Unsur golongan 6

golongan unsur kimia yang terdiri dari kromium, molibdenum, wolfram, dan seaborgium

Golongan 6 atau VIB adalah golongan unsur kimia di tabel periodik. Golongan ini juga dikenal sebagai golongan kromium. Golongan ini terdiri dari unsur kromium (Cr), molibdenum (Mo), wolfram (W), dan unsur sintetis yang radioaktif seaborgium (Sg). Ini semua adalah logam transisi, dan kromium, molibdenum serta wolfram adalah logam refraktori. Periode 8 dari golongan 6 adalah unpentheksium (Uph) atau unpentoktium (Upo). Ini bisa jadi tidak mungkin; tetes ketidakstabilan mungkin menyiratkan bahwa tabel periodik berakhir pada unbihexium. Baik unpentheheksium maupun unpentoktium belum disintesis, dan tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Golongan 6 dalam tabel periodik
Hidrogen Helium
Lithium Berilium Boron Karbon Nitrogen Oksigen Fluor Neon
Natrium Magnesium Aluminium Silikon Fosfor Sulfur Clor Argon
Potasium Kalsium Skandium Titanium Vanadium Chromium Mangan Besi Cobalt Nikel Tembaga Seng Gallium Germanium Arsen Selen Bromin Kripton
Rubidium Strontium Yttrium Zirconium Niobium Molybdenum Technetium Ruthenium Rhodium Palladium Silver Cadmium Indium Tin Antimony Tellurium Iodine Xenon
Caesium Barium Lanthanum Cerium Praseodymium Neodymium Promethium Samarium Europium Gadolinium Terbium Dysprosium Holmium Erbium Thulium Ytterbium Lutetium Hafnium Tantalum Tungsten Rhenium Osmium Iridium Platinum Gold Mercury (element) Thallium Lead Bismuth Polonium Astatine Radon
Francium Radium Actinium Thorium Protactinium Uranium Neptunium Plutonium Americium Curium Berkelium Californium Einsteinium Fermium Mendelevium Nobelium Lawrencium Rutherfordium Dubnium Seaborgium Bohrium Hassium Meitnerium Darmstadtium Roentgenium Copernicium Nihonium Flerovium Moscovium Livermorium Tennessine Oganesson
golongan 5  golongan 7
Nomor golongan IUPAC 6
Nama berdasarkan unsur Golongan kromium
Nomor golongan CAS
(AS, pola A-B-A)
VIB
Nomor IUPAC lama
(Eropa, pola A-B)
VIA

↓ Periode
4
Image: Batangan kristal kromium
Kromium (Cr)
24 Logam transisi
5
Image: Batangan kristal molibdenum
Molibdenum (Mo)
42 Logam transisi
6
Image: Batangan kristal wolfram
Wolfram (W)
74 Logam transisi
7 Seaborgium (Sg)
106 Logam transisi

Legenda
unsur primordial
unsur sintetis
Warna nomor atom:
hitam=padat

Karakteristik sunting

Tidak seperti golongan lainnya, anggota golongan ini tidak memperlihatkan pola dalam hal jumlah elektron per kelopak dan konfigurasi elektron, karena dua anggota yang lebih ringan merupakan perkecualian dari prinsip Aufbau:

Z Unsur Jumlah elektron/kelopak Konfigurasi elektron
24 kromium 2, 8, 13, 1 [Ar] 3d5 4s1
42 molibdenum 2, 8, 18, 13, 1 [Kr] 4d5 5s1
74 wolfram 2, 8, 18, 32, 12, 2 [Xe] 4f14 5d4 6s2
106 seaborgium 2, 8, 18, 32, 32, 12, 2 [Rn] 5f14 6d4 7s2

Hanya untuk tiga anggota pertama golongan ini yang sebagian kimianya telah diamati. Kimia seaborgium belum begitu mapan dan oleh karena itu sisa pembahasan bagian ini hanya berkaitan dengan tiga anggota pertama dari golongan ini. Unsur-unsur dalam golongan ini, seperti unsur-unsur golongan 7-11, memiliki titik lebur tinggi, dan membentuk senyawa volatil pada keadaan oksidasi yang lebih tinggi. Seluruh unsur golongan ini relatif adalah logam tidak reaktif dengan titik lebur tinggi (1907 °C, 2477 °C, 3422 °C); dengan wolfram sebagai yang tertinggi di antara semua logam. Logam-logam tersebut membentuk senyawa dengan tingkat oksiasi yang berbeda-beda: kromium membentuk senyawa pada seluruh tingkat oksidasi mulai -2 sampai +6: pentanitrosianokromat, kromium(II) klorida, kromium(III) oksida, kromium(IV) klorida, kalium tetraperoksokromat(V), dan kromium(VI) diklorida oksida; hal yang berlaku pula untuk molibdenum dan wolfram, tetapi kestabilan tingkat oksidasi +6 meningkat sepanjang golongan dari atas ke bawah.[1] Senyawa-senyawa tersebut bersifat basa, amfoter, atau asam, tergantung pada tingkat oksidasinya; keasaman meningkat sebanding dengan tingkat oksidasinya.

Sejarah sunting

 
Warna merah rubi berasal dari sekelumit kromium(III).

Penemuan sunting

Kromium pertama kali dilaporkan pada 26 Juli 1761, ketika Johann Gottlob Lehmann menemukan mineral jingga-merah dalam tambang Beryozovskoye di Pegunungan Ural, Rusia, yang ia namakan "timbal merah Siberia", yang ditemukan kurang dari 10 tahun sebelumnya sebagai pigmen kuning terang.[2] Meskipun salah identifikasi sebagai senyawa timbal dengan komponen selenium dan besi, mineral tersebut adalah krokoit dengan rumus PbCrO.[2] Mempelajari mineral itu pada tahun 1797, Louis Nicolas Vauquelin membuat kromium trioksida dengan mencampur krokoit dengan asam klorida, dan mengekstraksi logam kromium dengan memanaskan oksida tersebut dalam oven batu bara satu tahun kemudian.[3] Ia juga dapat mendeteksi jejak kromium renik dalam batu permata berharga, seperti rubi atau zamrud.[2][4]

Molibdenit—bijih utama asal molibdenum diekstraksi—sebelumnya dikenal sebagai molibdena, yang dirancukan dengan dan sering dianggap sebagai grafit. Seperti grafit, molibdenit dapat digunakan untuk menghitamkan permukaan atau sebagai pelumas padat.[5] Meskipun molibdena dapat dibedakan dari grafit, ia tetap rancu dengan galena (bijih timbal), yang namanya diambil dari bahasa Yunani Kuno Μόλυβδος molybdos, yang berarti timbal.[6] Baru pada tahun 1778 kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele menyadari bahwa molibdena bukanlah grafit maupun timbal.[7][8] Dia dan kimiawan lainnya kemudian meluruskan bahwa itu adalah bijih yang baru yang berbeda, dinamakan molibdenum untuk mineral yang ditemukan di dalamnya. Peter Jacob Hjelm berhasil mengisolasi molibdenum menggunakan karbon dan minhyak biji rami pada tahun 1781.[6][9]

