Khawarij
Netralitas artikel ini dipertanyakan. |
Bagian dari seri |
Islam |
---|
Khawārij (bahasa Arab: خوارج atau dibaca Khowaarij, secara harfiah memiliki arti "Mereka yang Keluar") ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam Islam yang awalnya mengakui kekuasaan Ali bin Abi Thalib, lalu menolaknya. Disebut Khowarij disebabkan karena keluarnya mereka dari barisan Ali yang saat itu dianggap sebagai pemimpin kaum muslimin yang sah.[1]
Awal keluarnya mereka dari pemimpin kaum muslimin yaitu pada zaman khalifah Ali bin Abi Thalib ketika terjadi (musyawarah) dua utusan. Mereka berkumpul disuatu tempat yang disebut Khoruro (satu tempat di daerah Kufah). Oleh sebab itulah mereka juga disebut Al Khoruriyyah.[2]
Etimologi
Istilah Al-Khariji digunakan sebagai eksonim oleh lawan mereka ketika kelompok tersebut meninggalkan tentara Khalifah Ali selama Perang Saudara Islam I. Istilah ini berasal dari akar bahasa Arab خ ر ج, yang memiliki arti utama "meninggalkan" atau "keluar",[3] seperti pada kata dasarnya خرج, ḵẖaraja, "keluar". Mereka menyebut diri mereka sendiri Asy-Syurah ("Para Pedagang"), yang mereka pahami dalam konteks kitab suci Islam (Qur'an Al-Baqarah:207) dengan pemaknaan bahwa "mereka telah memperdagangkan barang fana, yaitu kehidupan dunia, dengan kehidupan lain yang lebih kekal, yaitu "kehidupan akhirat".[4][5]
Sumber primer dan klasik
Hampir tidak ada sumber Khawarij utama yang bertahan, kecuali karya penulis dari satu-satunya sekte Khawarij yang masih hidup yaitu Ibadiyah. Kebanyakan sumber mengenai Khawarij berasal dari kutipan yang ada dalam karya non-Kharwarij.[6] Karena kebanyakan sumber informasi utama berasal dari karya di luar golongan mereka dan berasal dari periode berikutnya,[7] maka transmisi, pengumpulan, dan klasifikasi mengenai golongan Khawarij sering kali telah mengalami perubahan dan distorsi.[8]
Sumber-sumber non-Khawarij terbagi dalam dua kategori, yaitu sejarah dan karya heresiografi yang saat itu disebut sebagai sastra al-firaq (persektean).[6] Sejarah Khawarij ditulis jauh lebih lambat dari peristiwa yang sebenarnya, dan banyak perselisihan teologis serta politik di antara umat Islam awal telah diselesaikan pada saat itu. Sebagai perwakilan dari ortodoksi yang muncul,[9] penulis Sunni serta Syiah [10] yang menulis tentang Khawarij memandang peristiwa asli sejarah Khawarij melalui kacamata pandangan mereka.[9] Sumber-sumber mengenai Khawarij yang berasal dari luar golongan mereka sering kali langsung memicu polemik, hal ini dikarenakan penulis cenderung menggambarkan sekte mereka sendiri sebagai perwakilan sebenarnya dari Islam asli dan menempatkan Khawarij sebagai sekte sesat yang wajib dimusuhi.[6][11] Meskipun penulis Sunni maupun Syiah menggunakan sumber Khawarij yang sebelumnya sudah tidak ada lagi dan juga sumber non-Khawarij, terjemahan mereka tentang peristiwa kemunculan Khawarij tersebut telah banyak diubah sebagai topos sastra.[8][a]
