Sepuluh Perintah Allah

Perintah dari Allah
Revisi sejak 30 Mei 2017 17.28 oleh Ign christian (bicara | kontrib) (←Suntingan 112.215.173.198 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot)

Sepuluh Perintah Allah, dikenal pula dengan istilah Sepuluh Firman Allah, Dasa Titah, atau Dekalog (bahasa Yunani: δέκα λόγοι), adalah satu kumpulan prinsip biblika terkait etika dan ibadah, yang memegang suatu peranan penting dalam Yudaisme, Kekristenan, dan Islam. Perintah-perintah ini berisi instruksi untuk beribadah kepada Allah saja, menghormati orang tua sendiri, dan memelihara hari Tuhan, serta larangan terhadap pemberhalaan, penghujatan, pembunuhan, perzinaan, pencurian, ketidakjujuran, dan hasrat akan hal-hal yang dilarang. Masing-masing kelompok keagamaan mungkin memiliki tradisi tersendiri dalam melakukan penafsiran dan penomoran perintah-perintah ini.

This is an image of a copy of the 1675 Ten Commandments, at the Amsterdam Esnoga synagogue, produced on parchment in 1768 by Jekuthiel Sofer, a prolific Jewish eighteenth century scribe in Amsterdam. It has Hebrew language writing in two columns separated between, and surrounded by, ornate flowery patterns.
Perkamen tahun 1768 (612×502 mm) karya Jekuthiel Sofer mengimitasi Sepuluh Perintah Allah 1675 di sinagoga Esnoga Amsterdam.[1]

Disebutkan bahwa kumpulan perintah ini disampaikan oleh Allah kepada bangsa Israel melalui perantaraan Nabi Musa dan ditulis pada kedua loh batu dengan Jari Allah.[2][3] Sepuluh Perintah Allah tercantum dua kali dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama, pertama di Keluaran 20:2-17, kemudian di Ulangan 5:6-21.

Sebagian kalangan membedakan "Dekalog Etika" dengan seri Sepuluh Perintah dalam Keluaran 34 yang dinamakan "Dekalog Ritual".

Terminologi

 
Bagian dari All Souls Deuteronomy, berisi salah satu salinan tertua Dekalog.

Dalam bahasa Ibrani Biblika, Sepuluh Perintah Allah disebut עשרת הדברים (ditransliterasikan aseret ha-d'varîm) dan dalam bahasa Ibrani Rabinik עשרת הדברות (ditransliterasikan asereth ha-dibrot), keduanya dapat diterjemahkan menjadi "kesepuluh kata", "kesepuluh firman" or "kesepuluh hal".[4]

Teks Sepuluh Perintah Allah

Sepuluh Perintah Tuhan ini terdapat juga di dalam Ulangan 5:6-21. Versi Ulangan mengandung sedikit perbedaan dibandingkan dengan versi Keluaran. Dalam Kitab Keluaran dikatakan bahwa perintah untuk merayakan hari Sabat merujuk pada kisah pekerjaan TUHAN Allah pada Penciptaan. TUHAN Allah sendiri bekerja selama enam hari dalam menciptakan langit, bumi dan segala isinya, dan pada hari yang ketujuh TUHAN berhenti bekerja dan memberkati hari itu (Keluaran 20:10-11). Sementara itu dalam Kitab Ulangan, perayaan hari Sabat merujuk pada kisah pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir. Hari Sabat harus dirayakan untuk memberikan kesempatan beristirahat kepada setiap hewan yang ada karena bangsa Israel sendiri pun dulunya adalah bangsa budak yang kemudian diberikan kebebasan oleh Allah. Karena itu, sekarang Israel pun dilarang memperbudak orang lain, dan makhluk lainnya (Ulangan 5:14-15).

