Cincin Api Pasifik

Daerah yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik
(Dialihkan dari Ring of Fire)

Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Pacific Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.550 km, dan mengelilingi Samudera Pasifik.[1] Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Cincin Api Pasifik memiliki antara 750 dan 915 gunung berapi aktif atau tidak aktif, atau sekitar dua pertiga dari total gunung berapi dunia. Jumlah pasti gunung berapi di Cincin Api ini bergantung pada wilayah mana yang termasuk di dalamnya.[2][3]

Peta Cincin Api Pasifik
Gempa bumi di dunia dari tahun 1900–2013
: Gempa bumi M≥7.0 (kedalaman 0–69km)
: Gunung berapi aktif
Zona subduksi di dunia
Sebuah diagram zona subduksi

Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5-6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah Sabuk alpida yang membentang dari Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Jawa ke Pulau Sumatra, Kepulauan Andaman, Himalaya, Mediterania, Atlas. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge.[4][5]

Cincin Api bukanlah suatu struktur geologi tunggal. Hal ini disebabkan oleh subduksi lempeng tektonik yang berbeda pada batas konvergen di sekitar Samudera Pasifik. Beberapa lempeng tektonik yang termasuk adalah: lempeng Antartika, lempeng Nazca dan lempeng Cocos yang menunjam ke bawah Lempeng Amerika Selatan; lempeng Pasifik dan Lempeng Juan de Fuca di bawah Lempeng Amerika Utara; lempeng Filipina di bawah lempeng Eurasia; dan batas kompleks antara Lempeng Pasifik, lempeng Sunda dan lempeng Indo-Australia.[2][3]

Sejarah

sunting

Sejak zaman Yunani Kuno dan Romawi hingga akhir abad ke-18, gunung berapi dikaitkan dengan sebuah api, berdasarkan kepercayaan kuno bahwa gunung berapi disebabkan oleh api yang membakar di dalam perut Bumi. Hubungan historis antara gunung berapi dan api ini dilestarikan dalam nama Cincin Api meskipun faktanya gunung berapi tidak membakar Bumi dengan api tersebut.[6]

Keberadaan sabuk aktivitas gunung berapi di sekitar Samudra Pasifik telah diketahui pada awal abad ke-19; misalnya, pada tahun 1825, ahli vulkanologi perintis G.P. Scrope menggambarkan rantai gunung berapi di sekitar tepi Samudra Pasifik dalam bukunya "Considerations on Volcanos". Tiga dekade kemudian, sebuah buku tentang Ekspedisi Perry berkunjung ke Jepang, dan mengomentari gunung berapi Cincin Api sebagai berikut: "Kepulauan Jepang berada di garis lingkaran besar perkembangan gunung berapi yang mengelilingi pantai Pasifik dari Tierra del Fuego hingga ke Maluku." (Narasi Ekspedisi Skuadron Amerika ke Laut Cina Selatan dan Jepang, 1852–54).[6] Sebuah artikel muncul di Scientific American pada tahun 1878 dengan judul "The Ring of Fire, dan the Volcanic Peaks of the West Coast of the United States", yang menguraikan fenomena aktivitas vulkanik di sekitar batas-batas Samudra Pasifik. Referensi eksplisit awal tentang gunung berapi yang membentuk "cincin api" di sekitar Samudra Pasifik juga mencakup buku Alexander P. Livingstone "Complete Story of San Francisco's Terrible Calamity of Earthquake and Fire", yang diterbitkan pada tahun 1906, di mana ia menggambarkan "... cincin api besar yang melingkari seluruh permukaan Samudra Pasifik."[7]

Pada tahun 1912, geologis Patrick Marshall memperkenalkan istilah "Garis Andesit" untuk menandai batas antara pulau-pulau di Pasifik barat daya, yang berbeda dalam struktur gunung berapi dan jenis lava. Konsep tersebut kemudian diperluas ke bagian lain Samudra Pasifik. Garis Andesit dan Cincin Api sangat mirip dalam hal lokasi.[8]

Pengembangan teori lempeng tektonik sejak awal tahun 1960-an telah memberikan pemahaman dan penjelasan terkini tentang distribusi gunung berapi dan gempa bumi secara global, termasuk yang berada di Cincin Api Pasifik.[9][10]

Cakupan geologis

sunting
 
Lempeng tektonik sekitar 210 juta tahun yang lalu saat (zaman Jurassic), sebelum terbentuknya Cincin Api Pasifik
 
Lempeng tektonik dan gunung berapi di sepanjang Cincin Api Pasifik

Cincin Api Pasifik, telah ada selama lebih dari 35 juta tahun yang lalu, banyak gunung berapi tua yang sudah punah terletak di dalam Cincin Api ini. Lebih dari 350 gunung berapi Cincin Api Pasifik dinyatakan aktif, sedangkan empat letusan gunung berapi terbesar di Bumi pada zaman Holosen semuanya terjadi di gunung berapi di Cincin Api Pasifik.[11]

Di Amerika Selatan, Cincin Api merupakan hasil dari batas konvergen antara Lempeng Antartika, Lempeng Nazca, dan Lempeng Cocos, menunjam ke bawah Lempeng Amerika Selatan.

