Kabupaten Karangasem
Kabupaten Karangasem (bahasa Bali: aksara Bali: ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬓᬭᬂᬳᬲᭂᬫ᭄ Kabupatén Karaṅasĕm) adalah salah satu kabupaten di provinsi Bali yang terletak di bagian timur pulau Bali. Ibu kotanya adalah kota Amlapura. Di kabupaten ini terletak pura terbesar di Bali, yaitu Pura Besakih. Kabupaten Karangasem mempunyai wilayah dataran tinggi yang berbatasan dengan laut sampai ke pegunungan dengan puncak tertingginya berada di Gunung Agung. Karangasem berdiri di wilayah seluas 839,54 km2 menjadikanya kabupaten terluas ke-2 di Bali setelah Kabupaten Buleleng. Pada pertengahan tahun 2024 penduduk Karangasem berjumlah 536.477 jiwa menjadikannya wilayah dengan penduduk terbanyak ke-3 di Bali setelah Kota Denpasar.[3][1]
Kabupaten Karangasem ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬓᬭᬂᬳᬲᭂᬫ᭄ Kabupatén Karaṅasĕm | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Aksara Bali • Alfabet Bali | ᬓᬭᬗᬲᭂᬫ᭄ Karaṅasĕm |
Julukan: Gumi Lahar · Gumi Megibung · Mutiara dari timur Bali | |
Motto: Raksakeng dharma prajahita (Sanskerta)/(Jawa Kuno) Berkat perlindungan Dharma (agama) untuk kesejahteraan | |
Koordinat: 8°22′S 115°31′E / 8.37°S 115.52°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Bali |
Tanggal berdiri | 14 Agustus 1958 |
Dasar hukum | Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 |
Ibu kota | Kota Amlapura |
Jumlah satuan pemerintahan | |
Pemerintahan | |
• Bupati | I Gede Dana |
• Wakil Bupati | I Wayan Artha Dipa |
• Sekretaris Daerah | I Ketut Sedana Merta[2] |
Luas | |
• Total | 839,54 km2 (324,15 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 536.477 |
• Kepadatan | 640/km2 (1,700/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | |
• Bahasa | Indonesia (resmi), Bali |
• IPM | 70,09 (2023) Tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0363 |
Pelat kendaraan | DK |
Kode Kemendagri | 51.07 |
APBD | Rp.1.561.878.043.098,-[5] |
PAD | Rp 234.000.000.000,- |
DAU | Rp 729.378.991.000,- |
Situs web | karangasemkab |
Asal-usul
suntingAsal nama
suntingNama Karangasem sebenarnya berasal dari kata Karang Semadi. Beberapa catatan yang memuat asal-muasal nama karangasem adalah seperti yang diungkapkan dalam Prasasti Sading C yang terdapat di Geria Mandara, Munggu, Badung. Lebih lanjut diungkapkan bahwa Gunung Lempuyang di timur laut Amlapura, pada mulanya bernama Adri Karang yang berarti Gunung Karang.
Pada prasasti tersebut diceritakan, bahwa pada tahun 1072 Saka, tanggal 12 bulan separo terang, Wuku Julungwangi di bulan Cetra, Bathara Guru menitahkan salah satu puteranya Sri Maharaja Jayasakti atau Hyang Agnijaya untuk turun ke Bali. Tugas yang diemban seperti dikutip dalam prasasti berbunyi ”...gumawyeana Dharma rikang Adri Karang maka kerahayuan ing Jagat Bangsul...”, yang artinya ”datang ke Adri Karang membuat Pura (Dharma) untuk memberikan keselamatan lahir-batin bagi Pulau Dewata”.
Hyang Agnijaya diceritakan datang bersama dengan saudara-saudaranya yaitu Sambhu, Brahma, Indra, dan Wisnu di Adri Karang (Gunung Lempuyang di sebelah timur laut kota Amlapura). Gunung Lempuyang dipilih Bathara Guru sebagai tempat untuk menyebarkan kasih-Nya bagi keselamatan umat manusia.
Dalam penelitian sejarah keberadaan pura, Lempuyang dihubungkan dengan kata lampu yang artinya terpilih, dan Hyang yang berarti Tuhan (Bathara Guru, Hyang Parameswara). Di Adri Karang inilah Hyang Agnijaya membuat Pura Lempuyang Luhur sebagai tempat bersemadi (Karang Semadi). Lambat laun nama Karang Semadi ini berubah menjadi Karangasem.[6]
Sejarah
suntingBerdirinya Kerajaan Karangasem
suntingPada abad ke-16 sampai abad ke-17, Karangasem berada di bawah kekuasaan Dinasti Gelgel dari Klungkung, rajanya I Dewa Karangamla yang berkedudukan di Selagumi (Balepunduk). I Dewa Karangamla menikahi janda I Gusti Arya Batanjeruk, patih kerajaan yang melakukan pemberontakan dan dibunuh di Desa Bungaya, dengan syarat bahwa setelah pernikahan keduanya, kelak anak dari janda Batanjeruklah yang menjadi penguasa. Syarat ini disetujui dan kemudian keluarga I Dewa Karangamla berpindah dari Selagumi ke Batuaya. I Dewa Karangamla juga mempunyai putra dari istrinya yang lain bernama I Dewa Gde Batuaya. Penyerahan kekuasaan kepada putra dari janda Batanjeruk inilah menandai awal mula berdirinya Kerajaan Karangasem yang dipegang oleh Dinasti Batanjeruk. Karangasem yang dipimpin oleh dinasti Batanjeruk kemudian mulai melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya baik itu didalam ataupun di luar pulau.[6]
Setelah Raja I Gusti Anglurah Ketut Karangasem wafat, pemerintahan Kerajaan Karangasem dipegang oleh I Gusti Gede Karangasem (Dewata di Tohpati) antara tahun 1801-1806. Pada saat itu wilayah Kerajaan Karangasem semakin besar yang meluaskan kekuasaannya sampai ke Buleleng dan Jembrana.[6] Setelah wafat, I Gusti Gede Ngurah Karangasem digantikan oleh putranya bernama I Gusti Lanang Peguyangan yang juga dikenal dengan nama I Gusti Gede Lanang Karangasem.
Kemenangan Kerajaan Buleleng melawan kekuasaan Kerajaan Karangasem menyebabkan raja Karangasem, I Gusti Lanang Peguyangan, menyingkir dan saat itu Kerajaan Karangasem berbalik dikuasai oleh raja Buleleng, I Dewa Pahang. Kekuasaan akhirnya dapat direbut kembali oleh I Gusti Lanang Peguyangan. Pemberontakan seorang punggawa kerajaan yang bernama I Gusti Bagus Karang pada tahun 1827 berhasil menggulingkan I Gusti Lanang Peguyangan sehingga melarikan diri ke Lombok, dan tahta Kerajaan Karangasem dipegang oleh I Gusti Bagus Karang.
