Suku asal Sumatera Selatan

Revisi sejak 1 Desember 2024 11.39 oleh Abcdef242526 (bicara | kontrib) (Arsitektur)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Suku asal Sumatera Selatan adalah gabungan dari beberapa suku yang ada di Sumatera Selatan. Menurut Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, populasi suku asal Sumatera Selatan mewakili 2,16% dari penduduk Indonesia, atau sekitar 5.119.581 jiwa.[2] Suku asal Sumatera Selatan ini meliputi beberapa Sub-suku Melayu, Suku Ogan, Suku Komering dan beberapa suku dari rumpun Lampung lainnya.

Suku asal Sumatera Selatan
Jumlah populasi
5.119.581[1] (2010)
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia
 Sumatera Selatan4.120.408
 Lampung409.151
 Bengkulu144.197
 Jawa Barat95.502
 DKI Jakarta71.987
Wilayah Lainnya278.336
Bahasa
Bahasa Indonesia  • Bahasa Melayu lokal  • Bahasa Ogan  • Bahasa Komering
Agama
Islam Sunni
Kelompok etnik terkait

Masyarakat

Sensus Penduduk tahun 2010

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, Suku-suku bangsa yang mendiami Provinsi Sumatera Selatan dikelompokan ke dalam Suku asal Sumatera Selatan dengan total jumlah 5.119.581 jiwa.[3] Suku-suku pribumi tersebut mencakup suku-suku berikut:

Sejarah

Budaya

Seni Tari

Seni tari di Sumatra Selatan kebanyakan dipengaruhi oleh budaya Melayu. Beberapa tariannya antara lain:

  • Tari Gending Sriwijaya: Tarian klasik ini melambangkan kemegahan Kerajaan Sriwijaya. Biasanya ditampilkan dalam upacara penyambutan tamu penting.
  • Tari Tanggai: Tarian yang menggambarkan keindahan dan keanggunan wanita Sumatra Selatan. Ditarikan dalam pernikahan adat Palembang.
  • Tari Erai-Erai: Tari Erai-Erai merupakan tari yang mengungkapkan kegembiraan pada saat panen padi. Disebut tari Erai-Erai karena Erai-Erai artinya serai serumpun yang melambangkan meski bercerai-berai namun tetap satu ikatan.[4]
  • Tari Kebagh: Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Walau sempat dilarang hingga tahun 1940-an oleh pemerintah kolonial belanda, tarian ini tetap terpelihara dan diajarkan secara tutun temurun dari generasi ke generasi.

Seni Musik

Musik tradisional Sumatra Selatan menggunakan alat musik khas seperti:

  • Gitar Tunggal Batanghari Sembilan: Alat musik ini adalah alat musik yang paling terkenal dan banyak digunakan di setiap wilayah sumatera selatan.[5]
  • Kenong Basemah: Alat musik yang berasal dari Suku Melayu Basemah, Kota Pagaralam, dan sekitarnya. Kenong Basemah terbuat dari tembaga dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan kayu yang ujungnya dilapisi kain.
  • Kulintang Komering: Alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang dimainkan bersama gong dan kempul yang lebih kecil, serta kendang. Kulintang digunakan dalam acara adat seperti perkawinan, sunatan, dan arak-arakan.[6]

Arsitektur

Searah jarum jam dari kiri atas: Rumah limas, Ghumah Baghi, Rumah Ulu Komering, Rumah Ulu Ogan.

Arsitektur Sumatera Selatan mengacu kepada yang berhubungan dengan tradisi dan desain arsitektur berbagai etnik yang ada di Sumatera Selatan. Secara garis besar, kelompok etnis/etnik di Sumatera Selatan terbagi menjadi 2 suku utama beserta sub-suku didalamnya, yaitu: Melayu & Lampung. Selain pembagian suku bangsa, pembagian kelompok masyarakat serta kultural dan geo-budaya juga terbagi menjadi 2, yakni: orang Ulu (Uluan) & orang Ilir (Iliran). Uluan/orang Ulu adalah semua kelompok etnik yang tinggal di hulu sungai-sungai besar di Sumatera Selatan, yang dikenal sebagai Batanghari Sembilan. Sementara Iliran/orang Ilir adalah suku-suku yang mendiami wilayah hilir Batanghari Sembilan (Sungai Musi) hingga pesisir timur Sumatera Selatan seperti Kota Palembang dan sekitarnya, pesisir timur Kabupaten Banyuasin, serta sebagian pesisir timur Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat hilir ialah kebudayaan/budaya Melayu Palembang yang sudah mencakup sub-suku Melayu didalamnya seperti (Melayu Palembang & Melayu Banyuasin/Pesisir). Semua etnik di Sumatera Selatan saling terkait dan hidup berdampingan sehingga arsitektur antara satu etnik dengan etnik yang lain dapat saling mempengaruhi.[7][8][9]