Berikut isi kesepuluh perintah tersebut:

20:1Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:
20:2"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
20:13Jangan membunuh.
20:14Jangan berzinah.
20:15Jangan mencuri.
20:16Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Tradisi penomoran

Masing-masing tradisi keagamaan membagi ketujuh belas ayat dari Keluaran 20:1–17 dan persamaannya di Ulangan 5:4–21 menjadi sepuluh "perintah" atau "firman" dengan cara-cara berbeda, sebagaimana diperlihatkan dalam tabel di bawah. Beberapa pihak mengemukakan bahwa angka sepuluh lebih merupakan pilihan untuk membantu menghafalnya daripada persoalan teologis.[5][6]

Tradisi-tradisi:

  • LXX: Septuaginta, umumnya diikuti oleh jemaat Kristen Ortodoks.
  • F: Filo, sama seperti Septuaginta, namun larangan membunuh dan berzina terbalik nomornya.
  • S: Taurat Samaria, dengan satu perintah tambahan mengenai Gunung Gerizim sebagai perintah ke-10.
  • T: Talmud Yahudi, menjadikan "kata pengantar" sebagai "firman" atau "hal" pertama dan menggabungkan larangan beribadah kepada allah-allah lain dengan larangan pemberhalaan.
  • A: Agustinus mengikuti Talmud dalam penggabungan ayat 3–6, namun menghilangkan kata pengantar sebagai suatu perintah dan memisahkan larangan mengingini menjadi dua perintah serta mengikuti susunan kata dari Ulangan 5:21 ketimbang Keluaran 20:17.
  • K: Katekismus Gereja Katolik, sebagian besar mengikuti Agustinus.
  • L: Jemaat Lutheran mengikuti Katekismus Besar Martin Luther, yang mengikuti Agustinus namun menghilangkan larangan terhadap gambar atau "patung"[7] dan menggunakan susunan kata dari Keluaran 20:17 ketimbang Ulangan 5:21 untuk perintah kesembilan dan kesepuluh.
  • R: Jemaat Reformed mengikuti Institutio karya Yohanes Calvin yang mengikuti Septuaginta; sistem ini juga digunakan dalam Buku Doa Umum Anglikan.[8]
Sepuluh Perintah Allah
LXX F S T A K L R Artikel utama Keluaran 20:1-17 Ulangan 5:4-21
1 1 (1) Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. 2[9] 6[9]
1 1 1 2 1 1 1 1 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku 3[10] 7[10]
2 2 1 2 1 1 2 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun 4–6[11] 8–10[12]
3 3 2 3 2 2 2 3 Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan 7[13] 11[13]
4 4 3 4 3 3 3 4 Kuduskanlah hari Sabat 8–11[14] 12–15[15]
5 5 4 5 4 4 4 5 Hormatilah ayahmu dan ibumu 12[16] 16[17]
6 7 5 6 5 5 5 6 Jangan membunuh 13[18] 17[18]
7 6 6 7 6 6 6 7 Jangan berzinah 14[19] 18[20]
8 8 7 8 7 7 7 8 Jangan mencuri 15[21] 19[22]
9 9 8 9 8 8 8 9 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu 16[23] 20[24]
10 10 9 10 10 10 9 10 Jangan mengingini (rumah sesamamu) 17a[25] 21b[26]
10 10 9 10 9 9 10 10 Jangan mengingini (istri sesamamu) 17b[27] 21a[28]
10 10 9 10 10 10 10 10 Jangan mengingini (hamba, hewan, atau apapun yang dipunyai sesamamu) 17c[29] 21c[30]
10 Haruslah kamu mendirikan altar yang kuperintahkan kepadamu di atas Gunung Gerizim 17d (Samaria) 21d (Samaria)

Penafsiran keagamaan

Kekristenan

Kebanyakan tradisi dalam Kekristenan berpegang pada pandangan bahwa Sepuluh Perintah Allah memiliki otoritas ilahi dan terus berlaku sampai kapan saja, kendati masing-masing tradisi mungkin memiliki penafsiran berbeda dan pemanfaatan tersendiri.[31] Dalam hampir sepanjang sejarah Kekristenan, dekalog ini dipandang sebagai suatu ringkasan hukum Allah dan tolok ukur perilaku, pusat kehidupan Kristen, kesalehan, serta ibadah.[32]

