Istri-istri Muhammad

13 perempuan yang menikah dengan Muhammad
Revisi sejak 18 Agustus 2021 10.07 oleh Alalif7 (bicara | kontrib)

Istri-istri Muhammad adalah perempuan-perempuan yang dinikahi oleh Nabi dan Rasul terakhir umat Islam, Muhammad. Orang-orang muslim umumnya menggunakan istilah "Ummahatul Mu'minin" (ar: أمهات المؤمنين) yang berarti "Ibu-Ibu dari Orang-Orang Mukmin" pada sebelum atau sesudah nama istri-istri beliau sebagai bentuk hormat, yang mana istilah ini diambil dari ayat Qur'an yang berbunyi:

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka...

Isteri-isteri Nabi Muhammad tidak menikah lagi setelah Nabi wafat, dikarenakan:

...Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelahnya (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.

Nabi Muhammad sering kali disebutkan menikah dengan 11 orang perempuan. Terdapat kisah bahwa ia menikah dengan dua orang perempuan lainnya, tetapi diceraikannya sebelum mereka sempat bersama-sama, yaitu Amrah binti Yazid dari Bani Qilab dan Asma binti Nu'man dari Bani Kindah.[1]

Ummu al-Mu'minin

Khadijah binti Khuwailid

Pada umur 25 tahun, Nabi Muhammad menikahi majikan kaya beliau, Khadijah yang pada saat itu berusia 40 tahun.[2][3][4] Pernikahan ini merupakan pernikahan pertama beliau dan satu-satunya yang mana Nabi Muhammad tidak berpoligami. Nabi Muhammad kerap bergantung pada Khadijah dalam berbagai kesempatan, sampai wafatnya Khadijah 25 tahun kemudian.[5][6] Mereka dikaruniai dua anak laki-laki bernama Qasim dan Abdullah (masing-masing dijuluki Ath-Thahir dan Ath-Thayyib),[7] yang mana keduanya meninggal muda, dan empat anak perempuan yaitu Zaynab, Ruqaiya, Umm Kulthum dan Fatimah. Para ulama Syiah membantah bahwa ketiga anak perempuan Khadijah selain Fatimah merupakan anak dari Rasulullah, mengatakan bahwa mereka adalah anak dari pernikahan Khadijah sebelumnya.[8] Ketika pernikahannya dengan Rasulullah, Khadijah membeli seorang budak bernama Zayd bin Haritsah, yang mana kemudian diadopsi sebagai anak angkat mereka.[9] Abu Thalib dan Khadijah meninggal pada tahun yang sama. Nabi Muhammad mendeklarasikan bahwa tahun tersebut sebagai tahun kesedihan (Aam ul-Huzn).[10]

Saudah binti Zam'ah

Nabi menikah dengan Sawdah setelah wafatnya Khadijah dalam bulan itu juga. Sawdah adalah seorang janda tua. Suami pertamanya ialah al-Sakran bin Amr. Sawdah dan suaminya al-Sakran adalah di antara mereka yang pernah berhijrah ke Habsyah. Saat suaminya meninggal dunia setelah pulang dari Habsyah, maka Rasulullah telah mengambilnya menjadi istri untuk memberi perlindungan kepadanya dan memberi penghargaan yang tinggi kepada suaminya.

Acara pernikahan dilakukan oleh Salit bin Amr. Riwayat lain menyatakan upacara dilakukan oleh Abu Hatib bin Amr. Maskawinnya ialah 400 dirham.