Ketika I Gusti Bagus Karang gugur dalam menyerang Lombok, pada saat yang sama raja Buleleng, I Gusti Ngurah Made Karangasem, berhasil menaklukan Karangasem dan mengangkat menantunya I Gusti Gede Cotong menjadi raja Karangasem.[6] Setelah I Gusti Gede Cotong terbunuh akibat perebutan kekuasaan, tahta Karangasem dilanjutkan oleh saudara sepupu raja Buleleng yaitu I Gusti Ngurah Gede Karangasem.[6]
Kelompok-kelompok bangsawan Bali dari Kerajaan Karangasem kemudian mulai menguasai bagian barat Pulau Lombok. Salah satu dari mereka, yaitu kelompok Bali-Mataram, berhasil menguasai lebih banyak daripada kelompok asal Bali lainnya, dan bahkan pada akhirnya menguasai keseluruhan pulau ini pada tahun 1839.[7][8][9] Sejak saat itu kebudayaan istana Bali juga turut berkembang di Lombok.[8]
Pada tanggal 25 Agustus 1891, putra penguasa Bali-Mataram yaitu Anak Agung Ketut Karangasem dikirim, beserta 8.000 orang tentara, untuk menumpas pemberontakan di Praya, yang termasuk wilayah Kerajaan Selaparang. Pada tanggal 8 September 1891, pasukan kedua, di bawah putra lainnya, Anak Agung Made Karangasem, yang berkekuatan 3.000 orang dikirimkan sebagai pasukan tambahan.[7] Karena tentara kerajaan tampak dalam kesulitan untuk mengatasi keadaan, diminta lagi bantuan penguasa bawahan Karangasem, yaitu Anak Agung Gede Jelantik, untuk mengirimkan 1.200 orang pasukan elit untuk menuntaskan pemberontakan.[7] Perang berkecamuk berkepanjangan sejak 1891 hingga 1894, dan tentara Bali-Mataram yang lebih canggih persenjataannya dilengkapi dengan dua kapal perang modern, Sri Mataram dan Sri Cakra, berhasil menduduki banyak desa yang memberontak dan mengelilingi kubu perlawanan Sasak yang terakhir.[7]
Pada tanggal 8 November 1894, Belanda secara sistematis menembakkan meriam kepada posisi pasukan Bali di Cakranegara, sehingga menghancurkan istana, menewaskan sekitar 2.000 orang Bali, sementara mereka sendiri kehilangan 166 orang.[9] Pada akhir November 1894, Belanda telah berhasil mengalahkan semua perlawanan Bali, dengan ribuan orang Bali menjadi korban tewas, menyerah, atau melakukan ritual puputan.[8] Lombok dan Karangasem selanjutnya menjadi bagian dari Hindia Belanda, dan pemerintahan dijalankan dari Bali.[8] Gusti Gede Jelantik diangkat sebagai Regent oleh Belanda pada tahun 1894, dan ia memerintah hingga tahun 1908.[10]
Masa kolonial
suntingZaman pendudukan Belanda
suntingSetelah masuknya Belanda, membawa pengaruh pula dalam hal birokrasi pemerintahan. Pada tahun 1906 di Bali terdapat tiga macam bentuk pemerintahan yaitu:
- Rechtstreeks bestuurd gebied (pemerintahan langsung) meliputi Buleleng, Jembrana, dan Lombok
- Zelfbestuurend landschappen (pemerintahan sendiri) ialah Badung, Tabanan, Klungkung, dan Bangli
- Stedehouder (wakil pemerintah Belanda) ialah Gianyar dan Karangasem
Demikianlah di Kerajaan Karangasem berturut-turut yang menjadi Stedehouder (penguasa) yaitu I Gusti Gede Jelantik pada tahun 1894-1908, dan Stedehouder I Gusti Bagus Jelantik yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem (Dewata di Maskerdam) pada tahun 1908-1950,[6] yang membawahi 21 Punggawa, yaitu Karangasem, Seraya, Bugbug, Ababi, Abang, Culik, Kubu, Tianyar, Pesedahan, Manggis, Antiga, Ulakan, Bebandem.[11] Dengan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tertanggal 16 Desember 1921 No. 27 Stbl. No. 756 tahun 1921, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1922, Gouvernements Lanschap Karangasem dihapuskan, diubah menjadi daerah otonomi, langsung di bawah Pemerintahan Hindia Belanda, terbentuklah Karangasem Raad yang diketuai oleh Regent I Gusti Bagus Jelantik, sedangkan sebagai Sekretaris dijabat oleh Controleur Karangasem.