Referensi dalam Perjanjian Baru

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus secara eksplisit merujuk larangan terhadap pembunuhan dan perzinaan. Dalam Matius 19:16-19, Yesus mengulang kembali lima perintah dari Sepuluh Perintah Allah, diikuti oleh perintah yang disebut "hukum yang kedua" (Matius 22:34-40) setelah "hukum yang terutama dan yang pertama".

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

— Matius 19:16-19

Dalam Surat Roma, Rasul Paulus juga menyebutkan lima perintah dari Sepuluh Perintah Allah dan menghubungkannya dengan perintah mengasihi sesama.

Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.

— Roma 13:8-10

Katolik

Dalam pandangan Gereja Katolik, Yesus membebaskan umat Kristen dari seluruh hukum agama Yahudi, tetapi tidak dari kewajiban mereka untuk memelihara Sepuluh Perintah Allah.[33] Dikatakan bahwa perintah-perintah ini diberikan untuk tatanan moral, sementara kisah penciptaan adalah untuk tatanan alam atau kodrati.[33]

Menurut Katekismus Gereja Katolik, yang adalah pemaparan resmi keyakinan Kristiani Gereja Katolik, Sepuluh Perintah Allah dipandang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan rohani yang baik,[34] serta berfungsi sebagai dasar bagi keadilan sosial.[35] Ajaran Gereja mengenai Sepuluh Perintah Allah utamanya didasarkan pada Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja awal.[36] Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengakui keabsahan perintah-perintah ini dan menginstruksikan murid-murid-Nya untuk melangkah lebih jauh, mensyaratkan suatu kebenaran yang melebihi daripada para ahli kitab dan Farisi.[37] Perintah-perintah ini dirangkum oleh Yesus menjadi dua "hukum kasih" yang mengajarkan untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama,[38] menginstruksikan setiap individu untuk mempertahankan relasi yang baik dengan keduanya.

Teks lengkap Sepuluh Perintah Allah beserta penjelasannya terdapat dalam Katekismus Gereja Katolik seksi 2052-2552. Buku Puji Syukur mencantumkan teks dekalog secara ringkas:[39]

  1. Akulah Tuhan, Allahmu, Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.
  2. Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.
  3. Kuduskanlah hari Tuhan.
  4. Hormatilah ibu-bapamu.
  5. Jangan membunuh.
  6. Jangan berzinah.
  7. Jangan mencuri.
  8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.
  9. Jangan mengingini istri sesamamu.
  10. Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.

Ortodoks

Kebenaran-kebenaran moral yang dipegang Gereja Ortodoks Timur utamanya terkandung dalam Sepuluh Perintah Allah.[40] Pengakuan dosa diawali dengan pembacaan Sepuluh Perintah Allah oleh bapa pengakuan (imam yang mendengarkan pengakuan dosa), dan ia menanyakan peniten perintah apa saja yang telah dilanggar.[41]

Protestan

Kendati menolak teologi moral Katolik Roma, dengan memberi penekanan lebih pada hukum alkitabiah dan injil, para teolog Protestan awal tetap mempertahankan Sepuluh Perintah Allah sebagai titik awal kehidupan moral Kristen.[42] Masing-masing denominasi Kristen memiliki keragaman dalam hal bagaimana mereka menerjemahkan prinsip-prinsip dasar ini ke dalam hal-hal spesifik yang membentuk suatu etika Kristen yang sepenuhnya.[42] Sementara kalangan Katolik menekankan tindakan untuk melaksanakan Sepuluh Perintah Allah, kalangan Protestan menggunakan Sepuluh Perintah Allah dengan maksud menguraikan kehidupan Kristen kepada setiap orang, dan membuat setiap orang menyadari, melalui kegagalan mereka menjalani kehidupan tersebut, bahwa mereka tidak mampu melakukannya sendiri.[42]

 
Sebuah sekolah Kristen di India memajang Sepuluh Perintah Allah.

