Kitab Tawarikh (bahasa Ibrani: סֵפֶר דִּבְרֵי הַיָּמִים, translit. Sefer Divre Hayyamim‎) merupakan salah satu kitab dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani dan termasuk dalam kitab-kitab tanpa pengelompokan resmi dalam Ketuvim. Dalam Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, Kitab Tawarikh menjadi nama dari dua buah kitab dari kelompok kitab-kitab sejarah, yaitu Kitab 1 Tawarikh dan Kitab 2 Tawarikh, yang sebenarnya merupakan pecahan dari Kitab Tawarikh itu sendiri. Pada Alkitab versi Septuaginta dan Vulgata, serta beberapa turunan dari kedua versi tersebut, kitab ini disebut Kitab Paralipomenon (bahasa Yunani Kuno: Βιβλίον Παραλειπομένων, translit. Biblíon Paraleipoménon; bahasa Latin: Liber Paralipomenon)

Dalam Alkitab Ibrani, Kitab Tawarikh berada pada urutan paling akhir, yang mengikuti urutan Naskah Masorah. Sedangkan dalam Alkitab Kristen, kedua Kitab Tawarikh ditempatkan setelah kedua Kitab Raja-raja dan sebelum Kitab Ezra–Nehemia, yang mengikuti urutan dalam Alkitab Septuaginta.

Tawarikh

sunting
 
Papan tanda mengutip 2 Tawarikh 7:14 di daerah pedesaan Texas, Amerika Serikat menghimbau rakyat untuk "Berdoa bagi negara kita" (2010).

Nama "Tawarikh" pada pangkalnya merupakan terjemahan dari nama kitab dalam bahasa Ibrani, דִּבְרֵי הַיָּמִים (divre hayyamim), yang berasal dari gabungan atas bentuk jamak konstruktus dari kata דָּבָר (davar, har. "kata"), dan bentuk jamak takrif dari kata יוֹם (yom, "hari"), sehingga secara harfiah kata ini berarti "catatan harian", dan kemudian berkembang menjadi "kronik/tawarikh" atau "sejarah". Nama tersebut merujuk pada karakteristik dari kitab ini yang berbentuk catatan harian atau kronik, yang ditunjukkan dengan pencatatan sejarah bangsa Israel dari kisah penciptaan sampai masa pembuangan ke Babel yang ditulis secara terurut menurut waktu terjadinya.

Paralipomenon

sunting

Nama kitab "Paralipomenon" dalam Vulgata berbahasa Latin berasal dari nama kitab ini dalam Septuaginta berbahasa Yunani, yaitu "Παραλειπομένων" (Paraleipoménon, har. "dari hal-hal yang dilewatkan/dikesampingkan"), yang diperkirakan merupakan turunan dari kata kerja "παραλείπω" (paraleípō, har. "melewatkan, melewati, mengabaikan, mengesampingkan, menghilangkan, menghapuskan, menyingkirkan"). Banyak pakar yang mempercayai bahwa nama ini merujuk pada karakteristik buku ini yang "melengkapi Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja", sehingga kitab ini "dapat dikesampingkan". Namun, banyak yang menentang dengan dalih bahwa isi buku ini tidak mendukung argumen itu, yaitu tidak mencirikan pelengkap, karena banyak sekali ayat-ayat yang tumpang tindih dengan ayat-ayat Kitab Samuel dan Raja-raja. Ada pula yang berpendapat bahwa kitab ini berisi materi yang dipisahkan dari Kitab Ezra–Nehemia yang disusun lebih awal.[1] Dengan demikian, terdapat kitab utuh, yaitu Kitab Tawarikh–EzraNehemia yang diyakini disusun oleh satu atau sekelompok pengarang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya dipisah-pisahkan. Teori ini juga masih terus diperdebatkan, meskipun menjadi konsensus selama berabad-abad.[1]

