Serangan lintas perbatasan di Sabah
Serangan Moro di Malaysia adalah serangkaian serangan oleh orang Moro dari Filipina Selatan ke atas Malaysia Timur sejak periode Inggris.[31][40] Banyak warga sipil tewas atau menderita selama insiden ini, menyebabkan peningkatan sentimen anti-Filipina di antara penduduk asli Sabah, terutama setelah serangan besar pada tahun 1985, 2000, dan 2013.
Serangan Moro di Malaysia | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Serangan Moro ke atas Sabah dari kurun ke-19 hingga kini. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Australia (1959–66) Malaysia (1963–kini) Didukung oleh: |
Bajak laut Moro (sejak 1846) Abu Sayyaf (2000–kini) Misuari MNLF (2001–kini) Kesultanan Sulu (fraksi Jamalul Kiram) (2013–kini) Didukung oleh: | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Henry Keppel (1846–49) Najib Razak (kini) Didukung oleh: |
Berbagai pemimpin bajak laut Jamalul Kiram III ☠ Didukung oleh: Ferdinand Marcos | ||||||
Pasukan | |||||||
Angkatan Bersenjata Inggris[16] Angkatan Bersenjata Malaysia Angkatan Laut Filipina (memantau)[24] |
Bajak laut Moro Penggarong Abu Sayyaf Pengikut Misuari Pasukan Keamanan Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara | ||||||
Kekuatan | |||||||
Pasukan Inggris:
Pasukan Australia Pasukan Selandia Baru
Pasukan Malaysia:
|
Yang lain tidak diketahui
Pengikut Kiram:
| ||||||
Korban | |||||||
Pasukan Inggris:
Pasukan Malaysia: | |||||||
~ Total diperkirakan lebih tinggi dari apa yang telah ditampilkan. |
Latar belakang
suntingBudaya Orang Moro
suntingIni telah menjadi bagian dari budaya untuk Kesultanan Sulu terlibat dalam aktivitas bajak laut.[31][41][42] Selama ekspedisi oleh kapal Inggris HMS Dido pada tahun 1846, Kapten Henry Keppel bahkan menyebutkan;
Bajak laut yang paling tidak pernah putus asa dan aktif dari seluruh Kepulauan Melayu adalah suku dari kelompok pulau Sulu yang terletak dekat dengan pantai utara Kalimantan.[8]
— Kapten Henry Keppel.
Kepulauan Sulu terkenal dengan aktivitas "pasar budak" dengan orang mereka sering ke Pulau Kalimantan untuk mencari budak.[43] Pada tahun 1910, tetangga Inggris, iaitu Hindia Belanda di Kepulauan Sulawesi diserang oleh tujuh bajak laut Moro yang telah menyeberang dari selatan Filipina, dua pedagang Belanda tewas dalam insiden itu.[40] Laporan selanjutnya dari pemerintah Inggris di Borneo Utara melaporkan bahwa Moro Jolo meneror penduduk Kalimantan Utara, menjarah kota-kota kecil dan membunuh orang.[26] Meskipun Inggris melakukan banyak untuk memerangi pembajakan,[40] kantor perusahaan Inggris kemudian digerebek oleh dua belas bajak laut Moro di Kalabakan pada Juli 1958. Serangan serius lain yang lebih awal dilakukan pada kota terdekat Semporna pada 29 Maret 1954.[16] Selama tahun terakhir pemerintahan Inggris di Borneo Utara, baik pelaut dan permukiman pesisir mengalami tingginya jumlah serangan dari bajak laut yang diyakini berasal pada Tawi-Tawi.[31] Antara tahun 1959 dan 1962, sudah 232 kali bajak laut menyerang dicatat oleh otoritas Inggris di Borneo Utara, tetapi ini dianggap cuma sedikit kerna lebih banyak serangan tidak dilaporkan.[31] Gubernur Borneo Utara pada saat itu, Roland Turnbull pernah meminta bantuan ke pangkalan Inggris di Britania Raya untuk memberikan dia keamanan dari Angkatan Laut dan Angkatan Udara Britania Raya tetapi tidak ada bantuan dikirim sehingga media Inggris, Daily Telegraph menghiasi laporan anti-Indonesia ketika sudah dekat dengan era konfrontasi;[16]
Borneo Inggris telah selama bertahun-tahun menjadi sasaran serangan dari bajak laut dari Filipina dan Indonesia, media itu mengklaim.[16]
Migrasi Moro ke Sabah
suntingArus migrasi wilayah di Asia Tenggara bukan fenomena yang luar biasa. Hubungan sosial dan budaya antara Sabah, bagian selatan Filipina dan provinsi Kalimantan Utara di Indonesia telah wujud selama berabad-abad. Tradisi migrasi dari Kepulauan Sulu ke Sabah wujud dari abad ke-16.[44] Gelombang pertama migrasi ini dikaitkan dengan penjajah Spanyol yang mulai mendorong ke selatan menuju pulau Sulu dan Tawi-Tawi dari Manila, yang merupakan pusat administrasi Spanyol selama waktu itu. Perjuangan dominasi antara kelompok etnis yang berbeda dan Spanyol di wilayah selatan Filipina menyebabkan meningkatnya imigrasi kelompok etnis Moro Filipina yang kebanyakannya Suluk dan Bajau ke Sabah.[44]
Kedatangan imigran ilegal pertama di Sabah pada tahun 1960 dikatakan terkait dengan presiden Filipina saat itu Ferdinand Marcos dan klaim negaranya untuk wilayah utara pulau Kalimantan.[44] Pada saat yang sama, Suluk dari selatan Filipina, Mustapha Harun menjadi Ketua Menteri ketiga bagi Sabah. Selama masa jabatannya dari tahun 1967 sampai tahun 1975, ia diyakini telah mendorong banyak warga Suluk untuk pindah ke bagian utara pulau Kalimantan untuk mendirikan sebuah komunitas Muslim yang kuat yang diwakili oleh Organisasi Nasional Bersatu Sabah (USNO).[44] Migrasi tinggi mendadak ke Sabah dapat dijelaskan dengan niat individu politisi berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan politik dan pribadi mereka.[44]