Di Amerika Tengah, Lempeng Cocos menunjam ke bawah Lempeng Karibia. Dan sebagian Lempeng Pasifik dan Lempeng Juan de Fuca menunjam ke bawah Lempeng Amerika Utara. Di sepanjang bagian utara, Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat laut sedang menunjam ke bawah Kepulauan Aleut. Lebih jauh ke barat, Lempeng Pasifik sedang menunjam di Semenanjung Kamchatka dan busur Kuril. Lebih jauh ke selatan, di Jepang, Taiwan dan Filipina, Lempeng Filipina menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Bagian barat daya Cincin Api lebih kompleks, dengan sejumlah lempeng tektonik kecil yang bertabrakan dengan Lempeng Pasifik di Kepulauan Mariana, Filipina, Indonesia timur, Papua Nugini, Tonga, dan Selandia baru: bagian Cincin api ini tidak termasuk ke Australia, karena terletak di tengah-tengah lempeng tektonik, jauh dari zona subduksi.[12]

Oseania

sunting

Selandia Baru

sunting
 
Zona patahan aktif di Selandia Baru menunjukkan perpindahan Lempeng Pasifik terhadap Lempeng Indo-Australia
 
Gunung berapi di Selandia Baru
 
Gunung Egmont

Selandia Baru memiliki konsentrasi gunung api rhyolitic muda terkuat di dunia, dan lapisan tebal tuf menyelimuti sebagian besar Pulau Utara. Letusan paling awal menurut sejarah terjadi di Whakaari/White Island pada tahun 1826, diikuti pada tahun 1886 oleh letusan bersejarah terbesar di negara itu di Gunung Tarawera. Sebagian besar wilayah utara Pulau Utara Selandia Baru terdiri dari pegunungan bawah laut dan pulau-pulau kecil, termasuk 16 gunung berapi bawah laut. Dalam 1,6 juta tahun terakhir, sebagian besar vulkanisme Selandia Baru berasal dari Zona Vulkanik Taupō.

Gunung Ruapehu, di ujung selatan Taupo, adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Selandia Baru. Gunung berapi ini mulai meletus setidaknya 250.000 tahun yang lalu. Dalam catatan sejarah, letusan besar terjadi dengan selang waktu sekitar 50 tahun, pada tahun 1895, 1945, dan 1995–1996. Letusan kecil sering terjadi, setidaknya sudah terjadi 60 kali sejak tahun 1945. Beberapa letusan kecil pada tahun 1970an menghasilkan hujan abu kecil dan lahar yang merusak puluhan rumah.

 
Kerusakan dari Gempa bumi Christchurch 2011

Gempa bumi sering terjadi di Selandia Baru karena negara ini terletak di zona tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, dan bagian dari Cincin Api Pasifik, tempat banyak terjadinya gempa bumi dan gunung berapi. Gempa bumi terjadi setiap hari di Selandia Baru. Sekitar 14.000-15.000 peristiwa terjadi di dalam dan sekitar negara tersebut setiap tahunnya.

Beberapa peristiwa gempa mematikan terjadi seperti, gempa bumi M 6.3 di Christchurch tahun 2011 membunuh 185 jiwa, dan gempa bumi M 7.3 di Hawke's Bay tahun 1931 membunuh 256 jiwa. Kota terbesar dalam zona risiko tertinggi adalah ibu kota negara, Wellington, diikuti oleh Napier dan Hastings. Semua kota ini telah mengalami gempa bumi hebat sejak pemukiman Eropa.[13]

Sesar Alpen adalah patahan geser aktif, membentang hampir di sepanjang Pulau Selatan Selandia Baru, dengan panjang sekitar 600 km (370 mil), dan membentuk batas antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia. Pegunungan Alpen Selatan telah terangkat akibat patahan tersebut selama 12 juta tahun terakhir akibat serangkaian gempa bumi. Patahan ini bergerak sekitar 38 mm/tahun, dan merupakan patahan paling cepat menurut standar global.

Gempa besar terakhir di Sesar Alpen terjadi sekitar tahun 1717 Masehi, dengan magnitudo gempa sebesar Mw 8.1. Dan kemungkinan terjadinya bencana serupa terulang lagi dalam 50 tahun ke depan, diperkirakan mencapai 75 persen kemungkinan.[14]

 
Dampak dari Letusan dan tsunami Hunga Tonga 2022

Kepulauan Solomon

sunting

Vanuatu

sunting
 
Gunung West Mata di Kepulauan Vanuatu

Papua Nugini

sunting
 
Setting lempeng tektonik Papua Nugini
 
Vulkanologis Tony Taylor dan Letusan Gunung Lamington 1951

Aktivitas Vulkanik dan Gempa bumi di Papua Nugini disebabkan oleh subduksi kerak samudera di bawah pulau akibat lempeng tektonik, antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia. Gunung Lamington terletak di dalam Jajaran Pegunungan Hidrograf; pegunungan pesisir kecil yang berhutan. Pegunungan tersebut merupakan sisa dari stratovolcano Kuarter yang terkikis parah. Jenis batuan yang dominan adalah andesit dan andesit basaltik. Meskipun sebagian besar sejarah letusan pegunungan ini terjadi pada masa Pleistosen, keberadaan kerucut cinder dan kawah di sisi selatan pegunungan menunjukkan bahwa aktivitas vulkanisme juga terjadi pada masa Holosen. Gunung ini terletak berdekatan dengan Jajaran Pegunungan Owen Stanley. Gunung berapi terdekat termasuk Gunung Suckling dan Gunung Victory.[15]

Asia Pasifik

sunting

Timor Leste

sunting
 
Latar tektonik di Timor Leste

Timor Leste adalah bagian dari Cincin Api Pasifik, sebuah wilayah dengan aktivitas tektonik tinggi dan selalu berisiko terhadap letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami. Pulau Timor terletak dalam perbatasan antara Lempeng Timor, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Laut Banda, sehingga rentan terhadap aktivitas seismik.

