Xinjiang

daerah otonomi di Tiongkok
(Dialihkan dari Sinkiang)

Xinjiang (Hanzi: 新疆; Pinyin: xīnjiāng; Uighur: شىنجاڭ), atau nama lengkapnya Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, adalah sebuah daerah otonomi di Republik Rakyat Tiongkok. Xinjiang berbatasan dengan Daerah Otonomi Tibet di sebelah selatan dan Provinsi Qinghai serta Gansu di tenggara. Wilayah ini juga berbatasan dengan Mongolia di sebelah timur, Rusia di utara, serta Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Afganistan dan Kashmir di barat. Xinjiang juga mencakup sebagian besar wilayah Aksai Chin — diklaim oleh India sebagai bagian dari Negara Bagian Jammu dan Kashmir.

Daerah Otonomi Uighur Xinjiang
شىنجاڭ ئۇيغۇر ئاپتونوم رايونى
新疆维吾尔自治区
Transkripsi Nama
 • Tiongkok新疆维吾尔自治区
(Xīnjiāng Wéiwú'ěr Zìzhìqū)
 •  SingkatanXJ / (Pinyin: Xīn)
 • Uighurشىنجاڭ ئۇيغۇر ئاپتونوم رايونى
 • Transl. UighurShinjang Uyghur Aptonom Rayoni
Peta yang menunjukkan lokasi Daerah Otonomi Uighur Xinjiang
Peta yang menunjukkan lokasi Daerah Otonomi Uighur Xinjiang
Koordinat: 41°N 85°E / 41°N 85°E / 41; 85
Dinamai berdasarkan
  • , xīn ("baru")
  • , jiāng ("perbatasan" atau "daerah perbatasan")
Ibu kota
(dan kota terbesar)
Ürümqi
Pembagian14 prefektur, 99 kabupaten, 1005 kotapraja
Pemerintahan
 • Sekretaris partaiChen Quanguo
 • KetuaShohrat Zakir
Luas
 • Total1.664.897 km2 (642,820 sq mi)
Peringkatke-1
Ketinggian tertinggi
(K2)
8,611 m (28,251 ft)
Ketinggian terendah−154 m (−505 ft)
Populasi
 (2010)[3]
 • Total21.815.815
 • Perkiraan 
(2015)[4]
23.600.000
 • Peringkatke-25
 • Kepadatan13/km2 (30/sq mi)
 • Peringkat kepadatanke-29
Demografi
 • Komposisi
 etnis
 • Bahasa
 dan dialek
Kode ISO 3166CN-XJ
PDB (2017[6])CNY 1,1 triliun
$162 milyar (ke-26)
 - per capitaCNY 45.099
USD 6.680 (ke-21)
IPM(2014)0,718[7] (tinggi) (ke-27)
Situs webDaerah Otonomi Uighur Xinjiang

"Xinjiang" secara harfiah bermakna 'Perbatasan Baru' atau 'Daerah Baru',[8] nama yang diberikan semasa Dinasti Qing Manchu.

Penduduk

sunting

Penduduk asli Xinjiang berasal dari ras-ras Turki yang beragama Islam, terutama suku Uighur (45,21%) dan suku Kazakh (6,74%).[9] Selain itu, di Xinjiang juga terdapat suku Han, yang merupakan transmigran dari seluruh provinsi di Tiongkok untuk mengimbangi etnis Uighur, hingga kini suku Han berjumlah sekitar 40,58% (sensus 2000).[9] Persentase suku Han di Xinjiang meningkat secara drastis dari 6% saat berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (1949) hingga lebih dari 40% pada saat ini.[10]

Gerakan kemerdekaan dan tuduhan terorisme

sunting

Perlawanan terhadap kekuasaan Tiongkok telah berlangsung sejak lama di Xinjiang. Saat ini, kebanyakan pemimpin perlawanan berada di pengasingan, antara lain di Turki, Jerman dan Amerika Serikat. Kebanyakan gerakan ini adalah gerakan kesukuan yang sekuler, walaupun terdapat beberapa gerakan yang berideologi Islam.[10]

Sejak Peristiwa 11 September di Amerika Serikat, pemerintah Tiongkok juga mengklaim terdapat gerakan terorisme internasional di Xinjiang, yang dituduh berkaitan dengan Gerakan Taliban di Afganistan. Menurut laporan pemerintah Tiongkok pada tahun 2002, setidaknya 57 orang tewas akibat serangan teroris di Xinjiang.[11] Di sisi lain, media barat menuduh Pemerintah Tiongkok melakukan pelanggaran HAM, kejahatan ras, pelarangan kebebasan beragama dan kriminalisasi terhadap etnis Uyghur dengan beredarnya foto penyiksaan dan pemborgolan oleh aparat. Orang-orang yang tertangkap pada foto tersebut disinyalir sebagai mereka yang tertangkap basah untuk merencanakan pemberontakan terhadap pemerintah dan pelaku aksi jaringan terorisme.

Tuduhan media barat dibantah oleh Juru Bicara Kemenlu RRT, Wang Wenbin saat pernyataan Amerika Serikat untuk tidak berpartisipasi pada Olimpiade Beijing 2022 dengan alasan krisis HAM Uyghur. Wang menyatakan perlakuan Tiongkok terhadap Uyghur yang dimaksud adalah tentang pemberantasan terorisme dan separatisme, bukan tentang pelanggaran HAM.