Faktor-faktor lain yang menyebabkan migrasi yang tinggi ini disebabkan oleh ketidakstabilan Filipina pada tahun 1977 yang telah menyebabkan masalah ekonomi utama untuk Sabah.[34] Serangan tentara Filipina terhadap fraksi anti-Marcos di Pulau Sulu dan Mindanao telah meninggalkan banyak infrastruktur hancur, memaksa sekitar 100,000 orang Moro di Selatan Filipina mengungsi ke Sabah. Sementara mereka yang tidak meninggalkan pulau Filipina telah terlibat dalam kegiatan kriminal, terutama pada penyelundupan dan perampokan bersenjata.[34] Sampai hari ini, sejumlah besar imigran ilegal Moro hadir di sebagian besar kota Sabah seperti Kota Kinabalu, Kinarut, Lahad Datu, Sandakan, Semporna, Tawau dan Telipok.[45][46][47][48][49]
Selain itu, kesenjangan ekonomi antara selatan Filipina dan Sabah menjadi alasan utama mengapa banyak warga ilegal Moro menyelinap ke Malaysia. Beberapa warga Moro ini juga masih menganggap bagian timur Sabah adalah bagian dari negara Filipina yang membuat mereka merasa bahwa mereka bisa masuk Sabah karena hak istimewa atau hak sejarah mereka.[50]
Pada tahun 2014, Intelijen Koordinasi Keamanan Perintah Keselamatan Timur Sabah (Esscom) Hassim Justin telah menyalahkan pada korupsi, penerbitan kartu identitas ilegal dan otoritas lokal yang tidak mengambil tindakan apapun untuk memerangi koloni liar yang sekarang telah mengkontribusi pada peningkatan tinggi populasi imigran ilegal di Sabah, ia menyebutkan tentang budaya imigran tersebut;
Meskipun orang asing ini tinggal di Sabah, loyalitas mereka ke Filipina tidak pernah hilang dan mereka membawa kejahatan seperti narkoba, penyelundupan dan pembajakan. Orang-orang Filipina dari wilayah ini juga pendendam dan pemarah, di mana bila ada perselisihan sering kali mengakibatkan penembakan dan berakhir dengan perseteruan berdarah. "Suatu budaya yang mereka sering sebut sebagai Rido".[51]
Serangan
suntingAbad ke-20
suntingPada tahun 1962, tujuh orang Moro Filipina bersenjata dengan parang menyerang kota Kunak dan merampok pengusaha di sana. Mereka sekali lagi menyerang pada tahun 1963, kali ini menyerang kota Semporna dan membunuh sejumlah penduduk.[30] Pada bulan Oktober 1979, sebuah kapal penumpang dalam perjalanan ke Semporna dari Lahad Datu dengan 48 penumpang diserang dan dipaksa ke Pulau Adal. Tiga penumpang tewas ditembak, seorang perempuan diperkosa dan penumpang yang lainnya dibawa ke Filipina tetapi segera ditemukan oleh pasukan keamanan Filipina. Pada tahun 1980, sebuah kelompok yang terdiri dari 6-8 orang Moro menyerang sebuah pulau dekat Semporna dengan senapan M-16, membunuh penduduk desa sementara mereka masih tidur. Pada akhirnya, tujuh warga desa tewas sementara 11 lainnya luka-luka. Pada tahun 1982, sebuah kelompok masyarakat Moro sekali lagi menyergap sebuah desa di Pulau Timba-Timba, mereka mulai menembak, merampok dan membunuh penduduk desa. Motif segera ditemukan adalah kerna balas dendam. Sementara insiden pada tahun 1985 dianggap sebagai salah satu insiden yang paling menakutkan apabila 21 orang terbunuh dan 11 lainnya luka-luka. Sebagai pembalasan, lima dari penyusup ini kemudiannya dibunuh oleh polisi laut Malaysia sementara yang lain berhasil meloloskan diri. Pada akhir tragedi itu, salah satu korban mengatakan;
Aku tidak bisa berhenti bertanya pada pemerintah kita, yang tidak bisa melindungi kami dari perampok tersebut.[34]
Pada tahun 1987, dua manajer Jepang tewas sementara yang lain terluka setelah dua belas penyusup Moro menyerang sebuah pabrik di Pulau Boheydulang, memaksa perusahaan tersebut untuk tutup dan memindahkan pabrik mereka ke Indonesia.[33]
Pada tahun 1996, dua kelompok bersenjata dari selatan Filipina menyerang kota Semporna, kumpulan pertama menyerang kantor polisi dengan melemparkan bom ikan sedangkan kelompok kedua berhasil mencuri perhiasan senilai sekitar RM100,000 di sebuah toko emas. Selama tembak-menembak, dua anggota dari kelompok ini ditangkap polisi Malaysia dengan 200 peluru berhasil dirampas. Namun, sebagian dari mereka berhasil meloloskan diri. Pada bulan Maret 1996, serangan lain dari 10-20 orang Moro terjadi pada kota Semporna ketika tiga kelompok bersenjata yang terpisah menyerang tempat yang berbeda dalam waktu yang sama. Kelompok pertama menyerang markas polisi sementara kelompok kedua menyerang kantor polisi. Motif mereka diketahui apabila dua kelompok ini sebenarnya membuat waktu tertunda sementara membiarkan keberhasilan kelompok ketiga dalam merampok toko emas. Tidak ada penangkapan dilakukan dan semua penyusup berhasil meloloskan diri dengan RM200,000. Sekali lagi pada bulan Juli 1996, empat pria bersenjata menyerang sebuah toko emas di Tawau dan berhasil mencuri perhiasan senilai sekitar RM150,000. Namun, salah satu pria bersenjata kemudian membuat kesalahan ketika ia mundur ke sebuah desa pengungsi di Tawau di mana ia ditembak mati oleh polisi. Setelah satu jam penyelidikan, 5 orang bersenjata dari kelompok lain turut dibunuh oleh polisi.[33]