Sehubungan dengan wolfram, pada tahun 1781 Carl Wilhelm Scheele mengungkapkan bahwa sebuah asam baru, asam wolframat, dapat dibuat dari scheelite (nama wolfram saat itu). Scheele dan Torbern Bergman menyarankan bahwa dimungkinkan untuk memperoleh logam baru dengan mereduksi asam ini.[10] Pada tahun 1783, José dan Fausto Elhuyar menemukan suatu asam yang dibuat dari wolframit yang identik dengan asam wolframat. Belakangan, pada tahun yang sama, di Spanyol, kakak beradik tersebut berhasil mengisolasi wolfram dengan mereduksi asam ini menggunakan arang, dan mereka diakui sebagai penemu unsur ini.[11][12]

Sejarah perkembangan dan kegunaan sunting

Selama tahun 1800an, kegunaan utama kromium adalah sebagai komponen cat dan dalam garam penyamak kulit. Pada mulanya, krokoit dari Rusia adalah sumber utama, tetapi pada tahun 1827, deposit kromit yang lebih besar ditemukan di dekat Baltimore, Amerika Serikat. Ini membuat Amerika Serikat sebagai produsen terbesar produk-produk kromium hingga tahun 1848 ketika deposit besar kromit ditemukan di dekat Bursa, Turki.[13] Kromium digunakan untuk penyepuhan elektrik pada aal 1848, tetapi kegunaan ini memudar seiring dengan perkembangan proses yang telah diperbaiki pada tahun 1924.[14]

Selama sekitar satu abad setelah pengisolasiannya, molibdenum tidak memiliki penggunaan industri, karena sumbernya yang relatif langka, kesulitannya untuk mengekstraksi logam murni, dan ketidakmatangan sub-bidang metalurgi.[15][16][17] Paduan baja molibdenum generasi awal menunjukkan prospek cerah dalam hal peningkatan kekerasannya, namun upaya tersebut terhambat oleh ketidakkonsistenan hasilnya dan kecenderungannya untuk menjadi lebih rapuh dan rekristalisasi. Pada tahun 1906, William D. Coolidge mengajukan paten untuk rendering molibdenum elastis, yang mendorong penggunaannya sebagai elemen pemanas untuk tungku suhu tinggi dan sebagai penyangga bola lampu filamen wolfram; pembentukan oksida dan degradasi mensyaratkan agar molibdenum ditutupi secara fisik atau dimasukkan dalam lingkungan gas inert. Pada tahun 1913, Frank E. Elmore mengembangkan proses flotasi untuk memulihkan molibdenit dari bijihnya; flotasi tetap menjadi proses isolasi utama. Selama Perang Dunia I, kebutuhan molibdenum meningkat; ia digunakan baik untuk pelapis perisasi maupun sebagai pengganti wolfram dalam baja kecepatan tinggi. Beberapa tank Inggris dilindungi oleh 75 milimeter (3,0 in) lapisan baja mangan, tetapi ini terbukti tidak efektif. Pelat baja mangan kemudian diganti dengan 25 milimeter (0,98 in) pelat molibdenum-baja yang memungkinkan kelajuan yang lebih tinggi, manuver yang lebih lincah, dan perlindungan yang lebih baik.[6] Setelah perang, kebutuhan anjlok sampai kemajuan metalurgi memungkinkan pengembangan ekstensif aplikasi di masa damai. Pada Perang Dunia II, molibdenum kembali melihat kepentingan strategis sebagai pengganti wolfram dalam paduan baja.[18]

Dalam Perang Dunia II, wolfram memainkan peran penting di balik lobi-lobi politik. Portugal, sebagai sumber utama Eropa untuk unsur ini, ditekan dari kedua belah pihak, karena deposit bijih wolframitnya di Panasqueira. Daya tahan wolfram terhadap suhu tinggi dan kemampuannya memperkuat logam paduan membuatnya menjadi bahan baku penting untuk industri senjata.[19]

Keterjadian sunting

 
Krokoit (PbCrO4)
 
Bijih Kromit (FeCr2O4)

Kromium sunting

Kromium adalah unsur paling melimpah ke-22 di kerak bumi dengan konsentrasi rata-rata 100 ppm.[20] Senyawa kromium ditemukan di lingkungan dari erosi batuan yang mengandung kromium, dan dapat disebarluaskan oleh letusan gunung berapi. Latar belakang khas konsentrasi kromium di media lingkungan adalah: atmosfer <10 ngˑm−3; tanah <500 mgˑkg−1; vegetasi <0,5 mgˑkg−1; air tawar <10 ugˑL−1; air laut <1 ugˑL−1; sedimen <80 mgˑkg−1.[21]

Kromium ditambang sebagai bijih kromit (FeCr2O4).[13] Sekitar dua per lima bijih dan konsentrat kromit di dunia diproduksi di Afrika Selatan, sementara Kazakhstan, India, Rusia, dan Turki juga merupakan produsen substansial. Deposit kromit yang belum dimanfaatkan berlimpah, namun secara geografis terkonsentrasi di Kazakhstan dan Afrika bagian selatan.[22]

Deposit kromium asli ada, meskipun jarang.[23][24] Pipa Udachnaya di Rusia menghasilkan sampel logam alami. Tambang ini adalah pipa kimberlit, kaya akan intan, dan lingkungan reduktor membantu menghasilkan baik unsur kromium maupun intan.[25]

Hubungan antara Cr(III) dan Cr(VI) sangat bergantung pada pH dan sifat oksidatif lokasinya. Di banyak tempat, Cr(III) adalah spesies dominan,[26] tetapi di beberapa daerah, air tanah dapat mengandung sampai dengan 39 µg/Liter dari total kromium, dengan 30 µg/Liter adalah Cr(VI).[27]

Molibdenum sunting

 
Kwarsa ion molibdenit (MoS2)

Molibdenum adalah unsur ke-54 yang paling melimpah dalam kerak bumi dan ke-25 yang paling melimpah di lautan, dengan rata-rata 10 bagian per miliar; ia adalah unsur ke-42 paling melimpah di jagat raya.[6][28] Kelangkaan molibdenum dalam kerak bumi terbayarkan dengan konsentrasi di sejumlah bijih yang tidak larut dalam air, sering kali bergabung dengan belerang dengan cara yang sama seperti tembaga. Meskipun molibdenum ditemukan dalam mineral semacam itu seperti wulfenit (PbMoO4) dan powelit (CaMoO4). Sumber komersial utama molibdenum adalah molibdenit (MoS2). Molibdenum ditambang sebagai bijih utama dan juga ditemukan sebagai produk sampingan penambangan tembaga dan wolfram.[29]