Hieronimus mengemukakan bahwa nama "Paralipomenon" bermakna buku ini merupakan "ringkasan Perjanjian Lama", yang dibuktikan dengan catatan yang mencakup awal penciptaan hingga setelah peristiwa pembuangan ke Babel; dan oleh karena itu, maka banyak hal yang "dilewatkan" atau "dikesampingkan" dalam kitab ini.[2][3] Lebih lanjut, ia juga memakai nama "Paralipomenon" untuk kitab ini dalam Vulgata,[4] tetapi berpendapat bahwa nama Yunani "χρονικά" (khroniká, har. "kronik/tawarikh")[a], yang merupakan terjemahan dari nama kitab dalam bahasa Ibrani דִּבְרֵי־הַיָּמִים (divre hay-yamim), merupakan nama yang lebih cocok untuk kitab ini berdasarkan karakteristiknya.[5] Pendapat ini diikuti oleh banyak Alkitab versi modern dengan menggunakan turunan dari kata tersebut. Misalnya dalam bahasa Inggris, yaitu Book of Chronicles.[6]

 
Kitab Tawarikh lengkap pada Kodeks Leningrad, salinan Naskah Masorah yang dibuat tahun 1008.

Kitab ini sebagian besar menceritakan riwayat Daud dan Salomo yang memimpin Kerajaan Israel bersatu, yang diikuti oleh riwayat raja-raja dari salah satu kerajaan pecahan Israel, yaitu Kerajaan Yehuda di selatan. Semua catatan tersebut memiliki banyak kemiripan dengan Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja. Selain itu, terdapat pula tambahan signifikan yang tidak ada di kedua kitab tersebut, yaitu daftar-daftar silsilah dari Adam hingga suku-suku Israel pada masa raja-raja, beberapa daftar dengan topik tertentu seperti "daftar kepemilikan kota oleh orang-orang Lewi" dan "daftar penyanyi dalam rumah TUHAN",[7] serta sedikit catatan tentang orang-orang buangan Babel yang diizinkan kembali ke Yerusalem (yang juga terdapat di Kitab Ezra–Nehemia sebagai pengantar).

Ada 20 pasal dalam kitab Tawarikh, dan 24 bagian dari pasal, yang unik dan tidak terdapat dalam kitab-kitab lain. Juga terdapat daftar banyak orang secara detail, seperti daftar pahlawan Daud (1 Taw 12:1–37), pemindahan Tabut Perjanjian dari Kiryat-yearim ke bukit Sion (1 Taw 13; 15:2–24; 16:4–43; bandingkan 2 Sam 6), penyakit raja Uzia (dalam bahasa Ibrani ditulis tzaraas umumnya diterjemahkan sebagai "kusta") dan musababnya (2 Taw 26:16–21; bandingkan 2 Raja-raja 15:5), dan sebagainya. Terdapat pula pidato dari tokoh-tokoh penting, misalnya Daud (1 Taw 29:10–19), dan isi surat penting, seperti surat Paskah dari Hizkia (2 Taw 30:6–9).

Garis besar

sunting

Berdasarkan isinya, kitab ini dapat dibagi menjadi 4 bagian:

  • Permulaan 1 Tawarikh (yakni 1 Tawarikh 1–10): kebanyakan berisi daftar silsilah, termasuk keluarga Saul dan penolakan Allah terhadap Saul yang menjadi dasar munculnya raja Daud.
  • 1 Tawarikh 11–29: sejarah pemerintahan Raja Daud.
  • Permulaan 2 Tawarikh (yakni 2 Tawarikh 1–9): sejarah pemerintahan Raja Salomo, putra Daud.
  • 2 Tawarikh pasal 10–36: sejarah raja-raja Yehuda sampai kepada pembuangan ke Babel, ditutup dengan dekrit raja Koresh Agung mengizinkan orang-orang buangan kembali ke tanah air mereka masing-masing.

