tvOne
PT Lativi Media Karya beroperasi sebagai tvOne (sebelumnya bernama Lativi) adalah sebuah jaringan televisi nasional di Indonesia yang berfokus pada konten berita. Berawal dari penggunaan nama Lativi, jaringan televisi ini didirikan pada tanggal 30 Juli 2002 pukul 16:00 WIB oleh Abdul Latief dan dimiliki oleh ALatief Corporation. Pada saat itu, konsep penyusunan acaranya banyak menonjolkan masalah yang berbau klenik, erotisme, berita kriminalitas dan beberapa hiburan ringan lainnya. Sejak tahun 2007, saham mayoritasnya dimiliki oleh Grup Bakrie (melalui PT Visi Media Asia) yang juga memiliki stasiun televisi antv, dan Abdul Latief tidak lagi berada dalam kepemilikan sahamnya.
tvOne | |
---|---|
Nama sebelumnya | Lativi (30 Juli 2002–14 Februari 2008) |
Jenis | Jaringan televisi |
Slogan | Memang Beda |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Pendiri | Abdul Latief |
Tanggal siaran perdana | 17 Januari 2002 (siaran percobaan) |
Tanggal peluncuran | 30 Juli 2002 (sebagai Lativi) 14 Februari 2008 (sebagai tvOne) |
Kantor pusat | Kawasan Industri Pulo Gadung JIEP, Jl. Rawa Terate II, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur |
Wilayah siaran | Nasional |
Pemilik | Visi Media Asia |
Anggota jaringan | lihat #Transmisi |
Tokoh kunci | Ahmad R. Widarmana (Presiden Direktur) Karni Ilyas (Wakil Presiden Direktur) Anindra Ardiansyah Bakrie (Presiden Komisaris) |
Format gambar | 576i SDTV 4:3 |
Satelit |
|
Kabel |
|
IPTV |
|
Televisi Internet | |
Situs web | tvonenews |
PT Lativi Media Karya | |
---|---|
Jakarta Timur, DKI Jakarta Indonesia | |
Saluran | Analog: 53 UHF Digital: 34 UHF |
Slogan | Memang Beda |
Pemrograman | |
Afiliasi | tvOne (stasiun induk) |
Kepemilikan | |
Pemilik | ALatief Corporation (2002–2007) Visi Media Asia (2007–sekarang) |
antv (2007–sekarang) sportOne (2013–sekarang) | |
Riwayat | |
Siaran perdana | 17 Januari 2002 (siaran percobaan) 30 Juli 2002 (sebagai Lativi) 14 Februari 2008 (sebagai tvOne) |
Bekas tanda panggil | Lativi (2002–2008) |
Makna tanda panggil | Televisi Olahraga, News, dan Entertainment |
Informasi teknis | |
Otoritas perizinan | Kemkominfo dan KPID Provinsi DKI Jakarta |
Pranala | |
Situs web | tvonenews |
Pada tanggal 14 Februari 2008 pukul 19:30 WIB, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne, dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan. Direktur Utama tvOne saat ini adalah Ahmad R. Widarmana.[1][2]
Sejarah
Lativi
Pada awal siaran, tvOne dahulu bernama Lativi. Lativi sendiri mendapat izin siaran nasional No. 799/MP/PM/1999 dari Departemen Penerangan pada 25 Oktober 1999,[3][4] dan sebelumnya menjadi salah satu pemenang dari seleksi pendirian televisi yang diumumkan Deppen pada 12 Oktober 1999 (bersama 4 stasiun lain yaitu DVN TV, MetroTV, Trans TV dan Global TV). Stasiun televisi ini dimiliki oleh ALatief Corporation (perusahaan yang dimiliki oleh Abdul Latief), dan awalnya bernama Pasaraya TV (PRTV, dengan nama perusahaan PT Pasaraya Media Karya) ketika mendapatkan izin dari pemerintah. Sebetulnya, PT Pasaraya Media Karya sudah didirikan sejak 15 Oktober 1991, dan awalnya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan majalah bernama Pasaraya Belanja (untuk promosi Pasaraya milik Latief), tetapi kemudian menjadi badan usaha dari stasiun televisi baru ini.[5][6] PRTV awalnya diharapkan oleh Latief menjadi media bagi perusahaan retailnya, Pasaraya Group.[7]