Wolfram sunting

 
Wolframit, skala dalam cm

Wolfram ditemukan dalam wolframit (besi-mangan wolframat (((Fe,Mn)WO4) menjadi larutan padat mineral ferberit (FeWO4) dan hübnerit (MnWO4)) dan scheelit (kalsium wolframat (CaWO4)). Mineral wolframat lainnya yang agak hingga sangat langka tidak memiliki nilai ekonomis. Mereka termasuk wolfram alami yang baru-baru ini diakui.[30]

Produksi sunting

Kromium sunting

 
Kepingan kromium yang diproduksi dengan reaksi aluminotermik
 
Tren produksi kromium dunia
 
Kromium, dilelehkan ulang di pemurni zona busur horizontal, menunjukkan butiran kristal besar yang terlihat

Sekitar 28,8 juta metrik ton (MT) bijih kromit yang dipasarkan diproduksi pada tahun 2013, dan yang diubah menjadi ferokromium sebanyak 7,5 MT.[31] Menurut John F. Papp, yang menulis untuk USGS:

Ferokromium adalah ujung akhir penggunaan bijih kromit, [dan] baja nirkarat adalah ujung akhir penggunaan ferokromium.[31]

Produser terbesar bijih kromium pada tahun 201 adalah Afrika Selatan (48%), Kazakhstan (13%), Turki (11%), India (10%) dengan beberapa negara lainnya yang memproduksi sekitar 18% dari produksi dunia.[31]

Dua produk utama pengolahan bijih kromium adalah ferokromium dan logam kromium. Untuk produk-produk tersebut, proses peleburan bijih tersebut sangat berbeda. Untuk produksi ferokromium, bijih kromit (FeCr) direduksi dalam skala besar dalam tungku busur listrik atau peleburan yang lebih kecil dengan baik aluminium maupun silikon dalam suatu reaksi aluminotermik.[32]

 
Produksi bijih kromium tahun 2002[33]

Untuk produksi kromium murni, besi harus dipisahkan dari kromium dalam dua tahap proses pemanggangan dan pelindian (leaching). Bijih kromit dipanaskan dengan campuran kalsium karbonat dan natrium karbonat dengan adanya udara. Kromium dioksidasi menjadi bentuk heksavalennya, sementara besi membentuk Fe yang stabil. Pelindian selanjutnya pada suhu yang lebih tinggi melarutkan kromat dan meninggalkan oksida besi yang tidak larut. Kromat diubah menjadi dikromat menggunakan asam sulfat.[32]

 
 

Dikromat dikonversi menjadi kromium(III) oksida melalui reduksi dengan karbon dan kemudian direduksi dalam suatu reaksi aluminotermik menjadi kromium.[32]

 
 

Molibdenum sunting

Produksi molibdenum dunia adalah 250.000 ton pada tahun 2011. Produsen terbesar adalah China (94.000 T), Amerika Serikat (64.000 T), Chile (38.000 T), Peru (18.000 T), dan Meksiko (12.000 T). Total cadangan diperkirakan pada level 10 juta ton, dan sebagian besar terkonsentrasi di China (4,3 MT), AS (2,7 MT) dan Chile (1,2 MT). Berdasarkan pembagian benua, 93% produksi molibdenum dunia berimbang antara Amerika Utara, Amerika Selatan (terutama Chile), dan China. Eropa dan Asia selain China (terutama Armenia, Rusia, Iran dan Mongolia) memproduksi sisanya.[34]

 
Trend produksi molibdenum dunia

Dalam pengolahan molibdenit, bijih pertama dipanggang di udara pada suhu 700 °C (1.292 °F). Proses ini menghasilkan gas belerang dioksida dan molibdenum(IV) oksida:[35]

 

Bijih yang teroksidasi kemudian biasanya diekstraksi dengan amonia cair menghasilkan amonium molibdat:

 

Tembaga, ketakmurnian dalam molibdenit, kurang larut dalam amonia. Untuk menghilangkannya secara total dari larutan tersebut, tembaga diendapkan dengan hidrogen sulfida.[35] Amonium molibdat berubah menjadi amonium dimolibdat, yang diisolasi sebagai padatan. Pemanasan padatan ini menghasilkan molibdenum trioksida:[36]

 

Trioksida mentahnya dapat dimurnikan lebih lanjut dengan cara sublimasi pada suhu 1.100 °C (2.010 °F).

Logam molibdenum diproduksi melalui reduksi oksidanya dengan hidrogen:

 

Molibdenum untuk produksi baja direduksi dengan cara reaksi aluminotermik dengan penambahan besi untuk menghasilkan feromolibdenum. Bentuk umum feromolibdenum mengandung 60% molibdenum.[35][37]

Molibdenum mempunyai nilai sekitar $30.000 per ton pada Agustus 2009. Harganya relatif tetap atau sekitar $10.000 per ton sejak 1997 hingga 2003, dan mencapai puncaknya $103.000 per ton pada Juni 2005.[38] Pada tahun 2008, London Metal Exchange mengumumkan bahwa molibdenum akan diperdagangkan sebagai komoditas pada bursa.[39]

Wolfram sunting

 
Wolfram yang ditambang pada tahun 2013

Sekitar 61.300 ton konsentrat wolfram diproduksi pada tahun 2009,[40] dan pada tahun 2010, produksi wolfram dunia sekitar 68.000 ton.[41] Lima besar produsen utama wolfram adalah sebagai berikut (data dalam ton):[34]

Produsen wolfram utama[41]
Negara Produksi (ton)
2009 2010 2011 2012
  China 51.000 59.000 61.800 64.000
  Russia 2.665 2.785 3.314 3.537
  Canada 1.964 420 1.966 2.194
  Bolivia 1.023 1.,204 1.124 1.247
  Vietnam 725 1.150 1.635 1.050
Lainnya 4.562 3.863 4.061 4.350
Total 61.939 68.422 73.900 76.378
 
Penambangan wolfram di Rwanda merupakan bagian penting ekonomi negara.

Terdapat produksi tambahan di A.S., tetapi nilainya merupakan rahasia perusahaan. Cadangan di A.S. adalah 140.000 ton.[34] Penggunaan industrial wolfram di AS adalah 20.000 ton; 15.000 ton diimpor dan sisa 5.000 ton berasal dari daur ulang domestik.[42]

Wolfram dianggap sebagai mineral konflik karena praktek penambangan yang tidak beretika teramati di Congo.[43][44]

Terdapat deposit bijih wolfram dalam jumlah besar di pinggiran Dartmoor, Inggris, yang dieksploitasi selama Perang Dunia I dan II sebagai tambang Hemerdon. Dengan kenaikan harga wolfram baru-baru ini, per 2014 tambang ini telah diaktifkan kembali.[45]

Wolfram diekstraksi dari bijihnya melalui beberapa tahapan. Bijih akan dikonversi menjadi wolfram(VI) oksida (WO3), yang dipanaskan dengan hidrogen atau karbon untuk menghasilkan serbuk wolfram.[10] Secara komersial tidak layak untuk mencetak ingot wolfram, karena titik leburnya yang tinggi. Sebagai gantinya, serbuk wolfram dicampur dengan sedikit serbuk nikel atau logam lainnya, dan disinter. Selama proses sintering, nikel berdifusi ke dalam wolfram, menghasilkan logam paduan.

