Stasiun Kiaracondong

stasiun kereta api di Indonesia
(Dialihkan dari Stasiun kiaracondong)


Stasiun Kiaracondong (KAC) atau disebut juga dengan Stasiun Kircon adalah stasiun kereta api kelas besar tipe B di Kota Bandung, tepatnya di batas antara Kelurahan Babakansari dan Kelurahan Kebonjayanti. Stasiun yang terletak pada ketinggian +681 meter ini termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi II Bandung dan KAI Commuter. Dahulu seluruh kereta api penumpang, mulai dari kelas eksekutif sampai ekonomi, dilayani di Stasiun Bandung. Peningkatan jadwal pemberangkatan di Stasiun Bandung menjadi alasan semua keberangkatan kereta api antarkota kelas ekonomi lintas selatan dan barat Jawa dipindahkan ke Stasiun Kiaracondong, sedangkan kereta api antarkota kelas eksekutif, campuran, dan sebagian kecil kelas ekonomi tetap dilayani di Stasiun Bandung.

Stasiun Kiaracondong
Kereta Api Indonesia
B18C18

Bagian depan Stasiun Kiaracondong pintu utara
Nama lainStasiun Kircon
Lokasi
Koordinat6°55′28.76″S 107°38′47.62″E / 6.9246556°S 107.6465611°E / -6.9246556; 107.6465611
Ketinggian+681 m
Operator
Letak
km 160+124 lintas BogorBandungBanjarKutoarjoYogyakarta[1]
Jumlah peron7
  • Satu peron sisi sedang
  • Satu peron sisi tinggi
  • Dua peron pulau tinggi
Jumlah jalur6 (jalur 2 dan 3 sepur lurus)
LayananLintas selatan Jawa: Kutojaya Selatan, Pasundan, Kahuripan, Cikuray, Papandayan, Baturraden Ekspres, Pangandaran, Serayu, Lodaya, Mutiara Selatan, dan Malabar
Lokal: Commuter Line (Bandung Raya dan Garut)
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
  • KAC
  • 1601[2]
  • KIRCON
KlasifikasiBesar tipe B[2]
Sejarah
Dibuka1923
Nama sebelumnyaHalte Kiaratjondong
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Cikudapateuh
menuju Purwakarta
Commuter Line Bandung Raya
Purwakarta–Cicalengka
Gedebage
menuju Cicalengka
Cikudapateuh
menuju Padalarang
Commuter Line Bandung Raya
Padalarang–Cicalengka
Cikudapateuh
menuju Purwakarta
Commuter Line Garut Gedebage
menuju Garut
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Parkir sepeda Cetak tiket mandiri Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Layanan pelanggan Pusat informasi Musala Toilet Jalur difabel Tempat naik/turun Pos kesehatan Tempat bermain anak Galeri ATM Pertokoan/area komersial Ruang menyusui Isi baterai Area merokok Troli Sistem pengenalan wajah Air minum 
Tipe persinyalan
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Kiaracondong selama satu abad lebih (1921-2024) menjadi titik ujung timur jalur rel ganda kawasan Bandung Raya (Padalarang-Cicalengka) menghubungkan Kota Bandung dengan berbagai tujuan di Pulau Jawa, terutama di jalur selatan Jawa. Saat ini kereta kelas campuran juga berhenti di stasiun ini untuk menaikturunkan penumpang, baik dalam perjalanan dari maupun ke Stasiun Bandung. Kebijakan ini menjadikan stasiun ini sebagai titik keberangkatan dan kedatangan penumpang kedua di kawasan tersebut.

Kereta api yang melintas langsung/tidak berhenti di stasiun ini adalah KA Argo Wilis dan Turangga serta angkutan barang.