Sebagai Regent, I Gusti Bagus Jelantik masih mempergunakan gelar Stedehouder. Jumlah Punggawa yang sebelumnya berjumlah 14 buah dikurangi lagi sehingga menjadi 8 buah, yaitu: Rendang, Selat, Sidemen, Bebandem, Manggis, Karangasem, Abang, Kubu. Dengan Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda tertanggal 4 September 1928 No. 1, gelar Stedehouder diganti dengan gelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Dengan Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda tertanggal 30 Juni 1938 No. 1 terhitung mulai tanggal 1 Juli 1938 dia diangkat menjadi Zelfbestuur Karangasem (kepala swapraja). Bersamaan dengan terbentuknya Zelfbestuur Karangasem, terhitung mulai tanggal 1 Juli 1938 terbentuk pulalah Zelfbestuur–Zelfbestuur di seluruh Bali, yaitu Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan, Jembrana dan Buleleng, di mana penguasa swapraja-swapraja (Zelfbestuur) tersebut tergabung dalam federasi raja-raja yang disebut Paruman Agung.[11]
Dalam kehidupan sosial-budaya, akibat pengaruh pendidikan yang didapat pada abad ke-19, banyak para pemuda intelektual di berbagai daerah di Bali mendirikan perkumpulan-perkumpulan dan organisasi kepemudaan, keagamaan, dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1925 di Singaraja didirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Suryakanta" dan memiliki sebuah majalah yang juga diberi nama "Suryakanta". Suryakanta menginginkan agar masyarakat Bali mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan menghapuskan adat istiadat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu, di Karangasem lahir suatu perhimpunan yang bernama "Satya Samudaya Baudanda Bali-Lombok" yang anggotanya terdiri atas pegawai negeri dan masyarakat umum dengan tujuan menyimpan dan mengumpulkan uang untuk kepentingan studiefonds.
Masa pendudukan Jepang
suntingSetelah melalui beberapa pertempuran, tentara Jepang mendarat di Pantai Sanur, Badung, pada tanggal 18 dan 19 Februari 1942. Dari arah Sanur ini tentara Jepang memasuki kota Denpasar dengan tidak mengalami perlawanan apa-apa. Kemudian, dari Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali, termasuk Karangasem. Pertama-tama, yang meletakkan dasar kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan Angkatan Darat Jepang (Rikugun). Kemudian, ketika suasana sudah stabil penguasaan pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan sipil. Pada saat Jepang masuk ke Bali, Paruman Agung atau dewan raja-raja Bali diubah menjadi Sutyo Renmei.[11]
Masa kemerdekaan
suntingPada tahun 1945 setelah Jepang menyerah dan kemerdekaan Republik Indonesia, Bali menjadi bagian dari Pemerintah Negara Indonesia Timur. Negara Indonesia Timur bubar dan semua wilayahnya melebur ke dalam Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Pemerintahan swapraja-swapraja (kerajaan) di Bali diubah menjadi Dewan Raja-Raja dengan berkedudukan di Denpasar dan diketuai oleh seorang raja. Pada bulan Oktober 1950, pemerintahan Swapraja Karangasem berbentuk Dewan Pemerintahan Karangasem yang diketuai oleh ketua Dewan Pemerintahan Harian yang dijabat oleh Kepala Swapraja (Raja) serta dibantu oleh para anggota Majelis Pemerintah Harian.
Pada tahun 1951, istilah Anggota Majelis Pemerintah Harian diganti menjadi Anggota Dewan Pemerintah Karangasem. Berdasarkan UU No. 69 tahun 1958 terhitung mulai tanggal 1 Desember 1958, daerah-daerah swapraja di Bali diubah menjadi Daerah Tingkat II setingkat kabupaten, termasuk Karangasem.[11]
Geografi
suntingKarangasem merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling timur Pulau Bali. Secara astronomis, kabupaten ini berada pada posisi 8°00'00"–8°41'37,8" Lintang Selatan dan 115°35'9,8"–115°54'8,9" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Karangasem adalah 839,54 km² atau 83.954 Ha yang terdiri atas 8 Kecamatan, 75 desa, dan 3 kelurahan. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karangasem meliputi: Kecamatan Rendang, Sidemen, Manggis, Karangasem, Abang, Bebandem, Selat, dan Kubu.[12]
Batas wilayah
suntingBatas-batas wilayah Kabupaten Karangasem adalah sebagai berikut:
Utara | Laut Bali/Laut Jawa |
Timur | Selat Lombok |
Selatan | Samudera Indonesia |
Barat | Kabupaten Klungkung, Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Bangli |
Topografi
suntingKabupaten Karangasem mempunyai wilayah yang berbatasan dengan laut sampai ke pegunungan dengan puncaknya Gunung Agung. Dengan demikian maka ketinggian tempatnya bervariasi dari 0–3.142 m di atas permukaan laut dan sebagian besar dari wilayah Karangasem memiliki ketinggian antara 100–500 m dpl dan 500–1000 m dpl. Ini berarti bahwa sebagian wilayahnya merupakan perbukitan sampai pegunungan. Daerah datarannya hanya meliputi 13,4% dari luas wilayah yakni hanya tersebar di daerah pantai atau pesisir.
