Daftar Raja Bali
Berikut ini adalah daftar raja-raja Bali, sebuah pulau di kepulauan Nusa Tenggara, Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah para raja yang menguasai pulau ini secara keseluruhan, serta raja-raja berbagai kerajaan kecil yang muncul sejak abad ke-17 dan ke-18. Urutan dan tanggal para penguasa tersebut tidak selalu sama dalam beberapa dokumentasi yang ada, dan belum tentu didukung oleh bukti yang kuat. Daftar berikut ini didasarkan pada catatan epigrafi prasasti, berbagai babad Bali, dan data yang diberikan oleh sumber-sumber kolonial Belanda.
Raja Bali Kuno
Raja-raja Bali sebelum penyerangan Majapahit yang datanya didapat berdasarkan prasasti.
Wangsa Warmadewa
Berikut daftar raja Bali Kuno, Wangsa Warmadewa; Berikut adalah raja-raja yang dianggap termasuk dalam wangsa Warmadewa:[1][2][3]
- Śri Kesari Warmadewa (ca. 913-914 M), disebutkan dalam prasasti Blanjong (835 Ç), prasasti Panempahan dan prasasti Malet Gede (835 Ç)
- Śri Ugrasena (ca. 915-942 M). Raja Ugrasena mengeluarkan prasasti-prasastinya tahun 837-864 Ç (915-942 M). Sedikitnya ada sembilan buah prasasti yang dikeluarkan, dan semuanya berbahasa Bali Kuno. Prasasti-prasasti yang dimaksud adalah prasasti Srokadan (837 Ç), Babahan I (839 Ç), Sembiran AI (844 Ç), Pengotan AI (846 Ç), Batunya AI (855 Ç), Dausa, Pura Bukit Indrakila AI (857 Ç), Serai AI (858 Ç), Dausa, Pura Bukit Indrakila BI (864 Ç), Gobleg, Pura Batur A.
- Sang Ratu Sri Haji Tabanendra Warmadewa (ca. 955-967 M) memerintah bersama dengan permaisurinya yaitu Sri Subhadrika Dharmmadewi pada kurun waktu 877-889 Ç (955-977 M). Sedikitnya ada 4 prasasti yang memuat nama raja suami-istri tersebut, yakni prasasti Manik Liu AI (877 Ç), Manik Liu BI (877 Ç), Manik Liu C (877 Ç), Kintamani A (889 Ç)
- Indrajayasingha Warmadewa disebut juga Candrabhaya Singha Warmadewa (penguasa bersama, Saka 878-896/ca. 956-974 M), pendiri Tirta Empul dan berdasarkan prasasti Manukaya (882 Ç)
- Janasadhu Warmadewa (ca. 975 M), satu-satunya prasasti atas nama raja tersebut adalah prasasti Sembiran AII (897 Ç).[4]
- Śri Wijaya Mahadewi (ratu, ca. 983 M), Satu-satunya prasasti menyebut nama raja ini adalah prasasti Gobleg, Pura Desa II (905 Ç)
- Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni (ratu, sebelum 989-1007 M).[a] Memerintah bersama Dharma Udayana Warmadewa (ca. 989-1011 M) [suami Gunapriya] Raja suami-istri itu termuat dalam beberapa prasasti, yakni Prasasti Bebetin A I (911 Ç), Serai AII (915 Ç), Buwahan A (916 Ç), Sading A (923 Ç). Dalam prasasti, nama Gunapriyadharmapatni lebih dahulu disebutkan daripada Udayana. Pada tahun 933 Ç, terbit sebuah prasasti atas nama raja Udayana sendiri, tanpa permaisurinya, yakni Prasasti Batur, Pura Abang A (933 Ç).
- Śri Ajñadewi atau Çri Adnya Dewi (ratu, ca. 1011-1016 M) yang mengeluarkan prasasti Sembiran AIII (938 Ç)
- Airlangga (c. 1019-1042; Raja Medang Kahuripan) [kakak Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu]
- Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja atau Marakata Pangkaja Sthana Tunggadewa atau Paduka Haji Sri Dharmawangsawardhana Marakatapangkajasthanottunggadewa(ca. 1016-1025 M) [anak Dharma Udayana] yang mengeluarkan prasasti-prasasti antara lain Prasasti Batuan (944 Ç), Prasasti Sawan AI (945 Ç), Tengkulak A (945 Ç), Buwahan B (947 Ç).
- Anak Wungsu (ca. 971-999 Ç, 1025-1077 M) [adik Airlangga dan Marakata Pangkaja] Raja yang memerintah terlama diantara raja-raja pada jaman Bali Kuno. Ada 31 prasasti dikeluarkannya atau yang dapat diidentifikasikan sebagai prasasti-prasasti yang terbit pada masa pemerintahannya.
- Śri Maharaja Walaprabhu (antara 1001-1010 Ç, 1079–1088 M) mengeluarkan tiga buah prasasti yaitu Prasasti Babahan II, prasasti Ababi A, prasasti Klandis.
- Śri Maharaja Sakalendukirana Laksmidhara Wijayottunggadewi atau Paduka Sri Maharaja Sri Çlendukirana Isana Gunadharmma Lakumidhara Wijayatunggadewi (ratu, ca. 1088-1101 M) Gelar ini terbaca dalam prasasti Pengotan BI (1010 Ç) dan Pengotan BII (1023 Ç).
- Śri Maharaja Sri Suradhipa (ca. 1115-1119) mengeluarkan prasasti-prasasti Gobleg, Pura Desa III (1037 Ç), Angsari B (1041 Ç), Ababi, dan Tengkulak D.
- Setelah berakhirnya masa pemerintahan raja Suradhipa, dimulailah masa pemerintahan "Wangsa Jaya" yang merupakan pecahan dari wangsa Warmadewa, secara beruntun memerintah di Bali terdapat empat orang raja yang menggunakan unsur Jaya dalam gelarnya, yaitu:
- Paduka Śri Maharaja Śri Jayaśakti tahun 1055-1072 Saka (1133-1150 M)
- Paduka Śri Maharaja Sri Ragajaya tahun 1077 Saka (1155 M)
- Paduka Śri Maharaja Jayapangus tahun 1099-1103 Saka (1178-1181 M)
- Paduka Śri Maharaja Ekajayalancana beserta ibunya yaitu Paduka Sri Maharaja Sri Arjjaya Dengjayaketana yang mengeluarkan prasastinya pada tahun 1122 Saka (1200 M).[5]
- Sri Bhatara Mahaguru Dharmottungga Warmadewa (1324-1325) adalah raja terakhir yang menggunakan nama Warmadewa.
Wangsa Jaya
Berikut daftar raja Bali Kuno, Wangsa Jaya;[3]
- Paduka Sri Maharaja Śri Jayaśakti (ca. 1133-1150)
- Paduka Sri Maharaja Ragajaya (tahun 1077 Ç, 1155 M)
- Paduka Sri Maharaja Jayapangus (ca. 1178-1181)
- Paduka Sri Arjayadengjayaketana (ratu, ca. 1200)[b] dan Paduka Sri Maharaja Haji Ekajayalancana (penguasa bersama ca. 1200) [anak]
- Bhatara Guru Śri Adikuntiketana (ca. 1204)
- Adidewalancana atau Pameswara Çri Hyangning Hyang Adhidewalancana atau Bhatara Parameswara Hyang ning Hyang Adhidewalancana (1182 Ç, prasasti Bulihan B, ca. 1260-1286 M).
Wangsa Singasari
Singasari menaklukkan Bali tahun 1284 M (saka 1208)
- Kryan Demung Sasabungalan (Saka 1206/1284 M)
- Rajapatih Makakasar Kebo Parud atau Kebo Parud Makakasir (wakil Singasari, ca. 1296-1324 M)[c] disebutkan dalam prasasti Pengotan E (1218 Ç) dan Sukawana D (1222 Ç). Apabila dilihat dari angka tahun prasasti yang dikeluarkan, maka rajapatih ini mengisi kekosongan pemerintahan setelah masa pemerintahan Raja Adidewalancana.
Singasari runtuh dan Bali menjadi kerajaan mandiri.
- Mahaguru Dharmottungga Warmadewa atau Bethara Çri Maha Guru (sebelum 1324-1328 M) atau Bhatara Sri Mahaguru (1246-1247 Ç). Ia mengeluarkan tiga buah prasasti, namun memuat gelarnya berbeda-beda. Dalam prasasti Srokadan (1246 Ç) disebut dengan Paduka Bhatara Guru yang memerintah bersama-sama dengan cucunya (putunira), yakni Paduka Aji Sri Tarunajaya. Dalam prasasti Cempaga C (1246 Ç) disebut dengan gelar Paduka Bhatara Sri Mahaguru dan dalam prasati Tumbu (1247 Ç) Paduka Sri Maharaja Sri Bhatara Mahaguru Dharmmotungga Warmadewa.[3]
- Walajayakertaningrat atau Çri Walajaya Krethaningrat atau Paduka Tara SriWalajayakattaningrat (1250 Ç, 1328-1337 M) [anak Dharmottungga], terbaca dalam prasasti Selumbung.[3]
- Śri Astasura Ratna Bumi Banten (ca. 1337-1343 M)[d] Gelar ini terbaca dalam prasasti Langgahan yang berangka tahun 1259 Ç.[3]
Majapahit menaklukkan Bali 1343 M.
- Dalem Makambika (1345–1347)[e]
Raja-raja Bali pasca Penaklukan Majapahit
Wangsa Samprangan dan Gelgel
- Sri Aji Kresna Kepakisan (abad ke-14 atau c. 1471?; Raja Bali di Samprangan)
Sebagai negara vasal di bawah Majapahit 1343 - c. 1527.
- Dalem Samprangan (abad ke-14 atau c. 1502 ?) [anak Sri Kresna Kepakisan]
- Dalem Ketut, dikenal juga dengan nama Dalem Ketut Ngelesir (abad ke-14 atau c. 1520 ?; Raja Bali di Gelgel; Perkiraan lain 1380-1460) [saudara Dalem Samprangan]
- Dalem Baturenggong (1520-1558) [anak Dalem Ketut]
- Dalem Bekung (fl. 1558-1578 atau 1630-an) [anak Dalem Baturenggong]
- Dalem Sagening (c. 1580-1623 atau 1650) [anak Dalem Baturenggong]
- Dalem Di Made (1623-1642 atau 1655–1665) [anak Dalem Sagening]
- Dewa Pacekan (1642–1650; posisi tidak jelas) [anak Dalem Di Made]
- Dewa Cawu (1651-c. 1655, wafat 1673; posisi tidak jelas) [paman, anak Dalem Sagening dari penawing]
- I Gusti Agung Maruti[f] (perebutan kekuasaan, Pemberontakan Maruti, c. 1665-31 Oktober 1686)
Raja-raja Bali (kepemimpinan tituler) di Klungkung
- Dewa Agung Jambe I (1623-1642) (dalam literatur lain disebutkan 1686-c.1722) [anak atau kerabat Dalem Di Made]
- Dewa Pacekan (1642-1650)[g]
- Dewa Agung Gede (c. 1722-1736) [anak Dewa Agung Jambe]
- Dewa Agung Made (1736-c. 1760) [anak Dewa Agung Gede]
- Dewa Agung Śakti (c. 1760-1790; digulingkan, wafat c. 1814) [anak Dewa Agung Made]
- Dewa Agung Putra I Kusamba (c. 1790-1809) [anak Dewa Agung Śakti]
- Gusti Ayu Karang (wali raja, 1809-1814) [janda Dewa Agung Putra I]
- Dewa Agung Putra II (1814–1850; Susuhunan Bali dan Lombok sampai 1849) [anak Dewa Agung Putra I]
- Dewa Agung Istri Kanya (ratu, 1814–1850, wafat 1868) [saudari Dewa Agung Putra II]
Di bawah perlindungan Hindia Belanda 1843-1908
- Dewa Agung Putra III Bhatara Dalem (1851–1903) [cucu Dewa Agung Sakti]
- Dewa Agung Jambe II (1903–1908; Susuhunan Klungkung sampai 1904) [anak Dewa Agung Putra III]
Di bawah pemerintahan langsung Hindia Belanda 1908-1929
- Dewa Agung Oka Geg (1929–1950, wafat 1964) [kemenakan Dewa Agung Jambe II]
Kerajaan Klungkung dibawah Pemerintah Republik Indonesia
- Ratu Dalem Pemayun (1980-1997) putra sulung, Dewa Agung Gde Oka Geg.
- Ratu Dalem Semaraputra (10-10-2010) putra Dewa Agung Gde Oka Geg dari Permaisuri, Ida Dewa Agung Ibu, Putri Raja Karangasem.?
Raja-raja Mengwi
- Gusti Agung Śakti (Gusti Agung Anom) (c. Kerajaan kapal)
- Gusti Agung Śakti (Gusti Agung Putu) (c. 1690-1722) [anak Gusti Agung Anom]
- Gusti Agung Made Alangkajeng (1722-c. 1740) [anak Gusti Agung Putu]
- Gusti Agung Putu Mayun (1740s) [kemenakan Gusti Agung Made Alangkajeng]
- Gusti Agung Made Munggu (1740s-1770/80) [saudara Gusti Agung Putu Mayun]
- Gusti Agung Putu Agung (1770/80-1793/94) [anak Gusti Agung Made Munggu]
- Gusti Ayu Oka Kaba-Kaba (regent 1770/80-1807) [ibu Gusti Agung Putu Agung]
- Gusti Agung Ngurah Made Agung I (1807–1823) [anak Gusti Agung Putu Agung]
- Gusti Agung Ngurah Made Agung II Putra (1829–1836) [anak Gusti Agung Ngurah Made Agung I]
- Gusti Agung Ketut Besakih (1836-1850/55) [saudara Gusti Agung Ngurah Made Agung II]
Di bawah perlindungan Belanda 1843-1891
- Gusti Ayu Istri Biang Agung (1836–1857) [janda Gusti Agung Ngurah Made Agung Putra]
- Gusti Agung Ngurah Made Agung III (1859–1891) [keturunan Gusti Agung Putu Mayun]
Mengwi dihancurkan oleh Klungkung, Badung, Gianyar dan Tabanan 1891
Raja-raja Tabanan
- Shri Arya Kenceng (c. 1434)
- Shri Magada Nata [anak Arya Kenceng]
- Arya Nangun Graha (Prabhu Singasana) [anak Magada Nata]
- Gusti Ngurah Tabanan (Prabhu Winalwan) [anak Arya Nangun Graha]
- Gusti Wayahan Pamedekan (?-1647) [anak Gusti Ngurah Tabanan]
- Gusti Made Pamedekan (1647-c. 1650) [saudara Gusti Made Pamedekan]
- Gusti Ngurah Tabanan (Prabhu Winalwanan) (memerintah kedua kali, c. 1650-?)
- Prabhu Nisweng Panida (?-1654?) [anak Gusti Made Pamedekan]
- Gusti Made Dalang (1654?-?) [saudara Prabhu Nisweng Panida]
- Gusti Nengah Malkangin [anak Gusti Wayahan Pamedekan]
- Gusti Bolo di Malkangin [anak Prabhu Winalwanan]
- Gusti Agung Badeng (wali negara, abad ke-17 akhir) [menantu Gusti Made Pamedekan]
- Prabhu Magada Śakti (c. 1700) [anak Prabhu Nisweng Panida]
- Anglurah Mur Pamade [anak Prabhu Magada Śakti]
- Gusti Ngurah Sekar (fl. 1734) [anak Anglurah Mur Pamade]
- Gusti Ngurah Gede [anak Gusti Ngurah Sekar]
- Gusti Ngurah Made Rai (?-1793) [saudara Gusti Ngurah Made Gede]
- Gusti Ngurah Rai Penebel (1793-c. 1820) [saudara Gusti Ngurah Made Rai ]
- Gusti Ngurah Ubung (c. 1820) [anak Gusti Ngurah Rai Penebel]
- Gusti Ngurah Agung I (c. 1820-1844) [cucu Gusti Ngurah Made Rai]
Di bawah perlindungan Belanda 1843-1906
- Gusti Ngurah Agung II (1844–1903) [anak Gusti Ngurah Agung I]
- Gusti Ngurah Rai Perang (Gusti Ngurah Agung III)(1903–1906) [anak Gusti Ngurah Agung II]
Penaklukan Belanda 1906
- Cokorda Ngurah Ketut (1929–1939) [kemenakan Gusti Ngurah Agung]
- Gusti Ngurah Wayan (Puri Kompyang Tabanan) (regent, 1939-1944)
- Cokorda Ngurah Gede (1944–wafat 1987) [anak Cokorda Ngurah Ketut]
Tabanan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
- Cokorda Anglurah Tabanan (21 Maret 2008 - ..) [anak Cokorda Ngurah Gede]
Raja-raja Karangasem
- Gusti Nyoman Karang (c. 1600)
- Anglurah Ketut Karang [anak Gusti Nyoman Karang]
- Anglurah Nengah Karangasem (akhir abad ke-17) [anak Anglurah Ketut Karang]
- Anglurah Ketut Karangasem (fl. 1691-1692) [saudara Anglurah Nengah Karangasem]
- Anglurah Made Karang [anak Anglurah Nengah Karangasem]
- Gusti Wayahan Karangasem (fl. 1730) [anak Anglurah Ketut Karangasem]
- Anglurah Made Karangasem Sakti (Bagawan Atapa Rare) (1730s) [anak Anglurah Made Karang]
