.[3]

Pertempuran Bukit Chandu

sunting

Pertempuran di Bukit Chandu terjadi pada tanggal 14 Februari 1942 merupakan bagian dan lanjutan dari pertempuran Pasir Panjang ketika Jepang melancarkan serangan berat lebih lanjut pada jam 08.30 dengan didukung oleh tembakan mortir dan artileri yang intensif.[4]

Kedaruratan Malaya

sunting
 
Resimen Tentara Melayu saat berpatroli di hutan daerah Temenggor, Malaya utara, tahun 1953

Pada 1948, Angkatan Darat Inggris di Malaya memiliki tujuh batalyon Gurkha yang sebagiannya telah dirombak serta dua batalion dari Resimen Tentara Melayu. Pada pertengahan 1948, hanya tiga batalion Angkatan Darat Inggris yang tersisa di Malaya bersama-sama dengan pasukan dari Resimen Tentara Melayu yang bertugas memainkan peranan penting melawan komunis selama kedaruratan Malaya berlangsung.[5]

Resimen Tentara Melayu mendapatkan tambahan nama Royal (bahasa Melayu: diRaja) pada tahun 1961 dan dengan tambahan itu Resimen Tentara Melayu resmi berganti nama menjadi Resimen Tentara Kerajaan Melayu. Setelah Malaysia merdeka, Resimen Tentara Melayu merupakan kesatuan yang berdiri sendiri yang berkekuatan 11 batalyon pada tahun 1963.[5]

Konfrontasi Indonesia–Malaysia

sunting
 
Tugu peringatan insiden Kalabakan di Kalabakan, Sabah

Selama masa konfrontasi, Resimen Tentara Kerajaan Melayu juga dikerahkan di Sabah dan Sarawak. Pada tanggal 29 Desember 1963 terjadi sebuah insiden yang dikenal dengan nama Insiden kalabakan, dimana pada waktu itu sebuah pos Resimen Tentara Melayu dari Kompi C, batalyon ke -3 di kalabakan, Tawau, Sabah disergap oleh tentara relawan dari Pasukan Rakyat Kalimantan Utara ketika melaksanakan sholat maghrib. Dalam kejadian itu tujuh tentara resimen Melayu tewas termasuk komandan kompi Mayor Zainal Abidin dan 16 anggota lainya cedera.[6]

Pasukan perdamaian PBB

sunting

Resimen Tentara Kerajaan Melayu Batalyon ke-4 di bawah komando Letkol Ungku Nazaruddin diberangkatkan ke Kongo sebagai pasukan perdamaian PBB pada tahun 1960 hingga mengakhiri tugasnya pada 28 April 1963.[7]

Somalia

sunting

Resimen Kerajaan Melayu Batalyon ke-19 (Mekanis) memberangkatkan 870 anggotanya ke Mogadishu, Somalia pada 18 Juni 1993 sebagai bagian dari operasi UNOSOM II PBB di Somalia.[8]

Bosnia dan Herzegovina

sunting

Resimen Tentara Melayu batalyon ke-23 bersama-sama dengan pasukan dari Korps Kavaleri Kerajaan batalyon ke-3 membentuk MALBATT I (Malaysian Battalion I) sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB dan mulai ditempatkan di Bosnia dan Herzegovina pada September 1993.[9]

Daftar misi pasukan perdamaian

sunting

Sumber: Sejarah misi PBB Diarsipkan 2020-06-30 di Wayback Machine.

Batalyon

sunting
 
Batalyon Pertama (ke-1) Resimen Tentara Kerajaan Melayu saat bertugas sebagai pasukan kehormatan untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri India, Narendra Modi

Saat ini Resimen Tentara Kerajaan Melayu (RAMD) memiliki total 26 batalyon. 20 di antaranya adalah Batalyon infanteri, dua batalyon Infanteri mekanis, tiga batalyon lintas udara, dan Batalyon terakhir adalah pasukan bantuan.

  • Batalyon ke-1 (diketahui sebagai "Batalyon Pertama") merupakan batalyon infanteri paling senior di Resimen Tentara Melayu. Peran utamanya adalah sebagai unit kehormatan yang ditugaskan untuk melaksanakan penjagaan kepada Istana Negara di Kuala Lumpur dan menjadi Pasukan Kehormatan untuk menyambut tamu negara ke Malaysia.
  • Batalyon 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 16, 20, 21, 22, 23, 24, 25, dan 26, merupakan batalyon tempur yang setiap batalyon nya mempunyai 3 buah kompi yaitu kompi senapan, kompi markas dan kompi bantuan.
  • Batalyon ke-9, ke-17 dan ke-18, merupakan batalyon lintas udara/penerjun yang juga merupakan bagian dari pasukan Brigade 10 Para.[10]
  • Batalyon ke-12, ke-14, dan ke-19, merupakan batalyon Infanteri mekanis.

Referensi

sunting
  1. ^ a b "7 Wasiat Raja-Raja Melayu". lembagaperadabanmelayu.org. Diakses tanggal 3 April 2020. 
  2. ^ a b c "Sejarah Askar Melayu Diraja". Academia.edu. Diakses tanggal 3 April 2020. 
  3. ^ "Sejarah Hari Ini: Pembantaian di Hari Valentine". Republika.co.id. Diakses tanggal 12-07-2020. 
  4. ^ "Refleksi di Bukit Chandu". visitsingapore.com. Diakses tanggal 12-07-2020. 
  5. ^ a b Barnes, Military Uniforms of Britain & the Empire (London, 1972), p.320
  6. ^ "Percikan Awal Sebuah Konfrontasi". Historia.id. Diakses tanggal 12-07-2020. 
  7. ^ "Misi PBB: Malayan Special Forces Congo (UNOC) - Okt 1960". Army.mod.gov.my. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-30. Diakses tanggal 12-07-2020. 
  8. ^ "Misi PBB: Somalia (UNOSOM) - Jun 1993 - Okt 1960". Army.mod.gov.my. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-30. Diakses tanggal 12-07-2020. 
  9. ^ "Misi PBB: Bosnia Herzegovina UNPROFOR/IFOR/SFOR - 1993". Army.mod.gov.my. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-30. Diakses tanggal 12-07-2020. 
  10. ^ "Batalion ke-18 RAMD Para disusun semula". bharian.com.my. Diakses tanggal 3 April 2020. 

Kepustakaan

sunting
  • Dol Ramli. (1965, Juli). 'History of the Malay Regiment, 1933–1942'. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 38(1), 199–243.
  • Hack, Karl (2001). Defence and Decolonisation in Southeast Asia: Britain, Malaya and Singapore, 1941–1968. Routledge. ISBN 978-0-7007-1303-5. 
  • Pui Huen Lim, Patricia & Wong, Diana, ed. (2000). War and Memory in Malaysia and Singapore. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-230-037-9. 
  • M.C. Sheppard, The Malay Regiment 1933-1947 Dept Malay PR, Malaya Peninsula (1947)