Berdasarkan hadits Nabi Muhammad yang menubuatkan munculnya 73 sekte dalam Islam, yang salah satunya akan diselamatkan dan yang lainnya dikutuk sebagai sesat, para heresiografer (peneliti aliran sesat) kemudian sangat mementingkan pengklasifikasian apa yang mereka anggap sebagai sekte sesat dan doktrin sesat mereka.[14] Akibatnya, pandangan sekte tertentu kemudian diubah dan dikarang-karang sendiri agar sesuai dengan klasifikasi kesesatan, dan terkadang ada beberapa sekte fiktif yang dibuat-buat dengan tujuan untuk disesat-sesatkan.[8][15] Selain itu, laporan para heresiografer sering kali membingungkan dan kontradiktif karena mereka membuat rekonstruksi tentang "apa yang sebenarnya terjadi" dengan mencocok-cocokkan motif sebenarnya dari kaum Khawarij agar sesuai dengan keinginan penulis.[16] Menurut sejarawan Hannah-Lena Hagemann dan Peter Verkinderen, sumber sejarah non-Khawarij kadang-kadang menggunakan Khawarij sebagai contoh buruk dalam berbagai masalah, seperti masalah "status Ali, bahaya perselisihan komunal, atau aspek hukum pemberontakan".[17] Sumber Ibadi, di di sisi lain, dapat dikategorikan sebagai hagiografi dan sumber-sumber tersebut memiliki muatan pelestarian identitas kelompok Khawarij. Untuk tujuan tersebut, sumber Ibadi sering kali membuat-buat cerita atau mengubah peristiwa yang pernah terjadi untuk meromantisasi dan mengagungkan pemberontakan Khawarij awal dan pemimpin mereka sebagai simbol identitas kelompok.[18] Meski begitu, sumber-sumber Ibadi juga memusuhi kelompok Khawarij lainnya.[19] Sumber-sumber tentang Khawarij, baik yang berasal dari Ibadi, historiografis, atau heresiografis, sering kali tidak melaporkan peristiwa sebagaimana yang sebenarnya terjadi. Para penulis tersebut lebih suka menunjukkan bagaimana cara dirinya dalam memandang Khawarij, dan ingin pembacanya melihat peristiwa yang mereka baca sebagai kenyataan.[8][20]
Sumber-sumber mengenai Khawarij yang temasuk ke dalam kategori historiografi antara lain adalah Sejarah Para Nabi dan Raja karya Ath-Thabari (wafat 923), Al-Asyraf dari Al-Baladzuri (w. 892),[b] Al-Kamil dari al-Mubarrad (wafat 899), dan Padang Emas dari Al-Mas'udi (w. 956).[22] Sumber penting lainnya termasuk sejarah dari Ibnul Atsir al-Jaziri (w. 1233), dan Ibnu Katsir (w. 1373), tetapi kedua penulis tersebut banyak mengambil materi dari Ath-Thabari.[6] Inti informasi dalam sumber-sumber historiografi tersebut didasarkan pada karya sejarawan terdahulu seperti Abu Mikhnaf (wafat 773), Ma'mar bin al-Mutsanna (wafat 825), dan Al-Mada'ini (wafat 843).[22] Penulis yang pada umumnya masuk ke dalam kategori heresiografi meliputi Al-Asy'ari (wafat 935),[c] Abu Mansur Al-Baghdadi (w. 1037),[d] Ibnu Hazm (w. 1064),[e] Asy-Syahrastani (w. 1153 ),[f] dan lain-lainnya.[6][11] Karya terkemuka di antara orang Ibadi yang bertahan adalah tulisan heresiografi abad kedelapan dari Salim bin Dzakwan.[23] Tulisan ini membedakan para Ibadi dengan kelompok Khawarij lain yang diperlakukan sebagai ekstremis.[24] Al-Kasyf wal Bayan, sebuah karya abad ke-12 oleh Al-Qalhati, adalah contoh lain dari tulisan heresiografi Ibadi dan membahas asal-usul kaum Khawarij dan perpecahan di dalam pergerakan Khawarij.[6]
Asal-usul
Kaum Khawarij merupakan bagian dari sekte pertama yang muncul dalam Islam.[25] Mereka berasal dari Fitnah Pertama, perebutan kepemimpinan politik atas umat, setelah pembunuhan khalifah ketiga Utsman pada tahun 656 M.[26]