Beberapa bulan sebelum siaran percobaannya, PRTV mengubah namanya menjadi Lativi yang diambil dari nama pendirinya, Abdul Latief (La(tief)tivi), dan nama perusahaannya menjadi PT Lativi Media Karya. Siaran percobaannya diluncurkan pada awal tahun 2001 di DKI Jakarta, dan resmi diluncurkan pada 30 Juli 2002. Siaran Lativi awalnya dapat dinikmati di tujuh kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan.[4] Untuk menyukseskan stasiun televisi baru ini, Latief sebelumnya sudah merekrut bekas orang-orang yang pernah terlibat dalam dunia penyiaran seperti Chrys Kelana dan Desi Anwar dari RCTI.[8]
Awalnya, Lativi tidak dimaksudkan sebagai stasiun televisi yang cenderung pada kelas bawah dan menyiarkan program-program agak keras (lebih bersifat umum layaknya stasiun televisi lain) seperti menayangkan sinetron,[9] film Barat atau film Mandarin,[10] dan bahkan sempat mencoba dengan tayangan edukatif dokumenter berbahasa Inggris.[11] Lativi juga sempat menggandeng Nickelodeon untuk menyiarkan acara kartun darinya seperti Dora The Explorer, SpongeBob SquarePants, dan Blue's Clues (kemudian pindah ke Global TV) pada tahun 2004.[12] Di bulan Ramadan, Lativi juga dikenal dengan acara Pildacil (Pemilihan Da'i Cilik) yang cukup populer dan ditayangkan beberapa kali.[13] Lativi juga menyiarkan Liga Italia Serie A pada tahun 2004 hingga 2005.
Namun, seiring dengan sulitnya mencari keuntungan dan terus merugi (Rp 10-20 miliar/bulan),[14] maka stasiun ini pun sejak 2004 mulai mencoba menyiarkan acara-acara yang kontroversial (terutama pada malam hari). Acara tersebut banyak yang berbau erotisme (seperti Layar Tancap, Bisikan Nafsu, acara dangdut dan Komedi Tengah Malam),[15][16][17] kekerasan (seperti WWE SmackDown yang pernah memakan korban dari anak-anak),[18][19] mistis (seperti Pemburu Hantu dan Rahasia Alam Gaib), dan berita kriminalitas yang vulgar seperti Brutal dan Tikam.[20][21] Tidak pelak, hal itu menimbulkan polemik dan kontroversi di berbagai kalangan masyarakat.
Setelah diakuisisi Bakrie, pada 2007 Lativi mulai mengurangi acaranya yang kontroversial, namun masih tetap menayangkan acara hiburan seperti drama Asia, kartun dan lainnya. Pada September 2007, Lativi berhasil mendapatkan hak siar Liga Utama Inggris 2007-2008.[22] Salah satu bentuk perubahan pasca beralih kepemilikan ada pada logo Lativi, dimana logo rajawali[23] ALatief Corporation dihilangkan dan hanya menjadi tulisan "Lativi" saja.
tvOne
Mulai Kamis, 14 Februari 2008 pukul 19:30 WIB, Lativi secara resmi berganti nama menjadi tvOne. Kepastian peresmian nama baru ini disampaikan Direktur utama dari tvOne, Erick Thohir, dalam jumpa pers Rabu, 13 Februari 2008. Perubahan nama ini adalah upaya strategi manajemen untuk memberikan sesuatu yang berbeda di industri pertelevisian Indonesia. Peresmian tvOne akan dilaksanakan di Plenary Hall, Gedung Jakarta Convention Center, dan ditayangkan secara langsung di tvOne mulai pukul 19:30 WIB. Peresmian tvOne juga dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tanggal 25 Februari 2011, tvOne mengubah logonya yaitu dalam huruf O terdapat gambar peta, bertepatan dengan ulang tahun ke-3 tvOne, "Menuju Satu Dunia".