Wolfram juga dapat diekstraksi dengan cara reduksi hidrogen WF6:

 

atau dekomposisi pirolitik:[46]

 

Wolfram tidak diperdagangkan sebagai kontrak berjangka dan tidak dapat ditelusuri pada bursa semacam London Metal Exchange. Harga biasanya dikutip untuk konsentrat wolfram atau WO3. Jika dikonversi menjadi kesetaraan logam, mereka bernilai sekitar US$19 per kilogram pada tahun 2009.[40]

Tindakan pencegahan sunting

Kromium sunting

Senyawa kromium(III) dan logam kromium yang tidak larut dianggap tidak membahayakan kesehatan, sementara toksisitas dan sifat karsinogenik kromium(VI) telah lama diketahui.[47] Kromium(III) memasuki sel hanya dalam jumlah terbatas, kerana mekanisme transport spesifik. Beberapa studi in vitro menandakan bahwa tingginya konsentrasi kromium(III) dalam sel dapat menyebabkan kerusakan DNA.[48] Toksisitas oral akut berkisar antara 1,5 dan 3,3 mg/kg.[49] Tinjauan tahun 2008 menyarankan bahwa asupan moderat kromium(III) melalui suplemen makanan tidak memicu risiko keracunan genetik.[48] Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) di AS telah menetapkan batas paparan yang diizinkan (permissible eposure limit, PEL) di tempat kerja sebagai rata-rata tertimbang waktu (time-weighted average, TWA) sebesar 1 mg/m3. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) telah menetapkan batas paparan yang direkomendasikan (recommended exposure limit, REL) sebesar 0,5 mg/m3, rata-rata tertimbang waktu. Nilai IDLH (immediately dangerous to life and health) adalah 250 mg/m3.[50]

Molibdenum sunting

Debu dan uap molibdenum, dihasilkan dari penambangan atau karya logam, bersifat toksik, terutama jika terhirup (termasuk debu yang terjebak dalam sinus pranasal dan kemudian tertelan).[51] Paparan jangka panjang dengan tingkat rendah dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Harus dihindari untuk menelan atau menghirup langsung molibdenum dan oksidanya.[52][53] Peraturan OSHA menetapkan paparan molibdenum maksimum yang diizinkan dalam 8-jam per hari sebagai 5 mg/m3. Paparan kronis mulai 60 hingga 600 mg/m3 dapat menyebabkan gejalan termsuk kelelahan, sakit kepala dan ngilu sendi.[54] Pada level 5000 mg/m3, molibdenum membahayakan segera terhadap kesehatan dan kehidupan (IDLH).[55]

Wolfram sunting

Efek wolfram pada lingkungan adalah terbatas, karena kelangkaannya dan senyawanya umumnya inert.[56] Median dosis letal LD50 sangat bergantung pada hewan dan metode administrasi serta bervariasi antara 59 mg/kg (intravena, kelinci)[57][58] dan 5000 mg/kg (serbuk logam wolfram, intraperitoneal, tikus).[59][60]

Orang dapat terpapar wolfram di tempat kerja melalui pernapasan, pencernaan, kontak dengan kulit dan mata. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) telah menetapkan batas paparan yang direkomendasikan (REL) sebagai 5 mg/m3 selama 8 jam kerja dan batas jangka pendek 10 mg/m3.[61]

Aplikasi sunting

Lebih dari 50% produksi kromium digunakan dalam produk metalik. Ia merupakan bahan dalam beberapa katalis penting. Penggunaan utama kromium adalah untuk paduan dengan besi, nikel, atau kobalt. Penambahan kromium memberi kekerasan, kekuatan, dan ketahanan terhadap korosi pada logam paduan. Dalam baja nirkarat, kandungan kromium dalam komposisi akhir mencapai 10 persen atau lebih. Mengingat kekerasannya, paduan kromium, kobalt, dan wolfram digunakan untuk alat pemotong logam berkecepatan tinggi. Ketika diendapkan secara elektrolitik, kromium menyajikan bahan akhir yang keras, tahan korosi, dan berkilau. Berdasarkan alasan ini, kromium banyak digunakan untuk perapi bodi (body trim) pada mobil dan kendaraan lain. Penggunaan ekstensif kromit sebagai refraktori didasarkan pada tingginya titik lebur, ekspansi termal yang sedang, dan kestabilan struktur kristalnya. Timbal kromat (PbCrO4), padatan yang tidak larut banyak digunakan sebagai pigmen yang disebut kuning krom.[62]

Kegunaan logam molibdenum adalah untuk paduan baja. Baja tersebut tahan suhu dan tekanan tinggi, serta sangat kuat, membuatnya berguna untuk pekerjaan struktural, bagian pesawat terbang, dan suku cadang mobil. Kawat molibdenum digunakan dalam tabung elektron, dan juga, logamnya bertindak sebagai elektrode dalam tungku kaca. Molibdenum sulfida digunakan sebagai pelumas dalam lingkungan yang mensyaratkan suhu tinggi.[62]

Kegunaan utama wolfram adalah sebagai filamen dalam lampu pijar, sebagai kabel dalam tungku listrik, dan dalam produksi baja paduan yang keras dan liat. Ia juga digunakan dalam pabrikasi busi, stop kontak listrik, dan alat pemotong, serta sebagai target dalam tabung sinar-X.[62]

Keterjadian dan peran biologis sunting

Kromium sunting

Dalam bentuk kromium trivalen, Cr(III), atau Cr3+, kromium diidentifikasi sebagai nutrisi esensial pada akhir tahun 1950an dan kemudian diterima sebagai unsur renik untuk perannya dalam aksi insulin, hormon penting untuk metabolisme dan penyimpanan karbohidrat, lemak dan protein.[63][64] Namun, mekanisme tepatnya dalam tubuh belum sepenuhnya didefinisikan, meninggalkan pertanyaan apakah kromium penting untuk kesehatan manusia.[63][65][66][67]

Kromium trivalen terdapat dalam jumlah renik pada makanan, minuman anggur dan air.[63][68] Sebaliknya, kromium heksavalen (Cr(VI) atau Cr6+ sangat beracun dan merupakan mutagen jika terhirup.[69] Menghirup kromium(VI) dalam air telah dikaitkan dengan tumor lambung, dan juga dapat menyebabkan alergi dermatitis kontak (allergic contact dermatitis, ACD).[70]

