Spesies terancam
Spesies terancam adalah populasi makhluk hidup (spesies atau subspesies terpisahkan evolusi) yang berada dalam risiko kepunahan karena jumlahnya sedikit, maupun terancam punah akibat perubahan kondisi alam atau hewan pemangsa.
Status konservasi menurut Kategori Daftar Merah IUCN | |
---|---|
Punah | |
Terancam | |
Risiko Rendah | |
Kategori lain | |
| |
Tajuk terkait | |
Berbagai negara di dunia memiliki undang-undang perlindungan istimewa bagi habitat atau spesies terancam, yang berisi pelarangan perburuan, pembatasan pengembangan lahan, atau penetapan daerah cagar alam dan suaka margasatwa. Jumlah spesies yang terancam sebenarnya lebih banyak dari jumlah spesies yang didaftar dan mendapat perlindungan hukum. Di alam bebas terdapat lebih banyak lagi spesies yang lebih dulu punah sebelum sempat dicatat, atau berpotensi menjadi musnah tanpa pernah berhasil mendapatkan perhatian manusia.
Laju kepunahan spesies sepanjang 150 tahun belakangan ini sangat memprihatinkan. Spesies mengalami evolusi dan punah secara alami sejak ratusan juta tahun yang lalu, tetapi laju kepunahan belakangan ini jauh lebih tinggi dari laju kepunahan rata-rata pada skala evolusi planet Bumi.[1] Laju kepunahan saat ini adalah 10 hingga 100 kali lipat laju kepunahan alami. Bila tingkat laju kepunahan berlanjut atau terus meningkat, jumlah spesies yang menjadi punah dalam dekade berikut bisa berjumlah jutaan.[2] Sebagian besar orang hanya berpikir hanya spesies mamalia berukuran besar dan burung yang terancam kepunahan, tetapi sebenarnya kestabilan seluruh ekosistem menjadi terganggu dengan punahnya spesies kunci pada salah satu rantai makanan.
Kepunahan
suntingManusia harus peduli terhadap kepunahan karena kepunahan berarti:
- kehilangan suatu spesies sebagai entitas biologi
- terganggunya kestabilan sebuah ekosistem
- terancamnya spesies lain
- kehilangan materi genetika dan biokimia yang tidak tergantikan.
Hilangnya satu spesies dari muka bumi berarti berkurangnya kekayaan alam, sekaligus menjadi isu moral bagi pihak yang berpendapat manusia sebagai penanggung jawab kelestarian lingkungan, sekaligus pihak yang mendukung hak hidup untuk semua spesies hewan. Kepunahan suatu spesies yang menjadi mangsa atau pemangsa dalam suatu ekosistem berdampak pada peningkatan atau penurunan jumlah populasi spesies lain. Begitu seterusnya, hingga semua spesies musnah dan ekosistem menjadi rusak dan tidak bisa kembali seperti semula. Selain itu, setiap spesies memiliki materi genetik yang unik yang tersimpan dalam DNA, dan menghasilkan bahan kimia yang unik sesuai instruksi genetik yang dimiliki. Bahan kimia dari tumbuhan, misalnya sangat berpotensi untuk digunakan sebagai senyawa obat-obatan dalam industri farmasi.
Kontroversi
suntingUndang-undang spesies terancam sering mengundang kontroversi. Pihak-pihak tertentu sering mempertanyakan kriteria memasukkan suatu spesies ke dalam daftar spesies terancam, dan kriteria mencoret suatu spesies dari daftar spesies terancam setelah populasi spesies tersebut telah pulih. Selain itu, pemilik tanah sering mempertanyakan nasib tanah mereka setelah ditemukan spesies terancam yang dilindungi undang-undang.
Spesies yang dimasukkan ke dalam daftar spesies terancam justru sering makin dicari kolektor dan pemburu gelap. [3] Dampak seperti ini bisa dikurangi dengan melakukan penangkaran spesies terancam. Seperti di Republik Rakyat Tiongkok, penangkaran penyu berhasil mengurangi perburuan gelap terhadap spesies terancam. [4]
Status Konservasi
suntingStatus konservasi dari suatu spesies terancam adalah indikator kemungkinan spesies ini bisa terus bertahan hidup. Penetapan status konservasi bukan hanya berdasar jumlah populasi yang tersisa, melainkan juga peningkatan atau penurunan jumlah populasi dalam periode tertentu, laju sukses penangkaran, ancaman yang diketahui, dan sebagainya. Status konservasi yang paling dikenal di seluruh dunia adalah IUCN Red List.
Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati adalah program internasional untuk melindungi spesies dan habitat teracam yang diratifikasi 188 negara. Di Indonesia, program ini disebut Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP) yang pertama kali dibuat tahun 1993 dengan nama rencana Aksi Keanekaragaman hayati untuk Indonesia atau Biodiversity Action Plan Indonesia (BAPI).[5]
IUCN Red List
suntingKategori Terancam akan Kepunahan dalam IUCN Red List berada di antara kategori Sangat Terancam akan Kepunahan dan Rentan. Beberapa kategori IUCN:
- Punah (Extinct, EX): individu terakhir dari sebuah spesies sudah mati, atau sudah mati berdasarkan asumsi yang tidak bisa diragukan lagi, misalnya: Baiji, Beruang Atlas, Dinosaurus, Dodo, Elang Haast, Harimau Bali, Harimau Jawa, Harimau Kaspia, Harimau Tasmania, Merpati penumpang, Moa, Parkit Carolina, Sapi laut Steller, Singa laut Jepang.
- Punah di alam liar (Extinct in the wild, EW): populasi di alam bebas tidak ada lagi, dan hanya bisa ditemui di penangkaran, misalnya: burung Alagoas Curassow, Badak Putih Utara, Katak Wyoming, Singa barbary.
- Kritis (Critical, CR): spesies menghadapi risiko tinggi kepunahan di waktu dekat, misalnya: Harimau Siberia, Harimau Sumatra, Badak Jawa, Badak Sumatra, Jalak Bali, Arwana Asia, Rusa Bawean, Macan Tutul Jawa, Orang Utan Sumatra.[6]
- Genting (Endangered, EN): spesies yang menghadapi risiko kepunahan sangat tinggi di waktu mendatang, misalnya: Orang utan Kalimantan, Banteng, Anoa, Macan Tutul Salju.
- Rentan (Vulnerable, VU): spesies menghadapi risiko tinggi kepunahan pada masa depan, misalnya: Cheetah, Seladang, Babirusa. Adapun satwa Indonesia yang rentan adalah Kasuari, Merak Hijau, dan Kakaktua Maluku.[7]
- Risiko Rendah (Least Concern, LC): ancaman langsung bagi kelangsungan hidup spesies tidak ada, misalnya: Ayam hutan, Macan Tutul.
Daftar sebagian kecil spesies terancam
suntingDaftar berikut ini memuat sebagian kecil saja spesies-spesies terancam dari keseluruhan spesies terancam yang diketahui dan tidak diketahui. Jumlah spesies yang punah setiap tahun justru beberapa kali lipat lebih besar dari jumlah spesies yang bisa dimasukkan ke dalam daftar spesies terancam.
Daftar berikut ini tidak lengkap, bantulah kami melengkapinya.
Mamalia
sunting- Acerodon jubatus
- Ajak (Cuon alpinus)
- Anjing laut Hawaii (Monachus schauinslandi)
- Anjing liar Afrika (Lycaon pictus)
- Antelop Tibet (Pantholops hodgsonii)
- Aye-aye (Daubentonia madagascariensis)
- Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
- Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)
- Bajing merah (Sciurus vulgaris)
- Banteng (Bos javanicus)
- Bekantan (Nasalis larvatus)
- Berang-berang laut (Enhydra lutris)
- Bonobo (Pan paniscus)
- Bradypus torquatus
- Rusa ( Cervus sp)
- Kancil ( Tragulus sp)
- Musang air (Cynogale benetti)
- Kelinci Sumatra (Nesolagus netscheri)[8]
- Burramys parvus
- Cervus albirostris
- Cheetah Asia (Acinonyx jubatus venaticus)
- Elaphurus davidianus
- Equus hemionus
- Fossa (Cryptoprocta ferox)
- Gajah Afrika (Loxodonta africana)
- Gajah Asia (Elephas maximus)
- Gajah hutan Afrika (Loxodonta cyclotis)
- Gorila gunung (Gorilla beringei)
- Gorila (Gorilla gorilla)
- Harimau (Panthera tigris)
- Indri (Indri indri)
- Kelelawar abu-abu (Myotis grisescens)
- Kouprey (Bos sauveli)
- Lasiorhinus krefftii
- Leontopithecus rosalia
- Lumba-lumba Teluk California (Phocoena sinus)
- Lynx Iberia (Lynx pardinus)
- Macan Tutul Salju (Uncia uncia)
- Manatee Hindia Barat (Trichechus manatus)
- Mustela nigripes