Abad ke-21
suntingPada tahun 2000, kelompok Abu Sayyaf menculik sejumlah besar sandera. 10 daripadanya adalah para wisatawan dari Eropa dan Timur Tengah, sementara 11 adalah pekerja resort Malaysia. Semua sandera kemudian diselamatkan oleh pasukan keamanan Filipina di Jolo, Sulu. Pada tahun 2003, enam orang asing diculik oleh 10 bajak laut Moro. Pada tahun 2004, dua warga Serawak dan seorang warga Indonesia diculik oleh kelompok berbasis Abu Sayyaf. Pada tahun 2005, lima warga Filipina menculik tiga awak Indonesia dari sebuah perusahaan perdagangan berbasis Sandakan di Pulau Mataking berhampiran Semporna. Pada tahun 2010, sekumpulan kru kapal nelayan ditangkap kelompok bersenjata Filipina ketika perahu mereka tersesat ke perairan Filipina dekat Pulau Boan. Semua kru kemudian dibebaskan tanpa sebarang uang tebusan dibayarkan. Juga pada tahun yang sama, seorang manajer dan pengawasan rumput laut diculik oleh empat warga Filipina bersenjata di Pulau Sebangkat. Kedua korban dibebaskan 11 bulan kemudian. Pada tahun 2011, sepuluh warga Filipina bersenjata menculik seorang pengusaha Malaysia.[30] Pada 11 Februari 2013, sekelompok warga Filipina berada dalam sekitar 100-200 orang, yang mana beberapa dari mereka bersenjata, tiba dengan perahu di Lahad Datu, Sabah dari pulau Simunul, Tawi-Tawi, di selatan Filipina.[52] Mereka dikirim oleh Jamalul Kiram III, salah satu pengadu ke tahta Kesultanan Sulu. Tujuan mereka adalah untuk menegaskan klaim teritorial yang belum terselesaikan pada Sabah. Selama kebuntuan, 68 pengikutnya tewas termasuk 2 warga sipil dan 10 polisi dan tentara Malaysia.[53][54][55] Pada November 2013, tersangka militan Abu Sayyaf menewaskan seorang warga Taiwan di Pulau Pom Pom dan membebaskan istrinya sebulan kemudian di selatan Filipina.[56]
Pada bulan Januari 2014, sebuah percobaan penyusupan lebih lanjut oleh unsur-unsur asing di Sabah dapat diblokir oleh pasukan keamanan Malaysia.[57] Pada 2 April 2014, seorang turis Cina dan warga Filipina diculik dari Singamata Adventures Reef and Resort, Semporna. Dua bulan kemudian, mereka diselamatkan oleh pasukan keamanan Malaysia dan Filipina. Pada tanggal 6 Mei 2014, penculikan yang melibatkan seorang warga negara Cina terjadi di Silam, dekat daerah Lahad Datu di Sabah.[56] Ia kemudian dibebaskan pada 10 Juli.[58] Pada tanggal 16 Juni, seorang peternak ikan dan pekerja Filipina diculik dari Kunak.[59][60] Manajer peternakan ikan dibebaskan pada tanggal 13 Desember dengan bantuan dua perunding Filipina, dengan salah satu dari mereka adalah pemimpin dari Front Pembebasan Nasional Moro.[61] Pada tanggal 12 Juli, seorang polisi ditembak mati dan polisi laut lainnya diculik di Mabul Water Bungalows Resort, Pulau Mabul.[59][61][62][63] Polisi itu kemudian dibebaskan pada tanggal 7 Maret 2015, setelah 9 bulan di penangkaran. Pada bulan Oktober 2014, dua nelayan Vietnam yang bekerja untuk majikan Malaysia, telah ditembak oleh bajak laut Filipina. Semua dari mereka kemudian diselamatkan oleh pasukan keamanan Malaysia dan dikirim ke Rumah Sakit Queen Elizabeth di Kota Kinabalu, Sabah.[64][65]
Taktik serangan
suntingTaktik ini berbeda berdasarkan motif mereka untuk setiap kelompok, pada dasarnya mereka akan menyerang dan melarikan diri ke wilayah Filipina atau pulau terdekat ketika kegiatan mereka terlihat oleh pasukan keamanan. Pada saat modern ini, mereka biasanya akan mencuri mesin perahu, makanan dan hal-hal lain yang berguna seperti televisi dan bahkan decoder Astro.[66] Dalam beberapa kasus, orang Moro juga menyerang kota-kota, membunuh warga sipil tak berdosa dan penculikan seperti yang dibuktikan pada serangan Lahad Datu dan Semporna.[33] Imigran ilegal Filipina memainkan peran penting untuk membantu mereka untuk memberikan informasi tentang target mereka yang selanjutnya.[14]
Langkah penanggulangan
suntingKeamanan geografi
suntingSejak zaman pemerintahan Inggris, Inggris telah mengalami sejumlah besar serangan dari bajak laut, hal ini menyebabkan pengerahan Henry Keppel dan James Brooke pada tahun 1846 untuk mencari setiap sarang bajak laut di utara pulau Kalimantan.[8] Setelah perjalanan panjang berjuang dengan bajak laut, sarang bajak laut terakhir di Tunku, Lahad Datu dihancurkan oleh Inggris.[67]
Intrusi terbaru tahun 2013 membuat pemerintah Malaysia menetapkan Perintah Keselamatan Timur Sabah (ESSCOM), Zona Keamanan Timur Sabah (ESSZONE) dan mengerahkan aset ketentaraan terbesar bagi Sabah.[68] Selain aktivitas serangan bajak laut Moro dan Abu Sayyaf yang tak terbendung, pemerintah Malaysia telah memutuskan untuk memberlakukan jam malam di perairan timur Sabah dan mulai menggunakan radar untuk mendeteksi aktivitas yang mencurigakan pada setiap pemukiman kecil di sepanjang kawasan pantai timur.[69][70]
