Elizabeth II dari Britania Raya
Ratu Elizabeth II (Elizabeth Alexandra Mary, lahir 21 April 1926[catatan 1]) adalah ratu monarki konstitusional dari 16 negara berdaulat (dikenal sebagai Alam Persemakmuran) dan teritori beserta dependensinya, serta ketua dari 54 anggota Negara-Negara Persemakmuran. Ratu Elizabeth juga merupakan Gubernur Agung Gereja Inggris.
Elizabeth II | |||||
---|---|---|---|---|---|
Ratu alam Persemakmuran
Daftar
| |||||
Berkuasa | 6 Februari 1952 – sekarang | ||||
Penobatan | 2 Juni 1953 | ||||
Pendahulu | George VI | ||||
Putra mahkota | Charles, Pangeran Wales | ||||
Perdana Menteri | Lihat daftar | ||||
Kelahiran | 21 April 1926 Mayfair, London, Inggris, Britania Raya | ||||
Pasangan | Pangeran Philip, Adipati Edinburgh (m. 1947) | ||||
Keturunan Detail | |||||
| |||||
Wangsa | Wangsa Windsor | ||||
Ayah | George VI | ||||
Ibu | Elizabeth Angela Marguerite Bowes-Lyon | ||||
Agama | |||||
Tanda tangan | Elizabeth II |
Setelah naik takhta pada tanggal 6 Februari 1952, Ratu Elizabeth menjadi Ketua Persemakmuran sekaligus ratu dari tujuh Alam Persemakmuran (Commonwealth Realms) merdeka, yaitu: Britania Raya, Kanada, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Pakistan dan Sri Lanka. Sejak tahun 1956 hingga 1992, jumlah Alam Persemakmuran nya bervariasi dan beberapa wilayah merdeka bertransformasi menjadi negara republik. Saat ini, selain empat negara pertama yang disebut di atas, Elizabeth juga merupakan Ratu dari Jamaika, Barbados, Bahama, Grenada, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Tuvalu, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Belize, Antigua dan Barbuda, serta Saint Kitts dan Nevis. Masa pemerintahannya selama 72 tahun merupakan masa pemerintahan terpanjang kedua dalam sejarah Monarki Britania Raya setelah Ratu Victoria, yang memerintah selama 63 tahun.
Elizabeth lahir di London dan menempuh pendidikan secara privat. Ayahnya naik takhta menjadi George VI pada tahun 1936 setelah pamannya, Edward VIII, melepaskan takhtanya, dan secara tidak terduga Elizabeth menjadi penerus takhta berikutnya. Elizabeth mulai menjalankan tugas sosialnya selama terjadinya Perang Dunia II dengan bertugas di palang merah. Pada tahun 1947, ia menikah dengan Pangeran Philip, Adipati Edinburgh, dan kemudian dikaruniai empat orang anak, yaitu Charles, Anne, Andrew, dan Edward. Upacara penobatannya dilaksanakan pada tahun 1953 dan merupakan upacara penobatan pertama yang disiarkan melalui televisi.
Ratu Elizabeth sudah melakukan berbagai pertemuan dan kunjungan kenegaraan bersejarah, termasuk kunjungan kenegaraan ke Republik Irlandia dan kunjungan timbal balik dari dan ke Paus Katolik Roma. Ratu Elizabeth juga telah menjadi saksi hidup atas berbagai perubahan besar yang terjadi dalam konstitusi Alam Persemakmurannya, seperti devolusi di Britania Raya, dan pemisahan konstitusi Kanada. Sedangkan secara personal, Ratu juga telah menyaksikan berbagai peristiwa penting yang terjadi dalam monarkinya, termasuk kelahiran dan pernikahan anak serta cucunya, upacara penobatan Pangeran Wales, dan perayaan Jubilee perak, emas, dan berlian Ratu pada tahun 1977, 2002, dan 2012.
Berbagai peristiwa bersejarah juga terjadi selama masa pemerintahan Ratu Elizabeth, diantaranya peristiwa the Troubles di Irlandia Utara, Perang Falklands, dan Perang Afganistan. Ada juga saat-saat duka yang dilaluinya, termasuk kematian ayahandanya pada usia 56 tahun, pembunuhan paman Pangeran Philip, kehancuran rumah tangga putra-putrinya pada tahun 1992, kematian menantunya, Diana, Putri Wales pada tahun 1997, serta kematian ibu dan adiknya pada tahun 2002. Ratu Elizabeth dan keluarga kerajaannya seringkali menerima berbagai kritikan dan kecaman dari media massa dan tokoh-tokoh pro-republik, namun popularitas pribadi dan dukungan yang mengalir untuk kerajaan tetap tinggi.