Pada 14 Mei 1995, gempa bumi besar berkekuatan 6,9 Mw pada pukul 20:33 (11:33 UTC) terjadi di Laut Flores, mengguncang sebagian besar Timor Leste. Sebelas orang hilang dan 19 orang luka-luka. Tsunami setinggi 1,5 meter menimbulkan kerusakan besar di wilayah Dili dan Maliana, menghancurkan beberapa rumah, merusak 40 perahu nelayan, dan menyebabkan ratusan ternak hilang.[16]

Indonesia

sunting
 
Gunung berapi di Indonesia
 
Sesar Semangko dan Sunda Megathurst di Sumatra
 
Gunung Merapi gunung berapi paling aktif di Indonesia
 
Gunung Bromo dan Gunung Semeru di Jawa Timur
 
Letusan Gunung Agung, November 2017

Gunung berapi di Indonesia adalah bagian dari Cincin Api Pasifik dan Sabuk alpida. Gunung berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi. Sejak tahun 1000 Masehi, Gunung Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dimana letusan terbesar berada pada skala 5 Volcanic Explosivity Index (VEI).[17] Sedangkan Gunung Merapi telah meletus lebih dari 80 kali.[18]

Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi menobatkan Gunung Merapi sebagai Gunung Berapi Dekade sejak tahun 1995 karena aktivitas vulkaniknya yang sangat tinggi.[19]

Hingga saat ini, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif dan sekitar 5 juta orang tinggal di zona bahaya. Ada dugaan bahwa peristiwa gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 dapat memicu letusan Gunung Sinabung (tidak aktif sejak 1600an) yang meletus pada tahun 2010 sebagai salah satu contohnya.

Menurut Forbes, Indonesia merupakan negara dengan jumlah gunung berapi paling aktif terbanyak di dunia, dengan sekitar 130 gunung berapi aktif. Gunung berapi tersebut mencakup seluruh wilayah Jawa, Bali, Sumatra, Kepulauan Nusa Tenggara dan Sulawesi.[20] Salah satu letusan gunung berapi sangat dahsyat sepanjang sejarah adalah Letusan Tambora 1815, Letusan Krakatau 1883 dan Letusan Samalas 1257, namun letusan gunung berapi yang paling mematikan sepanjang prasejarah Indonesia adalah Letusan Toba.[21]

 
Gempa bumi di Indonesia dari tahun 1900 hingga 2021 (>M4.5)

Indonesia adalah negara yang sangat aktif secara seismik. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat Indonesia sebagai negara dengan gempa bumi terbanyak di dunia setiap tahunnya. Indonesia telah mengalami lebih dari 150 gempa bumi dengan magnitudo > 7 dalam kurun waktu 1901–2019.

Gempa bumi terjadi hampir setiap hari di Indonesia dengan skala berbeda-beda, dimana sebagian besar tidak dirasakan manusia. Peristiwa gempa bumi paling mematikan baru baru ini adalah Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 membunuh sekitar 4.000 jiwa, dan menyebabkan Pencairan tanah yang besar. Peristiwa besar lainnya terjadi pada 27 Mei 2006, Gempa bumi berkekuatan 6.3 melanda Yogyakarta, dan menyebabkan kerusakan berat, hingga memakan lebih dari 6.000 jiwa. Peristiwa Gempa bumi berskala besar yang berdampak ke Indonesia dan terjadi belum lama ini adalah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, menyebabkan tsunami besar yang juga berdampak pada negara lain.[22]

Meski Indonesia rawan bencana di sisi lain menjadikan negara ini sangat subur. Dampak positif dari gunung berapi dan gempa bumi antara lain: Tanah yang subur, pariwisata, energi panas bumi, penciptaan lahan baru dan bahan bangunan. Tanah vulkanik sangat subur, dan kaya akan mineral. Dan dapat membuat ekstraksi minyak dan gas menjadi lebih efisien.

Filipina

sunting
 
Gunung berapi aktif di Filipina
 
Letusan Gunung Pinatubo 1991 salah satu erupsi terbesar di Abad ke-20

Letusan Gunung Pinatubo 1991 adalah letusan terbesar kedua di dunia pada abad ke-20. Prediksi sukses terjadinya letusan klimaks menyebabkan evakuasi puluhan ribu orang dari daerah sekitarnya, menyelamatkan banyak nyawa, tetapi karena daerah sekitarnya rusak parah oleh aliran piroklastik, endapan abu, dan kemudian, lahar yang disebabkan oleh air hujan yang memobilisasi kembali endapan vulkanik sebelumnya, ribuan rumah hancur.

Gunung Taal juga merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di negara itu, tercatat sejak tahun 1900, gunung itu telah mengalami erupsi lebih dari 30 kali.

 
Gunung Mayon meletus pada tahun 1984

Gunung Berapi Mayon adalah gunung berapi paling aktif di Filipina. Puncaknya curam dengan kemiringan rata-rata 35–40° dan dibatasi oleh kawah puncak kecil. Sejarah letusan gunung berapi basaltik-andesit ini terjadi pada tahun 1616 dan berkisar dari letusan Strombolian hingga letusan basaltik Plinian. Letusan terjadi terutama dari saluran pusat dan juga menghasilkan aliran lava yang mengalir jauh ke bawah. Aliran piroklastik dan semburan lumpur umumnya menyapu sekitar 40 jurang yang menyebar dari puncak dan seringkali menghancurkan daerah dataran rendah yang berpenduduk padat.