- Anglurah Made Karangasem (1730s-1775) [anak Anglurah Made Karangasem Sakti]
- Gusti Gede Ngurah Karangasem (1775–1806) [cucu Anglurah Made Karangasem]
- Gusti Gede Ngurah Lanang (1806–1822) [kemenakan Gusti Gede Ngurah Karangasem]
- Gusti Gede Ngurah Pahang (1822) [cucu Gusti Gede Ngurah Karangasem]
- Gusti Gede Ngurah Lanang (memerintah kedua kali 1822-1828; wafat 1837)
- Gusti Bagus Karang (1828–1838; died 1839) [anak Gusti Gede Ngurah Karangasem]
- Gusti Gede Ngurah Karangasem (1838–1849) [kemenakan Gusti Bagus Karang]
Penguasaan Lombok atas Karangasem 1849-1894
- Gusti Made Jungutan (Gusti Made Karangasem) (sebagai raja vasal 1849-1850) [sebelumnya adalah punggawa (pemimpin bawahan)]
- Gusti Gede Putu (sebagai raja vasal 1850-1893) [kemenakan raja Lombok]
- Gusti Gede Oka (sebagai raja vasal 1850-1890) [saudara Gusti Gede Putu]
- Gusti Gede Jelantik (1890–1908; wafat 1916) [saudara Gusti Gede Oka]
- Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem (1908–1950; wafat 1966) [anak Gusti Gede Putu]
Karangasem bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
Raja-raja Jembrana
Wangsa Agung Widya
- Gusti Agung Basangtamiang (abad ke-17) [anak Patih Agung Gelgel Gusti Agung Widya]
- Gusti Brangbangmurti [anak Gusti Agung Basangtamiang]
- Gusti Gede Giri (c. 1700) [anak Gusti Brangbangmurti]
- Gusti Ngurah Tapa [anak Gusti Gede Giri]
- Gusti Made Yasa [saudara Gusti Ngurah Tapa]
- Gusti Gede Andul (paruh pertama abad ke-18) [anak Gusti Made Yasa]
Wangsa Mengwi
- Gusti Ngurah Agung Jembrana (pertengahan abad ke-18) [cucu Gusti Agung Sakti dari Mengwi]
- Gusti Ngurah Batu (wali negara ?-1766) [anak Gusti Ngurah Agung Jembrana]
- Gusti Gede Jembrana (1766-?) [kemenakan Gusti Ngurah Batu]
- Gusti Putu Andul (sebelum 1797-1809) [anak Gusti Gede Jembrana]
- Gusti Rahi (wali negara untuk Badung, fl. 1805)
- Kapitan Patimi (wali negara, keturunan Bugis, c. 1805-1808)
- Gusti Wayahan Pasekan (wali negara c. 1812-1814)
- Gusti Made Pasekan (wali negara c. 1812-1814) [saudara Gusti Wayahan Pasekan]
- Gusti Putu Sloka (1809–1835) [anak Gusti Putu Andul]
- Gusti Alit Mas (wali negara c. 1835-1840)
- Gusti Putu Dorok (wali negara c. 1835-1840) [cicit Gusti Ngurah Batu]
- Gusti Made Penarungan (wali negara c. 1840-1849)
- Gusti Ngurah Made Pasekan (wali negara c. 1840-1849)
Di bawah perlindungan Belanda 1843-1882
- Gusti Putu Ngurah Sloka (1849–1855; wafat 1876) [anak Gusti Putu Sloka]
- Gusti Ngurah Made Pasekan (patih 1849-1855; raja 1855-1866)
- Anak Agung Made Rai (regent 1867-1882; wafat 1905) [cucu Gusti Putu Andul]
Jembrana di bawah pemerintahan langsung Belanda 1882-1929
- Anak Agung Bagus Negara (1929–1950; wafat 1967) [cucu Anak Agung Made Rai]
Jembrana bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
Raja-raja Buleleng
Wangsa Panji Sakti
- Gusti Panji Śakti (c. 1660-1697/99)
- Gusti Panji Wayahan Danurdarastra (1697/99-1732) [anak Gusti Panji Sakti]
- Gusti Alit Panji (1732-c. 1757/65) [anak Gusti Panji Wayahan]
Di bawah kekuasaan Mengwi paruh pertama abad ke-18
- Gusti Ngurah Panji (di Sukasadda c. 1757/65) [anak Gusti Alit Panji]
Di bawah kekuasaan Karangasem c. 1757-1806
- Gusti Ngurah Jelantik (di Singaraja c. 1757/65-c. 1780) [saudara Gusti Ngurah Panji]
- Gusti Made Jelantik (c. 1780-1793) [anak Gusti Ngurah Jelantik]
- Gusti Made Singaraja (1793-?) [kemenakan Gusti Made Jelantik]
Wangsa Karangasem
- Anak Agung Rai (?-1806) [anak Gusti Gede Ngurah Karangasem]
- Gusti Gede Karang (1806–1818) [saudara Anak Agung Rai]
- Gusti Gede Ngurah Pahang (1818–1822) [anak Gusti Gede Karang]
- Gusti Made Oka Sori (1822–1825) [kemenakan Gusti Gede Karang]
- Gusti Ngurah Made Karangasem (1825–1849) [kemenakan Gusti Gede Karang]
Wangsa Panji Sakti
- Gusti Made Rai (1849, 1851–1853) [canggah Gusti Ngurah Panji]
Di bawah kekuasaan Bangli 1849-1854
- Gusti Ketut Jelantik (1854–1873; regent 1853-1861; wafat 1893) [keturunan dari Gusti Ngurah Jelantik]
Di bawah pemerintahan langsung Belanda 1882-1929
- Anak Agung Putu Jelantik (regent 1929-1938; menggunakan gelar Anak Agung 1938-1944) [keturunan dari Gusti Ngurah Jelantik]
- Anak Agung Nyoman Panji Tisna (1944–1947) [anak Anak Agung Putu Jelantik]
- Ngurah Ketut Jelantik (1947–1950; wafat 1970) [saudara Anak Agung Panji Tisna]
Buleleng bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
- Anak Agung Nyoman Panji Tisna (kepala keluarga kerajaan 1950-1958; wafat 1978)
Raja-raja Gianyar
- Dewa Manggis I Kuning (kepala desa Pahang)
- Dewa Manggis II Pahang (kepala desa Pahang) [anak Dewa Manggis Kuning]
- Dewa Manggis III Bengkel (kepala desa Bengkel) [anak Dewa Manggis Pahang]
- Dewa Manggis IV Jorog (Raja Gianyar c. 1771-1788) [anak Dewa Manggis Bengkel]
- Dewa Manggis V di Madya (c. 1788-1820) [anak Dewa Manggis Jorog]
- Dewa Manggis VI di Rangki (c. 1820-1847) [anak Dewa Manggis di Madya]
- Dewa Manggis VII di Satria (1847–1884; wafat 1891) [anak Dewa Manggis di Rangki]
Di bawah kekuasaan Klungkung 1884-1891
- Dewa Pahang (1891–1896) [anak Dewa Manggis di Satria]
- Dewa Manggis VIII (Dewa Gede Raka s.d. 1908) (1896–1912) [saudara Dewa Pahang]
- Ide Anak Agung Ngurah Agung (gelar Dewa Manggis diganti dengan gelar Anak Agung, 1913-1943) [anak Dewa Manggis VIII]
- Ide Anak Agung Gede Agung (1943–1946; wafat 1999) [anak IAA Ngurah Agung]
- Ide Anak Agung Gede Oka (1946–1950) [saudara IAA Gede Agung]
Gianyar bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
Raja-raja Sukawati dan Ubud
Wangsa Klungkung
- Dewa Agung Anom (Raja Sukawati sejak sebelum 1713-1733)
- Dewa Agung Gede Mayun Dalem Patemon (1733-sebelum 1757) [anak Dewa Agung Anom]
- Dewa Agung Gede Sukawati (c. 1757) [anak Dewa Agung Gede Mayun]
- Dewa Agung Made Pliatan (paruh kedua abad ke-18) [saudara Dewa Agung Gede Sukawati]
Penguasa Ubud, di bawah perlindungan Gianyar
- Cokorda Putu Kandel (c. 1800) [anak Dewa Agung Made Pliatan]
- Cokorda Sukawati (abad ke-19) [anak Cokorda Putu Kandel]
- Cokorda Rai Batur (fl. 1874) [anak Cokorda Sukawati]
- Cokorda Gede Sukawati (sebelum 1889-1919) [anak Cokorda Rai Batur]
- Cokorda Gede Raka Sukawati (1919–1931; wafat 1967) [anak Cokorda Gede Sukawati]
- Cokorda Gede Agung Sukawati (1931–1950; wafat 1978) [saudara Cokorda Gede Raka Sukawati]
Gianyar bersama Ubud bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
Raja-raja Pamecutan di Badung
Wangsa Tabanan
- Prabhu Bandana, Arya Notor Wandira (abad ke-17) [anak Shri Magade Nata, Raja Tabanan]
- Gusti Ngurah Papak [anak Arya Notor Wandira]
- Gusti Jambe Pule (c. 1660-1683) [anak Gusti Ngurah Papak]
Terbagi menjadi keturunan Jambe dan keturuanan Pamecutan 1683
- Gusti Jambe Merik (1683-?) [anak Gusti Jambe Pule]