Kehidupan awal
Elizabeth adalah anak pertama dari Pangeran Albert, Adipati York (kemudian menjadi Raja George VI), dan istrinya, Elizabeth Angela Marguerite Bowes-Lyon (kemudian lebih dikenal sebagai Ratu Elizabeth, Ibu Suri). Ayahnya adalah anak kedua dari Raja George V dan Ratu Mary. Sedangkan ibunya adalah putri bungsu dari bangsawan Skotlandia bernama Claude Bowes-Lyon. Elizabeth dilahirkan melalui operasi caesar pada pukul 2:40 AM (GMT) tanggal 21 April 1926 di kediaman kakeknya di 17 Bruton Street, Mayfair, London.[1] Elizabeth dibaptis oleh Uskup Agung Anglikan York bernama Cosmo Gordon Lang di sebuah kapel pribadi di Istana Buckingham pada tanggal 29 Mei 1926,[2][catatan 2] dan dinamai Elizabeth Alexandra Mary; Elizabeth diturunkan dari nama ibundanya, Alexandra diturunkan dari nama ibu Raja George V, Alexandra dari Denmark, yang meninggal dunia enam bulan sebelumnya, sedangkan Mary adalah nama neneknya dari pihak ayah.[3] Keluarga dekatnya memanggil Elizabeth dengan sebutan "Lilibet".[4] Raja George V sangat menyayangi cucunya. Saat Raja mengidap penyakit serius pada tahun 1929, dilaporkan bahwa kunjungan rutin dari Elizabeth turut membantu menumbuhkan semangat dan mempercepat proses kesembuhan sang Raja.[5]
Elizabeth memiliki seorang saudara perempuan, yaitu Putri Margaret, yang usianya empat tahun lebih muda dari usianya. Keduanya dididik secara privat di rumah dengan pengawasan dari ibu dan pengasuh mereka, Marion Crawford atau "Crawfie".[6] Pelajaran yang diajarkan pada mereka berdua adalah sejarah, bahasa, sastra, dan musik.[7] Untuk menggambarkan kehidupan keluarga kerajaan,[8] pada tahun 1950 Crawford menerbitkan sebuah biografi masa kecil Elizabeth dan Margaret yang berjudul The Little Princesses. Buku ini menggambarkan Elizabeth kecil yang mencintai kuda dan anjing, serta bersikap tertib dan bertanggungjawab.[9] Winston Churchill menggambarkan Elizabeth saat berusia dua tahun sebagai "sebuah karakter yang memantulkan keajaiban dari sosok seorang bayi." [10] Sepupunya, Margaret Rhodes menggambarkan Elizabeth kecil sebagai "seorang gadis kecil yang periang, namun pada dasarnya bijaksana dan berperilaku baik".[11]
Putri mahkota
Sebagai cucu dari Raja Britania Raya, gelar Elizabeth setelah kelahirannya adalah Her Royal Highness Princess Elizabeth of York (Yang Mulia Putri Elizabeth dari York). Elizabeth berada di posisi ketiga dalam garis suksesi takhta setelah pamannya, Edward, Pangeran Wales, dan ayahnya, Adipati York. Meskipun kelahirannya telah menarik perhatian publik, Elizabeth tidak diunggulkan untuk menjadi ratu karena Pangeran Wales masih muda, dan banyak yang menduga kalau Pangeran Wales akan menikah dan memiliki penerus sendiri.[12] Pada tahun 1936, setelah kakeknya, Raja George V meninggal dunia, pamannya Edward VIII naik takhta menjadi raja. Posisi Elizabeth-pun bergeser menjadi orang kedua di garis takhta setelah ayahnya. Kemudian, masih pada tahun yang sama, tanpa diduga Edward turun takhta karena berniat menikahi Wallis Simpson, seorang sosialita yang berstatus janda. Tindakan Edward ini memicu krisis konstitusional di lingkungan kerajaan.[13] Ayahanda Elizabeth kemudian naik takhta menjadi raja dan Elizabeth otomatis menjadi putri mahkota atau penerus takhta berikutnya dengan gelar Her Royal Highness The Princess Elizabeth.[14] Namun, jika kemudian orang tuanya memiliki putra, maka saudara laki-lakinya akan menjadi putra mahkota dan Elizabeth akan kehilangan posisinya sebagai penerus takhta berikutnya.[15]
