Kitab Nahum sebagai salah satu kitab dalam Alkitab

Kitab Nahum merupakan salah salah satu kitab di dalam Alkitab dan juga merupakan satu dari "12 kitab nabi-nabi kecil" dalam Perjanjian Lama atau Alkitab Ibrani. [1][2] Kitab ini terdiri dari tiga (3) pasal dan empat puluh tujuh (47) ayat. [3] Sejumlah ahli menganggap kitab ini pertama-tama disusun sebagai liturgi Tahun Baru untuk perayaan musim gugur pada tahun 612 sM, sesaat setelah jatuhnya Niniwe. [4] Kitab ini juga dapat diumpamakan sebagai nyanyian lagu pembebasan. [5]

Nabi Nahum

Nabi Nahum adalah nabi abad pada ke-7, kira-kira 675-597 SM. [4] Tidak banyak latar belakang pribadi Nahum yang dapat diketahui, termasuk kampung halamannya.[4] Nama Nahum muncul hanya satu kali dalam Perjanjian Lama (dalam judul pembuka kitab ini) dan sekali dalam Perjanjian Baru (Lukas 3:25). [3] Kota Elkosh (atau Elkosy), yang disebut di awal kitab ini (Nahum 1:1), tidak dapat dipastikan identitas letaknya. [6] Sebuah tradisi yang berasal dari abad ke-16 M, menempatkan Elkosy 50 mil di sebelah utara kota modern Mosul, yang terletak dekat reruntuhan kota Niniwe, pada sebuah kota yang sekarang disebut sebagai Al-qust. [6] Dari segi lain, Jerome mengidentikkan Elkosy dengan kota El-kanzeh, yang terletak di Galilea. [6] Tradisi lain menghubungkannya dengan Kapernaum (asal kata: Kfar Nahum atau "Kampung Nahum") di Galilea.[6] Penulis-penulis di zaman Bapa-bapa Gereja menempatkan Elkosy di sebelah selatan Yudea. [6] Tradisi pseudo-Epiphani mengusulkan daerah Elkosy sekarang ini terletak di kota Beit Librin. [6] Ada yang mengatakan bahwa Elkosy merupakan kampung halaman Nahum. [4] [7] [8] Atas dasar inilah, sulit untuk menarik kesimpulan mengenai Nabi Nahum, termasuk asal-usulnya. [6] [4] Nama "Nahum" sendiri berarti "penghiburan" atau "berbelas kasihan"/mengasihi" (Yes 57:18). [6]

Latar Belakang

Berkas:Scan000nahum.jpg
Kekaisaran Asyur.
Berkas:Scan0004peta.jpg
Imperium Asyur kira-kita 650 seb. M.

Kitab Nahum ditulis untuk memperingati jatuhnya kota Niniwe, ibu kota bangsa Asiria (2 Raja–raja 19:36; Yunus 1:2; Yunus 3:1). [6] [9] Nabi Nahum bernubuat terhadap Asyur antara tahun 663, ketika tentara Asyurbanipal mengalahkan tentara Mesir dan menjatuhkan ibu kotanya serta tahun 612, ketika Niniwe direbut orang Babel.[10] Ada kemungkinan Nahum berkarya di tengah-tengah bangsa Israel, ketika Asyur masih di puncak kekuasaan. Asyur memerintah dengan keras dan kejam melalui serangkaian tindakan dan peraturan yang ketat. [10] Hal ini nyata dengan tindakan Asyur yang memindahkan penduduk-penduduk jajahan mereka dari negeri asal mereka ke negeri yang jauh (kebanyakan diantaranya mati di tengah jalan), memusnahkan bangsa-bangsa yang berani memberontak, menuntut pajak yang berat, dan tidak berkompromi terhadap pembatalan perjanjian [4] [5] Ini terlihat jelas dalam penggambaran kerajaan Asyur yang negatif di kitab ini: digambarkan bersikap seperti seekor singa betina yang menerkam rezeki rakyat sebagai mangsa untuk anak-anaknya (2:12); pedagangnya seperti belalang pelompat banyaknya (3:16) yang memakan habis keperluan orang yang dijajah; para penjaganya seperti belalang pindahan dan para pegawainya seperti kawanan belalang yang hinggap pada tembok-tembok pada waktu dingin (3:17) yang menindas rakyat; Niniwe merupakan kota penumpah darah yang selalu merampas dan tiada henti menerkam (3:1); Niniwe seperti perempuan sundal yang cantik parasnya dan ahli dalam sihir (3:4). [10] Dalam kondisi yang demikian, Nahum tampil, bernubuat, dan memberitahukan tentang Allah serta mengajar orang-orang Yehuda untuk menanti-nantikan Tuhan, sekalipun masyarakat berada di dalam situasi yang suram. [10]

Naskah sumber

Struktur dan Isi Kitab Nahum

Secara sederhana, kitab ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian tema besar yakni:[10] [6]

Versi lain menggambarkan struktur kitab ini sebagai berikut:[11]