 
Gempa bumi di Filipina dari tahun 1900–2012

Sebagian besar wilayah Filipina terletak di wilayah perbatasan lempeng tektonik antara Lempeng Laut Filipina, Lempeng Eurasia dan Lempeng Sunda. Aktivitas seismik di Filipina cenderung tinggi, dengan rata-rata 10.000 gempa bumi setiap tahunnya.

Seluruh wilayah Filipina, berpotensi mengalami gempa bumi besar, kecuali daerah Palawan, dengan risiko seismik relatif rendah. Bahaya guncangan terbesar berasal dari patahan kerak dangkal di dekat wilayah kota metropolitan Manila, Davao, dan Cebu. Wilayah Mindanao, adalah wilayah seismik tertinggi di negara tersebut, karena terletak di perbatasan Sesar Filipina dan Palung Filipina.[23]

Taiwan

sunting
 
Setting lempeng tektonik dan sesar aktif di Taiwan

Taiwan berada di zona seismik paling aktif. Ahli geologi telah mengidentifikasi 42 patahan aktif di pulau tersebut, namun sebagian besar gempa bumi yang terdeteksi di Taiwan disebabkan oleh konvergensi Lempeng Filipina dan Lempeng Eurasia di sebelah timur pulau. Sebagian besar gempa bumi yang tercatat di Taiwan sebenarnya terjadi di lepas pantai timur dan hanya menimbulkan sedikit kerusakan, sedangkan gempa kecil di bawah pulau itu sendiri secara historis terbukti lebih merusak. Gempa bumi pertama yang tercatat di Taiwan terjadi pada tahun 1624, tahun berdirinya Formosa Belanda. Antara tahun 1901 dan tahun 2000 terjadi 91 gempa bumi besar di Taiwan, 48 di antaranya mengakibatkan korban jiwa. Gempa besar terkini adalah gempa 921 yang terjadi pada tanggal 21 September 1999 dan memakan korban jiwa sebanyak 2.415 orang.

Jepang

sunting
 
Pulau-pulau di Jepang dipisahkan dari daratan Asia oleh cekungan busur belakang
 
Gunung Fuji di Jepang
 
Sakurajima gunung berapi paling aktif di Jepang
 
Pemandangan Bandar Udara Sendai setelah Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011

Sekitar 10% dari gunung berapi aktif dunia ditemukan di Jepang, yang terletak di zona ketidakstabilan kerak lempeng yang ekstrim. Mereka dibentuk oleh zona subduksi Lempeng Pasifik dan Lempeng Filipina. Sebanyak 1.500 gempa bumi tercatat setiap tahun, dan besarnya 4 sampai 6 magnitudo.

Getaran kecil terjadi hampir setiap hari di Jepang, menyebabkan beberapa bangunan berguncang ringan. Gempa besar jarang terjadi; Peristiwa yang paling terkenal di abad ke-20 adalah: Gempa bumi besar Kantō 1923, yang menewaskan sekitar 130.000 orang; dan Gempa bumi besar Hanshin pada tahun 1995, yang menewaskan hingga 6.434 orang. Pada tanggal 11 Maret 2011. Gempa berkekuatan 9,0 melanda Jepang, adalah gempa bumi terbesar di negara itu dan terbesar kelima sepanjang sejarah, menurut data US Geological Survey. Gempa bumi bawah laut juga membuat seluruh garis pantai di Jepang terancam bahaya tsunami.

Gunung Fuji adalah gunung berapi tertinggi dan paling terkenal di Jepang, menampilkan banyak budaya Jepang dan berfungsi sebagai salah satu landmark paling populer di negara ini. Sementara Sakurajima adalah gunung berapi paling aktif di Jepang, sejak 1000 masehi, gunung ini telah meletus lebih dari 60 kali. Lalu Gunung Ontake dinobatkan sebagai gunung berapi tertinggi kedua di Jepang, dan telah meletus lebih dari 30 kali sejak 1000 tahun terakhir. Gunung berapi lain yang paling aktif di Jepang adalah Gunung Aso, Gunung Asama, Gunung Unzen, dan Gunung Bandai.

 
Gunung Kambalny, gunung stratovolcano aktif di Semenanjung Kamchatka

Semenanjung Kamchatka terutama di Timur Jauh Rusia adalah salah satu daerah vulkanik paling aktif di dunia, dengan sejarah 20 gunung berapi aktif. Terletak di antara Samudra Pasifik di timur dan Laut Okhotsk di barat. Tepat di lepas pantai di sepanjang pantai Pasifik, terdapat Palung Kuril–Kamchatka sedalam 10.500 meter (34.400 kaki), tempat subduksi Lempeng Pasifik memicu vulkanisme. Ada beberapa jenis aktivitas gunung berapi, termasuk stratovolcano, gunung berapi perisai, letusan celah gaya Hawaii, dan geyser.

Amerika Utara

sunting

Kanada

sunting
 
Gunung berapi aktif di Kanada Barat
 
Gunung berapi Meager di British Columbia

Kanada Barat termasuk bagian dari Cincin api Pasifik, terumata di British Columbia dan Yukon adalah rumah bagi kawasan gunung berapi dan aktivitas gunung berapi di Cincin Api Pasifik.[24] Lebih dari 20 gunung berapi telah meletus di Kanada bagian barat selama Zaman Holosen tetapi hanya 6 yang berhubungan langsung dengan subduksi: Bridge River Cones, Gunung Cayley, Gunung Garibaldi, Danau Garibaldi, Kaldera Silverthrone, dan Gunung Meager massif. Beberapa gunung di daerah berpenduduk British Columbia merupakan gunung berapi yang tidak aktif. Sebagian besar aktif selama zaman Pleistosen dan Holosen. Meskipun saat ini tidak ada gunung berapi di Kanada yang meletus, beberapa gunung berapi, ladang gunung berapi, dan pusat gunung berapi dianggap berpotensi aktif.[25]

Letusan gunung berapi basaltik hingga riolitik dan batuan hipabisal di Sabuk Vulkanik Teluk Alert di bagian utara Pulau Vancouver mungkin terkait dengan batas subduksi yang diapit oleh lempeng Juan de Fuca di Zona penunjaman Cascadia. Tampaknya aktif selama Pliosen dan Pleistosen. Namun, tidak ada letusan Holosen yang diketahui, dan aktivitas gunung berapi di sabuk tersebut kemungkinan besar telah berhenti.