Elizabeth menerima beasiswa pribadi dari Eton College,[16] dan kemudian mulai mempelajari bahasa Perancis.[17] Sebuah lembaga Pandu Putri bernama 1st Buckingham Palace Company khusus dibentuk dengan tujuan agar Elizabeth bisa bersosialisasi dengan gadis-gadis seusianya.[18] Setelah itu, Elizabeth sempat terdaftar sebagai anggota kepanduan Sea Ranger pada tahun 1937.[17]
Pada tahun 1939, orang tua Elizabeth melakukan kunjungan kenegaraan ke Kanada dan Amerika Serikat. Sebelumnya, pada tahun 1927 orang tuanya juga melakukan kunjungan ke Australia dan Selandia Baru, namun Elizabeth tetap di Inggris. Ayahnya berpikir bahwa dia terlalu muda untuk melakukan kunjungan publik.[19] Elizabeth "tampak menangis" saat ayahnya pergi.[20] Selama kunjungan, ia dan ayahnya tetap berhubungan secara teratur.[20] Pada tanggal 18 Mei 1939, Elizabeth dan ayahnya melakukan panggilan telepon kerajaan trans-atlantik untuk pertama kalinya.[19]
Perang Dunia II
Pada bulan September 1939, Britania Raya memasuki Perang Dunia II yang berlangsung sampai tahun 1945. Selama periode ini, ketika London berulang kali diserang dan di bom oleh Jerman, banyak anak-anak di London yang dievakuasi. Seorang politisi senior bernama Lord Hailsham menyarankan agar kedua putri harus dievakuasi ke Kanada. Namun saran ini ditolak oleh ibu Elizabeth, yang menyatakan bahwa "Anak-anak tidak akan pergi tanpa saya. Saya tidak akan pergi tanpa Raja. Dan Raja tidak akan pernah meninggalkan Inggris".[21] Putri Elizabeth dan Margaret tinggal di Istana Balmoral, Skotlandia, hingga hari Natal tahun 1939, kemudian mereka pindah ke Sandringham House di Norfolk.[22] Dari bulan Februari hingga bulan Mei 1940, mereka tinggal di Royal Lodge, Windsor, setelah itu pindah lagi ke Istana Windsor. Di tempat terakhir inilah kedua putri menetap selama lima tahun berikutnya.[23] Di Windsor, kedua putri ikut berpartisipasi dalam pementasan pantomim pada hari Natal dalam rangka menggalang dana untuk memproduksi pakaian militer.[24] Pada tahun 1940, Elizabeth yang pada saat itu berusia 14 tahun melakukan siaran radio pertamanya dalam program BBC, Children's Hour. Dalam program tersebut, Elizabeth menyalami dan menghibur anak-anak lain yang telah di evakuasi dari kota.[25] Dia menyatakan:
Kita harus berusaha melakukan semua yang kita bisa untuk membantu pelaut, tentara dan penerbang kita yang gagah berani, dan kita juga harus berusaha menjauhkan diri dari bahaya dan kesedihan perang. Kita tahu, setiap orang dari kita, bahwa pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja.[25]
Pada tahun 1943, saat berusia 16 tahun, Elizabeth melakukan penampilan publik solo pertamanya saat mengunjungi Pasukan Pengawal Grenadier.[26] Saat ia mendekati ulang tahun ke-18, hukum berubah sehingga dia bisa bertindak sebagai salah satu dari lima Konselor Negara yang mewakili Britania Raya jika ayahnya tidak mampu atau sedang melakukan kunjungan luar negeri, seperti saat ayahnya berkunjung ke Italia pada bulan Juli 1944.[27] Pada bulan Februari 1945, Elizabeth bergabung dengan Women's Auxiliary Territorial Service sebagai Subaltern kehormatan dengan nomor layanan 230873.[28] Dia dilatih menjadi sopir dan mekanik dan dipromosikan menjadi Komandan Junior kehormatan lima bulan kemudian.[29][30]
Ketika perang berakhir di Eropa, saat perayaan kemenangan di Britania Raya, Putri Elizabeth dan Putri Margaret berbaur secara anonim bersama kerumunan massa dalam perayaan di jalan-jalan kota London. Elizabeth kemudian mengatakan dalam sebuah wawancara yang jarang terjadi, "Kami bertanya pada orang tua kami apakah kami bisa keluar dan melihat perayaan. Saya ingat mereka takut kalau nanti kami akan dikenali ... Saya ingat barisan orang-orang tak dikenal yang saling menautkan lengan dan berjalan menyusuri Whitehall, kami semua hanya menyatu bersama gelombang kebahagiaan dan kelegaan.[31]