Beberapa pakar juga membagi kitab ini menjadi 3 bagian, dengan menggabungkan sejarah pemerintahan Daud dan Salomo, karena mereka sama-sama memerintah kerajaan yang bersatu.

Kepengarangan

sunting

Peristiwa terakhir di kitab Tawarikh terjadi pada zaman pemerintahan Koresh Agung, raja Persia yang menaklukkan Kerajaan Babel pada tahun 539 SM; dan ini menentukan tanggal paling awal penulisan kitab ini. Martin Noth berpendapat bahwa kitab ini ditulis pada abad ke-3 SM, sedangkan Gary Knoppers memperkirakan di antara tahun 325 dan 275 SM, meskipun mungkin pula di antara tahun 500 dan 250 SM.

Secara umum, kitab Tawarikh ini lebih bersifat pengajaran (didaktik) daripada sejarah.[8][9][10] Pengarang mengambil sumber dari catatan publik, daftar keluarga dan tabel silsilah orang Yahudi. Hal ini disebutkan di beberapa tempat dalam kitab ini (1 Taw 27:24; 29:29; 2 Taw 9:29; 12:15; 13:22; 20:34; 24:27; 26:22; 32:32; 33:18, 19; 27:7; 35:25). Ada 40 catatan paralel antara kitab Tawarikh dan kitab Samuel-Raja-raja, sering kali kata-per-kata, membuktikan bahwa pengarang kitab Tawarikh mengenal dan menggunakan kitab-kitab yang lebih lama itu. Tambahannya, ada sumber "Sejarah Deuteronomistik", yang diambil terutama dari Kitab 2 Samuel dan 1–2 Raja-raja[11] serta catatan dari Taurat yang disimpan oleh kaum imam ("sumber imamat").[12] Misalnya silsilah dalam 1 Tawarikh 1-9, tampaknya diambil langsung dari Taurat, juga Kitab Yosua dan lain-lain.[12] Dalam kitab Tawarikh terdapat pula sejumlah kutipan dari Kitab Mazmur, dan juga dari Kitab Yesaya, Kitab Yeremia dan Kitab Yehezkiel.[12] Tampaknya ada sumber yang tidak ditemukan lagi saat ini, misalnya dalam 2 Tawarih 9:29 disebutkan narasumber "Kitab Sejarah Salomo" (Acts of Solomon), juga catatan dari sejumlah nabi yang tidak banyak dikenal, seperti Ahia orang Shilonit dan pelihat Ido.[12] Ada juga peristiwa sejarah di luar Alkitab yang telah dibuktikan dari penelitian arkeologi, yang tadinya hanya dicatat di kitab Tawarikh, misalnya serangan raja Sisak dari Mesir di akhir abad ke-10 SM (2 Tawarikh 12:2–4), dan persiapan serta penjagaan sumber air di Yerusalem oleh raja Hizkia sebelum serangan orang Asyur pada akhir abad ke-8 SM (2 Tawarikh 32:2-4).[13]

Karakteristik

sunting

Karakteristik dari kitab Tawarikh mencerminkan kondisi penulisan kitab ini, yaitu setelah pemulihan masyarakat Yahudi di Israel, yang berbeda dengan kitab Samuel dan Raja-raja yang disusun sebelumnya selama masa Pembuangan ke Babel. Kitab Samuel dan Raja-raja dianggap disusun pada saat ingatan terhadap sejarah kerajaan masih kuat dalam benak penyusunnya. Kitab Tawarikh disusun jauh kemudian dan berdasarkan catatan-catatan yang terpelihara sampai saat itu saja.

Dapat dilihat satu ciri khas kitab ini yaitu penggantian kata-kata lama dengan istilah yang lebih baru, terutama nama-nama tempat yang dipakai pada zaman pengarang, misalnya: kota Gezer (1 Taw 20:4) dipakai menggantikan nama "Gob" (2 Sam. 21:18).[14]

Tujuan

sunting

Kitab Tawarikh sebagian besar berisi riwayat-riwayat yang telah dituliskan dalam Kitab Samuel dan Raja-raja. Namun di dalam Kitab Tawarikh, riwayat-riwayat tersebut diceritakan dari sudut pandang lain. Sejarah kerajaan Israel dalam kitab Tawarikh ditulis dengan dua maksud utama.