Sesar Queen Charlotte yang aktif di pantai barat Haida Gwaii, British Columbia, telah menimbulkan tiga gempa bumi besar selama abad ke-20: peristiwa berkekuatan 7.0 Mw pada tahun 1929; berkekuatan 8,1 pada tahun 1949 (gempa bumi terbesar yang tercatat di Kanada); dan berkekuatan 7,4 pada tahun 1970.[26]

Amerika Serikat

sunting
 
Kerusakan akibat Gempa bumi San Francisco 1906
 
Pemandangan udara Sesar San Andreas di California
 
Letusan Gunung St. Helens 1980 salah satu letusan terdahsyat dalam sejarah Amerika Serikat

Amerika Serikat terutama wilayah Alaska, Washington, Oregon, dan California merupakan wilayah zona seismik paling tinggi di negara itu, terdapat Sesar San Andreas yang dapat memicu gempa bumi besar di masa mendatang, dan Zona subduksi Cascadia di utara negara itu, tempat dimana bertemunya antara Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Pasifik. Gempa bumi yang paling terkenal yang pernah melanda Amerika Serikat adalah Gempa bumi Alaska 1964, dan Gempa bumi San Francisco 1906.

Alaska terkenal dengan aktivitas seismik dan vulkaniknya yang tinggi, dan memegang rekor gempa bumi terbesar kedua di dunia, Gempa bumi Jumat Agung 1964, dan memiliki lebih dari 50 gunung berapi yang telah meletus sejak sekitar tahun 1760. Gunung berapi tidak hanya ditemukan di daratan Alaska, tetapi juga di temukan di Kepulauan Aleut.

Letusan Gunung St. Helens 1980 adalah satu-satunya letusan signifikan yang terjadi di daratan Amerika Serikat yang terdiri dari 48 negara bagian sejak letusan gunung berapi Lassen Peak di California tahun 1915.

Survei Geologi Amerika Serikat dan Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional memantau gunung berapi dan gempa bumi di Amerika Serikat.

Meksiko

sunting
 
Gunung berapi aktif di Meksiko
 
Pusat gempa bumi di Meksiko dari tahun 1900-2022
 
Gunung Popocatépetl, gunung berapi paling aktif di Meksiko
 
Volcan de Colima gunung berapi kerucut di Meksiko
 
Apartemen Pina Suarez runtuh, akibat Gempa bumi Kota Meksiko 1985

Gunung berapi Meksiko terkait dengan subduksi lempeng Cocos dan Rivera terjadi di Sabuk Vulkanik Trans-Meksiko, yang memanjang 900 km (560 mil) dari barat ke timur melintasi Meksiko tengah-selatan. Popocatépetl, terletak di bagian timur Sabuk Vulkanik Trans-Meksiko, adalah puncak tertinggi kedua di Meksiko setelah Pico de Orizaba. Ini adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Meksiko, memiliki lebih dari 20 letusan besar sejak kedatangan Spanyol pada tahun 1519. Letusan El Chichón pada tahun 1982, menewaskan sekitar 2.000 orang yang tinggal di dekat gunung berapi, menciptakan 1-km -kaldera luas yang diisi dengan danau kawah yang asam. Sebelum tahun 1982, gunung berapi yang relatif tidak dikenal ini memiliki hutan lebat dan tidak lebih tinggi dari puncak nonvulkanik yang berdekatan.

Meksiko adalah salah satu negara yang paling aktif secara seismik di dunia, terletak di atas beberapa lempeng tektonik antara Lempeng Cocos dan Lempeng Amerika Utara, di sepanjang Pantai Pasifik Meksiko, menciptakan zona subduksi yang menghasilkan peristiwa seismik besar. Secara keseluruhan, kekuatan seismik ini menyebabkan rata-rata 40 gempa bumi setiap hari di Meksiko.[27]

Pada 19 September 1985, Gempa bumi berkekuatan 8,0 magnitudo melanda ibu kota Ciudad de México hingga menewaskan 10.000 orang, sejak peristiwa tersebut, pemerintah Meksiko mengadakan pelatihan gempa setiap tahunnya pada tanggal yang sama.

Mexico City dibangun di atas dasar danau yang kering dengan tanah lunak yang terbuat dari pasir dan tanah liat, sehingga memperbesar kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi besar.

Amerika Tengah

sunting

Guatemala

sunting
 
Gunung berapi aktif di Guatemala
 
Santiaguito, erupsi pada tahun 2003 di Guatemala

Pada 3 Juni 2018, Gunung Fuego erupsi menghasilkan gumpalan abu besar yang disebabkan oleh ledakan terus menerus, aliran piroklastik, dan lahar. Aliran piroklastik menuruni jurang Las Lajas dan meluapkannya, menyebabkan korban meninggal hampir 2,000 orang. Ini merupakan letusan paling mematikan di Guatemala sejak letusan Gunung Berapi Santiaguito pada tahun 1902.