Dalam teks Sepuluh Perintah Allah yang banyak digunakan kalangan Protestan, bagian pertama sampai keempat mengatur tentang hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan perintah kelima sampai kesepuluh mengatur hubungan manusia dengan sesama:

  1. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku
  2. Jangan membuat patung untuk disembah
  3. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan
  4. Kuduskanlah hari Sabat
  5. Hormatilah Orang tua mu
  6. Jangan membunuh
  7. Jangan berzinah
  8. Jangan mencuri
  9. Jangan berdusta
  10. Jangan mengingini milik orang lain.
Lutheran

Pembagian perintah-perintah ini oleh Lutheran mengikuti yang ditetapkan oleh St. Agustinus, menyusul yang kelak menjadi pembagian para ahli kitab dalam sinagoga saat ini. Tiga perintah pertama mengatur hubungan antara Allah dengan manusia, perintah keempat sampai kedelapan mengatur hubungan bermasyarakat antar manusia, dan dua perintah terakhir mengatur pikiran-pikiran personal. Lihat Katekismus Kecil[43] dan Katekismus Besar Martin Luther.[7]

Islam

Dalam Islam, Nabi Musa adalah salah seorang nabi Allah. Meskipun Islam menganggap bahwa kandungan teks yang terdapat dalam Taurat dan Injil telah dicemari kecuaian dan kepentingan, pesanan daripada Taurat dan Injil masih terdapat dalam Qur'an dalam bentuk yang hampir serupa. Sepuluh Rukun tidak disebut di dalam al-Qur'an, namun kandungannya terdapat di dalam ayat Qur'an (Rukun mengikut turutan):

  1. "...sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah."(47:19)
  2. "Wahai Tuhanku! jadikanlah negeri Mekah ini negeri yang aman dan jauhkanlah daku dan anak-anakku dari perbuatan menyembah berhala." (14:35)
  3. "Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpah kamu sebagai benteng yang menghalangi kamu daripada berbuat baik dan bertakwa, serta mendamaikan perbalahan antara sesama manusia." (2:224)
  4. "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diserukan azan (bang) untuk mengerjakan sembahyang pada hari Jumaat, maka segeralah kamu pergi (ke masjid) untuk mengingati Allah (dengan mengerjakan sembahyang jumaat) dan tinggalkanlah berjual beli (pada saat itu)..." (62:9)
    Sabat dihapuskan dengan penurunan Quran. Orang Islam diberitahu di dalam al-Qur'an bahawa Sabat (Sabtu) hanya diperintahkan bagi kaum Yahudi. (16:124) Tuhan, walau bagaimanapun, memerintahkan orang Islam untuk bersegera dan meninggalkan urusan untuk menghadiri ibadah sembahyan Jumaat. Mereka boleh meneruskan urusan kemudian pada hari tersebut.
  5. "....hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan "Ha" dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (17:23)
  6. "....sesiapa yang membunuh seorang manusia dengan tiada alasan yang membolehkan membunuh orang itu atau (kerana) melakukan kerosakan di muka bumi, maka seolah-olah dia telah membunuh manusia semuanya." (5:32)
  7. "Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat." (17:32)
  8. "Dan orang lelaki yang mencuri dan orang perempuan yang mencuri maka (hukumnya) potonglah tangan mereka sebagai satu balasan dengan sebab apa yang mereka telah usahakan, (juga sebagai) suatu hukuman pencegah dari Allah dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. " (5:38)
  9. "...janganlah kamu (wahai orang-orang yang menjadi saksi) menyembunyikan perkara yang dipersaksikan itu dan sesiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya dia adalah orang yang berdosa hatinya dan (ingatlah), Allah sentiasa Mengetahui akan apa yang kamu kerjakan" (2:283)
  10. "Dan janganlah engkau menujukan pandangan kedua matamu dengan keinginan kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka yang kafir itu menikmatinya, yang merupakan keindahan kehidupan dunia ini, untuk Kami menguji mereka padanya; sedang limpah kurnia Tuhanmu di akhirat lebih baik dan lebih kekal." (20:131)