Sejarah

sunting

Dahulu, pada pembangunan jalur kereta api lintas Jawa yang dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), tidak ada Stasiun Kiaracondong dan Cikudapateuh, apalagi Andir, Ciroyom, maupun Bandung Gudang. Peta tahun 1894 hanya menyebutkan nama Stasiun Bandung dan Gedebage sebagai stasiun di Kota Bandung (Gedebage dahulu berada di pinggiran wilayah Kota Bandung).[5]

Dalam beberapa literatur seperti laporan tahunan SS, stasiun ini dahulu dibangun karena berkembangnya Kota Bandung menjadi kota besar. Karena kebutuhan akan penumpang dan barang semakin meningkat, Pemerintah Kolonial memutuskan untuk membangun jalur ganda di rute Padalarang–Bandung–Kiaracondong, yang sepenuhnya terwujud.[6] Pembangunan ini juga mengharuskan adanya beberapa perhentian dan titik langsir, seperti Halte Gadobangkong, Stasiun Cimindi, stasiun pengontrol wesel di Andir, titik pemberangkatan KA barang di Ciroyom untuk Stasiun Bandung Gudang, Stasiun Cikudapateuh, dan Stasiun Kiaracondong. Steven Anne Reitsma pun membahasnya dengan perinci mengenai jalur ganda ini dan pengaruhnya terhadap perekonomian Kota Bandung.[7] Meski jalur gandanya sendiri dibuka pada tahun 1921, bersamaan dengan pembukaan segmen Bandung–Ciwidey dan Rancaekek–Tanjungsari,[8] untuk stasiun ini baru diselesaikan pada tahun 1923 dengan nama Halte Kiaratjondong.[9]

Sejak 6 April 1999, stasiun ini telah menggunakan persinyalan elektrik.[3] Kemudian per 15 Oktober 2024, sistem persinyalan tersebut diganti dengan yang terbaru produksi PT Len Industri.

Bangunan dan tata letak

sunting
 
Bagian dalam kompleks Stasiun Kiaracondong, dengan balok penanda lokasi yang mirip antara Daop II dan Daop IX.

Stasiun ini awalnya memiliki tujuh jalur kereta api dengan jalur 3 merupakan sepur lurus untuk jalur ganda ke arah Bandung/Padalarang, sedangkan jalur 2 merupakan sepur lurus dari arah Bandung/Padalarang. Namun, jalur 4 dibongkar saat pembangunan jalur ganda sehingga tersisa enam jalur saja.

Terdapat dua pintu masuk Stasiun Kiaracondong. Pintu masuk sayap utara dengan bangunan yang terinspirasi dari arsitektur art deco menghadap Jalan Ibrahim Adjie, sementara bangunan lama stasiun menghadap Jalan Stasiun di sayap selatan. Sayap utara memiliki area parkir yang cukup luas, sedangkan sayap selatan hanya memiliki area parkir motor.

Di dekat stasiun ini terdapat Balai Yasa Kiaracondong, balai yasa yang khusus digunakan untuk perawatan dan perbaikan jembatan; meliputi pengadaan suku cadang untuk jembatan-jembatan kereta api yang masih aktif, perbaikan rangka jembatan, pembuatan jembatan baru, dan pemeliharaan rutin.[10]

Dari stasiun ini dahulu pernah ada jalur cabang menuju Ciwidey yang sudah dinonaktifkan. Percabangannya dimulai di sebelah barat jalur 1 stasiun ini, tepatnya di pertengahan petak jalan antara Cikudapateuh–Kiaracondong. Di pertengahan petak tersebut terdapat pos sinyal Cibangkonglor yang kini hanya menyisakan bekas tiang sinyalnya saja. Di tempat yang sama juga terdapat jalur pendek menuju Karees yang juga sudah dinonaktifkan.

Terdapat pula percabangan menuju ke pabrik PGN yang sudah nonaktif sejak tahun 1980-1990-an. Percabangannya menyatu dengan jalur menuju ke Balai Yasa Jembatan Kiaracondong dan Pusat Diklat KAI. Di sebelah timur stasiun ini juga memiliki percabangan menuju ke PT Pindad (Persero) yang sudah tidak aktif sejak awal medio 2000-an.