- Gusti Jambe Ketewel [anak Gusti Jambe Merik]
- Gusti Jambe Tangkeban (c. 1757) [anak Gusti Jambe Ketewel]
- Gusti Jambe Aji (?-1780) [anak Gusti Jambe Tangkeban]
Raja-raja Pamecutan
- Gusti Macan Gading (1683-?) [anak Gusti Jambe Pule]
- Kyai Anglurah Pamecutan Śakti (fl. 1718) [anak Gusti Macan Gading]
- Kyai Anglurah Pamecutan Mur ing Ukiran [anak Anglurah Pamecutan Śakti]
- Kyai Anglurah Pamecutan Bhija [anak Anglurah Pamecutan Mur ing Ukiran]
Terbagi menjadi keturuanan Pamecutan dan keturuana Den Pasar c. 1780
- Kyai Agung Gede Raka (?-1813) [anak Anglurah Pamecutan Bhija]
- Kyai Anglurah Pamecutan Mur ing Gedong (1813–1829) [anak Agung Gede Raka]
- Anak Agung Lanang (1829–1840) [cucu Anglurah Pamecutan Bhija]
- Kyai Agung Gede Woka Mur ing Madarda (1840–1851) [anak Anak Agung Lanang]
- Cokorda Agung Pamecutan (regent, gelar Cokorda digunakan, 1851-1906) [kemenakan Agung Gede Woka Mur ing Madarda]
Penaklukan Belanda atas Badung beserta Pamecutan 1906
- Cokorda Ngurah Gede Pamecutan (penguasa keseluruhan Badung 1946-1950; wafat 1986) [cucu kemenakan Cokorda Agung Pamecutan]
Badung bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950
Raja-raja Kesiman di Badung
- Gusti Ngurah Gede Kesiman (1813–1861) [anak Gusti Ngurah Made Pamecutan dari Den Pasar]
- Gusti Ngurah Ketut (1861–1904) [kemenakan Gusti Ngurah Gede Kesiman]
- Anak Agung Ngurah Mayun (1904–1906) [cucu Gusti Ngurah Ketut]
Belanda menaklukkan Badung bersama Kesiman 1906
- Gusti Ngurah Made (punggawa) 1927-1954; wafat 1959 [anak Anak Agung Ngurah Mayun]
Raja-raja Denpasar di Badung
- Gusti Ngurah Made Pamecutan (Kaleran) (sejak sebelum 1780-1817) [cicit Kyai Anglurah Pamecutan Sakti]
- Gusti Ngurah Made Pamecutan Dewata di Satria (1817–1828) [anak Gusti Ngurah Made Pamecutan (Kaleran)]
Di bawah pengaruh kekuasaan Kesiman 1829-1861
- Gusti Ngurah Gede Oka (raja tituler 1829-1842/48) [anak Gusti Ngurah Made Pamecutan Dewata di Satria]
- Gusti Ngurah Made Pamecutan (raja tituler, paruh abad ke-19) [saudara Gusti Ngurah Gede Oka]
- Gusti Gede Ngurah Pamecutan (Cokorda Alit Ngurah I) (1861–1890) [anak Gusti Ngurah Made Pamecutan]
- Cokorda Alit Ngurah II (penguasa, mengguanak gelar Cokorda) 1890-1902) [anak Gusti Gede Ngurah Pamecutan]
- Cokorda Made Agung (1902–1906) [saudara Cokorda Alit Ngurah II]
Belanda menaklukkan Badung 1906
- Cokorda Alit Ngurah III (penguasa seluruh Badung 1929-1946; wafat 1965) [anak Cokorda Alit Ngurah II]
Kekuasaan pindah ke keturunan Pamecutan 1946
Raja-raja Bangli
Daftar raja di Kerajaan Bangli sebagai berikut:
- Dewa Gede Tangkeban I (dari Nyalian ?-1804)
- Dewa Rahi (c. 1804-1815)
- Dewa Gede Tangkeban II (c. 1815-1833) [anak Dewa Gede Tangkeban I]
- Dewa Gede Tangkeban III (1833–1875) [anak Dewa Gede Tangkeban II]
- Dewa Gede Oka (1875–1880) [anak Dewa Gede Tangkeban III]
- Dewa Gede Ngurah (1881–1892) [saudara Dewa Gede Oka]
- Dewa Gede Cokorda (1894–1911) [saudara Dewa Gede Ngurah]
- Dewa Gede Rai (regent 1913-1925) [saudara Dewa Gede Cokorda]
- Dewa Gede Taman (regent 1925-1930) [cucu Dewa Gede Tangkaban III]
- Dewa Putu Bukian (caretaker 1930-1931) [cucu Dewa Gede Tangkaban III]
- Anak Agung Ketut Ngurah (penguasa, menggunakan gelar Anak Agung, 1931-1950; wafat 1961) [anak Dewa Gede Cokorda]
Bangli bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950.
