Operasi Madago Raya

Operasi militer untuk menumpas kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur
Revisi sejak 24 Desember 2019 05.57 oleh Nurdin pase (bicara | kontrib)

Operasi Tinombala (bahasa Inggris: Operation Tinombala), adalah operasi yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) pada tahun 2016 di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Operasi ini melibatkan satuan Brimob, Kostrad, Marinir, Raider, dan Kopassus.[9]

Operasi Tinombala
Bagian dari Operasi Anti-Terorisme di Indonesia
Berkas:Operation Tinombala 2016 Logo.svg
Logo resmi Operasi Tinombala
Tanggal10 Januari 2016 - sekarang
LokasiKabupaten Poso, Indonesia
Hasil Santoso tewas[1]
Pihak terlibat
Indonesia Indonesia Mujahidin Indonesia Timur
Tokoh dan pemimpin
Indonesia Joko Widodo
Indonesia Tito Karnavian
Indonesia Hadi Tjahjanto
Indonesia Lukman Wahyu Hariyanto
Indonesia Agus Sasmita
Indonesia Darno
Indonesia Catur Sutoyo
Ali Kalora[a]
Santoso 
Basri - DT[3]
Pasukan

Polri

Berkas:Lambang Korps Brimob.png Brigade Mobil

TNI

TNI-AD
Mujahidin Indonesia Timur
Faksi Santoso-Basri
Faksi Ali Kalora
Kekuatan
± 3.000 personel 40-an
18[4] (Juli 2016)
14[5] (Agustus 2016)
11 (September 2016)
10 (Oktober 2016)
9 (November 2016)
7 (Mei 2017)
10 (Desember 2018)
14 (Januari 2019)
9 (Maret 2019)
10 (November 2019)
Korban
1 orang polisi tewas[6]
14 orang TNI tewas[7]
1 helikopter jatuh
34 orang ditangkap, menyerahkan diri, maupun tewas[8]

Menurut TNI dan Polri, Operasi Tinombala berhasil membatasi ruang gerak kelompok Santoso dan membuat mereka berada dalam kondisi "terjepit dan kelaparan".[10] Pada tanggal 18 Juli 2016, Santoso alias Abu Wardah tewas ditembak oleh Satuan Tugas Operasi Tinombala setelah terjadinya baku tembak di wilayah desa Tambarana.[11]

Tujuan

Operasi Tinombala bertujuan untuk menangkap kelompok teroris Santoso. Operasi Tinombala dimulai pada tanggal 10 Januari 2016[12] dan merupakan kelanjutan dari Operasi Camar Maleo IV.[10] Operasi ini melibatkan sekitar 2.000 personel.[9] Operasi Tinombala pada awalnya dijadwalkan selesai pada tanggal 9 Maret 2016, tetapi operasi ini kemudian diperpanjang selama enam bulan.[13]

Operasi

Penyergapan Sangginora

Pada 9 Februari 2016, kontak tembak jarak dekat pertama dalam Operasi Tinombala terjadi. Sebuah mobil misterius dengan kaca tertutup berhenti di desa Sangginora, Poso Pesisir Selatan. Mereka berhenti di kios dan membeli perbekalan di luar batas kewajaran. Pemilik kios curiga dan melaporkan mobil tersebut kepada Satgas Tinombala yang terdekat. 6 orang personel gabungan TNI-Polri kemudian mendatangi mobil tersebut. Brigadir Wahyudi Saputra yang mengetuk kaca mobil, secara tiba-tiba ditembak dari dalam mobil oleh terduga teroris. Melihat Wahyudi jatuh tersungkur, 5 anggota TNI-Polri lainnya langsung menembak ke arah mobil misterius tersebut, menewaskan 2 teroris di dalamnya. Wahyudi tewas saat dilarikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Poso akibat luka tembak di dagu kiri dan menembus leher belakang.[butuh rujukan]

Kecelakaan Helikopter TNI-AD

 
Kolonel Inf. Syaiful Anwar tewas dalam kecelakaan helikopter

Pada 20 Maret 2016, Helikopter Bell 412 milik TNI-AD yang sedang dalam perjalanan menuju Kota Poso dari Watutau, tersambar petir di Kelurahan Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso. Kecelakaan ini menewaskan Danrem 132/Tadulako Kolonel Inf. Syaiful Anwar bersama 12 penumpang dan awak lainnya yang naik di Helikopter ini.[14][15]