Pada tahun 2014, tvOne resmi memiliki hak siar dalam ajang sepak bola bergengsi di dunia Piala Dunia FIFA 2014 bersama ANTV.
Pada tanggal 15 April 2017, tvOne untuk pertama kalinya sejak 9 tahun kembali mulai menayangkan program hiburan, seperti drama Turki dan acara permainan. Beberapa drama Turki dan acara permainan yang ditayangkan oleh tvOne, sebelumnya juga pernah ditayangkan oleh antv. Namun untuk jangka panjang, tvOne akan mengarahkan program-program hiburan yang ditayangkan untuk segmentasi pria dan remaja, yang dimulai dengan kembalinya Radio Show pada awal tahun 2017. Dengan format baru ini, tvOne diharapkan dapat melampaui peringkat Trans TV dan Trans7 dalam klasemen tahunan Nielsen, di mana kedua stasiun televisi tersebut sedang mengalami stagnasi pada saat ini. Sayangnya, proses reposisi tvOne harus terhenti per 31 Juli 2017 hingga batas waktu yang tidak ditentukan, diduga karena adanya friksi antara redaksi dengan programming mengenai penjadwalan, serta rating drama Turki dan acara permainan yang tayang di tvOne malah cenderung rendah dan tidak sesuai harapan. tvOne pun kembali seperti semula, menjadi TV yang fokus ke tayangan berita dan olahraga.
Pada tanggal 12 Oktober 2021, tvOne resmi bekerja sama dengan pemilik lisensi Mola untuk mendapatkan hak siar Bundesliga hanya musim 2021–22 saja. dimulai dari pekan ke-8, tvOne akan menyiarkan 76 pertandingan Bundesliga atau 2 pertandingan per minggunya. Pasalnya, pertandingan Bundesliga ini pernah disiarkan di NET. pada musim 2020–2021 lalu bersama Mola.
Kepemilikan
Lativi awalnya seperti telah dijelaskan dimiliki oleh Abdul Latief, yang merupakan mantan Menaker di era Presiden Soeharto. Hingga dilepas kepemilikannya pada 2007, secara resmi 100% kepemilikan stasiun televisi ini ada pada Latief, walaupun pada tahun 2003 Lativi sudah dikabarkan akan dilepas kepada Tomy Winata.[24] Namun, pada akhirnya Latief justru "tersandung" dengan stasiun televisi miliknya ini akibat kredit macet, yang pada akhirnya memaksanya melepaskan kepemilikan atas Lativi.