Juga boleh diperhatikan dalam surah ke-17, "Al-Israa" ("Perjalanan Malam"), ayat 22-37, Qur'an memberikan satu set ketetapan moral bahawa "antara ajaran yang bijaksana, yang Tuhanmu telah berikan kepada kamu" boleh dikategorikan dalam sepuluh bilangan. Hendaklah diingat ayat ini tidak dianggap oleh sarjana Islam sebagai bahagian lain daripada ajaran akhlak dalam al-Qur'an, mahupun sebagai ganti kepada yang lain.

  1. Sembah hanya satu Tuhan: Janganlah engkau adakan tuhan yang lain bersama Allah (dalam ibadatmu), kerana akibatnya engkau akan tinggal dalam keadaan tercela dan kecewa dari mendapat pertolongan.. (17:22)
  2. Berbaiklah, hormati dan merendah diri kepada ibu bapa: Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun perkataan "Ha" dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun). (17:23) Dan hendaklah engkau merendah diri kepada keduanya kerana belas kasihan dan kasih sayangmu dan doakanlah (untuk mereka, dengan berkata): "Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil." (17:24)
  3. Janganlah kedekut atau membazir dalam perbelanjaan: Dan berikanlah kepada kerabatmu dan orang miskin serta orang musafir akan haknya masing-masing dan janganlah engkau membelanjakan hartamu dengan boros yang melampau. (17:26) Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara Syaitan, sedang Syaitan itu pula adalah makhluk yang sangat kufur kepada Tuhannya. (17:27) Dan jika engkau terpaksa berpaling tidak melayani mereka, kerana menunggu rezeki dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka kata-kata yang menyenangkan hati. (17:28) Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu dan janganlah pula engkau menghulurkannya dengan sehabis-habisnya, kerana akibatnya akan tinggallah engkau dengan keadaan yang tercela serta kering keputusan. (17:29)
  4. Jangan terlibat dalam 'pembunuhan' kerana takut kebuluran: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana takutkan kepapaan; Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya perbuatan membunuh mereka adalah satu kesalahan yang besar. (17:31)
  5. Jangan lakukan perzinaan: Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat (yang membawa kerosakan). (17:32)
  6. Jangan membunuh sesuka hati: Dan janganlah kamu membunuh diri seseorang manusia yang diharamkan oleh Allah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar dan sesiapa yang dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan warisannya berkuasa menuntut balas. Dalam pada itu, janganlah dia melampau dalam menuntut balas bunuh itu, kerana sesungguhnya dia adalah mendapat sepenuh-penuh pertolongan (menurut hukum Syarak). (17:33)
  7. Prihatin terhadap anak-anak yatim: Dan janganlah kamu menghampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik (untuk mengawal dan mengembangkannya), sehingga dia baligh (dewasa, serta layak mengurus hartanya dengan sendiri)...(17:34)
  8. Mengotakan janji: ...dan sempurnakanlah perjanjian (dengan Allah dan dengan manusia), sesungguhnya perjanjian itu akan ditanya. (17:34)
  9. Berlaku jujur dan adil dalam perhubungan: Dan sempurnakanlah sukatan apabila kamu menyukat dan timbanglah dengan timbangan yang adil. Yang demikian itu baik (kesannya bagi kamu di dunia) dan sebaik baik kesudahan (yang mendatangkan pahala di akhirat kelak). (17:35)
  10. Janganlah bongkak: Dan janganlah engkau mengikut apa yang engkau tidak mempunyai pengetahuan mengenainya; sesungguhnya pendengaran dan penglihatan serta hati, semua anggota-anggota itu tetap akan ditanya tentang apa yang dilakukannya. (17:36) Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan berlagak sombong, kerana sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembusi bumi dan engkau tidak akan dapat menyamai setinggi gunung-ganang. (17:37)