Defisiensi kromium, yang melibatkan kekurangan Cr(III) di dalam tubuh, atau mungkin beberapa kompleknya, seperti faktor toleransi glukosa masih kontroversial.[63] Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kromium(III) bentuk aktif biologis dalam oligopeptida disebut zat pengikat kromium berat molekul rendah (low-molecular-weight chromium-binding substance, LMWCr), yang mungkin berperan dalam jalur pensinyalan insulin.[71]

Meskipun mekanisme kromium dalam peran biologis tidak jelas, suplemen diet kromium meliputi kromium(III) pikolinat, kromium(III) polinikotinat, dan zat terkait.[63] Manfaat suplemen-suplemen tersebut belum terbukti.[63][72]

Kandungan kromium dalam makanan umumnya rendah (1-13 mikrogram per porsi).[63][73] Kandungan kromium makanan sangat bervariasi karena perbedaan kandungan mineral tanah, musim tanam, kultivar tanaman, dan kontaminasi selama pemrosesan.[73] Sebagai tambahan, sejumlah besar kromium (dan nikel) larut ke dalam makanan yang dimasak dengan stainless steel.[74][75]

Molibdenum sunting

Molibdenum adalah unsur diet yang diperlukan untuk keberlangsungan hidup manusia dan beberapa mamalia yang telah diteliti.[76] Diketahui empat enzim dalam mamalia yang bergantung pada Mo, kesemuanya mengandung kofaktor molibdenum (Moco) berbasis pterin dalam situs aktifnya: sulfit oksidase, xantin oksidoreduktase, aldehida oksidase, dan amidoksim mitokondria reduktase.[77] Orang dengan defisiensi molibdenum parah mengalami gangguan fungsi sulfit oksidase rentan terhadap reaksi toksik sulfit dalam makanan.[78][79] Tubuh manusia mengandung sekitar 0,07  molibdenum per kilogram berat badan,[80] dengan konsentrasi lebih tinggi dalam liver dan ginjal, dan lebih rendah dalam tulang belakang.[28] Molibdenum juga hadir dalam enamel gigi dan dapat membantu mencegah pembusukannya.[81]

Asupan harian rata-rata molibdenum bervariasi antara 0,12 dan 0,24 mg, bergantung pada kandungan molibdenum pada makanan.[82] Daging babi, domba, dan liver sapi masing-masing memiliki kira-kira 1,5 bagian per juta molibdenum. Sumber gizi penting lainnya termasuk buncis, telur, biji bunga matahari, tepung terigu, Lens culinaris, ketimun, dan serealia.[6] Toksisitas akut belum dijumpai pada manusia, dan toksisitas sangat bergantung pada keadaan kimianya. Penelitian pada tikus menunjukkan median dosis letal (LD50) cukup rendah, yaitu 180 mg/kg untuk beberapa senyawa Mo.[51] Meskipun data toksisitas pada manusia belum tersedia, penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa konsumsi kronis molibdenum lebih dari 10& mg/hari dapat menyebabkan diare, retardasi pertumbuhan, infertilitas, berat lahir rendah, dan encok; ia dapat juga mempengaruhi paru-paru, ginjal, dan liver.[82][83] Natrium wolframat adalah penghambat kompetitif molibdenum. Wolfram diet mengurangi konsentrasi molibdenum dalam jaringan.[28]

Konsentrasi molibdenum yang rendah pada tanah dalam pita geografis dari China bagian utara hingga Iran membuat defisiensi molibdenum, dan berhubungan dengan peningkatan laju kanker esofagus.[84][85] Dibandingkan Amerika Serikat, yang memiliki pasokan molibdenum dalam tanah yang lebih besar, orang yang hidup di area tersebut memiliki risiko 16 kali lebih besar terhadap karsinoma sel skuamus esofagus.[86]

Wolfram sunting

Wolfram, dengan nomor atom 74, adalah unsur terberat yang diketahui memiliki fungsi biologis, dengan unsur terberat berikutnya adalah iodium (Z = 53). Ia digunakan oleh beberapa bakteri, tetapi tidak dalam eukariota. Sebagai contoh, enzim yang disebut oksidoreduktase menggunakan wolfram dengan cara yang mirip dengan molibdenum, dengan menggunakannya dalam kompleks wolfram-pterin dengan molibdopterin (molibdopterin, terlepas dari namanya, tidak mengandung molibdenum, tetapi mungkin membentuk kompleks dengan molibdenum atau wolfram yang digunakan oleh organisme hidup). Enzim yang menggunakan wolfram biasanya mereduksi asam karboksilat menjadi aldehida.[87] Wolfram oksidoreduktase mungkin juga mengkatalisis oksidasi. Enzim pertama yang membutuhkan wolfram diketahui juga memerlukan selenium, dan dalam kasus ini pasangan wolfram-selenium mungkin berfungsi analog dengan pasangan molibdenum-belerang dari beberapa enzim yang memerlukan kofaktor molibdenum.[88] Salah satu enzim dalam keluarga oksidoreduktase yang kadang-kadang menggunakan wolfram (bakteri format dehidrogenase H) diketahui menggunakan molibdopterin versi molibdenum-selenium.[89] Asetilen hidratase adalah metaloenzim yang tidak biasa yang mengkatalisis reaksi hidrasi. Dua mekanisme reaksi telah diajukan, yang salah satunya terdapat interaksi langsung antara atom wolfram dan ikatan rangkap tiga C≡C.[90] Meskipun xantin dehidrogenase yang mengandung wolfram dari bakter telah ditemukan mengandung wolfram-molibdopterin, dan juga selenium berikatan non-protein, kompleks molibdopterin wolfram-selenium belum dijelaskan secara lengkap.[91]

Dalam tanah, logam wolfram teroksidasi menjadi anion wolframat. Ia dapat secara selektif maupun tidak diimpor oleh beberapa organisme porkariotik dan mungkin mengganti molibdat dalam enzim tertentu. Pengaruhnya pada aksi enzim ini dalam beberapa kasus menghambat, dan beberapa lainnya positif.[92] Kimia tanah menetukan cara wolfram berpolimerisasi; tanah alkalis menyebabkan wolframat monomer; tanah asam menyebabkan wolframat polimer.[93]

Natrium wolframat dan timbal telah diteliti pengaruhnya terhadap cacing tanah. Timbal ditemukan mematikan pada dosis rendah sementara natrium wolframat kurang beracun, tetapi wolframat menghambat total kemampuan reproduksi mereka.[94]

Lihat Juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ Schmidt, Max (1968). "VI. Nebengruppe". Anorganische Chemie II (dalam bahasa German). Wissenschaftsverlag. hlm. 119–127. 
  2. ^ a b c Guertin, Jacques; Jacobs, James Alan; Avakian, Cynthia P. (2005). Chromium (VI) Handbook. CRC Press. hlm. 7–11. ISBN 978-1-56670-608-7. 
  3. ^ Vauquelin, Louis Nicolas (1798). "Memoir on a New Metallic Acid which exists in the Red Lead of Sibiria". Journal of Natural Philosophy, Chemistry, and the Art. 3: 146. 
  4. ^ van der Krogt, Peter. "Chromium". Diakses tanggal 2008-08-24. 
  5. ^ Lansdown, A.R. (1999). Molybdenum disulphide lubrication. Tribology and Interface Engineering. 35. Elsevier. ISBN 978-0-444-50032-8. 
  6. ^ a b c d e Emsley, John (2001). Nature's Building Blocks. Oxford: Oxford University Press. hlm. 262–266. ISBN 0-19-850341-5. 
  7. ^ Gagnon, Steve. "Molybdenum". Jefferson Science Associates, LLC. Diakses tanggal 2007-05-06. 
  8. ^ Scheele, C. W. K. (1779). "Versuche mit Wasserbley;Molybdaena". Svenska vetensk. Academ. Handlingar. 40: 238. 
  9. ^ Hjelm, P. J. (1788). "Versuche mit Molybdäna, und Reduction der selben Erde". Svenska vetensk. Academ. Handlingar. 49: 268. 
  10. ^ a b Saunders, Nigel (February 2004). Tungsten and the Elements of Groups 3 to 7 (The Periodic Table). Chicago, Illinois: Heinemann Library. ISBN 1-4034-3518-9. 
  11. ^ "ITIA Newsletter" (PDF). International Tungsten Industry Association. June 2005. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 2008-06-18. 
  12. ^ "ITIA Newsletter" (PDF). International Tungsten Industry Association. December 2005. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 2008-06-18. 
  13. ^ a b National Research Council (U.S.). Committee on Biologic Effects of Atmospheric Pollutants (1974). Chromium. National Academy of Sciences. hlm. 155. ISBN 978-0-309-02217-0. 
  14. ^ Dennis, J. K.; Such, T. E. (1993). "History of Chromium Plating". Nickel and Chromium Plating. Woodhead Publishing. hlm. 9–12. ISBN 978-1-85573-081-6. 
  15. ^ Hoyt, Samuel Leslie (1921). Metallography, Volume 2. McGraw-Hill. 
  16. ^ Krupp, Alfred; Wildberger, Andreas (1888). The metallic alloys: A practical guide for the manufacture of all kinds of alloys, amalgams, and solders, used by metal-workers ... with an appendix on the coloring of alloys. H.C. Baird & Co. hlm. 60. 
  17. ^ Gupta, C.K. (1992). Extractive Metallurgy of Molybdenum. CRC Press. ISBN 978-0-8493-4758-0. 
  18. ^ Millholland, Ray (August 1941). "Battle of the Billions: American industry mobilizes machines, materials, and men for a job as big as digging 40 Panama Canals in one year". Popular Science. hlm. 61. 
  19. ^ Stevens, Donald G. (1999). "World War II Economic Warfare: The United States, Britain, and Portuguese Wolfram". The Historian. Questia. 61 (3): 539. doi:10.1111/j.1540-6563.1999.tb01036.x.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  20. ^ Emsley, John (2001). "Chromium". Nature's Building Blocks: An A-Z Guide to the Elements. Oxford, England, UK: Oxford University Press. hlm. 495–498. ISBN 0-19-850340-7. 
  21. ^ Rieuwerts, J. (2015), The Elements of Environmental Pollution, Abingdon and New York: Routledge 
  22. ^ Papp, John F. "Commodity Summary 2009: Chromium" (PDF). United States Geological Survey. Diakses tanggal 2009-03-17. 
  23. ^ Fleischer, Michael (1982). "New Mineral Names" (PDF). American Mineralogist. 67: 854–860. 
  24. ^ "Chromium (with location data)", Mindat 
  25. ^ "Chromium from Udachnaya-Vostochnaya pipe, Daldyn, Daldyn-Alakit kimberlite field, Saha Republic (Sakha Republic; Yakutia), Eastern-Siberian Region, Russia", Mindat 
  26. ^ Kotaś, J.; Stasicka, Z. (2000). "Chromium occurrence in the environment and methods of its speciation". Environmental Pollution. 107 (3): 263–283. doi:10.1016/S0269-7491(99)00168-2. PMID 15092973. 
  27. ^ Gonzalez, A. R.; Ndung'u, K.; Flegal, A. R. (2005). "Natural Occurrence of Hexavalent Chromium in the Aromas Red Sands Aquifer, California". Environmental Science and Technology. 39 (15): 5505–5511. Bibcode:2005EnST...39.5505G. doi:10.1021/es048835n. PMID 16124280. 
  28. ^ a b c Considine, Glenn D., ed. (2005). "Molybdenum". Van Nostrand's Encyclopedia of Chemistry. New York: Wiley-Interscience. hlm. 1038–1040. ISBN 978-0-471-61525-5. 
  29. ^ Lide, David R., ed. (1994). "Molybdenum". CRC Handbook of Chemistry and Physics. 4. Chemical Rubber Publishing Company. hlm. 18. ISBN 0-8493-0474-1. 
  30. ^ "Tungsten", Mindat 
  31. ^ a b c Papp, John F. "Mineral Yearbook 2015: Chromium" (PDF). United States Geological Survey. Diakses tanggal 2015-06-03. 
  32. ^ a b c Papp, John F. & Lipin, Bruce R. (2006). "Chromite". Industrial Minerals & Rocks: Commodities, Markets, and Uses (edisi ke-7th). SME. ISBN 978-0-87335-233-8. 
  33. ^ Papp, John F. "Mineral Yearbook 2002: Chromium" (PDF). United States Geological Survey. Diakses tanggal 2009-02-16. 
  34. ^ a b c Mineral Commodity Summaries (PDF), U.S. Geological Survey, January 2011, hlm. 176–177 
  35. ^ a b c Holleman, Arnold F.; Wiberg, Egon; Wiberg, Nils (1985). Lehrbuch der Anorganischen Chemie (edisi ke-91–100). Walter de Gruyter. hlm. 1096–1104. ISBN 3-11-007511-3. 
  36. ^ Sebenik, Roger F.; et al. (2005), "Molybdenum and Molybdenum Compounds", Ullmann's Encyclopedia of Chemical Technology, Weinheim: Wiley-VCH, doi:10.1002/14356007.a16_655 
  37. ^ Gupta, C. K. (1992). Extractive Metallurgy of Molybdenum. CRC Press. hlm. 1–2. ISBN 978-0-8493-4758-0. 
  38. ^ "Dynamic Prices and Charts for Molybdenum". InfoMine Inc. 2007. Diakses tanggal 2007-05-07. 