Kredit macet ini bermula ketika di awal bersiaran, untuk membantu pengembangannya, Lativi meminjam dana dari Bank Mandiri sebesar Rp 328 miliar.[25] Sialnya, Lativi justru tidak bisa menghasilkan keuntungan yang memadai karena programnya tidak mendapatkan rating yang bagus, sehingga kredit ke Bank Mandiri tersebut macet. Walaupun pihak Lativi sudah membantah hal ini,[26] kenyataannya pemerintah tetap menyatakan bahwa Lativi telah gagal bayar dan melakukan tindak pidana sehingga pada 2005-2006, Direktur Utama Lativi Hasyim Sumiyana, Komisaris Utama Lativi Abdul Latief dan mantan Direktur Utamanya Usman Ja'far ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung.[27] Alasannya, Latief hanya membayar Rp 50 miliar dari hutangnya tersebut (yang telah berbunga sehingga menjadi Rp 450 miliar). Akibat kemacetan kredit tersebut, Lativi praktis kini berada di bawah pengusaan Bank Mandiri selaku kreditor. Melihat situasi tersebut (ditambah keuangan Lativi yang terus memburuk dan siarannya yang makin tidak menguntungkan), sejumlah investor berminat untuk mengakuisisi Lativi, seperti Chairul Tanjung, pemilik Trans TV dan TV3 Malaysia pada 2005. Keduanya tampak serius, bahkan Trans TV sudah memasukan hal ini dalam rencana kerjanya serta TV3 sudah melakukan uji tuntas dan berunding langsung dengan Latief di Malaysia.[28][29][30] Begitu juga dengan Mahaka Media yang dipimpin Erick Thohir juga sempat berencana membeli TV ini.[31]
Namun, yang pada akhirnya mendapatkan Lativi justru adalah Bakrie Group. Pihak Bakrie sudah melakukan penjajakan untuk membeli Lativi dari Agustus 2006,[32] namun baru bisa terlihat ketika tangan kanan mereka, konsorsium Capital Managers Asia Pte. Ltd melakukan pelunasan pada seluruh hutang Lativi di Bank Mandiri pada Maret 2007.[33] Dengan itulah, selain ditambah keinginan Latief yang memang ingin fokus pada bisnis ritelnya, pihak Bakrie kemudian mengakusisi Lativi dari tangan Abdul Latief di tahun itu juga dengan harga Rp 600-700 miliar, dan ditambah berbagai hal totalnya sekitar Rp 1,4 triliun. (Untuk pengusutan kasus Abdul Latief dkk, tampaknya menguap dan tidak ada kejelasan setelah peristiwa ini).[34] Lativi sendiri dimiliki oleh Bakrie bersama Erick Thohir (Mahaka Media) dan Rosan Roeslani. Mereka menggunakan wadah perusahaan PT Visi Media Asia (VIVA) yang menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 49%, ditambah dengan PT Redal Semesta (anak usaha VIVA) 31%, Good Response Ltd 10% serta Promise Result Ltd 10%.[35][36] Pemilik Lativi menggunakan tangan Erick dan anak Aburizal Bakrie yaitu Anindya Bakrie serta Ardi Bakrie untuk mengelola stasiun TV tersebut, yang kelak namanya akan diubah menjadi tvOne dan segmentasinya menjadi TV berita.[37] Sampai tahun 2010, komposisi kepemilikan saham tvOne masih dimiliki oleh beberapa pihak, hingga kemudian akhirnya seluruhnya beralih pada VIVA, menjadikannya sebagai pemegang saham mutlak di stasiun TV ini sebesar 99%.[38]