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Belanda) "UBA: Rosenthaliana 1768". Diakses tanggal 26 April 2012. 
  2. ^ (Inggris) Addis, William Edward; Arnold, Thomas (1884). A Catholic Dictionary. Princeton University Press. hlm. 195. 
  3. ^ Ulangan 4:13
  4. ^ (Inggris) Rooker, Mark (2010). The Ten Commandments: Ethics for the Twenty-First Century. Nashville, Tennessee: B&H Publishing Group. hlm. 3. ISBN 0-8054-4716-4. Diakses tanggal 2011-10-02. The Ten Commandments are literally the "Ten Words" (ăśeret hadděbārîm) in Hebrew. The use of the term dābār, "word," in this phrase distinguishes these laws from the rest of the commandments (mişwâ), statutes (hōq), and regulations (mišpāţ) in the Old Testament. 
  5. ^ (Inggris) Chan, Yiu Sing Lúcás (2012). The Ten Commandments and the Beatitudes. Lantham, MA: Rowman & Littlefield. hlm. 38, 241. 
  6. ^ (Inggris) Block, Daniel I. (2012). "The Decalogue in the Hebrew Scriptures". Dalam Greenman, Jeffrey P.; Larsen, Timothy. The Decalogue Through the Centuries: From the Hebrew Scriptures to Benedict XVI. Westminster John Knox Press. hlm. 1–27. ISBN 0-664-23490-9. 
  7. ^ a b (Inggris) Luther's Large Catechism (1529)
  8. ^ (Inggris) Fincham, Kenneth; Lake, Peter (editors) (2006). Religious Politics in Post-reformation England. Woodbridge, Suffolk: The Boydell Press. hlm. 42. ISBN 1-84383-253-4. 
  9. ^ a b Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
  10. ^ a b You shall have no other gods before me.
  11. ^ Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
  12. ^ Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
  13. ^ a b Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
  14. ^ Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
  15. ^ Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
  16. ^ Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
  17. ^ Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
  18. ^ a b Jangan membunuh.
  19. ^ Jangan berzinah.
  20. ^ Jangan berzinah.
  21. ^ Jangan mencuri.
  22. ^ Jangan mencuri.
  23. ^ Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
  24. ^ Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
  25. ^ Jangan mengingini rumah sesamamu;
  26. ^ dan jangan menghasratkan rumahnya,
  27. ^ jangan mengingini isterinya,
  28. ^ Jangan mengingini isteri sesamamu,
  29. ^ atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
  30. ^ atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
  31. ^ (Inggris) Braaten, Carl E.; Seitz, Christopher (2005). "Preface". I Am the Lord Your God. Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans. hlm. x.  – via Questia (perlu berlangganan)
  32. ^ (Inggris) Turner, Philip (2005). "The Ten Commandments in the Church in a Postmodern World". Dalam Braaten, Carl E.; Seitz, Christopher. I Am the Lord Your God. Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans. hlm. 3.  – via Questia (perlu berlangganan)
  33. ^ a b (Inggris) Peter Kreeft, Catholic Christianity: A Complete Catechism of Catholic Beliefs Based on the Catechism of the Catholic Church, ch. 5. Ignatius Press (2001). ISBN 0-89870-798-6
  34. ^ (Inggris) Kreeft, Peter (2001). Catholic Christianity. Ignatius Press. ISBN 0-89870-798-6.  pp. 201–203 (Google preview p.201)
  35. ^ (Inggris) Carmody, Timothy R. (2004). Reading the Bible. Paulist Press. ISBN 978-0-8091-4189-0.  p. 82
  36. ^ (Inggris) "Paragraphs 2052–2074", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  37. ^ (Inggris) Kreeft, Peter (2001). Catholic Christianity. Ignatius Press. ISBN 0-89870-798-6.  p. 202 (Google preview p.202)
  38. ^ Schreck, Alan (1999). The Essential Catholic Catechism. Servant Publications. ISBN 1-56955-128-6.  p. 303
  39. ^ Puji Syukur, halaman 5. Keuskupan Agung Jakarta, 2005.
  40. ^ (Inggris) Sebastian Dabovich, Preaching in the Russian Church, p. 65. Cubery (1899).
  41. ^ (Inggris) Alexander Hugh Hore, Eighteen Centuries of the Orthodox Church, p. 36. J. Parker and Co. (1899).
  42. ^ a b c (Inggris) Timothy Sedgwick, The Christian Moral Life: Practices of Piety, pp. 9–20. Church Publishing (2008). ISBN 1-59627-100-0
  43. ^ (Inggris) Luther's Small Catechism (1529)