  39. ^ "LME to launch minor metals contracts in H2 2009". London Metal Exchange. 2008-09-04. Archived from the original on 2012-07-22. Diakses tanggal 2009-07-28. 
  40. ^ a b Shedd, Kim B. (2009). "Tungsten (table 15)" (PDF). United States Geological Survey. Diakses tanggal 2011-06-18. 
  41. ^ a b "Tungsten: World Concentrate Production, By Country". IndexMundi. 2014-09-03. Diakses tanggal 2015-08-30. 
  42. ^ Jack Lifton (February 1, 2006), "The Trouble With Tungsten", Resource Investor, diakses tanggal 2017-06-13 
  43. ^ Kristof, Nicholas D. (June 26, 2010), "Death by Gadget", The New York Times 
  44. ^ "The Genocide Behind Your Smart Phone", The Daily Beast, July 16, 2010 
  45. ^ "Work starts on £130m Devon tungsten mine". BBC News, 9 June 2014
  46. ^ Schey, John A. (1987). Introduction to Manufacturing Processes (edisi ke-2nd). McGraw-Hill, Inc. 
  47. ^ Barceloux, Donald G.; Barceloux, Donald (1999). "Chromium". Clinical Toxicology. 37 (2): 173–194. doi:10.1081/CLT-100102418. PMID 10382554. 
  48. ^ a b Eastmond, David A.; MacGregor, J. T.; Slesinski, R. S. (2008). "Trivalent Chromium: Assessing the Genotoxic Risk of an Essential Trace Element and Widely Used Human and Animal Nutritional Supplement". Critical Reviews in Toxicology. 38 (3): 173–190. doi:10.1080/10408440701845401. PMID 18324515. 
  49. ^ Katz, Sidney A.; Salem, H. (1992). "The toxicology of chromium with respect to its chemical speciation: A review". Journal of Applied Toxicology. 13 (3): 217–224. doi:10.1002/jat.2550130314. PMID 8326093. 
  50. ^ "NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards #0141". National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). 
  51. ^ a b "Risk Assessment Information System: Toxicity Summary for Molybdenum". Oak Ridge National Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 19, 2007. Diakses tanggal 2008-04-23. 
  52. ^ "Material Safety Data Sheet – Molybdenum". The REMBAR Company, Inc. 2000-09-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 23, 2007. Diakses tanggal 2007-05-13. 
  53. ^ "Material Safety Data Sheet – Molybdenum Powder". CERAC, Inc. 1994-02-23. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-08. Diakses tanggal 2007-10-19. 
  54. ^ "NIOSH Documentation for ILDHs Molybdenum". National Institute for Occupational Safety and Health. 1996-08-16. Diakses tanggal 2007-05-31. 
  55. ^ "CDC – NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards – Molybdenum". www.cdc.gov. Diakses tanggal 2015-11-20. 
  56. ^ Strigul, N; Koutsospyros, A; Arienti, P; Christodoulatos, C; Dermatas, D; Braida, W (2005). "Effects of tungsten on environmental systems". Chemosphere. 61 (2): 248–58. doi:10.1016/j.chemosphere.2005.01.083. PMID 16168748. 
  57. ^ Koutsospyros, A.; Braida, W.; Christodoulatos, C.; Dermatas, D.; Strigul, N. (2006). "A review of tungsten: From environmental obscurity to scrutiny". Journal of Hazardous Materials. 136 (1): 1–19. doi:10.1016/j.jhazmat.2005.11.007. PMID 16343746. 
  58. ^ Lagarde, F.; Leroy, M. (2002). "Metabolism and toxicity of tungsten in humans and animals". Metal ions in biological systems. 39: 741–59. doi:10.1201/9780203909331.ch22. PMID 11913143.  juga dilaporkan Astrid Sigel; Helmut Sigel (2002). Molybdenum and tungsten: their roles in biological processes. CRC Press. hlm. 741 ff. ISBN 0-8247-0765-6. 
  59. ^ Masten, Scott (2003). "Tungsten and Selected Tungsten Compounds – Review of Toxicological Literature" (PDF). National Institute of Environmental Health Sciences. Diakses tanggal 2009-03-19. 
  60. ^ Marquet, P.; et al. (1997). "Tungsten determination in biological fluids, hair and nails by plasma emission spectrometry in a case of severe acute intoxication in man". Journal of forensic sciences. 42 (3): 527–30. PMID 9144946. 
  61. ^ "CDC – NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards – Tungsten". www.cdc.gov. Diakses tanggal 2015-11-24. 
  62. ^ a b c "Group VIB. Chromium, Molybdenum, Tungsten", meduniv.lviv.ua, diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-15, diakses tanggal 2017-06-13 
  63. ^ a b c d e f g "Chromium". Office of Dietary Supplements, US National Institutes of Health. 2016. Diakses tanggal 26 June 2016. 
  64. ^ Anderson, R. A. (1997). "Chromium as an Essential Nutrient for Humans". Regulatory Toxicology and Pharmacology. 26 (1 Pt 2): S35–S41. doi:10.1006/rtph.1997.1136. PMID 9380836. 
  65. ^ European Food Safety Authority (2014). "Scientific Opinion on Dietary Reference Values for chromium". EFSA Journal. 12 (10): 3845. doi:10.2903/j.efsa.2014.3845. 
  66. ^ Vincent, John B. (2013). "Chapter 6. Chromium: Is It Essential, Pharmacologically Relevant, or Toxic?". Dalam Astrid Sigel; Helmut Sigel; Roland K. O. Sigel. Interrelations between Essential Metal Ions and Human Diseases. Metal Ions in Life Sciences. 13. Springer. hlm. 171–198. doi:10.1007/978-94-007-7500-8_6. 
  67. ^ Bona, Kristin R.; Love, Sharifa; Rhodes, Nicholas R.; McAdory, Deana; Sinha, Sarmistha Halder; Kern, Naomi; Kent, Julia; Strickland, Jessyln; Wilson, Austin; Beaird, Janis; Ramage, James; Rasco, Jane F.; Vincent, John B. (2011). "Chromium is not an essential trace element for mammals: Effects of a "low-chromium" diet". JBIC Journal of Biological Inorganic Chemistry. 16 (3): 381–90. doi:10.1007/s00775-010-0734-y. PMID 21086001. 
  68. ^ Mertz, Walter (1 April 1993). "Chromium in Human Nutrition: A Review". Journal of Nutrition. 123 (4): 626–33. PMID 8463863. 