Sejak akuisisi pada 2007 tersebut, Bakrie tetap menguasai tvOne lewat kepemilikan saham di Visi Media Asia (VIVA) sampai saat ini. Walaupun ada rumor pada awal 2013 yang disampaikan oleh Surya Paloh dan isu dalam rencana RUPS VIVA bahwa mereka akan menjual sahamnya kepada pemilik grup Media Nusantara Citra, Hary Tanoesoedibjo pada tahun 2013 senilai US$ 1,2-2 miliar (Rp 10-19 triliun), tetapi hal itu dibantah oleh Aburizal Bakrie, kemudian oleh Hary Tanoe dan terakhir oleh VIVA itu sendiri sehingga rencana itu dipastikan batal.[39][40][41] Di samping HT, kabar lain juga mengatakan bahwa di tahun yang sama, Chairul Tanjung dari CT Corp juga menargetkan untuk mengakuisisi VIVA (termasuk tvOne di dalamnya yang bisa katakan merupakan upaya kedua kalinya), bahkan CT sudah menyampaikan bahwa ia siap membeli VIVA dengan modal Rp 17,2 triliun (US$ 1,8 miliar) langsung secara tunai. Walaupun demikian, rencana ini kemudian tidak terjadi.[42][43]
Transmisi
Berikut ini adalah transmisi tvOne dan stasiun afiliasinya (sejak berlakunya UU Penyiaran, stasiun TV harus membangun stasiun TV afiliasi di daerah-daerah/bersiaran secara berjaringan dengan stasiun lokal). Data dikutip dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo.[44]
Nama Jaringan | Daerah | Frekuensi Analog (PAL) | Frekuensi Digital (DVB-T2)[45] |
---|---|---|---|
PT Lativi Media Karya | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 53 UHF | 34 UHF |
PT Lativi Media Karya Bali dan Kepulauan Riau | Kota Denpasar, Singaraja, Buleleng, Kintamani, Karangasem, Gilimanuk | 41 UHF | 42 UHF |
Batam | off air | 44 UHF (segera) | |
PT Lativi Media Karya Yogyakarta dan Lampung | Yogyakarta, Bantul, Wonosari, Sleman, Wates, Solo | 38 UHF | 35 UHF |
Bandar Lampung, Kota Metro | 55 UHF | 37 UHF | |
PT Lativi Media Karya Bandung | Bandung, Cimahi, Padalarang, Cianjur | 48 UHF | 47 UHF |
PT Lativi Media Karya Semarang-Padang | Semarang, Ungaran, Kendal, Demak, Jepara, Kudus | 39 UHF | 40 UHF |
Padang, Pariaman, Bukittinggi, Padang Panjang, Solok | 27 UHF | 40 UHF | |
PT Lativi Media Karya Surabaya dan Jambi | Surabaya, Lamongan, Gresik, Mojokerto, Pasuruan, Bangkalan | 52 UHF | 23 UHF |
Jambi | 39 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Kendari dan Pontianak | Kendari | 51 UHF | |
Pontianak | 25 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Banjarmasin dan Bengkulu | Banjarmasin, Martapura, Marabahan | 26 UHF | 43 UHF |
Bengkulu | 44 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Manado dan Samarinda | Manado | 22 UHF | |
Samarinda | off air (39 UHF) | 42 UHF | |
PT Lativi Media Karya Makassar dan Ambon | Makassar, Maros, Sungguminasa, Pangkajene | 47 UHF | |
Ambon | 22 UHF | 45 UHF | |
PT Lativi Media Karya Palembang dan Palangkaraya | Palembang | 40 UHF | |
Palangkaraya | 23 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Medan dan Pekanbaru | Medan | 37 UHF | 40 UHF |
Pekanbaru | 38 UHF | 45 UHF | |
PT Lativi Media Karya Aceh dan Gorontalo | Banda Aceh | 44 UHF | 38 UHF |
Gorontalo | 46 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Bangka Belitung dan Ternate | Pangkal Pinang | 29 UHF | |
Ternate | 22 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Kupang dan Mamuju | Kupang | ||
Mamuju | 40 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Papua dan Sorong | Jayapura | 53 UHF | |
Sorong | |||
PT Lativi Media Karya Lombok dan Palu | Mataram | 56 UHF | |
Palu | |||
PT Lativi Media Karya Cirebon dan Magetan | Cirebon, Indramayu | off air | 47 UHF |
Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo | |||
PT Lativi Media Karya Garut dan Kediri | Garut, Tasikmalaya, Ciamis | 48 UHF | 47 UHF |
Kediri, Pare, Kertosono, Jombang, Blitar, Tulungagung | 52 UHF | ||
PT Lativi Media Karya Sukabumi dan Jember | Sukabumi | 37 UHF | |
Jember | |||
PT Lativi Media Karya Sumedang dan Malang | Sumedang | 48 UHF | 47 UHF |
Malang | off air sejak 2019 | 37 UHF (segera) | |
PT Lativi Mediakarya 2 | Pematang Siantar | 56 UHF | 40 UHF |
PT Lativi Mediakarya 3 | Tarakan | 37 UHF | 39 UHF |
Bungo | |||
PT Lativi Mediakarya 4 | Tanjung Pinang | ||
PT Lativi Mediakarya 5 | Situbondo | ||
Purworejo | off air (23 UHF) | ||
PT Lativi Mediakarya 6 | Banyuwangi | ||
PT Lativi Mediakarya 7 | Sumenep, Pamekasan | ||
Majalengka | 54 UHF | 47 UHF | |
PT Lativi Mediakarya 8 | Kuningan | 33 UHF | |
Pati dan Rembang | 53 UHF | 40 UHF | |
PT Lativi Mediakarya 9 | Bontang | ||
Kolaka | 23 UHF | ||
Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Cilacap | off air (51 UHF) | 25 UHF | |
Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan | 39 UHF | 36 UHF | |
Tanjungbalai | 38 UHF | ||
Pandeglang | 34 UHF | ||
Cilegon, Serang | 34 UHF | ||
Malingping, Lebak | 42 UHF | ||
Malinau | 46 UHF | ||
Nunukan | 38 UHF | ||
Balikpapan | 42 UHF |
Slogan utama
Sebagai Lativi
- Saluran Penuh Nilai Dan Makna (17 Januari 2002-7 Agustus 2004)
- Pasti (7 Agustus 2004-31 Desember 2006)
- Berani Beda (1 Januari 2007-31 Desember 2007)
- Memang Beda (1 Januari 2008-14 Februari 2008)
Sebagai tvOne
- Memang Beda (14 Februari 2008-14 Februari 2010, 2 Maret 2012-sekarang)
- Terdepan Mengabarkan (14 Februari 2010-2 Maret 2012)
- Menuju Satu Dunia (24 Februari 2011-2 Maret 2012)
- News+Sports+Entertainment (15 April-31 Juli 2017, masih digunakan pada logo tvOne)
- tvOne, TV Pemilu. Kami Kabarkan, Anda Putuskan (versi Pemilu 2009, 2014 dan 2019)
Program
Penyiar
Biro
Domestik
Internasional
Direksi
Daftar direktur utama
No. | Nama | Awal jabatan | Akhir jabatan |
---|---|---|---|
1 | Usman Ja'far | 2002 | 2003 |
2 | Hasyim Sumiana | 2003 | 2006 |
3 | Medina Latief Harjani | 2006 | 2007 |
4 | Erick Thohir | 2007 | 2010 |
5 | Anindra Ardiansyah Bakrie | 2010 | 2017 |
6 | Ahmad R. Widarmana | 2017 | sekarang |
Direksi saat ini
Nama | Jabatan |
---|---|
Anindra Ardiansyah Bakrie | Presiden Komisaris |
Ahmad R. Widarmana | Presiden Direktur |
Karni Ilyas | Wakil Presiden Direktur dan Pemimpin Redaksi |
Reva Deddy Utama | Direktur Olahraga dan Pemrograman |
Andi Pravidya Saliman | Direktur Keuangan |
David Eric Burke | Direktur Penjualan, Pemasaran dan Pengembangan Bisnis |
Totok Suryanto | Wakil Pemimpin Redaksi |
Harya M. Hidayat | Kepala Pengembangan Bisnis dan Komunikasi Korporasi |
Dudi Hendrakusuma Syahlani | Kepala Modal Manusia dan Petugas Operasi |
Arni Yuliartiningsih | Kepala Penjualan dan Pemasaran |
Kontroversi
Era Lativi
Lativi sempat memperoleh kecaman publik saat menayangkan program gulat SmackDown pada jam tayang yang dapat ditonton anak-anak, saat seorang anak berusia 9 tahun tewas setelah menirukan adegan dari program gulat tersebut. Lativi sempat mengubah jam tayang program namun memutuskan untuk menghentikan penayangan setelah memperoleh peringatan.