Terdapat juga panggilan dari mantan Ketua Menteri Sabah, Harris Salleh kepada pemerintah federal Malaysia untuk mempertimbangkan kembali usulan untuk memindahkan pangkalan Angkatan Udara Malaysia (RMAF) dari Butterworth ke Labuan. Dia menyarankan pangkalan angkatan udara harus dipindahkan ke Tawau untuk kepentingan keamanan di timur Sabah.[71] Menteri Transportasi Malaysia, Liow Tiong Lai juga telah mengusulkan untuk memperluas wilayah ESSCOM dan ESSZONE untuk menutupi seluruh Sabah sebagaimana yang telah diusulkan oleh Yong Teck Lee.[72]
Pada tanggal 23 Januari 2015, Angkatan Udara Kerajaan Brunei memberi tetangga Malaysia empat helikopter S-70A Black Hawk sebagai hadiah. Malaysia mengatakan bahwa ia akan menggunakannya dalam penambahan aset yang tersedia untuk mempertahankan Sabah dari kemungkinan serangan lebih lanjut oleh warga Moro Filipina.[4] Pada tanggal 28 Februari, Amerika Serikat memasok 12 kapal kepada Perintah Keselamatan Timur Sabah (ESSCOM) setelah sejumlah perjanjian yang ditandatangani antara kedua negara pada tahun 2014 ketika kunjungan Presiden Obama ke Malaysia.[6][7]
Keamanan sosial
suntingMantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad telah menyarankan pemerintah Sabah untuk menghapus semua desa air di timur Sabah dan memukimkan kembali masyarakat lokal di sana kerana era desa air telah berlalu dan gaya hidup warga desa di sana yang tinggal di laut tidak cocok untuk cara hidup modern di Malaysia sebagai bangsa yang bertujuan untuk mencapai Visi 2020.[73] Anggota Parlemen Sabah, Rosnah Shirlin mencadangkan penutupan kamp pengungsi Filipina di Kinarut, mengatakan ia adalah ancaman bagi keamanan di daerah Papar. Dia mengutip;
Kamp pengungsi ini telah menjadi masalah bagi penduduk daerah. Kamp ini telah menjadi sarang narkoba dan kegiatan kriminal lainnya. Selama bertahun-tahun, banyak perampokan terjadi di desa-desa terdekat dan pelaku yang ditangkap sebagian besar dari kamp ini. Seharusnya, situasi membaik di Filipina saat ini telah dipertanyakan apakah orang Filipina ini masih bisa dianggap sebagai pengungsi. Kamp ini didirikan di atas lahan seluas 40 hektar dekat Kampung Laut di awal tahun 1980-an oleh Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Namun UNHCR telah lama berhenti memberikan dana ke kamp dan sebagai hasilnya, banyak orang asing ini telah bekerja di luar kamp. Para pengungsi ini bahkan berani memperluas wilayah kamp, melanggar batas tanah desa terdekat dan hari ini, kamp ini telah menjadi sumber terbesar distribusi sabu-sabu di Papar.[74]
— Rosnah Shirlin, Anggota Parlemen Sabah.
Pemimpin Partai Bersatu Rakyat Sabah, Joseph Kurup berbagi pandangan yang sama tentang hal ini, menambahkan pengungsi dan imigran Moro harus kembali dan mengembangkan tanah air mereka di Mindanao, Filipina kerana situasi perdamaian semakin dipulihkan di sana.[75] Mantan Ketua Menteri Sabah, Yong Teck Lee telah menyarankan untuk menangguhkan layanan feri di Sandakan untuk memblokir migrasi warga Moro dari selatan Filipina yang kini telah menjadi masalah utama bagi Sabah apabila mereka tidak mahu pulang dan tinggal secara ilegal.[76][77] Pada bulan Oktober 2014, Menteri Dalam Negeri, Ahmad Zahid Hamidi mengumumkan bahwa semua anak tanpa kewarganegaraan di Sabah akan diberikan akta kelahiran untuk keperluan sekolah.[78] Usulan itu segera ditentang oleh sejumlah politisi Sabah baik dari pihak oposisi ataupun pemerintah seperti Joseph Pairin Kitingan, Darell Leiking dan Yong Teck Lee, sambil mengutip bahwa tindakan itu hanya akan membawa masalah besar bagi Sabah pada masa depan.[79][80][81] Sementara pemimpin partai oposisi lain Sabah, Jeffrey Kitingan telah mencadangkan akta kelahiran berbeda dikeluarkan untuk orang asing.[82] Anggota Legislatif Sabah bagi bagian Kamunting di Sandakan, Charles O Pang percaya sistem pendidikan akan terbebani jika kemungkinan anak-anak tanpa kewarganegaraan diberikan akta kelahiran. Dia memberitahu;
Menurut survei tak bernegara bagian Sabah, diperkirakan bahwa sekitar 36,000 anak tanpa kewarganegaraan asal Indonesia tinggal di negara bagian ini dan sebagian besar majikan tahu mereka bekerja di perkebunan kelapa sawit. Sementara anak-anak tanpa kewarganegaraan dari Filipina diperkirakan jauh lebih tinggi. Dia tidak menyangkal bahwa kebanyakan mereka datang ke Sabah untuk mencari kehidupan yang lebih baik tetapi masalah yang ditimbulkan oleh gelombang manusia ilegal hanya akan membawa masalah besar. Jelasnya, skenario ini menciptakan situasi yang tidak adil bagi Malaysia dalam arti kata bahwa kita adalah pembayar pajak, dan siapa yang harus membayar biaya tinggi bagi anak-anak ilegal ini tidak hanya di sekolah, tetapi juga bagi hal pemeliharaan hidup mereka?[83]
— Charles O Pang, Anggota Legislatif Sabah bagi bagian Kamunting di Sandakan.