Aisyah binti Abu Bakar

Nabi Muhammad dua kali bermimpi kalau Aisyah dibawakan oleh Malaikat untuk menjadi jodoh beliau.[11][12] Menganggap itu adalah ketentuan dari Allah yang harus dijalankan, beliau pun meminta kepada ayahnya Aisyah, yaitu Abu Bakar, untuk memberikan putrinya demi menjadi istri beliau. Abu Bakar awalnya keberatan akan hal itu, dikarenakan menurutnya, Nabi Muhammad dan dirinya adalah saudara. Namun setelah diyakinkan bahwa dirinya dan Sang Rasul hanya saudara dalam agama, dan Aisyah adalah halal untuk Rasul nikahi, rasa ragu didalam hati Abu Bakar pun terangkat.[13]

Aisyah dinikahi oleh Nabi Muhammad ketika Aisyah berumur 6 atau 7 tahun,[14][15][16] dan di saat itu Nabi Muhammad berumur berumur 50 tahun.[17] Namun Aisyah baru diantarkan ke rumah Nabi dan dicampuri beliau di saat dia sudah berumur 9 tahun,[18] dikarenakan pada selang waktu tersebut Aisyah sakit dan rambutnya rontok.[19]

Hal ini diriwayatkan secara mutawatir (secara massal) didalam Kutubus Sittah yang merupakan 6 kitab hadits utama Islam, sehingga tidak ada keraguan di dalamnya.[20][21][22]

Hafshah binti Umar bin al-Khattab

Hafsah seorang janda. Suami pertamanya Khunais bin Hudhafah al-Sahmiy yang meninggal dunia saat Perang Badar. Ayahnya Umar meminta Abu Bakar menikah dengan Hafsah, tetapi Abu Bakar tidak menyatakan persetujuan apapun dan Umar mengadu kepada nabi Muhammad. Kemudian rasulullah mengambil Hafsah sebagai istri. Hafsah Binti Umar (wafat 45 H)

Hafshah binti Umar bin Khaththab adalah putri seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui hak-hak Allah dan kaum muslimin. Umar bin Khaththab adalah seorang penguasa yang adil dan memiliki hati yang sangat khusyuk. Pernikahan Rasulullah . dengan Hafshah merupakan bukti cinta kasihnya kepada mukminah yang telah menjanda setelah ditinggalkan suaminya, Khunais bin Hudzafah as-Sahami, yang berjihad di jalan Allah, pernah berhijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan gugur dalam Perang Badar. Setelah suami anaknya meninggal, dengan perasaan sedih, Urnar menghadap Rasulullah untuk mengabarkan nasib anaknya yang menjanda. Ketika itu Hafshah berusia delapan belas tahun. Mendengar penuturan Umar, Rasulullah memberinya kabar gembira dengan mengatakan bahwa ia bersedia menikahi Hafshah.

Jika kita menyebut nama Hafshah, ingatan kita akan tertuju pada jasa-jasanya yang besar terhadap kaum muslimin saat itu. Dialah istri Nabi yang pertama kali menyimpan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan pada kulit, tulang, dan pelepah kurma, hingga kemudian menjadi sebuah kitab yang sangat agung.

Hindun binti Abi Umayyah (Ummu Salamah)

Salamah seorang janda tua mempunyai 4 anak dengan suami pertama yang bernama Abdullah bin Abd al-Asad. Suaminya syahid dalam Perang Uhud dan saudara sepupunya turut syahid pula dalam perang itu lalu nabi Muhammad melamarnya. Mulanya lamaran ditolak karena menyadari usia tuanya. Alasan umur turut digunakannya ketika menolak lamaran Abu Bakar dan Umar al Khattab.

Lamaran kali kedua nabi Muhammad diterimanya dengan maskawin sebuah tilam, mangkuk dari sebuah pengisar tepung.

Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah)

Ummu Habibah seorang janda. Suami pertamanya Ubaidillah bin Jahsyin al-Asadiy. Ummu Habibah dan suaminya Ubaidullah pernah berhijrah ke Habsyah. Ubaidullah meninggal dunia ketika di rantau dan Ummu Habibah yang berada di Habsyah kehilangan tempat bergantung.

Melalui al Najashi, nabi Muhammad melamar Ummu Habibah dan upacara pernikahan dilakukan oleh Khalid bin Said al-As dengan maskawin 400 dirham, dibayar oleh al Najashi bagi pihak nabi.