  1. Penulis ingin menunjukkan bahwa sekalipun kerajaan Israel dan Yehuda ditimpa kemalangan, tetapi Allah masih memegang janji-Nya kepada bangsa itu, dan melaksanakan rencana-Nya untuk umat-Nya melalui orang-orang yang tinggal di Yudea. Penulis kitab menekankan hal itu dengan menunjukkan hal-hal besar yang telah dicapai oleh Daud dan Salomo, serta pembaruan-pembaruan yang diusahakan oleh Yosafat, Hizkia dan Yosia. Juga karena masih ada orang-orang yang tetap setia menyembah Allah.
  2. Penulis menguraikan asal mula upacara ibadat di Bait Allah di Yerusalem, terutama mengenai susunan jabatan imam dan orang-orang Lewi yang bertugas dalam upacara-upacara ibadat itu. Sekalipun Bait Allah di Yerusalem itu dibangun oleh Salomo, tetapi di dalam kitab Tawarikh ini Daud dikemukakan sebagai pendiri yang sesungguhnya dari Bait Allah itu dan upacara-upacara ibadatnya.[15]

Sumber

sunting

Lebih dari setengah isi Kitab Tawarikh diambil dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain, terutama Kitab Samuel dan Raja-raja. Sumber-sumber lain yang disebut dalam Kitab Tawarikh termasuk:

Pembagian dalam Alkitab Kristen

sunting

Dalam Alkitab Kristen, Kitab Tawarikh terbagi menjadi 2 kitab terpisah.

  • Kitab 1 Tawarikh, dimulai dengan menampilkan daftar silsilah dari orang-orang Israel hingga masa raja-raja, beserta beberapa daftar lainnya seperti "daftar kepemilikan kota oleh orang-orang Lewi" dan "daftar penyanyi dalam rumah TUHAN", kemudian riwayat singkat mengenai akhir hidup Saul, dan dilanjutkan dengan cerita atas pencapaian-pencapaian dan keberhasilan-keberhasilan pada masa pemerintahan Raja Daud hingga kematiannya.
  • Kitab 2 Tawarikh, dimulai dengan riwayat pada masa pemerintahan Raja Salomo hingga ia mangkat, diikuti dengan kisah pemberontakan suku-suku utara di bawah pimpinan Yerobeam melawan Raja Rehabeam dan pecahnya Kerajaan Israel bersatu, lalu dilanjutkan dengan sejarah raja-raja dari Kerajaan Yehuda, dan diakhiri dengan kisah kejatuhan Yerusalem.

Kaitan dengan kitab lain

sunting

Kitab Ezra dan Nehemia

sunting

Kisah yang termuat dalam Kitab 1 dan 2 Tawarikh berlanjut di Kitab Ezra dan Nehemia, yang menjadi satu di Alkitab Ibrani. Dan juga ayat-ayat pada 2 Tawarikh 36:22–23 serupa dengan Ezra 1:1–3a, sehingga beberapa pakar menduga bahwa Ezra 16 seharusnya berada di Kitab Tawarikh, bukan di Kitab Ezra–Nehemia.[6]

Awalnya para pakar yakin bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra–Nehemia (bagian naratifnya) disusun oleh pengarang atau penyunting yang sama, tetapi sekarang ini tidak lagi diterima sepenuhnya.[16]

Kitab Samuel dan Raja-raja

sunting

Kitab 1 dan 2 Tawarikh sebagian besar berisi riwayat-riwayat yang juga tertulis dalam Kitab Samuel dan Raja-raja, sehingga banyak ceritanya yang saling tumpang tindih dan melengkapi satu sama lain.