Jumlah ongkos besar telah dikeluarkan untuk pemeliharaan kehidupan imigran ilegal Filipina dan jumlah ini belum dibayar sampai saat ini meskipun upaya untuk mendapatkan kembali uang. Departemen Kesehatan Sabah mengatakan bahwa penyakit berbahaya dari imigran ini semakin menular sehingga membutuhkan lebih banyak pengeluaran ongkos, serta keperluan dana lebih bagi mengakomodasi logistik seperti petugas medis dan lain-lain.[84] Anggota Majelis bagi bagian Kiulu, Sabah, Joniston Bangkuai menunjukkan pandangan yang sama mengenai isu imigran ilegal Filipina ini. Dia mengatakan;
Warga ilegal Filipina ini datang ke sini untuk mencari penghidupan. Mereka datang untuk mencari pekerjaan, tetapi sekarang mereka semakin bertambah, dengan beberapa perempuan mereka melahirkan sebanyak 10 orang anak, tetapi mereka tidak mengurus anak mereka dengan baik.[85]
— Joniston Bangkuai, Anggota Majelis bagi bagian Kiulu, Sabah.
Direktur Departemen Pendaftaran Nasional Sabah (NRD), Ismail Ahmad telah menjelaskan bahwa penerbitan sertifikat kelahiran tidak membuat anak-anak tanpa kewarganegaraan ini menjadi warga Malaysia atau warga Sabah kerana sertifikat ini akan hanya digunakan untuk merekam dan memantau perkembangan mereka untuk menunjukkan bahwa anak-anak ini lahir di Sabah.[86] Selain itu, tes DNA sekarang antara metode yang digunakan untuk memastikan hanya warga asli dikeluarkan dengan akta kelahiran Malaysia jika mereka terlambat mengajukan pendaftaran kelahiran.[87] Setelah beberapa diskusi, Kabinet Malaysia kemudian memutuskan untuk hanya memberikan dokumen kelahiran khusus bukan akta kelahiran sebagaimana diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak.[88][89]
Organisasi Bersatu Pasokmomogun Kadazandusun Murut (UPKO) akan menyajikan solusi setelah mereka telah memperoleh laporan Komisi Penyelidikan yang penuh, antara usulan utama adalah mengambil kembali kartu identifikasi penduduk Sabah dan mengeluarkan semula kartu identifikasi tersebut cuma pada penduduk asli Sabah.[90] Mantan politisi lainnya telah meminta pemerintah federal untuk menyelidiki aksi beberapa individu mengakui bahwa mereka adalah darah kerajaan Kesultanan Sulu dan telah memberi banyak gelar kepada penduduk lokal Sabah dan orang-orang dari Malaysia Barat hingga saat ini, menambah tindakan itu seharusnya tidak terjadi di sini karena kebuntuan 2013 itu terjadi ketika pasangan dari Filipina datang ke negara ini untuk mengunjung semua warga Suluk di sini. Ketika mereka ditanya untuk apa tujuan kunjungan mereka, mereka hanya mengatakan bahwa di Sabah, ada sekitar 1,5 juta warga Suluk dan mereka ingin berdiskusi dengan otoritas yang relevan untuk mengurus warganya. Tapi setelah mereka kembali ke Filipina, tiba-tiba terjadi insiden 2013. Ini adalah orang-orang yang mengatakan bahwa Tanduo milik Kesultanan Sulu. Mantan politisi itu juga menambah bahwa setelah kejadian tersebut, sering kali ada insiden seperti penculikan dan pembunuhan turis dan polisi.[91]
Kebanyakan pemimpin Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) di Sabah memuji langkah-langkah drastis yang diumumkan oleh Ketua Menteri Sabah Musa Aman untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh imigran ilegal.[92] Namun, mantan anggota parlemen partai UPKO, Wilfred Bumburing mengingatkan anggota Barisan Nasional (BN) tidak harus mengambil kredit mendirikan Komisi Penyelidikan (RCI) karena ia cuma didirikan setelah banyak tekanan dari penduduk asli Sabah.[93] Sementara Partai Bersatu Sabah (PBS) mengatakan pemerintah Filipina yang harus disalahkan atas penderitaan warganya di Sabah, ini sebagai respon terhadap pernyataan oleh Dubes Filipina ke Malaysia, J. Eduardo Malaya yang menekankan bahwa anak migran Filipina di Malaysia layak pendidikan formal. Sementara ia mendukung saran tersebut, Sekretaris Jenderal partai itu Jenderal Johnny Mositun mengingatkan:[94]
Jumlah orang Filipina di Sabah, legal atau ilegal, sangat besar tetapi apa usaha yang telah dilakukan Manila, atau sedang lakukan, untuk melihat pendidikan mereka? Karena penolakan Manila sendiri untuk membuka Kantor Konsuler di Sabah yang membuat ratusan ribu warga Filipina hidup sulit di negara bagian Sabah dan Malaysia pula harus menanggung biaya. Hampir setengah dari pasien yang menggunakan rumah sakit Sabah sebagian besarnya adalah warga Filipina. Sudah empat dekade, warga Filipina di Sabah - pengungsi, pekerja migran dan imigran ilegal - semuanya tidak pernah dipedulikan atau diberi bantuan dari pemerintah Filipina. Mereka cuma dapat bertahan hanya karena Pemerintah Malaysia berpegang teguh pada norma, standar hukum dan hak asasi manusia internasional. Kami menyediakan pekerjaan bagi mereka, mereka memanfaatkan semua fasilitas sipil kami, dan sekarang kami pula harus mendidik anak-anak mereka. Apa lagi selanjutnya?[94]
— Johnny Mositun, Sekretaris Jenderal Partai Bersatu Sabah.