Kepala Pusat Penerangan TNI saat itu, Mayjen. TNI Tatang Sulaiman menyatakan bahwa saat helikopter itu jatuh, cuaca dalam kondisi hujan. Keberadaan mereka di Poso untuk melaksanakan operasi bantuan kepada Polri yang sedang memberantas kelompok teroris Santoso.[16]

Atas perintah langsung dari Presiden Joko Widodo kepada Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, seluruh korban dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata (TMPN), Jakarta Selatan. Upacara militer dilakukan untuk mengiringi prajurit yang gugur saat operasi Tinombala. Dalam upacara tersebut, belasan prajurit TNI dan Polri membentuk barisan penembak salvo. Upacara pemakaman secara militer dilaksanakan sekitar pukul 12.00 WIB. Upacara pemakaman dipimpin oleh Mayjen. TNI Muhammad Herindra untuk yang beragama Islam, dan Brigjen. TNI Benny Susianto untuk prajurit yang beragama Kristen.[7]

Selain itu, TNI memberikan santunan kepada keluarga korban dan biaya pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi kepada anak-anak prajurit TNI yang gugur di Poso, termasuk kepada keluarga Kolonel Syaiful Anwar, yang pada akhirnya pangkatnya dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal TNI (Anumerta).[17]

Kematian Santoso

Pada 18 Juli 2016, kontak tembak terjadi di pegunungan sekitar Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, sekitar pukul 17.00 WITA. Dalam baku tembak yang berlangsung sekitar setengah jam itu, dua orang tewas, dan mereka adalah Santoso dan Mukhtar.[18]

Basri yang awalnya diperkirakan tewas (belakangan ternyata Mukhtar), berhasil kabur. Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala Kombes (Pol.) Leo Bona Lubis mengungkapkan, kepastian Santoso tewas diperoleh dari hasil identifikasi fisik luar dan dari keterangan saksi-saksi.[18]

"Saya selaku kepala operasi menyatakan bahwa hasil kontak tembak, salah satu (korban tewas) adalah DPO yang selama ini dicari, yaitu gembong teroris Santoso dan Mukhtar yang masuk dalam daftar pencarian orang." Kombes (Pol.) Leo Bona Lubis, Wakapolda Sulawesi Tengah[18]

 
Santoso tewas dalam Operasi Alfa 29

Penyerbuan terhadap kelompok Santoso dilakukan sekitar pukul 16.00 WITA oleh anggota satgas bersandi Alfa-29 yang terdiri atas sembilan orang prajurit Yonif Raider 515/Kostrad. Saat melaksanakan patroli di pegunungan Desa Tambarana, mereka menemukan sebuah gubuk dan melihat beberapa orang tidak dikenal sedang mengambil sayur dan ubi untuk menutup jejak.[19]

Mereka juga menemukan jejak di sungai dan terlihat tiga orang di sebelah sungai namun langsung menghilang. Tim satgas ini kemudian berupaya mendekati orang-orang tak dikenal itu dengan senyap. Setelah berada dalam jarak sekitar 30 meter, mereka kemudian terlibat kontak senjata sekitar 30 menit. Setelah dilakukan penyisiran seusai baku tembak, ditemukan dua jenazah dan sepucuk senjata api laras panjang. Sedangkan tiga orang lainnya berhasil kabur.[20]

Dua jenazah, yakni Santoso dan Mukhtar, kemudian dievakuasi pada Selasa pagi ke Polsek Tambarana, Poso Pesisir Utara. Hanya beberapa menit di Polsek Tambarana, jenazah kedua buronan dalam kasus terorisme itu diterbangkan dengan sebuah helikopter menuju Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu.[20]

Penangkapan Basri dan kematian anggota lainnya

Pada 14 September 2016, Basri bersama istrinya ditangkap oleh Satgas Operasi Tinombala. Mereka ditangkap tanpa melakukan perlawanan sama sekali. Dia dan istrinya kemudian di bawa ke Palu untuk diperiksa atas keterlibatannya dalam kelompok Santoso.[21]

Pada 14 September 2016, seorang terduga teroris ditemukan tewas di pinggir Sungai Puna di desa Tangkura, Poso Pesisir Selatan, sekitar pukul 9:30 pagi waktu lokal (WITA).[22] Orang tersebut kemudian diidentifikasi sebagai Andika Eka Putra, salah satu DPO.