Referensi
- ^ (Inggris) The people of Bali Angela Hobart p.24
- ^ Sejarah 2. Yudhistira Ghalia Indonesia. ISBN 978-979-746-906-1.
- ^ a b c d e "Tercatat 23 Nama Raja pada Masa Bali Kuno – Siapa Saja Mereka?". tatkala.co (dalam bahasa Inggris). 2020-01-29. Diakses tanggal 2020-10-20. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "tatkala" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Burials, texts and rituals Brigitta Hauser-Schäublin p.45
- ^ Dawan, Lanang (Sabtu, 14 Mei 2011). "ŚRI SURADHIPA". PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT. Diakses tanggal 2019-12-18.
Catatan
- ^ ia memiliki tiga orang putra, Airlangga (Raja Medang-Kahuripan), Marakata Pangkaja, dan Anak Wungsu.
- ^ Permaisuri Jayapangus dan ibu dari Ekajayalancana. Tidak diketemukan tahunnya, namun diperkirakan bersama Ekajayalancana
- ^ Pada masanya terjadi gelombang kedatangan para Arya dan rohaniawan dari Kerajaan Singasari serta kedatangan para Mpu keturunan Saptra Rsi bersama Bhujangga
- ^ Para patihnya yang terkenal Pasung Grigis dan Kebo Iwa
- ^ Berdasarkan penguasa terakhir pada Kerajaan Bedahulu.
- ^ disebut juga Anglurah Agung Maruti. Anglurah kemungkinan adalah sebutan untuk suatu jabatan dalam pemerintahan.
- ^ anak kedua dari Dalem Di Made ini kemungkinan memerintah kerajaan untuk waktu yang singkat.
Lihat pula
Daftar pustaka
- C.C. Berg, De middeljavaansche historische traditie. Santpoort 1927.
- A.J. Bernet Kempers, Monumental Bali; Introduction to Balinese Archaeology & Guide to the Monuments. Berkeley & Singapore 1991. ISBN 0-945971-16-8.
- Helen Creese, 'Balinese babad as historical sources; A reinterpretation of the fall of Gelgel', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 147 1991.
- A.A. Gde Darta et al., Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan. Denpasar 1996. ISBN 979-649-021-8.
- Mahaudiana, Babad Manggis Gianyar. Gianyar 1968.
- S.O. Robson, 'The Ancient Capital of Bali', Archipel 16 1978.
- Henk Schulte Nordholt, Macht, mensen en middelen; Patronen en dynamiek in de Balische politiek ca. 1700-1840. Doctoraalscriptie, Amsterdam 1980.
- Henk Schulte Nordholt, The Spell of Power; A History of Balinese Politics. Leiden 1996. ISBN 90-6718-090-4.
- I Nyoman Suada et al., Selayang Pandang Tokoh-Tokoh Puri Agung Kesiman (Abad XIX-XX), Denpasar, 1999.
- Anak Agung A. Sudira, Mengenal Kawitan Warga Mahagotra Tirtha Arum, Denpasar, 1992.
- Truhart P., Regents of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific Oceania, München 2003, s. 1239-1244, ISBN 3-598-21545-2.
- Adrian Vickers, The Desiring Prince; A Study of the Kidung Malat as Text. PhD Thesis Sydney 1986.
- Margaret J. Wiener, Visible and Invisible Realms; Power, Magic, and Colonial Conquest in Bali. Chicago & London 1995. ISBN 0-226-88580-1.
Pranala luar
- (Indonesia) Babadbali.com
- (Indonesia) Abstrak