Pemimpin Sabah lain seperti Darell Leiking setuju dan mengingatkan pemerintah Filipina untuk meniru rencana Pemerintah Indonesia dengan mendirikan konsulat di Sabah untuk menjaga warga negara mereka dan mendirikan sekolah bagi anak-anak warga mereka. Pada sebuah pernyataan, ia mengatakan:[95]
Pemerintah Filipina harus menerima kenyataan bahwa Sabah adalah negara yang berdaulat dan mereka perlu mendirikan konsulat di negara bagian ini untuk kebaikan rakyatnya. Migran Filipina harus terdaftar untuk memungkinkan mereka untuk memiliki kesempatan yang lebih baik di Sabah, untuk memiliki kehidupan dan pekerjaan tepat karena ia tidak adil untuk memaksakan masalah Filipina kepada Sabah atau pemerintah Malaysia hanya karena pemerintah Filipina gagal untuk bertanggungjawab atas rakyatnya sendiri.[95]
— Darell Leiking, anggota oposisi (PKR).
Referensi
sunting- ^ Ranjit Singh (1984). Brunei, 1839–1983: the problems of political survival. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-582571-8.
- ^ Steven Runciman (3 Februari 2011). The White Rajah: A History of Sarawak from 1841 to 1946. Cambridge University Press. hlm. 116–. ISBN 978-0-521-12899-5.
- ^ Nicholas Tarling (17 Juni 2013). Southeast Asia and the Great Powers. Routledge. hlm. 58–. ISBN 978-1-135-22941-2.
- ^ a b Marcel Burger (23 Januari 2015). "Brunei gives four Black Hawks as present to Malaysia". AIRheads. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-24. Diakses tanggal 24 Januari 2015.
- ^ a b Ubac, Michael Lim (7 Maret 2013). "Aquino: I won't allow Sulu sultan to drag PH into war with Malaysia". The Philippine Daily Inquirer. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-24. Diakses tanggal 5 November 2014.
President Aquino said in a statement, ‘I appeal to you (Jamalul Kiram III) — we should be really clear on this — this incident is wrong. If this is wrong, why should we (the government) lend support to this? We should support what is right… which will lead us to brighter prospects; the wrong option will only bring us ruin. That's it, that's my simple message.’ He also added ‘Let's not forget: What they (the Jamalul Kiram III faction) are pushing for is their right as so-called heirs of the sultan of Sulu. It's not yet clear if their rights have been transferred to the Philippines. But we (the Philippines citizens and our nation) will all be affected by their conflict (with Malaysia).’
- ^ a b "12 boats for ESSCom from U.S." Bernama. Astro Awani. 28 Februari 2015. Diakses tanggal 1 Maret 2015.
- ^ a b "12 boats from US for Sabah security command". Free Malaysia Today. 28 Februari 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-24. Diakses tanggal 1 Maret 2015.
- ^ a b c CAPTAIN THE HON. HENRY KEPPEL, R.N. (1846). THE EXPEDITION TO BORNEO OF H.M.S. DIDO FOR THE SUPPRESSION OF PIRACY. hlm. 214–.
- ^ Oxford Business Group. The Report: Sabah 2011. Oxford Business Group. hlm. 12–. ISBN 978-1-907065-36-1.
- ^ "Nur Misuari to be repatriated to stand trial". Australian Broadcasting Corporation. 20 Desember 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-05. Diakses tanggal 8 Juli 2014.
- ^ Vanar, Muguntan (29 Juni 2013). "Lahad Datu: Ops Daulat officially ends today". The Star. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-30. Diakses tanggal 11 Oktober 2013.
- ^ "ESSCOM will continue to hold programmes on security within ESSZONE". The New Sabah Times. 22 Oktober 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-29. Diakses tanggal 26 Oktober 2013.
- ^ Jaymalin, Mayen (25 Maret 2014). "Over 26,000 Filipino illegal migrants return from Sabah". The Philippine Star. ABS-CBN News. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ a b Gindol, Kanul (31 Mei 2014). "'Localised' illegal immigrants helping 'foreign' relatives in Sabah". The Ant Daily. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Sandakan Heritage Trail". etawau. 3 April 2014. Diakses tanggal 7 November 2014.
William Pryer was the founder of modern Sandakan in 1879. He cleared the bay of pirates and took the first steps to eliminate slavery which was rampant at the time.
- ^ a b c d e Greg Poulgrain (1998). The Genesis of Konfrontasi: Malaysia, Brunei, Indonesia, 1945–1965. C. Hurst & Co. Publishers. hlm. 177–. ISBN 978-1-85065-513-8.
- ^ "Sabah kidnaps work of Muktadil brothers: Cops". Daily Express. 24 Agustus 2014. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ Teoh El Sen (14 Maret 2013). "MNLF supports Sulu claim, says Nur Misuari faction". Astro Awani. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-05. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Nur Misuari involved, says Zahid". Bernama. MySinChew English. 16 Juli 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-16. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ a b Rashvinjeet S. Bedi (27 Januari 2015). "Self-styled Sulu Sultan names Phugdal to be Raja Muda". The Star. Diakses tanggal 27 Januari 2015.