- Myrmecobius fasciatus
- Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
- Orang utan Sumatra (Pongo abelii)
- Panda Merah (Ailurus fulgens)
- Panda (Ailuropoda melanoleuca)
- Paus bersirip (Balaenoptera physalus)
- Paus biru (Balaenoptera musculus)
- Paus bongkok (Megaptera novaeangliae)
- Paus Sei (Balaenoptera borealis)
- Petaurus gracilis)
- Pteronura brasiliensis
- Serigala Merah (Canis rufus)
- Sifaka diadema (Propithecus diadema)
- Simpanse (Pan troglodytes)
- Singa Asia (Panthera Leo Persica)
- Singa laut Steller (Eumetopias jubatus)
- Urocyon littoralis
Burung
sunting- Aceros waldeni
- Alauda razae
- Anas laysanensis
- Angsa Hawaiian (Branta sandvicensis)
- Anodorhynchus glaucus
- Anodorhynchus leari
- Bintayung Christmas (Fregata andrewsi)
- Brachyramphus brevirostris
- Buteo ridgwayi
- Corvus hawaiiensis
- Cozumel Thrasher (Toxostoma guttatum)
- Crypturellus saltuarius
- Cyanopsitta spixii
- Dara Laut Berjambul (Sterna bernsteini)
- Dendrocygna arborea
- Diomedea amsterdamensis
- Foudia rubra
- Gallicolumba platenae
- Gallirallus owstoni
- Geopsittacus occidentalis
- Geronticus eremita
- Grus americana
- Grus leucogeranus
- Elang Jawa
- Gyps bengalensis
- Gyps indicus
- Ibis Karau (Pseudibis davisoni)
- Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
- Kakapo (Strigops habroptila)
- Kakatua Filipina (Cacatua haematuropygia)
- Kakatua Puerto Rico (Amazona vittata)
- Kakatua-kecil Jambul-kuning (Cacatua sulphurea)
- Kiwi (Apteryx australis, A. hastii, A. owenii)
- Kondor California (Gymnogyps californianus)
- Kuau-kerdil Kalimantan (Polyplectron schleiermacheri)
- Maleo Senkawor (Macrocephalon maleo)
- Mergus octosetaceus
- Mimodes graysoni
- Neophema chrysogaster
- Neospiza concolor
- Nipponia nippon
- Numenius borealis
- Numenius tenuirostris
- Oceanites maorianus
- Oxyura leucocephala
- Pelatuk Maharaja (Campephilus imperialis)
- Pelatuk paruh gading (Campephilus principalis)
- Picoides borealis
- Pithecophaga jefferyi
- Pitta gurneyi
- Podiceps taczanowskii
- Po'o-uli (Melamprosops phaeosoma)
- Psittacula eques
- Pterodroma hasitata
- Pterodroma madeira
- Pterodroma magentae
- Rhinoptilus bitorquatus
- Rhynochetos jubatus
- Sapheopipo noguchii
- Tachybaptus rufolavatus
- Takahē (Porphyrio hochstetteri)
- Thalassarche eremita
- Thaumatibis gigantea
- Tokhtor Sumatra (Carpococcyx viridis)
- Tympanuchus cupido attwateri
- Vanellus gregarius
Reptilia
sunting- Alligator China (Alligator sinensis)
- Alsophis antiguae
- Ameiva polops
- Bradypodion taeniabronchum
- Buaya Kuba (Crocodylus rhombifer)
- Gambelia silus
- Komodo (Varanus komodoensis)
- Kura-kura darat bintang Burma (Geochelone platynota)
- Kura-kura sungai Amerika Tengah (Dermatemys mawii)
- Lepidochelys kempii
- Oligosoma grande
- Oligosoma otagense
- Penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea)
- Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
- Penyu hijau (Chelonia mydas)
- Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
- Penyu tempayan (Caretta caretta)
- Sphaerodactylus micropithecus
- Uma inornata
- Xantusia riversiana
Amfibia
sunting- Ambystoma californiense
- Ambystoma tigrinum stebbinsi
- Bufo baxteri
- Bufo californicus
- Bufo houstonensis
- Eurycea rathbuni
- Eurycea sosorum
- Hyalinobatrachium fleischmanni
- Litoria olongburensis
- Litoria Spenceri
- Nyctimystes dayi
- Philoria frosti
- Plethodon shenandoah
- Rana muscosa
Ikan
sunting- Arwana Asia (Scleropages formosus)
- Bonytail (Gila elegans)
- Coelacanth (Coelacanthiformes)
- Cui-ui (Chasmistes cujus)
- Gambusia eurystoma
- Gila cypha
- Hiu paus (Rhincodontidae Rhincodon typus)
- Kerapu Nassau (Epinephelus striatus)
- Moapa coriacea
- Psephurus gladius
- Ptychocheilus lucius
Artropoda
suntingMoluska
sunting- Kanab Ambersnail (Oxyloma haydeni kanabensis)
Tumbuhan
sunting- Abies beshanzuensis
- Ceroxylon quindiuense
- Clianthus puniceus
- Cupressus dupreziana
- Metasequoia glyptostroboides
- Palem anggur Chili (Jubaea chilensis)
- Perangkap lalat Venus (Dionaea muscipula)
- Pinus Wollemi (Wollemia nobilis)
- Anggrek Sandal
Lihat pula
suntingCatatan kaki
sunting- ^ J.H.Lawton and R.M.May, Extinction rates, Oxford University Press, Oxford, UK
- ^ S.L. Pimm, G.J. Russell, J.L. Gittleman and T.M. Brooks, The Future of Biodiversity, Science 269: 347-350 (1915)
- ^ Courchamp, Franck. "Rarity Value and Species Extinction: The Anthropogenic Allee Effect". PLoS Biology. Diakses tanggal 19 Desember. [pranala nonaktif permanen]
- ^ Dharmananda, Subhuti. "Endangered Species issues affecting turtles and tortoises used in chinese medicine". Institute for Traditional Medicine, Portland, Oregon. Diakses tanggal 19 Desember. [pranala nonaktif permanen]
- ^ "Tanya jawab mengenai IBSAP". Berita Bumi. 20-09-2005. Diarsipkan dari versi asli (html) tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 12 Februari.
- ^ Binatang-Binatang Langka di Indonesia
- ^ Status Konservasi IUCN Red List
- ^ I_B.pdf Keanekaragaman Hayati[pranala nonaktif permanen]
Pranala luar
sunting- Organisasi
- (Indonesia) WWF-Indonesia Diarsipkan 2020-06-04 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Conservation International Indonesia Diarsipkan 2007-02-01 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Yayasan Terumbu Karang Indonesia
- (Indonesia) ProFauna Indonesia Diarsipkan 2006-04-17 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Jaringan Jurnalis Advokasi Lingkungan
- (Inggris) The World Conservation Union (IUCN)
- (Inggris) Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati Diarsipkan 2006-08-29 di Wayback Machine.
- (Inggris) Conservation Breeding Specialist Group, IUCN
- (Inggris) The World Wide Fund for Nature
- Laporan
- (Inggris) Conservation Breeding Specialist Group, IUCN: CBSG “PHVA” Reports (Laporan Penilaian Kelayakan Habitat dan Populasi) Diarsipkan 2008-02-19 di Wayback Machine.
- (Inggris) Endangered Species & Wetlands Report Diarsipkan 2019-07-13 di Wayback Machine. Buletin tentang Endangered Species Act dan lahan basah
- (Inggris) Kisah sukses Endangered Species Act
- (Inggris) Laporan Congressional Research Service (CRS) tentang spesies terancam Diarsipkan 2008-04-22 di Wayback Machine.
- Basis data
- (Inggris) U.S. Fish & Wildlife Service. Threatened and Endangered Species System (TESS) Diarsipkan 2003-06-20 di Wayback Machine.
- (Inggris) Basis data CITES
- (Inggris) Spesies terancam menurut benua, wilayah, dan negara
- Konservasi spesies terancam
- (Inggris) Konservasi Anjing Liar Afrika
- (Inggris) Proyek Harimau Sundarbans
- (Inggris) Karnivora asli di selatan Pegunungan Rocky Diarsipkan 2006-09-28 di Wayback Machine.
- (Inggris) CBC Digital Archives Spesies terancam di Kanada
- Artikel dan buku
- (Inggris) Everything you wanted to know about endangered species Diarsipkan 2008-08-27 di Wayback Machine. Situs majalah New Scientist.
- (Inggris) "Science counts species on brink". (Nov 17, 2004). BBC News.
- (Inggris) Biodiversity and Conservation Diarsipkan 2011-07-19 di Wayback Machine. Buku online oleh Peter J. Bryant
- (Inggris) In situ conservation of livestock and poultry Buku online FAO