Sejak 2022, emplasemen stasiun ini dirombak besar-besaran sebagai bagian dari proyek jalur ganda lintas Bandung Raya tahap kedua pada petak Kiaracondong–Gedebage. Jalur ganda tersebut resmi dioperasikan pada 15 Oktober 2024.[4]

 

  B18C18  

1 Skybridge
G

Lantai peron

Bangunan stasiun sisi utara (kereta api antarkota)
Peron 4 (sisi)
Jalur 6   Pemberhentian, keberangkatan, dan kedatangan KA antarkota
Peron 3 (pulau)
Jalur 5   Pemberhentian, keberangkatan, dan kedatangan KA antarkota
Peron 2 (pulau)
Jalur 4   Keberangkatan dan kedatangan KA antarkota
(Cikudapateuh)      Commuter Line Garut, tujuan Padalarang/Purwakarta
     Commuter Line Bandung Raya, tujuan Padalarang/Purwakarta
Jalur 3 Sepur lurus arah Bandung
Jalur berjalan langsung kereta api ke arah barat
Jalur 2 Sepur lurus arah Cicalengka
Jalur berjalan langsung kereta api ke arah timur
Jalur 1 (Cikudapateuh)      Commuter Line Garut, tujuan Cibatu/Garut dan tujuan Padalarang/Purwakarta (Gedebage)
     Commuter Line Bandung Raya, tujuan Cicalengka dan tujuan Padalarang/Purwakarta
Peron 1 (sisi)
Bangunan stasiun sisi selatan (kereta api lokal dan antarkota)

Layanan kereta api

sunting

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 1 September 2024.

Antarkota

sunting
Lintas selatan Jawa
Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Campuran
Papandayan Panoramic Gambir Garut Via BandungCibatu
Eksekutif
Ekonomi Premium
Baturraden Ekspres Eksekutif Bandung Purwokerto Via TasikmalayaKroya

Dihentikan sementara


Bisnis
Pangandaran Panoramic Gambir Banjar Via BandungTasikmalaya
Eksekutif
Ekonomi Premium
Lodaya Eksekutif Bandung Solo Balapan Via TasikmalayaKroya
Ekonomi
Mutiara Selatan Eksekutif Surabaya Gubeng Via TasikmalayaYogyakarta
Ekonomi Premium
Malabar Eksekutif Malang
Ekonomi Premium
Ekonomi
Kutojaya Selatan Ekonomi Kiaracondong Kutoarjo Via TasikmalayaKroya
Pasundan Surabaya Gubeng Via TasikmalayaLempuyangan
Kahuripan Blitar
Cikuray Pasar Senen Garut Via KiaracondongCibatu
Serayu Purwokerto Via KiaracondongKroya
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
B Commuter Line Bandung Raya Kiaracondong Cicalengka Perjalanan menuju Cicalengka hanya dua kali pada pagi hari, sedangkan sebaliknya hanya sekali pada malam hari.
Padalarang Kiaracondong Perjalanan searah hanya pada malam hari.
Cicalengka Purwakarta
Padalarang
C Commuter Line Garut Garut Purwakarta Perjalanan menuju Purwakarta hanya pada siang hari, sedangkan sebaliknya pada pagi dan malam hari.
Padalarang Perjalanan searah hanya pada pagi hari.
Cibatu Perjalanan menuju Padalarang hanya pada pagi hari, sedangkan sebaliknya pada malam hari.

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  4. ^ a b "Viral Penumpang Menumpuk di Stasiun Rancaekek, Ini Penjelasan KAI Daop 2 Bandung". Republika Online. 2024-10-15. Diakses tanggal 2024-10-15. 
  5. ^ "Dutch Colonial maps - Leiden University Libraries". maps.library.leiden.edu. Diakses tanggal 2019-02-04. 
  6. ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997-). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980. 
  7. ^ Reitsma, Steven Anne (1925). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij. 
  8. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  9. ^ Jozlas, P.; de Graaf, S.; Stibbe, D.G.; Spaat, C.; Stroomberg, J.; Sandbergen, F.J.W.H. (1927). Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië. M. Nijhoff. 
  10. ^ Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur. "Balai Yasa Jembatan Kiaracondong". Diakses tanggal 13 Juni 2015. 

Pranala luar

sunting
Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Cikudapateuh
menuju Padalarang
Padalarang–Kasugihan Gedebage
menuju Kasugihan
Cibangkonglor
menuju Karees
Percabangan menuju Karees
Jalur cabang menuju eks-depot minyak Pertamina Samoja
serta menuju pergudangan Karees
Terminus