- ^ a b Ian Pfennigwerth (2008). Tiger Territory: The Untold Story of the Royal Australian Navy in Southeast Asia from 1948 to 1971. Rosenberg. hlm. 69–. ISBN 978-1-877058-65-3.
- ^ a b New Zealand. Registrar-General's Office; New Zealand. Census and Statistics Dept; New Zealand. Dept. of Statistics (1957). New Zealand official yearbook. Dept. of Statistics.
- ^ New Zealand. Dept. of External Affairs (1963). External Affairs Review.
- ^ PK Katharason; Muguntan Vanar; Ruben Sario; Stephanie Lee; Philip Golingai (22 Juni 2014). "Muktadir kin – mastermind behind kidnaps?". The Star. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ a b c Vic Hurley (1 Oktober 2010). Swish of the Kris, the Story of the Moros, Authorized and Enhanced Edition. Cerberus Books. hlm. 203–. ISBN 978-0-615-38242-5.
- ^ Chris Bellamy (14 April 2011). The Gurkhas: Special Force. Hodder & Stoughton. hlm. 217–. ISBN 978-1-84854-515-1.
- ^ Great Britain. Colonial Office (1961). Colony of North Borneo: Annual Report. H.M. Stationery Office.
- ^ Abigail C. Kwok (10 April 2013). "Sulu Governor: No MNLF rescue mission for Filipinos in Sabah". Inter Aksyon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ a b c d "Major incidences of Sabah cross-border crimes". The Star. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-23. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ a b c d e f Stefan Eklöf (1 Januari 2006). Pirates in Paradise: A Modern History of Southeast Asia's Maritime Marauders. NIAS Press. hlm. 38–. ISBN 978-87-91114-37-3.
- ^ a b c d e f Kronologi pencerobohon Lahad Datu (video) (dalam bahasa Melayu). Astro Awani. 15 Februari 2014. Berlangsung pada 1:20. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ a b c d e Ramli Dollah (9 Desember 2004). "Lanun atau Mundu di Sabah" (PDF) (dalam bahasa Melayu). Universitas Malaya. hlm. 176, 178 dan 180 (6, 8 dan 10). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-10-30. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ a b c d e f Masayuki Doi (30 Oktober 1985). "Filipino pirates wreak havoc in a Malaysian island paradise". The Sydney Morning Herald. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Lahad Datu Recalls Its Blackest Monday". New Straits Times. 24 September 1987. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ Muguntan Vanar (5 November 2014). "Sabah police chief: Penampang robbers were Sulu militants". The Star. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ Charles Ramendran (26 Oktober 2014). "Intruder shot dead in boat off Semporna". The Sun. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Alleged Pinoy intruder shot at PHL-Malaysian border —report". GMA News. 5 September 2014. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Abu Sayyaf behind Taiwanese man's murder, wife's kidnapping, police say". Taipei Times. 17 November 2013. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ a b c Eric Tagliacozzo (2007). Secret Trades, Porous Borders: Smuggling and States Along a Southeast Asian Frontier, 1865–1915. NUS Press. hlm. 115–. ISBN 978-9971-69-385-5.
- ^ David Joel Steinberg (1 Januari 2000). The Philippines: A Singular and a Plural Place. Basic Books. hlm. 91–. ISBN 0-8133-3755-0.[pranala nonaktif permanen]
- ^ James Francis Warren (2007). The Sulu Zone, 1768–1898: The Dynamics of External Trade, Slavery, and Ethnicity in the Transformation of a Southeast Asian Maritime State. NUS Press. hlm. 147–. ISBN 978-9971-69-386-2.
- ^ George MacDonald Fraser (7 May 2013). Flashman's Lady. Penguin Group US. hlm. 254–. ISBN 978-1-101-63386-1.
- ^ a b c d e Sina Frank (Mei 2006). "Project Mahathir: 'Extraordinary' Population Growth in Sabah (The History of Illegal Immigration to Sabah)" (PDF). Im Fokus. German Institute of Global and Area Studies. hlm. 72 dan 73 / 2 dan 3. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-11-06. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ Kamal Sadiq (2 Desember 2008). Paper Citizens: How Illegal Immigrants Acquire Citizenship in Developing Countries. Oxford University Press. hlm. 47–. ISBN 978-0-19-970780-5.
- ^ Examiner. L.O. Ty. 1979.
- ^ "Deal sealed but to most Filipinos, Malaysia is home". The Star. 9 Oktober 2012. Diakses tanggal 16 Desember 2014.
- ^ "Uncertainty at Sabah's Kinarut settlement". The Star/Asia News Network. The Brunei Times. 7 Desember 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-16. Diakses tanggal 16 Desember 2014.
- ^ Paul Mu (7 Desember 2014). "Berjaya govt let 73,000 refugees into Sabah". New Sabah Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-16. Diakses tanggal 16 Desember 2014.
- ^ "RCI: Job opportunities attract illegal immigrants to Sabah". New Straits Times. 3 Desember 2014. Diakses tanggal 3 Desember 2014.
- ^ "Illegals: Graft, illegal issuance of ICs, councils blamed". Daily Express. 24 Juni 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-29. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ "Heirs of Sultan of Sulu pursue Sabah claim on their own". Philippine Daily Inquirer. 16 Februari 2013. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ Mike Frialde (23 Februari 2013). "Sultanate of Sulu wants Sabah returned to Phl". The Philippine Star. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Kronologi pencerobohon Lahad Datu" (dalam bahasa Melayu). Astro Awani. 15 Februari 2014. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Dakwaan anggota tentera terbunuh hanya taktik musuh – Panglima Tentera Darat" (dalam bahasa Melayu). Astro Awani. 12 Agustus 2013. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ a b Pinghui, Zhuang (31 Mei 2014). "Chinese tourist kidnapped in Malaysia is rescued by security forces". South China Morning Post. Diakses tanggal 24 Juni 2014.