Kitab Tawarikh dianggap mengandung nilai sejarah yang lebih rendah dibandingkan Kitab Samuel dan Raja-raja karena lebih berkonsentrasi kepada masalah keagamaan daripada politik, meskipun kesimpulan semacam itu sebenarnya menggambarkan bias dari sejumlah kritikus modern dan bukannya masalah utama dalam Kitab Tawarikh.[6]

Sejumlah perbedaan antara Kitab Tawarikh dan Kitab Samuel-Raja-raja menimbulkan masalah sejarah, terutama karena Kitab Tawarikh diyakini membesar-besarkan nominal biaya keuangan dan militer. Hal ini mungkin merupakan cara kuno untuk menyesuasikan dengan inflasi pada zaman itu, meskipun tampaknya perbedaan angka itu hanyalah kesalahan penyalinan tulisan.[6]

Berikut adalah perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan antara Kitab Samuel-Raja-raja dan Kitab Tawarikh:[6]

Ada di Kitab Samuel atau Raja-raja,
tidak ada di Kitab Tawarikh
Ada di Kitab Tawarikh,
tidak ada di Kitab Samuel atau Raja-raja
  • Persiapan Daud untuk membangun Bait Allah
  • Daud menghitung dan membagi tugas untuk orang-orang Lewi
  • Daud mengatur penyanyi, pemain musik dan petugas untuk ibadah di Bait Allah
  • Daud mempersiapkan pejabat untuk Bait Allah
  • Perang antara Abia dan Yerobeam
  • Pertobatan raja Manasye
  • Perayaan Paskah oleh raja Yosia
  • Materi tambahan tentang silsilah

Perjanjian Baru

sunting

Kitab Tawarikh dirujuk, meskipun tidak dikutip langsung, dalam sejumlah kitab Perjanjian Baru misalnya: Matius 12:42, 23:35; Lukas 1:5, 11:31,51; Ibrani 5:4.

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Kata "χρονικά" (khroniká) diturunkan dari kata "χρόνος" (khrónos, har. "waktu, kala, periode"). Kata tersebut diterjemahkan ke bahasa Latin menjadi "chronica".

Referensi

sunting
  1. ^ a b Recent Studies in Chronicles,
  2. ^ Catholic Online — The Books of Paralipomenon (Chronicles)
  3. ^ New Advent — The Books of Paralipomenon (Chronicles)
  4. ^ Japhet, Sara, I & II Chronicles: A Commentary. Louisville: Westminster John Knox Press, 1993. p. 1.
  5. ^ Harris, Stephen L., Understanding the Bible: 2nd Edition. Mayfield: Palo Alto. 1985. p. 188.
  6. ^ a b c d e Quartz Hill School of Theology: Kitab Tawarikh
  7. ^ Barnes, W. E. (1899), Cambridge Bible for Schools and Colleges on 1 Chronicles, accessed 29 January 2020
  8. ^ History debated: the historical reliability of Chronicles in pre-critical and critical research, Kai Peltonen.
  9. ^ First and Second Chronicles, Paul K. Hooker, 12.
  10. ^ The Chronicler as historian, Matt Patrick Graham, Kenneth G. Hoglund, Steven L. McKenzie, Raymond B. Dillard, Society of Biblical Literature, p. 81.
  11. ^ Michael D. Coogan, A Brief Introduction to the Old Testament (New York: Oxford, 2009), 361
  12. ^ a b c d Coogan, 2009. 361
  13. ^ Coogan, 2009. 362
  14. ^ The Bible Dictionary: Your Biblical Reference Book, Matthew George Easton, 134.
  15. ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002.
  16. ^ Beentjes, Pancratius C., "Tradition and transformation in the book of Chronicles" (Brill, 2008) p.3

Pustaka tambahan

sunting

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Terjemahan bahasa lain: