Masakan Okinawa (沖縄料理, Okinawa ryōri) adalah masakan regional yang dimasak dengan cara memasak yang berkembang secara unik di Kepulauan Okinawa, Jepang, dan menggunakan bahan makanan khas Okinawa. Masakan Okinawa juga disebut masakan Ryukyu (琉球料理, Ryūkyū ryōri), terutama digunakan untuk menyebut masakan istana dari era Kerajaan Ryukyu. Masakan Okinawa jauh berbeda dan hanya memiliki sedikit kemiripan dengan masakan Jepang.

Makanan dan minuman khas Okinawa, goya champuru (kanan), okinawa soba (kiri), dan bir Orion.

Sejarah

 
Rafute

Kepulauan Okinawa beriklim subtropis, terletak di ujung barat daya kepulauan Jepang. Prefektur Okinawa memiliki hampir seratus buah pulau besar dan kecil, dan 44 pulau di antaranya berpenghuni. Komoditas utama Okinawa adalah gula dari tebu. Teknik pembuatan gula dipelajari orang Okinawa dari Tiongkok pada paruh pertama abad ke-17.[1]

Kepulauan Okinawa tidak memiliki sungai besar atau danau luas sehingga tanahnya tidak cocok dibuat sebagai sawah irigasi.[1] Pertanian bergantung pada curah hujan yang terbatas. Keadaan tersebut menyebabkan kelaparan sering terjadi pada masa lalu di Okinawa.[1] Tanaman pangan terpenting bagi orang Okinawa adalah ubi jalar yang diintroduksi dari daratan Cina pada 1605.[1] Ubi jalar rebus adalah makanan pokok orang Okinawa hingga awal abad ke-20.[1]

Pada tahun 1429, Kepulauan Okinawa dipersatukan oleh raja-raja Ryukyu. Pada masa keemasannya, kapal-kapal Kerajaan Ryukyu melayari Laut Cina Selatan hingga ke Asia Tenggara. Budaya Okinawa berkembang pada zaman Kerajaan Ryukyu, dipengaruhi oleh perdagangan dengan Jepang, Joseon, Cina, dan Asia Tenggara.[2] Kebiasaan makan orang Okinawa banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan dan cara masak masakan Tionghoa, Korea, dan masakan Asia Tenggara.[1]

Masakan Ryukyu dibagi menjadi masakan rakyat dan masakan Kerajaan Ryukyu di Istana Shuri.[2] Kerajaan Ryukyu mengirim juru masak mereka ke Provinsi Fujian untuk belajar masakan Tionghoa. Mereka juga pergi ke daratan Jepang untuk belajar masakan Jepang. Setelah mereka pulang, cara masak makanan Tionghoa menyebar dari istana ke kalangan rakyat Okinawa.[1]

Babi mendominasi menu masakan Okinawa, meski awalnya babi hanya disembelih untuk upacara dan tidak dimakan setiap hari.[3] Domestikasi babi di Okinawa merupakan hasil hubungan Kerajaan Ryukyu sebagai negeri pembayar upeti ke daratan Cina sejak awal abad ke-14.[3] Namun, babi bukanlah makanan baru bagi orang Okinawa karena babi hutan adalah hewan asli Kepulauan Okinawa. Berbeda dari orang Jepang daratan beragama Buddha yang melarang makan daging hewan (termasuk babi), kurangnya kepercayaan Buddhisme di kalangan orang Okinawa menyebabkan daging babi populer di Okinawa.[3] Masakan Okinawa selalu "dimulai dari babi dan diakhiri dengan babi".[2]

Daging babi dan daging kambing sudah sejak zaman kuno dimakan oleh orang Okinawa.[1] Semua bagian babi dimakan, mulai dari kepala, daun telinga, jeroan, kulit, kaki, hingga darah babi, tidak ada yang terbuang.[2] Masakan daging babi di Okinawa berasal dari resep hidangan yang disajikan untuk duta-duta dan utusan dari Tiongkok.[2] Kaki babi atau atau rebus kaki babi yang disebut tebichi adalah makanan populer di Okinawa. Daging kambing dimasak menjadi sup kambing yang disebut yagi jiru (hiijaa jiru), atau dimakan mentah sebagai yagi sashimi.