Tahun-tahun terakhir pemerintahan Utsman ditandai dengan meningkatnya ketidakpuasan dari berbagai kelompok dalam komunitas Muslim. Pengunggulan atas kerabatnya yang berasal dari [[[Dinasti Umayyah]] dikritik oleh beberapa Sahabat di Madinah.[g] Para pemukim Muslim awal di kota garnisun Kufah dan Fustat, merasa statusnya terancam oleh beberapa faktor selama periode Utsman. Utsman benar-benar melakukan campur tangan dalam urusan provinsi,[h] Kepadatan kota-kota garnisun karena masuknya suku Arab secara terus-menerus, mengurangi pendapatan dari penaklukan Muslim awal, dan mengembangkan pengaruh dari bangsawan suku Arab pra-Islam.[30] Oposisi yang dilakukan oleh pendatang awal Irak, yang dikenal sebagai qurra (yang mungkin berarti "pembaca Al-Qur'an"), dan orang Mesir berubah menjadi pemberontakan terbuka pada tahun 656. Didorong oleh beberapa elit Madinah yang tidak puas, para pemberontak berbaris di Madinah, membunuh Utsman pada Juni 656 M.[29] Pembunuhannya memicu perang saudara.[31]
Setelah itu, sepupu dan menantu Muhammad, Ali, menjadi khalifah dengan bantuan orang-orang Madinah dan para pemberontak. Dia segera ditantang oleh sahabat awal Muhammad, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam serta janda Muhammad, Aisyah, yang berpendapat bahwa pemilihannya adalah tidak sah karena melibatkan pembunuh Utsman dan karenanya, majelis syura harus dipanggil untuk memilih khalifah baru. Ali mengalahkan mereka pada bulan November 656 di Pertempuran Unta.[32] Kemudian, Muawiyah bin Abi Sufyan, Kerabat Utsman dan gubernur Suriah, mencela pemilihan Ali, berpendapat bahwa pembunuh Utsman berada di kamp Ali dan menghindari hukuman. Keduanya saling berhadapan di Pertempuran Siffin pada Juli 657. Di ambang kekalahan, Muawiyah memerintahkan prajuritnya untuk mengibarkan mushaf Al-Quran di tombak mereka sebagai sinyal untuk menghentikan pertarungan dan merundingkan perdamaian. Orang-orang qurra yang ada di pasukan Ali digerakkan oleh isyarat,[33] yang mereka tafsirkan sebagai seruan kepada Kitabullah,[34][35] dan menuntut agar Ali segera menghentikan pertempuran. Meskipun awalnya tidak mau, Ali kemudian menyerah di bawah tekanan dan ancaman kekerasan terhadapnya oleh orang-orang qurra.[33][36][35] Panitia arbitrase yang terdiri dari perwakilan Ali dan Muawiyah dibentuk dengan mandat untuk menyelesaikan perselisihan menurut Al-Qur'an dan sunnah.[33][37][i] Sementara sebagian besar pasukan Ali menerima kesepakatan tersebut, satu kelompok, yang mencakup banyak suku Tamim, dengan keras menolak arbitrase dan mengangkat slogan "Tiada hukum kecuali hukum Allah" Lā hukma illā Allah.[36]
Catatan
- ^ Banyak laporan pemberontakan Khawarij misalnya, mengikuti pola yang berbeda: pengumpulan anggota Khawarij; penunjukan pemimpin yang pada awalnya enggan untuk ditunjuk; khotbah yang mengharuskan umat untuk mengobarkan semangat jihad; dan akhirnya pemberontakan.[12] Gambaran lain tentang Khawarij sering kali termasuk kesalehan ekstrem, keinginan untuk perang suci dan kesyahidan, dan kekerasan ekstrim.[13]
- ^ Al-Baladzuri agak bersimpati terhadap kaum Khawarij karena dia lebih mementingkan penggambaran Bani Umayyah sebagai tiran, yang kezaliman rezim tersebut dia lawankan dengan kesalehan Khawarij. Sebaliknya, Ath-Tabari berfokus pada kecaman terhadap militan Khawarij.[21]
- ^ Kitab Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Musallin.
- ^ Al-farq bainal firaq.
- ^ Kitab al-Fasl fi'l-Milal wa'l-Ahwa wa'l-Nihal.
- ^ Kitab Al-Milal wa'l-Nihal.
- ^ Dia menunjuk kerabatnya untuk semua jabatan gubernur penting dan memberikan hibah uang dan tanah untuknya kerabat dekatnya.[27]
- ^ Dia menuntut agar pendapatan surplus dari provinsi dikirim ke Madinah. Dia juga menegaskan bahwa tanah pertanian yang ditaklukkan di Irak, yang telah dinyatakan oleh khalifah kedua Umar sebagai aset negara yang pendapatannya dibayarkan kepada para pejuang, adalah milik negara yang dapat digunakan sesuai kebijaksanaan Khalifah.[28][29]
- ^ Dokumen arbitrase tidak menyatakan dengan jelas masalah apa yang harus diselesaikan. Juga tidak jelas apa arti istilah sunnah al-adilah (terj. har. 'praktek yang adil'). Versi dokumen palsu selanjutnya merevisi istilah tersebut menjadi sunna Muhammad. Kaum Khawarij menentang hal ini karena menyiratkan bahwa Al-Quran bukanlah dasar yang cukup untuk membuat keputusan.[38]
Referensi
Kutipan
- ^ Fat, juz 12 hal. 283
- ^ Mu'jam Al-Buldan li Yaqut Al-Hamawi, juz 2 hal. 245
- ^ Francesca 2006, hlm. 84.
- ^ Della Vida 1978, hlm. 1075.
- ^ Gaiser 2016, hlm. 1–2.
- ^ a b c d e f Gaiser 2013.
- ^ Hagemann 2021, hlm. 3.
- ^ a b c d Gaiser 2020.
- ^ a b Kenney 2006, hlm. 25.
- ^ Gaiser 2016, hlm. 2.
- ^ a b Kenney 2006, hlm. 28–29.
- ^ Hagemann 2021, hlm. 122.
- ^ Hagemann 2021, hlm. 86ff.
- ^ Kenney 2006, hlm. 28.
- ^ Lewinstein 1992, hlm. 75–77, 92–96.
- ^ Hagemann 2021, hlm. 64–65.
- ^ Hagemann & Verkinderen 2020, hlm. 501.
- ^ Gaiser 2016, hlm. 169.
- ^ Lewinstein 1991.
- ^ Hagemann & Verkinderen 2020, hlm. 490.
- ^ Hagemann 2016.
- ^ a b Della Vida 1978, hlm. 1077.
- ^ Crone & Zimmermann 2001.
- ^ Sonn & Farrar 2009.
- ^ Crone & Zimmermann 2001, hlm. 1.
- ^ Watt 1973, hlm. 9.
- ^ Donner 2010, hlm. 152–153.
- ^ Donner 2010, hlm. 148–149.
- ^ a b Kennedy 2016, hlm. 63.
- ^ Donner 2010, hlm. 148–154.
- ^ Donner 2010, hlm. 155.
- ^ Donner 2010, hlm. 157–159.
- ^ a b c Wellhausen 1901, hlm. 3.
- ^ Wellhausen 1901, hlm. 7.
- ^ a b Madelung 1997, hlm. 238.
- ^ a b Della Vida 1978, hlm. 1074.
- ^ Hinds 1972, hlm. 100.
- ^ Hinds 1972, hlm. 100–102.
Daftar pustaka
- Abbas, Ihsan, ed. (1974). Shiʿr al-Khawārij: Jamʿ wa Taqdīm Iḥsān ʿAbbās (edisi ke-3rd). Beirut: Dar al-Thaqafa. OCLC 584091175.
- Akram, Muhammad (2014). "The Authority of Ulama and the Problem of Anti-State Militancy in Pakistan". Asian Journal of Social Science. 42 (5): 584–601. doi:10.1163/15685314-04205006. JSTOR 43495821.
- Allen, Lori A. (2005). "Jihad: Arab States". Dalam Joseph, Suad; Najamabadi, Afsaneh; Peteet, Julie; Shami, Seteney; Siapno, Jacqueline; Smith, Jane I. Encyclopedia of Women and Islamic Cultures. II: Family, Law and Politics. Leiden: Brill. hlm. 319–321. ISBN 9004128182.
- Badawi, M. M. (1980). "From Primary to Secondary Qaṣīdas: Thoughts on the Development of Classical Arabic Poetry". Journal of Arabic Literature. 11: 1–31. doi:10.1163/157006480X00018. JSTOR 4183025.
- Blankinship, Khalid Yahya (1994). The End of the Jihâd State: The Reign of Hishām ibn ʻAbd al-Malik and the Collapse of the Umayyads. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-7914-1827-7.
- Bosworth, C. Edmund (2009). "Kharijites in Persia". Dalam Yarshater, Ehsan. Encyclopædia Iranica, Online Edition. Encyclopædia Iranica Foundation.
- Brünnow, Rudolf Ernst (1884). Die Charidschiten unter den ersten Omayyaden. Ein Beitrag zur Geschichte des ersten islamischen Jahrhunderts (dalam bahasa Jerman). Leiden: E. J. Brill. OCLC 1527180.
- Bunzel, Cole (2016). The Kingdom and the Caliphate: Duel of the Islamic States (Laporan). Washington, D.C.: Carnegie Endowment for International Peace. Diakses tanggal 10 January 2021.
- Burton, John (1977). The Collection of the Qur'an. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-21439-1.
- Cooperson, Michael, ed. (2013). Ibn al-Jawzī : Virtues of the Imām Aḥmad ibn Ḥanbal. 1. New York and London: New York University Press. ISBN 978-0-8147-7166-2.
- Crone, Patricia (1998). "A Statement by the Najdiyya Khārijites on the Dispensability of the Imamate". Studia Islamica (88): 55–76. doi:10.2307/1595697. ISSN 0585-5292. JSTOR 1595697. OCLC 5547948728.
- Crone, Patricia (2000). "Ninth-century Muslim anarchists". Past & Present. 167 (167): 3–28. doi:10.1093/past/167.1.3. ISSN 0031-2746. JSTOR 00312746. LCCN 65077388. OCLC 265436895.
- Crone, Patricia; Zimmermann, Friedrich (2001). The Epistle of Salim Ibn Dhakwan. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0191590153.
- Crone, Patricia (2004). God's Rule: Government and Islam. New York: Columbia University Press. ISBN 978-0231132916.
- Della Vida, Giorgio Levi (1978). "Khāridjites". Dalam van Donzel, E.; Lewis, B.; Pellat, Ch.; Bosworth, C. E. Encyclopaedia of Islam. Volume IV: Iran–Kha (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 1074–1077. OCLC 758278456.
- Demichelis, Marco (2015). "Kharijites and Qarmatians: Islamic Pre-Democratic Thought, a Political-Theological Analysis". Dalam Mattson, Ingrid; Nesbitt-Larking, Paul; Tahir, Nawaz. Religion and Representation: Islam and Democracy. Newcastle upon Tyne: Cambridge Scholars Publishing. hlm. 101–127. ISBN 978-1-4438-7059-7.
- Dixon, Abd al-Ameer A. (1971). The Umayyad Caliphate, 65–86/684–705: (a Political Study). London: Luzac. ISBN 978-0718901493.
- Djebli, Moktar (2000). "Taḥkīm". Dalam Bearman, P. J.; Bianquis, Th.; Bosworth, C. E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W. P. Encyclopaedia of Islam. Volume X: T–U (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 107–108. ISBN 978-90-04-11211-7.
- Donner, Fred M. (1997). "Piety and Eschatology in Early Kharijite Poetry". Dalam al-Saʿafin, Ibrahim. Fī Miḥrāb al-Maʿrifah: Festschrift for Iḥsān ʿAbbās. Beirut: Dar Sader Publishers. hlm. 13–19. OCLC 587950873.
- Donner, Fred M. (2010). Muhammad and the Believers, at the Origins of Islam. Cambridge, MA: Harvard University Press. ISBN 978-0674050976.
- Francesca, Ersilia (2006). "Khārijīs". Dalam McAuliffe, Jane Dammen. Encyclopaedia of the Qurʾān. 3: J–O. Leiden: Brill. hlm. 84–89. doi:10.1163/1875-3922_q3_EQCOM_00103.
- Gaiser, Adam (2010). Muslims, Scholars, Soldiers: The Origin and Elaboration of the Ibadi Imamate Traditions. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0199738939.