  • Nahum 1:2–14 Pemberitahuan umum akan penghukuman Niniwe. Nubuat yang tegas dari Allah melalui Nahum untuk melawan dan menghukum Niniwe memastikan kedaulatan Allah. Niniwe akan mengalami keganasan murka Allah sehingga penindasan terhadap kota itu akan dirasakan dengan segera.
  • Nahum 2:1–14 Gambaran penghakiman Allah atas Niniwe. Penghakiman Allah ini digambarkan dengan realitas luka dan darah yang jauh lebih buruk dari rasa sakit, panik, atau malapetaka yang disebabkan oleh gerombolan perampok bersenjata. Murka atau amarah digambarkan dengan hebat.
  • Nahum 3:1–19 Kepastian penghakiman atau penghukuman Niniwe. Dengan sebuah pertanyaan retoris (bandingkan Nahum 3:7), Nahum menegaskan akan kepastian datangnya penghukuman Allah. Kepastian akan penghukuman Allah ini disebabkan oleh dosa mereka dan sebuah seruan kejatuhan dan kelemahan Niniwe.

Secara rinci, bagian-bagian dalam kitab Nahum dapat dilihat dalam skema sebagai berikut:[3]

  1. Yahweh-sebagai Allah yang pencemburu (Nahum 1:2–3a)
  2. Yahweh-Allah sang pencipta (Nahum 1:3b–5)
  3. Yahweh-Allah sang pengasih dan hakim (Nahum 1:6–8)
  1. Kata-kata perdebatan dan ramalan penghakiman atas Asiria (Nahum 1:9–11)
  2. Sabda keselamatan bagi Yehuda (Nahum 1:12–13)
  3. Sabda penghakiman atas Raja Asiria (Nahum 1:14)
  4. Sabda keselamatan bagi Yehuda (Nahum 2:1,3)

Pokok ajaran teologis Kitab Nahum

Ada beberapa pokok ajaran teologis singkat yang dapat kita temui dalam kitab Nahum yakni sebagai berikut:

  1. Syair pertama dari kitab ini menggambarkan Allah sebagai hakim untuk seisi dunia sekaligus yang pencemburu, pembalas, dan pendendam bagi mereka yang bersalah.[6] Allah yang maha adil sangat menentang tindakan ketidakadilan dan ketidakberkemanusiaan.[6] Dengan menjalani suatu kehidupan yang beriman, yang ditentukan oleh Allah, maka orang dapat lepas dari kemarahan Allah.[6]
  2. Suatu konsep tabur-tuai yang mana barangsiapa hidup dengan ketidakadilan, ia mati dalam ketidakadilan; barangsiapa hidup dalam kejahatan, akan dirangkul oleh kejahatannya sendiri; barangsiapa hidup dalam perang akan jatuh oleh perang; barangsiapa hidup dengan pedang akan mati dengan pedang.[6] Dengan ini, kitab Nahum berusahakan menekankan akan adanya kesamaan hak dan keadilan bagi semua manusia.[6]
  3. Hubungan antara Allah dengan kehidupan manusia nyata digambarkan dengan jelas melalui penggambaran hubungan antara Allah dengan bangsa Israel dan Yehuda.[6] Gambaran Allah mengasihi umat-Nya menunjukkan bahwa terjadi patokan-patokan etis serta sikap moral sebagai bentuk nyata dari hubungan tersebut.[6]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Indonesia) H. Boschma. 1986. Ringkasan Pengajaran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 9.
  2. ^ (Indonesia) David L. Baker. 1986. Mari Mengenal Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 21
  3. ^ a b c (Inggris) Ralph. L. Smith. 1984. World Biblical Commentary: Micah-Maleachi. Texas: Word Books Publisher. Hlm. 63, 65, 68-69
  4. ^ a b c d e f (Indonesia) W.S. Lasor, D.A. Hubbard, F.W. Bush. 2007. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 363, 364, 368, 191.
  5. ^ a b (Indonesia) Dianne Bergant, Robert J. Karris (ed). 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 686.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q (Indonesia) J. Veitch. 1977. Tafsiran Nahum. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 9, 10, 15 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Veitch" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  7. ^ (Inggris) John D.W. Watts. 1975. The Books of Joel, Obadiah, Jonah, Nahum, Habakuk, and Zephaniah. London: Cambridge University Press. Hlm. 101
  8. ^ (Indonesia) F.L. Bakker. 1983. Sejarah Kerajaan Allah Jilid 1/2 Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 246.
  9. ^ (Indonesia) H.H. Rowley. 1991. Atlas Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 37
  10. ^ a b c d e (Indonesia) Dr. C. Barth. 1989. Theologia Perjanjian Lama 4. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 65, 66.
  11. ^ (Inggris) O. Palmer Robertson. 1990. The New International Commentary on the Old Testament: The Books of Nahum, Habakuk, and Zephaniah. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company. Hlm. 57, 80, 99

Templat:Link GA