Era tvOne
Netralitas
Secara umum, banyak pihak mempertanyakan netralitas tvOne, karena sering kali menyajikan pemberitaan yang cenderung tidak berimbang. Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang pada 2013 menjabat sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sempat secara terbuka marah saat diwawancarai tvOne. Joko Widodo marah karena merasa dibohongi dan kemudian disudutkan saat diwawancarai mengenai 100 hari kinerja Gubernur DKI Jakarta,[46] sementara Basuki marah karena merasa difitnah dengan pemberitaan yang tidak logis.[47]
Pada pemilihan umum Presiden 2014, tvOne memperoleh kritikan tajam karena memberikan porsi berita lebih banyak kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa beserta Koalisi Merah Putih ketimbang pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.[48] Kritikan yang sama juga dilontarkan kepada 4 stasiun televisi lainnya.[49] KPI secara pribadi juga menyorot Metro TV dan tvOne karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan seputar Pilpres 2014.[50]
Pelanggaran iklan
tvOne mendapatkan teguran karena menyelipkan iklan niaga dalam siaran adzan maghrib pada 2011.[51] tvOne juga merupakan salah satu dari 8 stasiun televisi yang diberi sanksi oleh KPI karena melanggar aturan iklan kampanye Pilpres 2014.[52]
Konten tidak layak siar
Pada waktu pencarian korban dan puing-puing setelah jatuhnya pesawat AirAsia, tvOne sempat dikecam karena menampilkan gambar jasad mengapung yang diduga korban AirAsia.[53]
Eksploitasi korban dalam wawancara
tvOne mendapat kecaman keras dari berbagai pihak setelah tayangan Indonesia Lawyers Club pada 13 Oktober 2013 yang mengundang salah satu anak-anak yang dekat dengan pelaku kekerasan seksual. Dalam acara tersebut, korban diwawancara dan diminta untuk menceritakan kehidupan sehari-harinya dan kedekatannya dengan pelaku dalam siaran langsung. Remotivi berpendapat bahwa wawancara tersebut sebagai "eksploitasi anak" karena dapat berdampak traumatik kepada anak serta melanggar pedoman Komisi Penyiaran Indonesia.[54]
Pembatalan menayangkan Indonesia Lawyers Club di tvOne
tvOne dikecam karena menghentikan penayangan program talkshow Indonesia Lawyers Club pada saat menayangkan program tvOne seperti Kabar Utama, Buru Sergap, Kabar Hari Ini, Kabar Arena Malam dan Menyingkap Tabir, di mana berlangsung menayangkan program talkshow Indonesia Lawyers Club di tvOne pada hari Selasa, 10 November 2020.
Penangkapan Anindra Ardiansyah Bakrie dan Nia Ramadhani
tvOne dikecam karena penangkapan salah satu mantan direktur utamanya, Anindra Ardiansyah Bakrie dan istrinya Nia Ramadhani, mengenakan kasus dugaan penyalahgunaan dan kepemilikan narkoba, pihak polisi menyita barang bukti berupa sabu, meskipun Ardi sudah memperjuangkannya selama 14 tahun dengan mengajak jajaran pimpinan level atas antv dan tvOne untuk berdiskusi panjang.[55] Menurut pihak VIVA, mereka hanya akan penangkapan mantan direktur utamanya bersama istrinya mengaku pakai narkoba.
Lihat pula
Referensi
- ^ Alamat stasiun tvOne di Jakarta diterbitkan oleh bayu kusuma wijaya selaku direksi tvone.
- ^ VIVA, Tim. "Profil – tvOne Corporate Website". www.tvonenews.tv (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-07-07.
- ^ LIMA TEVE SWASTA BARU, BEREBUT IKLAN DAN KAVLING DI UDARA
- ^ a b "Company Profile". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-22. Diakses tanggal 2006-10-22.