Berdasarkan tingkat kelerengan, daerah dataran terbesar adalah di Kecamatan Karangasem dengan luas 3.798 ha, kemudian diikuti Kecamatan Abang seluas 3.718 ha, sedangkan daerah sangat curam terluas adalah di Kecamatan Kubu dengan luas wilayah sebesar 4.898 ha, kemudian diikuti Kecamatan Manggis dengan luas wilayah 2.306 ha. Berikut adalah klasifikasi mendetail mengenai tingkat kemiringan lahan:
- Kemiringan lereng 0–8% merupakan daerah datar (flat to almost flat), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan dengan luas daerah 23.090,00 Ha atau 27,5% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Kubu yaitu seluas 5.011,00 Ha atau 21,7% dari luas daerah dengan kemiringan 0–8%.
- Kemiringan lereng 8–15% merupakan daerah agak landai (gentle sloping), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan kecuali Kecamatan Sidemen dengan luas daerah 12,860 Ha atau 15,3% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Kubu yaitu seluas 5.826 Ha atau 45,3% dari luas daerah dengan kemiringan 8–15%.
- Kemiringan lereng 15–25%, merupakan daerah agak curam (moderately steep), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan dengan luas daerah 16.682,00 Ha atau 19,9% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Rendang yaitu seluas 5.634 Ha atau 33,8% dari luas daerah dengan kemiringan 15–25%.
- Kemiringan lereng 25–40%, merupakan daerah curam (moderately steep), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan dengan luas daerah 14.794 Ha atau 17,6% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Abang yaitu seluas 3.495 Ha atau 23, 6% dari luas daerah dengan kemiringan 25–40%.
- Kemiringan di atas 40%, merupakan daerah sangat curam semua kecamatan dengan luas daerah 16.258 Ha atau 19,7% total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Kubu yaitu seluas 4.898 Ha atau 29,6% dari luas daerah dengan kemiringan di atas 40%.[12]
Geologi
suntingSecara geologi Kabupaten Karangasem terdiri dari formasi Kuarter, Kuarter Bawah, dan Miosin. Formasi Kuarter meliputi sebagian besar wilayah kabupaten. Formasi Kuarter dengan Litologi Tufa Pasiran dan endapan lahar terdapat di pesisir utara yakni di daerah Tianyar. Litologi berupa lahar, pasir, lapili diarahkan bom, warna coklat tua hingga hitam. Sebarannya di daerah Gunung Agung, Selat, Muncan, sepanjang aliran Tukad Buhu, dan Tukad Bangka. Di Belahan utara mulai dari daerah Gunung Agung, wilayah Kecamatan Kubu, sebagian Kecamatan Abang, daerah aliran sungai Unda. Komposisi lahar terdiri dari batuan beku andesit dan batu apung dengan masa dasar tufa pasiran. Pasir komposisinya terdiri dari faalspar, gelas vulkanik, dan mineral hitam. Lapili dan bom komposisinya terdiri dari batu apung dan lava andesit, umumnya batuan ini belum mengeras dan mudah lepas. Setempat-setempat pada batuan ini terdapat lava dan breksi, kompak dan keras, pada lava sebagian berongga. Formasi Kuarter Bawah terdapat di daerah ujung timur kabupaten yakni Kecamatan Karangasem bagian timur dan Kecamatan Abang bagian utara. Litologinya berupa lava dan breksi Gunung Api Seraya. Lava berwarna abu-abu kehitaman. Breksi berwarna coklat. Formasi Miosin terdapat di perbukitan Kecamatan Manggis dan Selat. Litologinya berupa breksi dan lava merupakan formasi Ulakan. Lava berwarna abu-abu kehitaman dan breksi berwarna coklat kehitaman.