Juwairiyah (Barrah) binti al-Harits

Ayah Juwairiyah ialah ketua kelompok Bani Mustaliq yang telah mengumpulkan bala tentaranya untuk memerangi nabi Muhammad dalam Perang al-Muraisi'.

Setelah Bani al-Mustaliq tewas dan Barrah ditawan oleh Tsabit bin Qais bin al-Syammas al-Ansariy. Tsabit hendak dimukatabah dengan 9 tahil emas, dan Barrah pun mengadu kepada nabi.

Rasulullah bersedia membayar mukatabah tersebut, kemudian menikahinya.

Shafiyah binti Huyay

Shafiyah binti Huyayy adalah seorang wanita bangsawan,[23] yang merupakan putri Huyayy bin Akhtab, kepala suku Yahudi, Banu Nadir, yang dieksekusi oleh pihak Nabi Muhammad setelah menyerah pada Perang Khandaq.[24][25] Suami pertamanya adalah seorang penyair bernama Sallam bin Mishkam yang mana kemudian mereka bercerai.[26] Suami keduanya adalah seorang komandan bernama Kinana bin Ar-Rabi.[27] Pada tahun 628, saat pertempuran Khaybar, Banu Nadir dikalahkan, Kinana yang saat itu masih berstatus suami Shafiyah disiksa dan dieksekusi atas perintah Nabi setelah dirinya menolak memberi tahu dimana lokasi tempat persembunyian harta karun Banu Nadir.[28][29] Seusai perang, Shafiyah menjadi salah satu tawanannya pihak muslim. Salah seorang sahabat Nabi, Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, meminta kepada Nabi supaya diperbolehkan mengambil salah satu tawanan untuk dijadikan budak olehnya.[30] Nabi pun mengizinkan dan Dihyah mengambil Shafiyah. Mengetahui hal itu para sahabat Nabi lainnya melapor kepada Nabi, bahwa Dihyah telah mengambil putri dari kepala suku Banu Nadir yang kecantikannya begitu luar biasa dan belum pernah mereka lihat sebelumnya.[31] Nabi pun memanggil Dihyah dan mengambil Shafiyah untuk diri beliau, lalu memberikan kepada Dihyah dua sepupu Shafiyah.[27] Nabi kemudian mengirimkan Shafiyah ke ibu dari Anas bin Malik untuk dihiasi. Dan malamnya dikembalikan kepada Rasulullah untuk beliau nikahi.[30] Shafiyah belum genap berusia 17 tahun pada saat itu.[32]

Pada malam Shafiyah disetubuhi oleh Rasulullah, seorang sahabat Nabi, Abu Ayyub berjaga di depan pintu dengan pedangnya sampai pagi hari. Ketika dia melihat Rasulullah keluar, ia mengucap takbir dan berkata kepada Sang Nabi, "Wahai Rasulullah, perempuan muda yang baru saja engkau nikahi mempunyai ayah, saudara dan suami yang sebelumnya telah engkau bunuh, sehingga aku tidak mempercayai dirinya (tidak akan membahayakanmu)." Nabi pun tertawa dan berkata "Bagus."[29]

Zainab binti Jahsy

Zainab binti Jahsy adalah sepupu Nabi Muhammad dan sebelumnya merupakan istri dari anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah.[33]

Menurut Aisyah yang merupakan istri favorit Nabi,[34][35] Zainab memiliki kecantikan yang setara dengannya.[36]

Dilaporkan oleh ath-Thabari bahwa pada suatu ketika, Nabi Muhammad mencari Zaid ke rumahnya. Namun Nabi hanya menemukan Zainab yang hanya mengenakan pakaian dalamnya. Nabi pun berujar: "Terpujilah Allah yang maha kuasa! Terpujilah Allah, yang membolak balikkan hati manusia!"[33]