Berdasarkan informasi dari Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi, Andika tewas karena kepalanya terbentur batu pada saat dia akan menyeberangi sungai. Tim satgas kemudian diturunkan ke lokasi untuk mengambil jenazah dan dibawa ke RSUD Poso.[22][23]

Pada 19 September 2016, Satgas Operasi Tinombala Charlie 16, sedang berpatroli di wilayah perkebunan Tombua dan tiba-tiba bertemu dengan Sobron, salah satu DPO. Sobron kemudian terpojok dan mengambil granat dari sakunya dan berteriak, "Allahu Akbar!" setelah dia diminta untuk menyerah. Belum sempat melempar granat tersebut, Satgas kemudian menembaknya di kepala karena dia tidak mau menyerah. Di tubuhnya ditemukan empat granat dan dua machete.[8]

Pada tanggal 10 November 2016, Yono Sayur ditembak mati oleh pasukan gabungan setelah sebelumnya mencoba melarikan diri.[24]

Satuan Tugas Operasi Tinombala

Pusat

Satuan Tugas Operasi Tinombala di pusat dikoordinasikan oleh Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian bersama dengan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri Jenderal Pol. Tito Karnavian[b] Kepala Kepolisian Republik Indonesia
  TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto Panglima Tentara Nasional Indonesia

Sulawesi Tengah

Penanggungjawab Satuan Tugas Operasi Tinombala dipimpin oleh Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen. Pol. Lukman Wahyu Hariyanto, dan diwakili oleh Wakapolda Sulawesi Tengah Kombes. Pol. Setyo Boedi Moempoeni Harso. Yang bertindak sebagai kepala operasi adalah Kombes. Pol. Susnadi, dan wakilnya adalah Danrem 132/Tadulako Kolonel. Inf. Agus Sasmita.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri Brigjen. Pol. Lukman Wahyu Hariyanto Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala
  Polri Kombes. Pol. Setyo Boedi Moempoeni Harso Wakil Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala
  Polri Kombes. Pol. Susnadi Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala
  TNI Kolonel. Inf. Agus Sasmita Wakil Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala

Poso

Satuan Tugas Operasi Tinombala di Poso dikoordinasikan oleh Kapolres Poso AKBP Darno bersama dengan Dandim 1307/Poso Letkol. Inf. Catur Sutoyo.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri AKBP Darno Kepala Kepolisian Resor Poso
  TNI Letkol. Inf. Catur Sutoyo Komandan Kodim 1307/Poso

Mantan anggota

Para perwira tinggi dan menengah TNI-Polri di bawah ini setidaknya pernah menjadi bagian dalam operasi ini.

Lambang Institusi Nama Jabatan
  Polri Jenderal Pol. Badrodin Haiti[c] Kepala Kepolisian Republik Indonesia
  TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Panglima Tentara Nasional Indonesia
  TNI Brigjen. TNI (Anumerta) TNI Syaiful Anwar[d] Danrem 132/Tadulako
  Polri Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi[e] Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala
  TNI Brigjen. TNI Ilyas Alamsyah[f] Wakil Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala
  Polri Kombes. Pol. Leo Bona Lubis Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala
  TNI Kolonel Inf. Muhammad Saleh Mustafa[g] Wakil Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala
  Polri Brigjen. Pol. I Ketut Argawa[h] Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala
  TNI Kombes. Pol. M. Aris Purnomo Wakil Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala
  Polri Kombes. Pol. Djadjuli Kepala Satuan Tugas Operasi Tinombala
  TNI Kolonel Inf. Agus Subiyanto Wakil Penanggung Jawab Satuan Tugas Operasi Tinombala

Reaksi

Indonesia

Militer

  •   Indonesia - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengungkapkan, prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari sebelumnya untuk memburu kelompok Santoso. Mereka membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Atas kesuksesan operasi Alfa 29, seluruh aparat yang terlibat dalam Satgas Tinombala akan mendapat kenaikan pangkat luar biasa.[19]