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Karangasem berupa jenis mediteran, alluvial, latosol, dan regosol. Jenis tanah mediteran merupakan bagian terkecil (147 ha atau 0,2%), sebarannya di bagian pesisir kecamatan Manggis seperti sebagian wilayah Desa Antiga, wilayah Desa Ulakan, wilayah Desa Manggis, wilayah Nyuh Tebel (Kecamatan Karangasem). Jenis tanah alluvial tersebar di Kecamatan Sidemen, Manggis, Karangasem, Bebandem dan Selat. Kemudian latosol (luas 36.325 ha atau 43,3%) di wilayah Kecamatan Karangasem bagian timur (Desa Seraya, Seraya Barat, Seraya Timur), sebagian wilayah Kecamatan Abang seperti Desa Purwakerti, daerah perbukitan Manggis sampai sebagian Kecamatan Selat bagian selatan, dan sebagian Kecamatan Sidemen. Jenis tanah latosol ini umumnya sangat rawan terhadap erosi, lebih-lebih di Kecamatan Karangasem Timur karena tanahnya banyak terdiri dari batu lepas dengan vegetasi yang kurang serta kemiringan yang terjal. Jenis tanah regosol (luas 36.784 ha atau 43,8%) meliputi sebagian terbesar wilayah Kabupaten Karangasem. Sebarannya adalah dari bagian utara sampai bagian tengah. Tanah jenis ini juga rawan erosi khususnya pada daerah dengan kemiringan lahan tinggi.[12]
Hidrologi
suntingTerdapat beberapa sungai yang melewati wilayah Kabupaten Karangasem, di antaranya terdapat dua sungai yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sumber air yang dapat memenuhi kebutuhan air warga Karangasem, yaitu Sungai Tukad Unda dan Sungai Tukad Telaga Waja. Berdasarkan tingkat kontinuitas aliran, sungai di wilayah Kabupaten Karangasem terbagi menjadi tiga, yakni:
- Mengalir sepanjang tahun (perennial streams) umumnya mengalir ke bagian selatan. Berikut adalah contoh sungai yang mengalir sepanjang tahun: Tukad Janga, Tukad Telagawaja, Tukad Mangereng, Tukad Jinah, Tukad Nyuling, Tukad Kekeruk, Tukad Buhu dan lainnya.
- Mengalir hanya pada musim hujan (intermitten streams). Sungai jenis ini banyak terdapat di Desa Seraya, Seraya Barat, Bugbug dan Perasi.
- Mengalir hanya pada saat hujan (ephemeral streams) umumnya semua sungai di Kecamatan Kubu, sebagian Kecamatan Abang (Purwakerthi, Labasari), dan sebagian Kecamatan Karangasem (Seraya Timur).[12]
Iklim
suntingSuhu udara di wilayah Kabupaten Karangasem sangat beragam oleh karena faktor ketinggian suatu tempat, tetapi pada umumnya suhu udara rata-rata di wilayah Karangasem berkisar antara 20°–32 °C, tetapi untuk suhu udara di wilayah perbukitan dan pegunungan biasanya kurang dari 20 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun bervariasi antara 76%–81%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, sebagian besar wilayah Kabupaten Karangasem beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Karangasem biasanya berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus dan September dengan curah hujan bulanan di bawah 20 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di Kabupaten Karangasem berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah Januari dan Februari yang curah hujan bulanannya di atas 200 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Karangasem berkisar antara 1.000–1.700 mm per tahun dengan jumlah curah hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun.