Sepulangnya Zaid, Zainab pun menceritakan peristiwa ini kepadanya. Mengetahui hal tersebut, Zaid pun bersegera ke hadapan Rasulullah, dan menanyakan, apabila beliau menginginkan Zainab maka ia akan segera berpisah dengannya. Namun Rasulullah berkata kepada Zaid, "Pertahankanlah terus istrimu," walaupun di dalam lubuk hati, Sang Rasul menginginkan Zainab.[37][38] Zaid pun sadar akan hal itu dan tidak mendekati Zainab lagi, dan mereka pun bercerai beberapa saat setelahnya. Ketika Rasulullah berbicara dengan Aisyah, firman Allah datang kepada beliau. Dan beliau pun berkata, "Siapa yang akan pergi mengabarkan berita baik ke Zainab, bahwa Allah telah mengawinkanku dengan dirinya?"[39] Nabi pun menikah dengan Zainab setelah masa iddah-nya selesai. Dengan mas kawin 400 dirham.[40]

Dalam norma arab pada saat itu, adalah perbuatan yang tidak bermoral apabila seorang ayah angkat menikahi mantan istri dari anak angkatnya sendiri. Namun ini diluruskan oleh Allah dengan menikahkan Rasul-Nya dengan Zainab, dan menurunkan Surat Al-Ahzab ayat 37:

Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah," sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan ditampakkan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.

Zainab binti Khuzaimah

Zainab[41] adalah putri dari Khuzaimah bin al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’a bin Muawiyah. Dijuluki “Ibu orang-orang miskin” karena kedermawanannya terhadap orang-orang miskin. Sebelumnya menikah dengan Muhammad, ia adalah istri dari Abdullah bin Jahsy. Ada riwayat yang mengatakan ia istri Abdu Thufail bin al-Harits, tetapi pendapat pertama adalah yang sahih. Ia dinikahi oleh Muhammad pada tahun ke 3 H dan hidup bersamanya selama hanya dua atau tiga bulan., karena Zainab binti Khuzaimah meninggal dunia sewaktu Muhammad masih hidup.

Maymunah binti al-Harits

Maimunah[41] binti al-Harits bin Hazn bin Bujair bin al-Harm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’a bin Muawiyah bibi dari Khalid bin Walid dab Abdullah bin Abbas. Muhammad menikahinya di tempat yang bernama Sarif suatu tempat mata air yang berada sembilan mil dari kota Mekah. Ia adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh Muhammad. Wafat di Sarif pada tahun 63 H. Nama asli Maimunah adalah Barrah seperti nama asli Juwairiyah. Juwairiyah dan Maimunah nama asli dan nama ayahnya sama.

Maria binti Syama’un[42]

Mariah al-Qibthiyah ialah satu-satunya istri Nabi yang berasal dari Mesir. Ia seorang mantan budak Nabi yang telah dinikahi dan satu-satunya pula yang dengannya Nabi memperoleh anak selain Khadijah yakni Ibrahim namun meninggal dalam usia 4 tahun. Mariyah al-Qibtiyah wafat pada 16H/637 M.

Seorang wanita asal Mesir yang dihadiahkan oleh Muqauqis, penguasa Mesir kepada Rasulullah tahun 7 H. Setelah dimerdekakan lalu dinikahi oleh Rasulullah dan mendapat seorang putra bernama Ibrahim. Sepeninggal Rasulullah dia dibiayai oleh Abu Bakar kemudian Umar dan meninggal pada masa kekhalifahan Umar.

Seperti halnya Sayyidah Raihanah binti Zaid, Mariyah al-Qibtiyah adalah teman (stlh dibebaskan Rasulullah) yang kemudian ia nikahi. Rasulullah memperlakukan Mariyah sebagaimana ia memperlakukan istri-istrinya yang lainnya. Abu Bakar dan Umar pun memperlakukan Mariyah layaknya seorang Ummul-Mukminin. Dia adalah istri Rasulullah satu-satunya yang melahirkan seorang putra, Ibrahim, setelah Khadijah.