- Gaiser, Adam (2013). "The Kharijites and Contemporary Scholarship". Oxford Bibliographies. Oxford University Press. doi:10.1093/OBO/9780195390155-0159. Diakses tanggal 10 January 2021.
- Gaiser, Adam (2016). Shurat Legends, Ibadi Identities: Martydom, Asceticism, and the Making of an Early Islamic Community. Columbia, SC: The University of South Carolina Press. ISBN 978-1-61117-677-3.
- Gaiser, Adam (2020). "Khārijīs". Dalam Fleet, Kate; Krämer, Gudrun; Matringe, Denis; Nawas, John; Rowson, Everett. Encyclopaedia of Islam, THREE. Brill Online. doi:10.1163/1573-3912_ei3_COM_35487. ISSN 1873-9830.
- Gaiser, Adam (2021). "Ibāḍiyya". Dalam Fleet, Kate; Krämer, Gudrun; Matringe, Denis; Nawas, John; Rowson, Everett. Encyclopaedia of Islam, THREE. Brill Online. doi:10.1163/1573-3912_ei3_COM_30614. ISSN 1873-9830.
- Hagemann, Hannah-Lena (2016). "Challenging Authority: Al-Balādhurī and al-Ṭabarī on Khārijism during the Reign of Muʿāwiya b. Abī Sufyān". Al-Masāq: Journal of the Medieval Mediterranean. 28 (1): 36–56. doi:10.1080/09503110.2016.1152803.
- Hagemann, Hannah-Lena; Verkinderen, Peter (2020). "Kharijism in the Umayyad period". Dalam Marsham, Andrew. The Umayyad World. London and New York: Routledge. hlm. 489–517. doi:10.4324/9781315691411-29. ISBN 978-1315691411.
- Hagemann, Hannah-Lena (2021). The Kharijites in Early Islamic Historical Tradition: Heroes and Villains. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-1-4744-5088-1.
- Hawting, Gerald R. (1978). "The Significance of the Slogan "lā hukma illā lillāh" and the References to the "Hudūd" in the Traditions about the Fitna and the Murder of 'Uthmān". Bulletin of the School of Oriental and African Studies. 41 (3): 453–463. doi:10.1017/S0041977X00117550. JSTOR 615490.
- Hinds, Martin (1971). "Kufan Political Alignments and their Background in the Mid-Seventh Century A.D.". International Journal of Middle East Studies. 2 (4): 346–367. doi:10.1017/S0020743800001306. JSTOR 162722.
- Hinds, Martin (1972). "The Siffin Arbitration Agreement". Journal of Semitic Studies. 17 (1): 93–129. doi:10.1093/jss/17.1.93.
- Hoffman, Valerie (2009). "Historical Memory and Imagined Communities: Modern Ibāḍī Writings on Khārijism". Dalam Lindsay, James E.; Armajani, Jon. Historical Dimensions of Islam: Essays in Honor of R. Stephen Humphreys. Princeton: Darwin Press. hlm. 185–200. ISBN 978-0-87850-190-8. OCLC 705715290.
- Hoffman, Valerie (2012). The Essentials of Ibadi Islam. New York: Syracuse University Press. ISBN 978-0-8156-3288-7.
- Kelsay, John (2008). "Al-Qaida as a Muslim (Religio-Political) Movement: Remarks on James L. Gelvin's "Al-Qaeda and Anarchism: A Historian's Reply to Terrorology"". Terrorism and Political Violence. 20 (4): 601–605. doi:10.1080/09546550802257382.
- Kennedy, Hugh (2023). The Prophet and the Age of the Caliphates: The Islamic Near East from the 6th to the 11th Century (edisi ke-third). Abingdon, Oxon and New York: Routledge. ISBN 978-0-367-36690-2.
- Kenney, Jeffrey T. (2006). Muslim Rebels: Kharijites and the Politics of Extremism in Egypt. New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-513169-7.
- Lewicki, T. (1971). "al-Ibāḍiyya". Dalam Lewis, B.; Ménage, V. L.; Pellat, Ch.; Schacht, J. Encyclopaedia of Islam. Volume III: H–Iram (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 648–660. OCLC 495469525.