Pengamat

  •   Indonesia - Pengamat kepolisian Karel Susetyo menilai ada urgensi untuk memperpanjang masa Operasi Tinombala. Menurut Karel, Presiden Jokowi harus mengevaluasi terlebih dahulu apa yang telah dilakukan oleh Polri dalam operasi tersebut. Karena hanya dengan luas hutan seluas 830 hektar, tapi Polri kesulitan menangkap sisa kelompok Santoso yang tergabung dalam kelompok kecil.[25]
  •   Indonesia - Direktur Celebes Intitute Adriani Badrah menilai, Operasi Tinombala sudah tidak efektif lagi. Alasannya, pola operasi cenderung represif sehingga dia mengusulkan untuk diubah ke pola yang lebih persuasif untuk mengurangi lebih banyak korban dan pertumpahan darah.[25]
  •   Indonesia - Pengamat terorisme dari The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menyampaikan lima analisis terhadap kematian Santoso. Pertama, eksistensi perlawanan kelompok teroris MIT akan menurun drastis karena Santoso adalah simbol sekaligus simpul perlawanan di belantara hutan Poso selama ini. Kedua, di Indonesia ada tiga tempat seksi untuk gerilya yaitu Sulawesi, Aceh dan Papua. Ketika sosok Santoso tidak ada lagi maka perlawanan teroris di Sulawesi akan memudar, dan peluang terciptanya kedamaian di Poso pun terbuka. Ketiga, tidak ada lagi 'Santoso-Santoso' baru yang muncul karena pilihan pribadi dengan latar belakang dendam atau kreasi dari kelompok tertentu karena visi politiknya ke depan. Keempat, Operasi Tinombala harus segera dihentikan karena target utamanya di Poso telah didapatkan. Terakhir, meninggalnya Santoso menjadi pelajaran bagi Pemerintah Indonesia agar menggunakan pendekatan disengagement of violence atau menjauhkan seseorang dari aksi-aksi kekerasan dan meninggalkan metode enforcement atau penindakan.[26]

ISIS

Internasional

  •   Amerika Serikat - Amerika Serikat mendukung penuh tindakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sebelumnya telah menyatakan bahwa MIT adalah organisasi teroris.[39] Santoso juga masuk dalam Daftar Teroris Global (SDGT) Amerika Serikat. Sebagai konsekuensi dari pencatatan itu, semua bentuk properti di daerah yurisdiksi AS yang mengatasnamakan Santoso akan diblokir.[40]
  •   Perserikatan Bangsa-Bangsa - PBB mendukung tindakan Pemerintah Indonesia, karena MIT sendiri telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah Komite Sanksi Al-Qaeda pada 29 September 2015.[41]

Catatan kaki

  1. ^ Ali Kalora menjadi pemimpin Mujahidin Indonesia Timur menggantikan Santoso.[2]
  2. ^ Jenderal Pol. Tito Karnavian menggantikan Jenderal Pol. Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.
  3. ^ Memasuki masa pensiun.
  4. ^ Meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter.
  5. ^ Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi menggantikan Brigjen. Pol. Idham Azis yang pindah tugas.
  6. ^ Mantan Danrem 132/Tadulako.
  7. ^ Kolonel Inf. Muhammad Saleh Mustafa menggantikan Kolonel Inf. Syaiful Anwar yang meninggal karena kecelakaan.
  8. ^ Brigjen. Pol. I Ketut Argawa menggantikan Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi yang pindah tugas.