Allah menghendaki Mariyah al-Qibtiyah melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Khadijah. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.

Mariyah mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah menjaga kandungan istrinya dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi, Ibrahim. Lalu ia memerdekakan Mariyah sepenuhnya.

Batal menjadi Ummu al-Mukminin

Di antarasemua para istrinya, hanya kedua wanita ini saja yang telah dinikahi tetapi belum sempat digauli oleh rasul.

Asma' binti al-Nu'man

Asma' menikah dengan nabi Muhammad tetapi kemudian diceraikan oleh nabi dan diantar pulang oleh Abu Usaid ke keluarganya sebelum hidup bersama karena Asma telah berkata "'A'udzubillah" (Aku berlindung kepada Allah atas dirimu) kepada Muhammad, atas masukan dari Aisyah, Saudah dan Hafshah, karena mereka cemburu kepada Asma seorang janda yang cantik. Kembalilah Asma’ binti an-Nu’man ke tengah keluarganya, karena penyesalannya, ia selalu menyebut dirinya sebagai asy-Syaqiyah artinya wanita yang celaka. Kisah perceraian rasulallah dengan Asma binti Numan ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya.

Amrah binti Yazid

Nabi Muhammad menikah dengan Amrah ketika Amrah baru saja memeluk agama Islam.