Konbu adalah bahan utama masakan Okinawa, meski tidak diproduksi di Okinawa dan harus didatangkan dari daratan utama Jepang. Orang Okinawa mulai mengenal konbu sejak abad ke-18, dan membelinya dengan cara barter dengan gula.[2] Masakan Okinawa yang banyak menggunakan babi memerlukan konbu agar menjadi hidangan bergizi seimbang.[2]

Dalam kuliner Okinawa, menumis, merebus, menggoreng, dan menggodok adalah cara memasak yang paling umum. Mengukus dan memanggang bukanlah cara masak yang umum.[4] Meskipun tinggal di pulau-pulau yang dikelilingi lautan, hidangan dari ikan tidak terlalu umum dalam kuliner Okinawa. Kesulitan menjaga kesegaran ikan di alam subtropis merupakan alasannya.[4]

Kebiasaan menyantap makanan sehat dianggap sangat penting bagi orang Okinawa. Seperti dipercaya orang di Asia Timur, setiap masakan di Okinawa dianggap sebagai bentuk obat. Kepercayaan tersebut berasal dari peribahasa kuno, "makanan dan obat memiliki asal usul yang sama". Setelah selesai dijamu di rumah orang Okinawa, tamu sebagai ungkapan terima kasih biasanya mengucapkan Kusui natan (クスイナタン) yang berarti "[Makanan tadi] telah menjadi obat" (kusui berarti obat).[5]

Makanan dalam bahasa Okinawa disebut kusuimun (クスイムン, obat) atau nuchigusui (ヌチグスイ, obat kehidupan).[2] Bila dimakan, keduanya dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. Masakan Okinawa dikenal sebagai masakan umur panjang. Prefektur Okinawa memiliki jumlah penduduk usia lanjut terbanyak di di Jepang.[1] Konsumsi daging babi termasuk salah satu rahasia umur panjang orang Okinawa, selain konsumsi ubi jalar dan ganggang laut[1] (konbu).

Hidangan khas

 
Mimiga, hidangan dari daun telinga babi

Masakan Okinawa banyak menggunakan sayuran, konbu yang didatangkan dari Pulau Honshu, dan ganggang laut mozuku. Sayuran yang dipakai dalam masakan Okinawa, di antaranya: peria (nama Okinawa: goya), kecipir, lokio, pepaya muda, oyong, shima kabocha, beligo (nama Okinawa: shibui, berwarna merah disebut mōui), dan bendi (shima okura). Sayuran khas Okinawa, misalnya: jubin, fūchibaa, handama, njana, shimana, sakuna, dan mōui.

Peria dan oyong dulunya tidak dimakan oleh orang di daratan utama Jepang, kecuali penduduk di selatan Kyushu. Peria, tahu, telur, dan spam ditumis menjadi goya chanpurū. Kata chanpuru dalam bahasa Okinawa berarti campur, berasal dari bahasa Indonesia/bahasa Melayu. Beligo dimakan setelah diiris tipis-tipis dan diaduk dengan campuran miso dan cuka.

Masakan Okinawa hampir selalu dimasak dengan menggunakan lemak babi yang berasal dari gajih babi yang dipanaskan. Sisa gajih babi yang telah diambil lemaknya disebut andakashii. Harum lemak babi merupakan salah satu ciri khas masakan Okinawa.

Hidangan khas dari daging babi yang populer di Okinawa adalah mimiga (irisan tipis kuping babi), rafute (semur babi dengan kecap asin dan gula yang di daratan Jepang disebut kakuni), dan inamuduchi (sup miso putih isi daging babi). Jeroan babi (usus dan lambung) dibuat sup yang disebut nakami jiru.

Tahu sangat populer di Okinawa.[2] Tahu khas Okinawa yang disebut shima dofu, bentuknya lebih besar, dan bertekstur lebih keras daripada tahu yang dijual di Jepang agar tidak mudah hancur sewaktu dimasak. Tahu ditumis sebagai champuru atau digoreng. Tahu dari kacang tanah disebut tahu jimami-dofu.

Di Okinawa, masakan mi disebut soba atau okinawa soba. Namun okinawa soba bukan dibuat dari gandum hitam seperti halnya soba di daratan utama Jepang, melainkan dari terigu. Oleh karena itu, soba di Okinawa lebih mirip udon atau ramen.[2] Hidangan soba yang populer di Okinawa adalah sōki soba yang dihidangkan bersama tulang iga babi. Di Okinawa, mi halus seperti somen disebut yaeyama soba.

Hidangan laut khas Okinawa adalah ikasumi jiru berupa sup cumi-cumi berikut tintanya. Umi budō (arti harfiah: anggur laut) adalah ganggang laut berbentuk seperti anggur yang dimakan segar sebagai sashimi. Masakan Okinawa juga mengenal cabai rawit yang disebut shima tōgarashi dan bawang putih.