- ^ Zolkepli, Farik (11 Januari 2014). "Another Sabah intrusion warded off". The Star. Diakses tanggal 24 Juni 2014.
- ^ Lee, Stephanie (10 Juli 2014). "Filipino gunmen free kidnapped Chinese fish farm manager". The Star. Diakses tanggal 29 Juli 2014.
- ^ a b "Abu Sayyaf frees Malaysian hostage in Philippines despite massive military campaign". Mindanao Examiner. 10 Desember 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-11. Diakses tanggal 11 Desember 2014.
- ^ Vanar, Muguntan (16 Juni 2014). "Kunak kidnap: Filipino gunmen kidnap fish breeder, worker in Sabah east coast". The Star. Diakses tanggal 29 Juli 2014.
- ^ a b "Extremists threaten to kill Malaysian hostage". Gulf Times. 30 September 2014. Diakses tanggal 7 November 2014.
- ^ "Malaysian cop killed, another kidnapped in Sabah". One News. Televisi Selandia Baru. 13 Juli 2014. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ Vanar, Muguntan (13 Juli 2014). "Mabul attack: Massive hunt for gunmen after cop killed, another feared kidnapped during shootout". The Star. Diakses tanggal 29 Juli 2014.
- ^ "Filipino pirates shoot Vietnamese fishermen off Malay coast". Thanh Nien News. 17 Oktober 2014. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Vietnamese vessel attacked in Malaysia". Hanoi Times. 17 Oktober 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-05. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ "Armed group fails to kidnap cage-fish farmer in Semporna". The Borneo Post. 8 Juli 2014. Diakses tanggal 5 November 2014.
- ^ Borneo. Ediz. Inglese. Lonely Planet. 2008. hlm. 26–. ISBN 978-1-74059-105-8.
- ^ Roy Goh (13 Oktober 2014). "More assets to enhance security in Sabah". New Straits Times. Diakses tanggal 7 November 2014.
- ^ "Curfew for Sabah's east coast after spate of kidnappings". The Straits Times. 17 Juli 2014. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ "Sabah security officials to assess threat on tiny settlements". The Star/Asia News Network. asiaone. 19 Agustus 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-22. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ "Harris: Shift RMAF base to Tawau, not Labuan". Daily Express. 3 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014.
- ^ "Sabah's Safety Concern Should Be For Whole State – Liow". Bernama. 15 Juli 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-17. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ "Sabah unsafe if water villages not demolished: Dr M". Daily Express. 17 Juli 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-17. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ "Shut Kinarut Refugee Camp, says Rosnah". New Sabah Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-03. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ "Moro refugees, immigrants in Sabah should return, develop homeland — Kurup". Bernama. The Borneo Post. 21 Januari 2013. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ "Closure of Filipino refugee camps in Malaysia sought". GMA Network. 19 April 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Maret 2014. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ Yong Teck Lee (2 Februari 2002). "SCRAP FERRY SERVICES: YONG". Sabah.org.my. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Maret 2014. Diakses tanggal 6 November 2014.
- ^ Jennifer Gomez (29 Oktober 2014). "Zahid looks to tribunal for answer to Sabah's stateless children". The Malaysian Insider. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ "Sabah leaders seeing red over issuance of birth certs to stateless children". The Rakyat Post. 31 Oktober 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-04. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ "Future generations to bear consequences of foolish 'humane' decision, says PKR lawmaker". The Rakyat Post. 31 Oktober 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-13. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ "'Issuing BCs to stateless kids only worsens illegals problem in Sabah'". The Rakyat Post. 3 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-04. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ Michael Teh (2 November 2014). "Jeffrey calls for different birth cert for foreign children". New Sabah Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ "Charles: Sistem pendidikan terbeban jika anak tanpa kerakyatan diberi sijil lahir" (dalam bahasa Melayu). New Sabah Times. 6 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ "RCI: Large amount spent on food, education, healthcare of illegal immigrants". New Straits Times. 3 Desember 2014. Diakses tanggal 3 Desember 2014.
- ^ Julia Chan (10 November 2014). "Illegal immigrants, crime shattering peace in Sabah's villages, state reps say". The Malay Mail. Diakses tanggal 11 November 2014.
- ^ Avila Geraldine (4 November 2014). "Birth certificates issued to Sabah born foreign children do not make them Malaysians". New Straits Times. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ Ruben Sario (6 November 2014). "DNA tests to help certify genuine Malaysians in late birth registrations". The Star. Diakses tanggal 8 November 2014.
- ^ Ruben Sario; Stephanie Lee (16 November 2014). "Najib: Children of stateless individuals born in Sabah to get special birth document". The Star. Diakses tanggal 17 November 2014.
- ^ Stephanie Lee (17 November 2014). "Najib: Form is visually different from certificate". The Star. Diakses tanggal 17 November 2014.
- ^ "RCI: UPKO to propose solutions on influx of illegal immigrants". New Straits Times. 3 Desember 2014. Diakses tanggal 3 Desember 2014.
- ^ "'Stop people receiving Sulu Sultan awards'". Daily Express. 7 November 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014.
- ^ "Leaders laud new measures on illegals". Daily Express. 14 Desember 2014. Diakses tanggal 15 Desember 2014.
- ^ "RCI only after much pressure from the people: Bumburing". Daily Express. 14 Desember 2014. Diakses tanggal 15 Desember 2014.
- ^ a b "Manila to blame, says PBS". Daily Express. 15 Desember 2014. Diakses tanggal 15 Desember 2014.
- ^ a b "Emulate Indonesian govt in taking care of citizens in Sabah, Philippine leaders told". The Rakyat Post. 16 Desember 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-08. Diakses tanggal 16 Desember 2014.
Catatan
sunting- ^ a b c d Lihat Pertempuran Mukah.