Data iklim Karangasem, Bali, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.2 (86.4) |
30.4 (86.7) |
31.4 (88.5) |
31.1 (88) |
30.7 (87.3) |
30 (86) |
29.4 (84.9) |
29.8 (85.6) |
30.5 (86.9) |
31.5 (88.7) |
32.1 (89.8) |
31.6 (88.9) |
30.73 (87.31) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26.3 (79.3) |
26.4 (79.5) |
27.2 (81) |
26.4 (79.5) |
25.9 (78.6) |
25.1 (77.2) |
24.7 (76.5) |
25.7 (78.3) |
26.8 (80.2) |
27.3 (81.1) |
26.7 (80.1) |
26.4 (79.5) |
26.24 (79.23) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 22.5 (72.5) |
23.3 (73.9) |
22.1 (71.8) |
21.7 (71.1) |
21.2 (70.2) |
20.3 (68.5) |
19.1 (66.4) |
20.3 (68.5) |
21.1 (70) |
22.7 (72.9) |
23.5 (74.3) |
22.5 (72.5) |
21.69 (71.05) |
Presipitasi mm (inci) | 357 (14.06) |
330 (12.99) |
239 (9.41) |
162 (6.38) |
103 (4.06) |
74 (2.91) |
67 (2.64) |
39 (1.54) |
60 (2.36) |
105 (4.13) |
182 (7.17) |
288 (11.34) |
2.006 (78,99) |
Rata-rata hari hujan | 15 | 14 | 11 | 8 | 6 | 4 | 4 | 3 | 3 | 4 | 8 | 13 | 93 |
% kelembapan | 81 | 80 | 80 | 80 | 79 | 79 | 77 | 76 | 76 | 78 | 79 | 80 | 78.8 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 209 | 198 | 243 | 270 | 275 | 263 | 292 | 289 | 274 | 234 | 227 | 208 | 2.982 |
Sumber #1: Climate-Data.org [13] & BMKG[14] | |||||||||||||
Sumber #2: Weatherbase [15] |
Demografi
suntingPopulasi
suntingPenduduk Karangasem berjumlah 416.600 jiwa pada tahun 2019, dan pada pertengahan tahun 2024 berjumlah 536.477 jiwa. Karangasem adalah wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak ke-3 di Provinsi Bali setelah Kota Denpasar.[3][1]
Agama
suntingMenurut sensus 2024, 95,76% penduduk Karangasem beragama Hindu sementara 3,96% beragama Islam yang umumnya dianut oleh orang Sasak dan Jawa sementara sisanya menganut agama lain seperti agama Kristen (0,19%) dan Buddha (0,09%) yang pada umumnya dianut oleh komunitas orang Tionghoa Bali, Kristen di Karangasem dibagi menjadi dua yaitu Protestan yang dianut oleh 0,13% dari populasi sementara Katolik dianut 0,06% dari populasi.[3]
Kelompok etnis
suntingKarangasem seperti kabupaten lainnya di Bali yang dihuni oleh etnis Suku Bali dan Bali Aga selain itu terdapat perkampungan etnis lain seperti muslim Sasak yang kemungkinan karena adanya faktor sejarah, dimana dahulu Lombok pernah dikuasai oleh Kerajaan Karangasem. Orang orang Sasak di Karangasem menyebut diri mereka sebagai Karang Sasak yang berarti mereka sudah bercampur dengan suku Bali lokal.[16] adapula komunitas Tionghoa Bali di dekat perbatasan dengan Kabupaten Bangli, mereka banyak membangun gereja-gereja dan vihara.
Bahasa
suntingBahasa resminya adalah Bahasa Indonesia, dan bahasa lokalnya adalah bahasa Bali dialek Karangasem dan Bali Aga, selain bahasa Bali di Karangasem juga ada penduduknya yang berbahasa Sasak di beberapa kampung di Karangasem diantaranya adalah kampung desa Tianyar di Karangasem timur. Bahasa Sasak di Karangasem semakin ditinggalkan karena anak mudanya lebih fasih berbahasa Bali Karangasem.[17]
Pemerintahan
suntingBupati
suntingNo | Bupati | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Wakil Bupati | ||
---|---|---|---|---|---|---|
9 | I Gede Dana | 26 Februari 2021 | Petahana | I Wayan Artha Dipa |
Dewan Perwakilan
suntingBerikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Karangasem dalam tiga periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014–2019[18] | 2019–2024[19] | 2024–2029 | ||
Gerindra | 5 | 5 | 9 | |
PDI-P | 12 | 12 | 15 | |
Golkar | 13 | 11 | 8 | |
NasDem | 5 | 9 | 5 | |
PKS | 1 | 1 | 0 | |
Hanura | 2 | 3 | 1 | |
Demokrat | 5 | 2 | 6 | |
Perindo | (baru) 2 | 1 | ||
PKPI | 2 | 0 | ||
Jumlah Anggota | 45 | 45 | 45 | |
Jumlah Partai | 8 | 8 | 7 |
Kecamatan
suntingKabupaten Karangasem terdiri dari 8 kecamatan, 3 kelurahan, dan 75 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 545.389 jiwa dengan luas wilayah 839,54 km² dan sebaran penduduk 650 jiwa/km².[20][21]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Karangasem, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Jumlah Desa |
Status | Daftar Desa/Kelurahan |
---|---|---|---|---|---|
51.07.05 | Abang | - | 14 | Desa | |
51.07.06 | Bebandem | - | 8 | Desa | |
51.07.04 | Karangasem | 3 | 8 | Desa | |
Kelurahan | |||||
51.07.08 | Kubu | - | 9 | Desa | |
51.07.03 | Manggis | - | 12 | Desa | |
51.07.01 | Rendang | - | 6 | Desa | |
51.07.07 | Selat | - | 8 | Desa | |
51.07.02 | Sidemen | - | 10 | Desa | |
TOTAL | 3 | 75 |
Pariwisata
suntingTempat Wisata
suntingDi Karangasem terdiri banyak objek wisata yang cukup populer dan dikunjungi banyak wisatawan, baik lokal maupun internasional. Berikut beberapa daftar objek wisata di Karangasem:
- Pura Besakih
- Pura Pasar Agung
- Gunung Agung
- Bukit Jambul
- Telaga Waja
- Kebun Salak Sibetan
- Taman Ujung
- Candidasa
- Tirta Gangga
- Puri Agung Karangasem
- Tulamben
- Amed
- Tenganan
- Labuan Amuk
- Padang Bai
- Pantai Bias Tugel
- Pura Lempuyang
- Bukit Asah
- Pantai Perasi (Virgin Beach)
- Pelukatan Jaga Satru
Pelabuhan
suntingKarangasem Memiliki dua Pelabuhan yakni Pelabuhan Padang Bai dan Pelabuhan Tanah Ampo.
Referensi
sunting- ^ a b c d e "Kabupaten Karangasem Dalam Angka 2020". www.karangasemkab.bps.go.id. Diakses tanggal 15 Juli 2020.
- ^ "Sah! Mulai Besok Sedana Merta Resmi Sekda Karangasem". Bali Factual News (dalam bahasa Inggris). 2020-07-09. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-11. Diakses tanggal 2020-07-10.
- ^ a b c d e "Visualisasi Data Kependudukan Kementerian Dalam Negeri - Dukcapil 2024" (Visual). gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 22 Agustus 2024.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota 2021-2023". www.bali.bps.go.id. Diakses tanggal 6 Desember 2023.
- ^ "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-06. Diakses tanggal 2018-07-06.
- ^ a b c d e f Sejarah Kerajaan Karangasem
- ^ a b c d e f Colonial collections revisited By Pieter ter Keurs p.190ff
- ^ a b c d Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East ..., Volume 3 by Keat Gin Ooi p.790ff
- ^ a b Priests and programmers by John Stephen Lansing p.20
- ^ The rough guide to Bali & Lombok by Lesley Reader, Lucy Ridout p.298
- ^ a b c d Sejarah Kabupaten Karangasem dan Kota Amlapura
- ^ a b c d "Profil Kabupaten Karangasem" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-04-10. Diakses tanggal 2020-09-23.
- ^ "Amlapura, Bali, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 23 September 2020.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 78 & 143. Diakses tanggal 23 September 2024.
- ^ "Karangasem, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 23 September 2020.
- ^ bahasa-bali-warna-sasak-di-karangasem/ tatkala.com.Diakses 27 Desember 2024
- ^ bahasa-bali-warna-sasak-di-karangasem/ tatkala.com.Diakses 27 Desember 2024
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Karangasem 2014-2019
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kabupaten Karangasem 2019-2024
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Situs web resmi