Bacaan tambahan

  • (Inggris) Aaron, David H (2006). Etched in Stone: The Emergence of the Decalogue. Continuum. ISBN 0-567-02791-0. 
  • (Inggris) Abdrushin (2009). The Ten Commandments of God and the Lord's Prayer. Grail Foundation Press. ISBN 1-57461-004-X.  http://the10com.org/index.html
  • (Inggris) Barenboim, Peter (2005), Biblical Roots of Separation of Powers, Moscow: Letny Sad, ISBN 5-94381-123-0 .
  • (Inggris) Boltwood, Emily (2012). 10 Simple Rules of the House of Gloria. Tate Publishing. ISBN 978-1-62024-840-9. 
  • (Inggris) Freedman, David Noel (2000). The Nine Commandments. Uncovering a Hidden Pattern of Crime and Punishment in the Hebrew Bible. Doubleday. ISBN 0-385-49986-8. 
  • (Inggris) Friedman, Richard Elliott (1987). Who Wrote the Bible?. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. ISBN 0-671-63161-6. 
  • (Inggris) Hazony, David (2010). The Ten Commandments: How Our Most Ancient Moral Text Can Renew Modern Life. New York: Scribner. ISBN 1-4165-6235-4. 
  • (Inggris) Kaufmann, Yehezkel (1960). The Religion of Israel, From Its Beginnings To the Babylonian Exile. trans. Moshe Greenberg. Chicago: University of Chicago Press. 
  • (Inggris) Kuntz, Paul Grimley (2004). The Ten Commandments in History: Mosaic Paradigms for a Well-Ordered Society. Wm B Eerdmans Publishing, Emory University Studies in Law and Religion. ISBN 0-8028-2660-1. 
  • (Inggris) Markl, Dominik (2012): "The Decalogue in History: A Preliminary Survey of the Fields and Genres of its Reception", in: Zeitschrift für Altorientalische und Biblische Rechtsgeschichte – vol. 18, nº., pp. 279–293. (pdf)
  • (Inggris) Markl, Dominik (ed.) (2013). The Decalogue and its Cultural Influence. Sheffield: Sheffield Phoenix Press. ISBN 978-1-909697-06-5. 
  • (Inggris) Mendenhall, George E (1973). The Tenth Generation: The Origins of the Biblical Tradition. Baltimore: Johns Hopkins University Press. ISBN 0-8018-1267-4. 
  • (Inggris) Mendenhall, George E (2001). Ancient Israel's Faith and History: An Introduction To the Bible In Context. Louisville: Westminster John Knox Press. ISBN 0-664-22313-3. 
  • (Inggris) Watts, James W. (2004). "Ten Commandments Monuments and the Rivalry of Iconic Texts" (PDF). Journal of Religion and Society. 6. Diakses tanggal 2014-08-27. 

Pranala luar