Referensi

  1. ^ "Report on Santoso's death". Diakses tanggal 19 July 2016. 
  2. ^ "Polri Sebut Ali Kalora Jadi Pengganti Santoso". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2015-07-19. 
  3. ^ "Sosok Basri, Tangan Kanan Santoso". Vivanews. Diakses tanggal 2016-07-19. 
  4. ^ "Mabes Polri: Masih Ada 18 Orang Anggota Santoso". Kriminalitas.com. Diakses tanggal 2015-07-23. 
  5. ^ "Satgas Tinombala Dilempar Bom, Langsung Balas, Dor! Dor! Ibrohim Tewas". JPNN. Diakses tanggal 2016-08-19. 
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama wahyudi
  7. ^ a b "13 Korban Jatuh TNI-AD Dimakamkan di TMPN Kalibata". Detik. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  8. ^ a b "Indonesian Militant Suspected to be from ISIS Linked Terror Group in Poso Killed". The Straits Times. Diakses tanggal 30 September 2016. 
  9. ^ a b "Operasi Tinombala, TNI-Polri Kepung Santoso dari Segala Arah". BeritaSatu. Diakses tanggal 10 Mei 2016. 
  10. ^ a b "TNI Polri: Kelompok Santoso dalam Posisi Terjepit Akibat Operasi Tinombala 2016". VOA Indonesia. Diakses tanggal 11 Februari 2016. 
  11. ^ "Kronologi Penyergapan Kelompok Santoso di Poso". Tempo. Diakses tanggal 18 Juli 2016. 
  12. ^ "Kapolri Tinjau Operasi Tinombala 2016 di Poso, Sulawesi Tengah". VOA Indonesia. Diakses tanggal 15 April 2016. 
  13. ^ "Operasi Tinombala 2016 Diperpanjang 6 Bulan". VOA Indonesia. Diakses tanggal 10 Maret 2016. 
  14. ^ "Helikopter Jatuh, Perwira Asal Ranah Minang Itu Gugur Dalam Tugas". Padang Media. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  15. ^ "In Memoriam Kolonel Inf. Syaiful Anwar, Calon Jenderal Kebanggaan Orang Kampung". News Hanter. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  16. ^ "Panglima TNI : Putri Brigjen. Syaiful Anwar Bangga Terhadap Ayahnya". Detik. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  17. ^ "TNI Beri Kenaikan Pangkat 13 Prajurit Korban Helikopter Jatuh". Tribunnews. Diakses tanggal 25 Maret 2016. 
  18. ^ a b c "Santoso Tewas, Pasukan Gabungan Buru Basri dan Ali Kalora". Koran Sindo. Diakses tanggal 2016-07-20. 
  19. ^ a b "Santoso Diduga Tewas, Bukti Kerjasama Apik TNI dan Polri". Okezone. Diakses tanggal 2016-07-19. 
  20. ^ a b "Santoso Tewas Tertembak, Begini Kronologinya". Rakyatku. Diakses tanggal 2016-07-20. 
  21. ^ "Basri Ditangkap, Santoso Tewas, Bagaimana Radikalisme di Poso?". BBC. Diakses tanggal 2016-09-20. 
  22. ^ a b "MIT member found dead in Poso's Puna River". The Jakarta Post. Diakses tanggal 30 September 2016. 
  23. ^ "Santoso's successor Basri arrested, another terror suspect shot dead Poso Raid". Jakarta Globe. Diakses tanggal 30 September 2016. 
  24. ^ "Yono Sayur Teroris Santoso Ditembak Mati". MetroTV News. Diakses tanggal 12 November 2016. 
  25. ^ a b "Operasi Tinombala Proyek Gagal Kepolisian". Harian Terbit. Diakses tanggal 1 Oktober 2016. 
  26. ^ "Pengaruh Jika Santoso Benar Meninggal Bagi Poso". CNN Indonesia. Diakses tanggal 19 Juli 2016. 
  27. ^ "ISIS Serukan Balas Dendam Pasca Tewasnya Santoso". VOA. Diakses tanggal 1 Oktober 2016. 
  28. ^ Schmitt, Eric; Barnard, Anne (August 30, 2016). "Senior ISIS Strategist and Spokesman Is Reported Killed in Syria". The New York Times. 
  29. ^ "Key Islamic State leader killed in apparent U.S. strike in Syria". Reuters. Diakses tanggal 31 August 2016. 
  30. ^ "Russia says it killed Islamic State leader Adnani in Syria". Reuters. 31 August 2016. 
  31. ^ "Российский Су-34 уничтожил в Сирии второе лицо в ИГ". RIA Novosti. 31 August 2016. 
  32. ^ "Russian airstrike killed senior ISIS leader Abu Muhammad al-Adnani – Moscow". 
  33. ^ Lack of Coordination: Who in Fact Killed Daesh's Chief Strategist? Sputnik News 13 September 2016
  34. ^ "Senior ISIS leader, spokesman Adnani killed, reports say". Fox News. Diakses tanggal 30 August 2016. 
  35. ^ "US doubts Russia's claim it killed ISIS spokesman". CNN. Diakses tanggal 31 August 2016. 
  36. ^ "Russia's claim it killed Islamic State's Adnani 'a joke': U.S. officials". MSN News. Diakses tanggal 31 August 2016. 
  37. ^ "Pentagon confirms it killed senior ISIS leader Abu Muhammad al-Adnani". Fox News. Diakses tanggal 12 September 2016. 
  38. ^ Pentagon Confirms U.S. Strike in Syria Killed ISIL Leader 12 September 2016
  39. ^ "Designation of Foreign Terrorist Fighters". Diakses tanggal 19 July 2016. 
  40. ^ "Santoso Masuk Daftar Teroris Global Amerika Serikat". DW. Diakses tanggal 2016-03-22. 
  41. ^ "UNSC sanctions". Diakses tanggal 19 July 2016. 

Pranala luar