Ragam arsitektur rumah tradisional di Sumatera Selatan antara lain: Rumah Baghi, Rumah Limas, Rumah Ulu, Rumah Lamban Tuha, dan Rumah Rakit.[10][11][12]

Tokoh-tokoh Terkenal

Ahli dan akademisi

Aktivis dan pejuang

  • Djohan Sjahroezah, pejuang kemerdekaan Indonesia
  • Yurisman Star, Aktivis Anti Korupsi
  • Munarman, aktivis Pembela Islam
  • Elevan Yusmanto, Ketua Umum PP KAMMI
  • Nur Kholis, KOMNAS HAM
  • Yusril Ihza Mahendra, Pakar Hukum Tata Negara
  • A. Patra M. Zen, Ketua YLBHI
  • T. Budiman Soelaim, Ketua Umum DPP Aliansi Nusantara, Senior Journalist
  • Adrian Perdana, Aktivis Pembauran Kebangsaan asal Sumatera Selatan

Atlet

Menteri dan pejabat tinggi negara

Militer dan Kepolisian

Pahlawan Nasional

  • Puyang Lebi Penghulu, pejuang kemerdekaan
  • Raje Mengkute, pejuang kemerdekaan
  • Depati Kiam Radje, pejuang kemerdekaan
  • TSH. Oemar, pejuang kemerdekaan
  • Adenan Kapau Gani, pejuang kemerdekaan, Wakil Perdana Menteri Indonesia
  • Sultan Mahmud Badaruddin II, pejuang kemerdekaan, Sultan Palembang
  • A.M Thalib, pejuang kemerdekaan
  • Abi Hasan Said, pejuang kemerdekaan

Pengusaha dan profesional

Politisi

Seniman

Ulama

  • Syeikh Abdul Samad al-Falimbani, ulama, panglima perang Pattani dan Kedah
  • KH. Abdurrahman Delamat, yang lebih dikenal dengan nama Ki Delamat Suro, ulama dan pejuang dengan mendirikan masjid-masjid, salah satunya Masjid Besar Mahmudiyah atau Masjid Suro tahun 1889
  • Syekh Nurqodim Al Baharuddin, ulama, Pemimpin Pemerintahan Lampik Empat Merdike Due Djagat Besemah Libagh Semende Panjang, pendiri adat Semende, Abad ke 17.
  • Ahmad Alhabsy, Ustadz kondang yang lebih dikenal dengan nama Ustadz Al Habsy.
  • Kyai Saleh Lateng (Kiagus Muhammad Saleh), Ulama Kabupaten Banyuwangi

Wartawan

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Naim, Akhsan; Syaputra, Hendry (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. hlm. 34–38. ISBN 9789790644175. 
  2. ^ Naim, Akhsan; Syaputra, Hendry (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. hlm. 34–38. ISBN 9789790644175. 
  3. ^ Naim, Akhsan; Syaputra, Hendry (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. hlm. 34–38. ISBN 9789790644175. 
  4. ^ "Database Warisan Budaya Sumatera Selatan". Diakses tanggal 2024-12-01. 
  5. ^ "Ragam Alat Musik Tradisional di Sumatera Selatan". 
  6. ^ "Kulintang Komering". 
  7. ^ Alimansyur, Moh; Abdullah, Ma'moen; Djumiran, Djumiran; Makmur, Zainal; Sidin, Tabrani (1985). Siregar, Jhony; Abu, Rifai, ed. Arsitektur tradisional daerah Sumatera Selatan. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. 
  8. ^ Siswanto, Ari (2009). "KEARIFAN LOKAL ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA SELATAN BAGI PEMBANGUNAN LINGKUNGAN BINAAN". Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 37–45. doi:10.26905/lw.v1i1.1365. ISSN 2615-4951. 
  9. ^ Wazir, Zuber Angkasa (2018-01-15). "TIPOLOGI ATAP PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR DI SUMATERA SELATAN". Jurnal Koridor (dalam bahasa Inggris). 9 (1): 161–174. ISSN 2721-3463. 
  10. ^ Ibnu, Iwan (2016-10-19). "IDENTIFIKASI POLA TUMBUH RUANG HUNIAN MASA LAMPAU STUDI KASUS RUMAH BAGHI DI DESA PULAU PANGGUNG KABUPATEN MUARA ENIM". 
  11. ^ Arios, Rois (2014-08-02). "Permukiman Tradisional Orang Basemah di Kota Pagaralam". 19: 183–198. 
  12. ^ Anwar, Widya Fransiska Febriati; Setiawan, Wisnu (2006). "Rumah Lamban Tuha, Provinsi Sumatera Selatan". Indonesia Design (dalam bahasa Inggris). 3: 104–107. ISSN 1829-6602. 

Pranala luar