- ^ Data penerbitan pers nasional tahun 1998
- ^ Prospektus VIVA 2011
- ^ Demokrasi dan globalisasi: meretas jalan menuju kejatidirian
- ^ Membuka Kejadian Menonjol Media Massa Indonesia Sejak Era Reformasi Sampai 2000
- ^ Pertemuan dalam pipa: cerita dari Riau
- ^ Seni Menggelindingkan TV Baru
- ^ Matinya rating televisi
- ^ Terbang dengan Dora dan Spongebob
- ^ Mainstreaming Islam in Indonesia: Television, Identity, and the Middle Class
- ^ Informasi & peluang bisnis SWA sembada, Volume 22,Masalah 8-12
- ^ Lativi Bisa Dilaporkan ke Polisi
- ^ Inilah Acara TV Bermuatan Seks dan Kekerasan Versi KPI
- ^ Erotisme, tiara amara dan tv kabel
- ^ Lativi Resmi Stop Smack Down
- ^ Komnas Perlindungan Anak: Stop Tayangan "Smackdown"
- ^ Program Tayangan Mistis, Kekerasan dan Seksual Diprotes!
- ^ Media, kematian, dan identitas budaya minoritas: representasi etnik Tionghoa dalam iklan dukacita
- ^ Lativi Siarkan Langsung Liga Utama Inggris 2007/2008
- ^ Bahana: Bulanan Kristiani popular
- ^ Seni Menggelindingkan TV Baru
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ Lativi Membantah Memiliki Kredit Macet
- ^ Lativi Lunasi Seluruh Utang di Bank Mandiri
- ^ Trans TV Siap Ambil Alih Lativi
- ^ Nego dengan TV3 di Malaysia, Latief Mangkir Diperiksa Lagi
- ^ Raja Media - Rupert Murdoch dan Peta Bisnis Televisi di Indonesia
- ^ Pemilik Jak-TV Incar Lativi
- ^ Lativi Segera Beralih ke ANTV
- ^ Lativi di Bawah Bendera Bakrie?
- ^ STIGMA Tuntut Kejaksaan Seret Abdul Latief
- ^ Lativi Menjadi TVOne
- ^ tvOne Dimodali Rp 400 M Untuk 2009
- ^ Ardi Bakrie Gaya Si Bungsu di Puncak TV One
- ^ Lapkeu VIVA 2011
- ^ Hary Tanoe: tvOne dan antv batal dijual
- ^ TV One Mau Dijual? Ini Kata Ical
- ^ Bakrie Batal Jual ANTV dan TVOne ke Hary Tanoe
- ^ Chairul Tanjung Akui Akan Beli TVOne, ANTV dan Vivanews
- ^ Soal Pembelian Visi Media, HT Kalah Bersaing dari Chairul Tanjung
- ^ DAFTAR IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN TELEVISI YANG SUDAH DITERBITKAN OLEH MENTERI KOMINFO SAMPAI DENGAN NOVEMBER 2017
- ^ Peta ISR TV Digital - SDPPI Maps
- ^ http://forum.detik.com/akibat-ingkar-janji-jokowi-marah-kepada-tv-one-t613415.html
- ^ http://www.merdeka.com/jakarta/cerita-jokowi-ahok-marahi-wartawan-tvone.html
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/32095-peringatan-tentang-pemberitaan-pasangan-calon-presiden-dan-wakil-presiden-tv-one
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32097-pernyataan-bersama-dewan-pers-dan-komisi-penyiaran-indonesia-tentang-independensi-media-penyiaran
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32130-kpi-imbau-pengelola-tv-jaga-independensi-pemberitaan
- ^ http://www.merdeka.com/peristiwa/kontroversi-tayangan-azan-di-tv.html
- ^ http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/31988-siaran-pers-tentang-pelanggaran-iklan-kampanye-di-lembaga-penyiaran
- ^ http://news.detik.com/read/2014/12/30/151504/2790180/10/airasia-marah-tvone-tayangkan-gambar-jasad-korban-mengapung
- ^ "Eksploitasi Anak di Televisi", Remotivi.co.id. Diakses 17 Oktober 2015.
- ^ 4 Fakta Penangkapan Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie Terkait Kasus Narkoba