Pengaruh Amerika Serikat

 
Taco rice

Salah satu dampak pendudukan tentara Amerika Serikat setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II adalah kebiasaan makan orang Okinawa yang ikut berubah.[6] Orang Okinawa menjadi terbiasa dengan makanan Amerika sejak usia muda, dan mengganggapnya sebagai bagian dari budaya chanpuru (campur) khas Okinawa.[6]

Orang Okinawa terbiasa dengan babi kaleng merek Spam setelah sebelumnya diimpor dari Amerika Serikat sebagai makanan bantuan untuk Okinawa setelah perang.[6] Taco rice tercipta sebagai bentuk pengaruh budaya Amerika di Okinawa. Daging cincang yang biasanya dibungkus di dalam taco dijadikan lauk di atas nasi putih, dan juga dilengkapi daun selada, tomat, dan keju.

Es krim diperkenalkan di Okinawa semasa pendudukan Amerika, salah satunya, Blue Seal telah menjadi merek es krim khas Okinawa. Blue seal kini memadukan rasa es krim khas Amerika dengan rasa asli Okinawa seperti ubi jalar merah dan es krim rasa peria.

Kue dan makanan ringan

Sekitar 70% dari lahan pertanian di Okinawa adalah perkebunan tebu,[7] sehingga kue-kue Okinawa banyak menggunakan gula tebu (kurozato), misalnya: sata andagi yang dibuat dari adonan terigu, gula hitam (sata), telur, dan lemak babi yang digoreng seperti donat, kue dadar poopoo dan chinbin, serta beni imo tart. Hirayachi adalah sejenis panekuk yang dibuat dari telur, terigu, dan daun bawang (atau kucai dan tuna kaleng).

Resep kue peninggalan Kerajaan Ryukyu, misalnya: kunpen (konpen) dan chinsuko. Kunpen adalah kue berisi wijen atau kacang tanah, dibuat dari adonan terigu, gula dan telur. Chinsuko adalah sejenis biskuit dari adonan tepun dan lemak babi.

Makanan Jepang yang telah disesuaikan dengan selera Okinawa adalah tempura dan oden. Adonan tepung tempura diberi sedikit garam, dan dimakan sebagai gorengan dengan saus uster. Oden berisi kaki babi (tebichi) disebut tebichi oden.

Minuman dan buah-buahan

Minuman keras khas Okinawa disebut awamori, memiliki kandungan alkohol antara 30% hingga 60%. Awamori dibuat dari fermentasi beras, dan umumnya disajikan di dalam gelas setelah dicampur air (mizuwari). Teknik penyulingan awamori kemungkinan berasal dari Kerajaan Siam pada abad ke-15. Merek bir asli Okinawa adalah Orion Beer.

Habushu adalah awamori berisi ular berbisa (habu) yang direndam di dalam botol atau toples.

Bunga rosela diminum sebagai teh kembang sepatu. Teh melati dikenal sebagai sanpin cha, dan diminum panas atau dingin.

Buah-buahan subtropis dari Okinawa, di antaranya: shikwasa, belimbing, nenas, sirsak, pisang, mangga, buah naga, dan pepaya. Buah jeruk shikwasa dibuat menjadi minuman jeruk peras.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j Naomichi Ishige. "Okinawa: Land of Longevity". Kikkoman Corporation. Diakses tanggal 2012-10-14. 
  2. ^ a b c d e f g h i j "沖縄の食文化". Okinawa Prefectural Government. Diakses tanggal 2012-10-14. 
  3. ^ a b c Karasek, Michal (2006). Aging And Age-Related Diseases: The Basics. Nova Publishers. hlm. 481. ISBN 1594544263. 
  4. ^ a b Kenji Kitao (2006-4-15). "Okinawa Dishes". Doshisha. Diakses tanggal 2012-10-14. 
  5. ^ "沖縄県食育推進計画~ 食育おきなわ うまんちゅ(万人)プラン ~" (PDF). Okinawa Prefectural Government. Diakses tanggal 2012-10-14. 
  6. ^ a b c Nakamoto, Jack (2011). Jack's Japonica. Xlibris Corporation. hlm. 170. ISBN 1456855085. 
  7. ^ "沖縄修学旅行おぅらい 菓子について". Gifu Women's University. Diakses tanggal 2012-10-14. 

Pranala luar