Pelanggaran hak asasi manusia

sunting

Pemerintah Tiongkok dilaporkan telah melakukan pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang, di antaranya pelanggaran kebebasan beragama, kebebasan berkumpul dan berpendapat, hambatan atas pendidikan, diskriminasi, serta hukuman mati terhadap tahanan politik.[8][10][12] Keberadaan sekolah Islam, masjid dan imam dikontrol secara ketat, dan para imam diharuskan "berdiri di sisi pemerintah dengan teguh dan menyampaikan pendapatnya dengan tidak samar-samar".[13] Sejak 1995 hingga 1999, pemerintah telah meruntuhkan 70 tempat ibadah serta mencabut surat izin 44 imam.[14][15] Pemerintah juga secara resmi menerapkan larangan ibadah perorangan di tempat-tempat milik negara. Pihak keamanan melakukan pencarian rutin terhadap "penerbitan ilegal" serta "bahan-bahan agama ilegal".[10]

Selain itu, diskriminasi terjadi di sekolah-sekolah, di mana asrama-asrama diperiksa. Di bidang tenaga kerja bisnis dan pemerintahan, orang-orang Muslim sering dihambat dari jabatan yang tinggi.[10]

Menurut Amnesty International, Xinjiang adalah satu-satunya provinsi di Tiongkok yang mengizinkan hukuman mati terhadap tahanan politik.[8] Jumlah tepat korban hukuman mati dirahasiakan oleh negara,[16] namun menurut Dogu Turkestan, jumlah korban tewas akibat hukuman mati atau penyiksaan oleh pemerintah mencapai 2.500 dari tahun 1999 — 2000.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ 6-1 自然资源划 [6-1 Natural Resources] (dalam bahasa Tionghoa). Statistics Bureau of Xinjiang. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-22. Diakses tanggal December 19, 2015. 
  2. ^ Mackerras, Colin; Yorke, Amanda (1991). The Cambridge handbook of contemporary China. Cambridge University Press. hlm. 192. ISBN 978-0-521-38755-2. Diakses tanggal 2008-06-04. 
  3. ^ Susan M. Walcott; Corey Johnson (November 1, 2013). "Where Inner Asia Meets Outer China: The Xinjiang Uyghur Autonomous Region of China". Eurasian Corridors of Interconnection: From the South China to the Caspian Sea. Routledge. hlm. 64–65. 
  4. ^ "National Data". Diakses tanggal May 6, 2015. [pranala nonaktif]
  5. ^ "China". Ethnologue. 
  6. ^ 新疆维吾尔自治区2017年国民经济和社会发展统计公报 [Statistical Communiqué of Xinjiang on the 2017 National Economic and Social Development] (dalam bahasa Tionghoa). Statistical Bureau of Xinjiang. April 25, 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 22, 2018. Diakses tanggal 2018-06-22. 
  7. ^ United Nations Development Program (2013). China Human Development Report 2013: Sustainable and Liveable Cities: Toward Ecological Urbanisation (PDF). Beijing: Translation and Publishing Corporation. ISBN 978-7-5001-3754-2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal June 11, 2014. Diakses tanggal May 14, 2014. 
  8. ^ a b c Qassim, Abu Bakker (2006-9-17). "The View From Guantánamo". The New York Times. Diakses tanggal 2007-11-02. 
  9. ^ a b Departemen Statistik Populasi, Sosial, Sains dan Teknologi, Biro Statistik Nasional Tiongkok (国家统计局人口和社会科技统计司) dan Departemen Pembangunan Ekonomi, Komisi Urusan Etnis Negara Tiongkok (国家民族事务委员会经济发展司), eds. Tabulasi Kebangsaan dari Sensus Penduduk Tiongkok 2000 (《2000年人口普查中国民族人口资料》). 2 volume. Beijing: Penerbit Kebangsaan (民族出版社), 2003. (ISBN 7-105-05425-5)
  10. ^ a b c d e "China: Human Rights Concerns in Xinjiang". Human Rights Watch Backgrounder. Human Rights Watch. 2001. Diakses tanggal 2007-11-04. 
  11. ^ "Religious Repression of Uighurs in Xinjiang, II. Background". Human Right Watch. April 2005. 
  12. ^ "Amnesty International Report 2007: China". Amnesty International. 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-18. Diakses tanggal 2007-11-04. 
  13. ^ Human Right Watch mengutip Xinjiang Daily edisi 18 Oktober 1998
  14. ^ "Religious Repression of Uighurs in Xinjiang, V. Implementation: Restrictions on Freedom of Religion in Practice". Human Right Watch. April 2005. 
  15. ^ Buku Tahunan Urumqi 2000 (Urumqi: Xinjiang People’s Press), 2001, h.250-251. [乌鲁木齐年鉴 2000, 乌鲁木齐:新疆人民出版社, 2001, 250-251页].
  16. ^ "China: No Progress on Rights One Year Before Olympics". Human Rights Watch. 2 Agustus 2007. Diakses tanggal 2007-11-04.