  69. ^ Wise, Sandra S.; Wise, J. P., Sr (2012). "Chromium and genomic stability". Mutation Research/Fundamental and Molecular Mechanisms of Mutagenesis. 733 (1–2): 78–82. doi:10.1016/j.mrfmmm.2011.12.002. PMC 4138963 . PMID 22192535. 
  70. ^ "ToxFAQs: Chromium". Agency for Toxic Substances & Disease Registry, Centers for Disease Control and Prevention. February 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-08. Diakses tanggal 2007-10-02. 
  71. ^ Vincent, J. B. (17 January 2015). "Is the Pharmacological Mode of Action of Chromium(III) as a Second Messenger?". Biological trace element research. 166 (1): 7–12. doi:10.1007/s12011-015-0231-9. PMID 25595680. 
  72. ^ Vincent, John B. (2010). "Chromium: Celebrating 50 years as an essential element?". Dalton Transactions. 39 (16): 3787–94. doi:10.1039/B920480F. PMID 20372701. 
  73. ^ a b Thor MY; Harnack L; King D; Jasthi B; Pettit J (Dec 2011). "Evaluation of the comprehensiveness and reliability of the chromium composition of foods in the literature". J Food Compost Anal. 24 (8): 1147–1152. doi:10.1016/j.jfca.2011.04.006. PMC 3467697 . PMID 23066174. 
  74. ^ Kamerud KL; Hobbie KA; Anderson KA (Aug 28, 2013). "Stainless Steel Leaches Nickel and Chromium into Foods During Cooking". J Agric Food Chem. 61 (39): 9495–501. doi:10.1021/jf402400v. PMC 4284091 . PMID 23984718. 
  75. ^ Flint GN; Packirisamy S (1997). "Purity of food cooked in stainless steel utensils". Food Addit Contam. 14 (2): 115–26. doi:10.1080/02652039709374506. PMID 9102344. 
  76. ^ Schwarz, Guenter; Belaidi, Abdel A. (2013). "Chapter 13. Molybdenum in Human Health and Disease". Dalam Astrid Sigel; Helmut Sigel; Roland K. O. Sigel. Interrelations between Essential Metal Ions and Human Diseases. Metal Ions in Life Sciences. 13. Springer. hlm. 415–450. doi:10.1007/978-94-007-7500-8_13. 
  77. ^ Mendel, Ralf R. (2009). "Cell biology of molybdenum". BioFactors. 35 (5): 429–34. doi:10.1002/biof.55. PMID 19623604. 
  78. ^ Blaylock Wellness Report, February 2010, page 3.
  79. ^ Cohen, H. J.; Drew, R. T.; Johnson, J. L.; Rajagopalan, K. V. (1973). "Molecular Basis of the Biological Function of Molybdenum. The Relationship between Sulfite Oxidase and the Acute Toxicity of Bisulfite and SO2". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 70 (12 Pt 1–2): 3655–3659. Bibcode:1973PNAS...70.3655C. doi:10.1073/pnas.70.12.3655. PMC 427300 . PMID 4519654. 
  80. ^ Holleman, Arnold F.; Wiberg, Egon (2001). Inorganic chemistry. Academic Press. hlm. 1384. ISBN 0-12-352651-5. 
  81. ^ Curzon, M. E. J.; Kubota, J.; Bibby, B. G. (1971). "Environmental Effects of Molybdenum on Caries" (PDF). Journal of Dental Research. 50 (1): 74–77. doi:10.1177/00220345710500013401. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-06-04. Diakses tanggal 2017-06-14. 
  82. ^ a b Coughlan, M. P. (1983). "The role of molybdenum in human biology". Journal of Inherited Metabolic Disease. 6 (S1): 70–77. doi:10.1007/BF01811327. PMID 6312191. 
  83. ^ Barceloux‌, Donald G.; Barceloux, Donald (1999). "Molybdenum". Clinical Toxicology. 37 (2): 231–237. doi:10.1081/CLT-100102422. PMID 10382558. 
  84. ^ Yang, Chung S. (1980). "Research on Esophageal Cancer in China: a Review" (PDF). Cancer Research. 40 (8 Pt 1): 2633–44. PMID 6992989. 
  85. ^ Nouri, Mohsen; Chalian, Hamid; Bahman, Atiyeh; Mollahajian, Hamid; et al. (2008). "Nail Molybdenum and Zinc Contents in Populations with Low and Moderate Incidence of Esophageal Cancer" (PDF). Archives of Iranian Medicine. 11: 392. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-07-19. Diakses tanggal 2017-06-14. 
  86. ^ Taylor, Philip R.; Li, Bing; Dawsey, Sanford M.; Li, Jun-Yao; Yang, Chung S.; Guo, Wande; Blot, William J. (1994). "Prevention of Esophageal Cancer: The Nutrition Intervention Trials in Linxian, China" (PDF). Cancer Research. 54 (7 Suppl): 2029s–2031s. PMID 8137333. 
  87. ^ Lassner, Erik (1999). Tungsten: Properties, Chemistry, Technology of the Element, Alloys and Chemical Compounds. Springer. hlm. 409–411. ISBN 0-306-45053-4. 
  88. ^ Stiefel, E. I. (1998). "Transition metal sulfur chemistry and its relevance to molybdenum and tungsten enzymes" (PDF). Pure & Appl. Chem. 70 (4): 889–896. doi:10.1351/pac199870040889. 
  89. ^ Khangulov, S. V.; et al. (1998). "Selenium-Containing Formate Dehydrogenase H from Escherichia coli: A Molybdopterin Enzyme That Catalyzes Formate Oxidation without Oxygen Transfer". Biochemistry. 37 (10): 3518–3528. doi:10.1021/bi972177k. PMID 9521673. 
  90. ^ ten Brink, Felix (2014). "Chapter 2. Living on acetylene. A Primordial Energy Source". Dalam Peter M.H. Kroneck; Martha E. Sosa Torres. The Metal-Driven Biogeochemistry of Gaseous Compounds in the Environment. Metal Ions in Life Sciences. 14. Springer. hlm. 15–35. doi:10.1007/978-94-017-9269-1_2. 
  91. ^ Schrader, Thomas; Rienhofer, Annette; Andreesen, Jan R. (1999). "Selenium-containing xanthine dehydrogenase from Eubacterium barkeri". Eur. J. Biochem. 264 (3): 862–71. doi:10.1046/j.1432-1327.1999.00678.x. PMID 10491134. 
  92. ^ Andreesen, J. R.; Makdessi, K. (2008). "Tungsten, the Surprisingly Positively Acting Heavy Metal Element for Prokaryotes". Annals of the New York Academy of Sciences. 1125: 215–229. Bibcode:2008NYASA1125..215A. doi:10.1196/annals.1419.003. PMID 18096847. 
  93. ^ Petkewich, Rachel A. (19 January 2009). "Unease over Tungsten". Chemical & Engineering News. 87 (3): 63–65. doi:10.1021/cen-v087n003.p063. ISSN 0009-2347. 
  94. ^ Inouye, L. S.; et al. (2006). "Tungsten effects on survival, growth, and reproduction in the earthworm, eisenia fetida". Environmental Toxicology & Chemistry. 25 (3): 763. doi:10.1897/04-578R.1. 

Lihat juga sunting