- Lewinstein, Keith (1991). "The Azāriqa in Islamic Heresiography". Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London. 54 (2): 251–268. doi:10.1017/S0041977X00014774. JSTOR 619134.
- Lewinstein, Keith (1992). "Making and Unmaking a Sect: The Heresiographers and the Ṣufriyya". Studia Islamica (76): 75–96. doi:10.2307/1595661. JSTOR 1595661.
- Lewinstein, Keith (2008). "Azāriqa". Dalam Fleet, Kate; Krämer, Gudrun; Matringe, Denis; Nawas, John; Rowson, Everett. Encyclopaedia of Islam, THREE. Brill Online. doi:10.1163/1573-3912_ei3_COM_0171. ISSN 1873-9830.
- Love, Paul M. Jr. (2010). "The Sufris of Sijilmasa: Toward a history of the Midrarids". The Journal of North African Studies. 15 (2): 173–188. doi:10.1080/13629380902734136.
- Madelung, Wilferd (1979). "The Shiite and Khārijite Contribution to Pre-Ashʿarite Kalām". Dalam Morewedge, Parviz. Islamic Philosophical Theology. Albany, New York: State University of New York Press. hlm. 120–141. ISBN 0-87395-242-1.
- Madelung, Wilferd (1997). The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0521646960.
- Madelung, Wilferd; Lewinstein, Keith (1997). "Ṣufriyya". Dalam Bosworth, C. E.; van Donzel, E.; Heinrichs, W. P.; Lecomte, G. Encyclopaedia of Islam. Volume IX: San–Sze (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 766–769. ISBN 978-90-04-10422-8.
- Marsham, Andrew (2009). Rituals of Islamic Monarchy: Accession and Succession in the First Muslim Empire. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-0-7486-3077-6.
- Morony, Michael (1984). Iraq After the Muslim Conquest. Princeton: Princeton University Press. ISBN 0-691-05395-2.
- Robinson, Chase F. (2000). Empire and Elites after the Muslim Conquest: The Transformation of Northern Mesopotamia. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-78115-9.
- Rotter, Gernot (1982). Die Umayyaden und der zweite Bürgerkrieg (680–692) (dalam bahasa Jerman). Wiesbaden: Deutsche Morgenländische Gesellschaft. ISBN 978-3515029131.
- Rubinacci, R. (1960). "Azāriḳa". Dalam Gibb, H. A. R.; Kramers, J. H.; Lévi-Provençal, E.; Schacht, J.; Lewis, B.; Pellat, Ch. Encyclopaedia of Islam. Volume I: A–B (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 810–811. OCLC 495469456.
- Shaban, M. A. (1971). Islamic History, A New Interpretation: Volume 1, AD 600–750 (A.H. 132). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-29131-6.
- Sonn, Tamara; Farrar, Adam (2009). "Kharijites". Oxford Bibliographies. Oxford University Press. doi:10.1093/OBO/9780195390155-0047. Diakses tanggal 10 February 2021.
- Timani, Hussam S. (2008). Modern Intellectual Readings of the Kharijites. New York: Peter Lang. ISBN 978-0820497013.
- Vikør, Knut S. (2018). "Ibadism and law in historical contexts". Oñati Socio-Legal Series. 10 (5): 960–984. doi:10.35295/osls.iisl/0000-0000-0000-1155.
- Watt, W. Montgomery (1961). "Khārijite thought in the Umayyad Period". Der Islam. 36 (3): 215–231. doi:10.1515/islm.1961.36.3.215.
- Watt, W. Montgomery (1973). The Formative Period of Islamic Thought. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 978-0852242452.
- Watt, W. Montgomery (1985). Islamic Philosophy and Theology. Edinburgh: Edinburgh University Press. ISBN 0748607498.
- Wellhausen, Julius (1901). Die religiös-politischen Oppositionsparteien im alten Islam (dalam bahasa Jerman). Berlin: Weidmannsche buchhandlung. OCLC 453206240.
- Wilkinson, John C. (2010). Ibâdism: Origins and Early Development in Oman. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-958826-8.