Nikaragua

sunting
 
Gunung berapi aktif di Nikaragua

El Salvador

sunting
 
Tanah longsor akibat Gempa bumi El Salvador 2001

Kosta Rika

sunting
 
Gunung berapi Poás di Kosta Rika

Gunung berapi Poás adalah gunung berapi strato aktif setinggi 2.708 meter (8.885 kaki) yang terletak di tengah Kosta Rika; gunung ini meletus 39 kali sejak 1828.

Observatorium Vulkanologi dan Seismologi Kosta Rika (OVSICORI, Observatorio Vulcanológico y Sismológico de Costa Rica) di Universitas Nasional Kosta Rika, memiliki tim khusus yang bertugas meneliti dan memantau gunung berapi, gempa bumi, dan proses tektonik lainnya di wilayah tersebut. Busur Vulkanik Amerika Tengah.

Panama

sunting

Amerika Selatan

sunting

Kolombia

sunting
 
Gunung berapi aktif di Kolombia
 
Bencana Armero 1985 akibat letusan Nevado del Ruiz, mengakibatkan 23.000 korban jiwa di Armero, Kolombia
 
Gunung Nevado del Ruiz, dua Minggu setelah bencana Armero

Tragedi Armero, pada tanggal 13 November 1985, terjadi akibat dari erupsi Gunung Nevado del Ruiz, menyebabkan Lahar dingin besar melanda kota Armero, menewaskan lebih dari 20.000 orang dari hampir 29.000 penduduknya. Korban di kota-kota lain, khususnya Chinchiná, menjadikan jumlah korban tewas secara keseluruhan menjadi 23.000.

Rekaman dan foto Omayra Sánchez, seorang korban gadis kecil berusia 13 tahun, yang meninggal karena terjebak puing-puing lahar, akibat bencana tersebut, foto Omayra dipublikasikan di seluruh dunia. Foto-foto lahar dan dampak bencana lainnya menarik perhatian dunia dan menimbulkan kontroversi mengenai sejauh mana pemerintah Kolombia bertanggung jawab atas bencana tersebut. Bencana ini adalah bencana vulkanik paling mematikan kedua pada abad ke-20, hanya dilampaui oleh letusan Gunung Pelée pada tahun 1902, dan merupakan peristiwa vulkanik paling mematikan keempat yang tercatat sejak tahun 1500.[28]

Ekuador

sunting
 
Gunung berapi aktif di Ekuador
 
Gunung Cotopaxi di Ekuador
 
Kerusakan akibat Gempa bumi Ekuador 2016

Gunung Cotopaxi di Ekuador adalah salah gunung berapi paling berbahaya di dunia terletak di Provinsi Cotopaxi, dengan ketinggian mencapai 5,897 meter. Gunung Cotopaxi telah erupsi sebanyak 85 kali sejak 1700, gunung ini adalah salah satu gunung berapi paling aktif di dunia.[29]

 
Gunung berapi aktif di daratan Peru
 
Letusan Sabancaya di Peru tahun 2007

Sabancaya adalah stratovolcano aktif setinggi 5.976 meter (19.606 kaki) di Pegunungan Andes di Peru selatan, sekitar 100 km (60 mil) barat laut Arequipa. Gunung ini adalah gunung berapi paling aktif di Peru, dengan letusan dimulai pada tahun 2016.

Ubinas adalah gunung berapi aktif lainnya dengan ketinggian 5.672 meter (18.609 kaki) di Peru selatan; letusan terbarunya terjadi pada tahun 2019.

Gunung berapi di Peru dipantau oleh Institut Geofisika Peru.

Bolivia

sunting
 
Nevado Sajama gunung berapi tertinggi di Bolivia

Bolivia menampung gunung berapi aktif dan punah di seluruh wilayahnya. Gunung berapi aktif terletak di Bolivia barat yang membentuk Cordillera Occidental, batas barat dataran tinggi Altiplano. Beberapa gunung berapi aktif merupakan pegunungan internasional yang dimiliki bersama dengan Chili. Semua gunung berapi Kenozoikum di Bolivia adalah bagian dari Zona Vulkanik Tengah (CVZ) dari Sabuk Vulkanik Andes yang diakibatkan oleh proses subduksi Lempeng Nazca ke bawah Lempeng Amerika Selatan. Zona Vulkanik Tengah adalah provinsi vulkanik utama pada zaman Kenozoikum.

Nevado Sajama, gunung berapi yang punah dan tertinggi di Bolivia. Gunung ini terletak di Departemen Oruro. Terletak di Taman Nasional Sajama dan merupakan gunung berapi komposit yang terdiri dari gunung berapi strato di atas beberapa kubah lava. Tidak jelas kapan terakhir kali meletus, tetapi mungkin terjadi pada masa Pleistosen atau Holosen.[30]

Argentina

sunting
 
Ojos del Salado Gunung stratovolcano tertinggi di dunia

Ojos del Salado adalah sebuah stratovolcano besar yang terdapat di Pegunungan Andes di perbatasan antara Argentina-Chili, dan merupakan gunung api tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 6.893 meter (22.615 ft). Ia juga merupakan gunung kedua tertinggi di Belahan Bumi Barat dan Belahan Bumi Selatan serta yang tertinggi di Chili.

 
Gunung Llaima's erupsi tahun 2008
 
Kerusakan setelah tsunami akibat Gempa bumi Chili 2010

Chili telah mengalami banyak letusan gunung berapi dari sekitar 90 gunung berapi selama Zaman Holosen. Villarrica adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Chili, menjulang di atas danau dan kota dengan nama yang sama. Ini adalah yang paling barat dari tiga stratovolcano besar yang berarah tegak lurus ke Andes di sepanjang Gastre Fault. Villarrica, bersama dengan Quetrupillán dan bagian Chili Lanín, dilindungi di dalam Taman Nasional Villarrica.

Lascar adalah stratovolcano gunung berapi paling aktif di Andes, Chili bagian utara. Letusan terbesar Lascar terjadi sekitar 26.500 tahun yang lalu, dan setelah letusan aliran Tumbres scoria sekitar 9.000 tahun yang lalu. Letusan Lascar terbesar terjadi pada tahun 1993, menghasilkan aliran piroklastik sejauh 8,5 km (5 mil) barat laut puncak dan jatuhnya abu vulkanik di Buenos Aires, Argentina, lebih dari 1.600 km (1.000 mil) ke arah tenggara.

Dari 46 gempa bumi terkuat di dunia, sepertiganya berasal dari Chili. Aktivitas gempa bumi di Chili cenderung sangat tinggi, terkait dengan subduksi Lempeng Nazca ke Lempeng Amerika Selatan. Chili juga memegang rekor gempa bumi terbesar yang pernah tercatat, yaitu Gempa bumi Valdivia 1960. Gempa bumi berkekuatan 8,5 magnitudo kerap terjadi di negara ini, setiap dekadenya termasuk yang baru baru ini yaitu Gempa bumi pada tahun 2010.

Peristiwa besar

sunting

Letusan gunung berapi

sunting
 Letusan Puyehue-Cordón Caulle 2011Letusan Gunung St. Helens 1980Letusan Gunung Novarupta 1912Kaldera YellowstoneLetusan Gunung Vesuvius 79Letusan Gunung Santa María 1902en:Quilotoa1600 eruption of HuaynaputinaLetusan Eyjafjallajökull 2010Kaldera YellowstoneLakagígarBárðarbungaKolumboSantoriniGunung TobaKepulauan KurilGunung Baekduen:Kikai CalderaLetusan Gunung Pinatubo 1991en:Long Island (Papua New Guinea)Letusan Tambora 1815Letusan Krakatau 1883Letusan Merapi 2010en:Billy Mitchell (volcano)Gunung berapi TaupoGunung berapi TaupoGunung berapi TaupoGunung Mazama
Peta gambar letusan gunung berapi terbesar yang dapat diklik menurut Masehi
Sumber: Survei Geologi Amerika Serikat.

Empat letusan gunung berapi terbesar di Bumi pada Zaman Holosen (11.700 tahun terakhir) terjadi di gunung berapi di Cincin Api. Mereka adalah letusan di Kaldera Fisher (Alaska, 8700 SM), Danau Kuril (Kamchatka, 6450 SM), Kaldera Kikai (Jepang, 5480 SM) dan Gunung Mazama (Oregon, 5677 SM). Secara lebih luas, dua puluh dari dua puluh lima letusan gunung berapi terbesar di dunia, terjadi di gunung berapi Ring of Fire.

Letusan gunung berapi terbesar sejak 1800
VEI Nama Lokasi Korban jiwa tanggal
6 Letusan Novarupta 1912 Amerika Serikat, Alaska 0 01912-06-066 Juni 1912
6 Letusan Gunung Pinatubo 1991 Filipina, Luzon 838 01991-06-066 Juni 1991
6 Letusan Santa María 1902 Guatemala 6,000 01902-10-055 Oktober 1902
6 Letusan Hunga Tonga 2022 Tonga 6 02022-01-1414 Januari 2022
5 Letusan Puyehue-Cordón Caulle Chili 0 2011–2012
5 Letusan El Chichón 1982 Meksiko 1,900 01982-04-033 April 1982
5 Letusan Gunung Tarawera 1886 Selandia Baru 120 01886-06-1010 Juni 1886
5 Letusan Gunung St. Helens 1980 Amerika Serikat, Washington 57 01980-05-1818 Mei 1980

Gempa bumi

sunting

Sekitar 90% gempa bumi di dunia dan 81% gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api. Wilayah paling aktif secara seismik berikutnya (5–6% gempa bumi dan 17% gempa gempa bumi terbesar di dunia) adalah zona Sabuk Alpide, yang membentang dari Indonesia tengah hingga Samudra Atlantik utara melalui pegunungan Himalaya dan Eropa selatan.

Dari tahun 1900 hingga akhir tahun 2020, sebagian besar gempa berkekuatan Mw ≥ 8,0 terjadi di Cincin Api. Diduga merupakan gempa megathrust di zona subduksi, termasuk empat gempa terkuat gempa bumi di Bumi sejak alat ukur seismologi modern dan skala pengukuran magnitudo diperkenalkan pada tahun 1930-an:

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "What is the Ring of Fire?". NOAA. Diakses tanggal 5 December 2020. 
  2. ^ a b Venzke, E, ed. (2013). "Volcanoes of the World, v. 4.3.4". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. doi:10.5479/si.GVP.VOTW4-2013. 
  3. ^ a b Siebert, L; Simkin, T.; Kimberly, P. (2010). Volcanoes of the World (edisi ke-3rd). hlm. 68. 
  4. ^ [1]
  5. ^ [2]
  6. ^ a b Sigurdsson, H. (2015). "The History of Volcanology". Dalam Sigurdsson, H. Encyclopedia of Volcanoes (edisi ke-2nd). Amsterdam: Elsevier. hlm. 17–18. ISBN 978-0-12-385938-9. 
  7. ^ Scrope, G. Poulett (1825). Considerations on Volcanos, the Probable Causes of Their Phenomena, the Laws which Determine Their March, Leading to the Establishment of a New Theory of the Earth. Phillips. hlm. 188–189. OCLC 609531382. 
  8. ^ Hawkes, F.L. (1856). Narrative of the Expedition of an American Squadron to the China Seas and Japan, performed in the years 1852, 1853, and 1854, under the command of Commodore M. C. Perry, United States Navy. New York: D. Appleton and Company. hlm. 7. 
  9. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Lopes2005Chap2
  10. ^ Schmincke, Hans-Ulrich (2004). Volcanism. Berlin: Springer-Verlag. hlm. 13, 17–20. doi:10.1007/978-3-642-18952-4. ISBN 978-3-540-43650-8. 
  11. ^ Nakanishi, M.; Ishihara, T. (15 December 2015). Tectonic Evolution of the Jurassic Pacific Plate. 2015 AGU Fall Meeting. Bibcode:2015AGUFM.V21A3017N. 
  12. ^ Cao, Mingxuan; Zhao, Xilin; Xing, Guangfu; Fan, Feipeng; Yu, Minggang; Duan, Zheng; Chu, Pingli; Chen, Rong (24 November 2020). "Tectonic transition from subduction to retreat of the palaeo-Pacific plate: new geochemical constraints from the late Mesozoic volcanic sequence in eastern Fujian Province, SE China". Geological Magazine. 158 (6): 1074–1108. doi:10.1017/S0016756820001156. 
  13. ^ Bartley, Bryan (2011). "From 1840 to the Present – an Overview". Dalam La Roche, John. Evolving Auckland: The City's Engineering Heritage. Wily Publications. hlm. 16–21. ISBN 978-1-927167-03-8. 
  14. ^ "Alpine Fault: Probability of damaging quake higher than previously thought". www.rnz.co.nz. 20 April 2021. Diakses tanggal 3 December 2021. 
  15. ^ National Geophysical Data Center / World Data Service (NGDC/WDS) (1972), Global Significant Volcanic Eruptions Database (Data Set), NOAA, doi:10.7289/V5JW8BSH 
  16. ^ "Preserving the Story of the 1995 Tsunami in Dili, Timor-Leste". UNESCO.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 21 November 2024. 
  17. ^ "Kelut Eruptive History". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 19 December 2006. 
  18. ^ "Merapi Eruptive History". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 19 December 2006. 
  19. ^ Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded: August 27, 1883. HarperCollins. ISBN 978-0-06-621285-2. 
  20. ^ "From Iceland To Italy, These Are The Most Active Volcanoes In The World". Forbes (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 23 November 2024. 
  21. ^ Oppenheimer, C. (2002). "Limited global change due to the largest known Quaternary eruption, Toba ≈74 kyr BP?". Quaternary Science Reviews. 21 (14–15): 1593–1609. Bibcode:2002QSRv...21.1593O. doi:10.1016/S0277-3791(01)00154-8. 
  22. ^ "Analysis of the Sumatra-Andaman Earthquake Reveals Longest Fault Rupture Ever". National Science Foundation. 19 Mei 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-12. Diakses tanggal 15 Desember 2016. 
  23. ^ Peñarubia, H.C.; Johnson, K.L.; Allen, T.I. (2020). "Probabilistic seismic hazard analysis model for the Philippines". Earthquake Spectra. 36 (1). doi:10.1177/87552930199005 (tidak aktif May 11, 2024). 
  24. ^ "Mount Meager". Catalogue of Canadian volcanoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 19, 2006. Diakses tanggal July 31, 2007. 
  25. ^ "Garibaldi Volcanic Belt". Catalogue of Canadian volcanoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 19, 2006. Diakses tanggal July 31, 2007. 
  26. ^ Wood, C.A.; Kienle, J. (1990). Volcanoes of North America: United States and Canada. Cambridge University Press. hlm. 109–129. ISBN 0-521-43811-X. 
  27. ^ Grad, Shelby; Lin, Rong-Gong II (19 September 2017). "Mexico City's notoriously soft soil probably contributed to destruction from 7.1 earthquake". Los Angeles Times. Diakses tanggal 19 September 2017. 
  28. ^ Schuster, Robert L. and Highland, Lynn M. (2001). Socioeconomic and Environmental Impacts of Landslides in the Western Hemisphere Diarsipkan April 13, 2012, di Wayback Machine., U.S. Geological Survey Open-File Report 01-0276. Also previously published in the Proceedings of the Third Panamerican Symposium on Landslides, July 29 to August 3, 2001, Cartagena, Colombia. Castaneda Martinez, Jorge E., and Olarte Montero, Juan, eds. Retrieved June 11, 2010.
  29. ^ Arcusa, Stéphanie H.; Schneider, Tobias; Mosquera, Pablo V.; Vogel, Hendrik; Kaufman, Darrell; Szidat, Sönke; Grosjean, Martin (2020). "Late Holocene tephrostratigraphy from Cajas National Park, southern Ecuador". Andean Geology. 47 (3): 508–528. doi:10.5027/andgeoV47n3-3301 . 
  30. ^ Baker, M.C.W.; Francis, P.W. (1978). "Upper Cenozoic Volcanism in the Central Andes – Ages and Volumes". Earth and Planetary Science Letters. 41 (2): 175–187. Bibcode:1978E&PSL..41..175B. doi:10.1016/0012-821X(78)90008-0. 

Pranala luar

sunting