Waktu Pernikahan

Catatan kaki

  1. ^ "Istri-istri Rasulallah di SDMutiaraIslam.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-28. Diakses tanggal 2013-08-02. 
  2. ^ Ibn Ishaq. Mustadrak Al-Hakim. 3. hlm. 182. 
  3. ^ Ibn Sa'd. Tabaqat al-Kubra (dalam bahasa Arab). 8. أخبرنا هشام بن محمد بن السائب عن أبيه عن أبي صالح عن ابن عباس قال:كانت خديجة يوم تزوجها رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ابنة ثمان وعشرين سنة 
  4. ^ Abu ‘Abdullah Al-Hakim. al-Mustadrak (dalam bahasa Arab). 3. عن محمد بن إسحاق، أن أبا طالب وخديجة بنت خويلد هلكا في عام واحد، وذلك قبل مهاجر النبي صلى الله عليه وسلم إلى المدينة بثلاث سنين، ودفنت خديجة بالحجون، ونزل في قبرها رسول الله صلى الله عليه وسلم، وكان لها يوم تزوجها ثمان وعشرون سنة 
  5. ^ Esposito (1998), p.18
  6. ^ Reeves (2003), p. 46
  7. ^ Paul Gwynne (23 Dec 2013). Buddha, Jesus and Muhammad: A Comparative Study. John Wiley & Sons. ISBN 9781118465493. According to Sunni Islam, Khadija bore Muhammad four daughters (Zaynab, Ruqayya, Umm Kulthum and Fatima) and two sons ('Abdallah and Qasim). 
  8. ^ Muhammad al-Tijani in his The Shi'a: The Real Followers of the Sunnah on Al-Islam.org note 274 Diarsipkan 2006-05-04 di Wayback Machine.
  9. ^ Muhammad Husayn Haykal. The Life of Muhammad Diarsipkan 2007-08-09 di Wayback Machine.: "From Marriage to Prophethood." Translated by Isma'il Razi A. al-Faruqi
  10. ^ Guillaume. The Life of Muhammad. Oxford. hlm. 191. 
  11. ^ "Sahih al-Bukhari 7012". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  12. ^ "Sahih al-Bukhari 3895". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  13. ^ "Sahih al-Bukhari 5081". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  14. ^ "Sahih al-Bukhari 5158". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  15. ^ "Sunan Ibn Majah 1877 - The Chapters on Marriage - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  16. ^ "Sahih Muslim 1422d - The Book of Marriage - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  17. ^ al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman (2020). Sirah Nabawiyah. Gema Insani, 2020. hlm. 96. ISBN 6022508509. 
  18. ^ "Hadits Sunan Abu Dawud No. 1811 - Kitab Nikah". hadits.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  19. ^ "Sahih al-Bukhari 3894". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  20. ^ "تحقيق في عمر أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها عندما تزوجها النبي صلى الله عليه وسلم". IslamQA.info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-19. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  21. ^ Haddad, Gibril. "Our Mother Lady A'isha's Age at Marriage". eshaykh.com. hlm. https://www.livingislam.org/ir/d/aam1_e.pdf. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Agustus 2021. Diakses tanggal 17 Agustus 2021. 
  22. ^ "More on 'Ā'isha's Age at the Time of Her Marriage - A Dialogue Between "The Learner" and Shaykh Gibril F. Haddad". eshaykh.com. hlm. https://www.livingislam.org/ir/d/aam2_e.pdf. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Agustus 2021. Diakses tanggal 17 Agustus 2021. 
  23. ^ Al-Shati', 1971, 171
  24. ^ Ibn Ishaq. The Life of Muhammad: Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah. hlm. 464. 
  25. ^ Ahmad ibn Jabir al-Baladhuri, Kitab Futuh al-Buldan. Translated by Hitti, P. K. (1916). Origins of the Islamic State vol. 1 p. 41. New York: Columbia University.
  26. ^ Muhammad ibn Jarir al-Tabari (1990). The History of al-Tabari Vol. 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors. Diterjemahkan oleh Poonawala, K. I. hlm. 185. 
  27. ^ a b Ibn Ishaq. The Life of Muhammad: Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah. hlm. 511. 
  28. ^ Al Tabari. The History of al-Tabari, Vol. 8 - The Victory of Islam. hlm. 122–123. ISBN 0-7914-3150-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Agustus 2021. 
  29. ^ a b Al Tabari. The History of Al-Tabari Volume 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors. hlm. 185. ISBN 0-7914-2820-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 17 Agustus 2021. 
  30. ^ a b "Sahih al-Bukhari 371 - Prayers (Salat) - كتاب الصلاة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-21. Diakses tanggal 2021-08-18. 
  31. ^ "Sahih Muslim 1365f - The Book of Marriage - كتاب النكاح - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-21. Diakses tanggal 2021-07-21. 
  32. ^ Al Tabari. The History of Al-Tabari Volume 39: Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors. hlm. 185. ISBN 0-7914-2820-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 17 Agustus 2021. 
  33. ^ a b Al-Tabari. The History of Al-Tabari, vol.8 - The Victory of Islam. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Agustus 2021. 
  34. ^ "Sahih al-Bukhari 2593 - Gifts - كتاب الهبة وفضلها والتحريض عليها - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  35. ^ "Sahih al-Bukhari 3411 - Prophets - كتاب أحاديث الأنبياء - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  36. ^ "Sahih al-Bukhari 4141 - Military Expeditions led by the Prophet (pbuh) (Al-Maghaazi) - كتاب المغازى - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  37. ^ "Sahih al-Bukhari 7420 - Oneness, Uniqueness of Allah (Tawheed) - كتاب التوحيد - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  38. ^ "Surah Al-Ahzab - ayat 37". quran.com. Diakses tanggal 2021-08-17. 
  39. ^ al-Tabari. The History of Al-Tabari, vol.8 - The Victory of Islam. hlm. 2–3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Agustus 2021. 
  40. ^ Abdulmalik ibn Hisham. Notes to Ibn Ishaq's "Life of the Prophet", Note 918. Translated by Guillaume, A. (1955). The Life of Muhammad, p. 793. Oxford: Oxford University Press.
  41. ^ a b Nama Para Istri Nabi Muhammad[pranala nonaktif permanen]
  42. ^ Maria al-Qabtiyya di Fiqh Islam.com

Referensi