Selama perang, beberapa usulan diajukan oleh pemerintah untuk memadamkan nasionalisme yang merebak di Wales dengan cara mendekatkan Elizabeth dengan rakyat Wales.[32] Usulan ini termasuk menjadikan Elizabeth sebagai juru kunci Kastil Caernarvon, posisi yang pada saat itu dijabat oleh David Lloyd George. Menteri Dalam Negeri Herbert Morrison mengusulkan rencana lain, yaitu agar menjadikan Elizabeth sebagai pelindung Urdd Gobaith Cymru (Persatuan Pemuda Wales).[32] Para politisi Wales mengusulkan agar Elizabeth dinobatkan sebagai Putri Wales pada saat ulang tahunnya yang ke-18.[33] Namun ide-ide ini pada akhirnya ditinggalkan karena berbagai alasan, termasuk adanya ketakutan untuk mempersatukan Elizabeth dengan para penentang di Urdd, apalagi saat itu Britania Raya sedang menghadapi peperangan.[32] Tahun 1946, Elizabeth dilantik menjadi Wales Gorsedd of Bards di Eisteddfod Nasional Wales.[34]
Pada tahun 1947, Putri Elizabeth melakukan kunjungan luar negeri pertamanya saat menemani orang tuanya melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan. Selama kunjungan, dalam siarannya untuk Negara-Negara Persemakmuran pada hari ulangnya yang ke-21, Elizabeth membuat janji sebagai berikut:
"Saya menyatakan bahwa selama hidup saya, entah itu berumur panjang atau pendek, akan dikhususkan untuk melayani dan melayani keluarga imperium raya yang kita miliki bersama."[35]
Pernikahan
Elizabeth bertemu dengan calon suaminya, Pangeran Philip dari Yunani dan Denmark pada tahun 1934 dan 1937.[36] Mereka berdua merupakan sepupu dalam garis kedua berdasarkan silsilah Raja Christian IX dari Denmark dan sepupu ketiga dalam garis Ratu Victoria. Setelah pertemuan lainnya di Sekolah Angkatan Laut Britania Raya di Dartmouth pada bulan Juli 1939, Elizabeth yang pada saat itu masih berusia 13 tahun mengungkapkan bahwa ia jatuh cinta pada Pangeran Philip dan kemudian mereka berdua mulai berkirim surat.[37] Pertunangan mereka diumumkan secara resmi pada tanggal 9 Juli 1947.[38]
Pertunangan mereka ini diiringi oleh mencuatnya berbagai kontroversi: Philip tidak memiliki dasar keuangan yang memadai dan merupakan seorang kelahiran asing (meskipun ia pernah bertugas di Royal Navy selama Perang Dunia Kedua). Philip juga memiliki saudara perempuan yang telah menikah dengan seorang bangsawan Jerman Nazi.[39] Marion Crawford menulis: "Beberapa penasehat Raja berpikir bahwa dia [Philip] tidak cukup baik untuk Elizabeth. Dia adalah seorang pangeran tanpa rumah atau kerajaan. Beberapa penasehat juga mempermasalahkan status Philip yang merupakan seorang kelahiran asing."[40] Dalam biografinya di kemudian hari, dilaporkan bahwa Sri Ratu Elizabeth Bowes pada awalnya menentang pertunangan ini, bahkan ia menyebut Philip dengan sebutan "dia".[41] Namun, Sri Ratu mengatakan kepada penulis biografinya, Tim Heald, bahwa Philip adalah "seorang pria Inggris".[42]
Sebelum pernikahan dilangsungkan, Philip menanggalkan gelar Yunani dan Denmark nya, pindah agama dari Ortodoks Yunani menjadi Anglikan, serta mengganti gelarnya menjadi "Letnan Philip Mountbatten", mengadopsi nama keluarga Inggris pihak ibunya.[43] Tepat sebelum pernikahan, Philip dinobatkan menjadi Adipati Edinburgh, dengan gelar His Royal Highness (Yang Mulia).[44]
Elizabeth dan Philip menikah pada tanggal 20 November 1947 di Westminster Abbey. Mereka berdua menerima 2500 hadiah pernikahan dari para tamu dan undangan di seluruh dunia.[45] Karena Britania Raya belum sepenuhnya pulih dari kehancuran pasca perang dunia, Elizabeth menggunakan kupon rangsum untuk membeli bahan gaunnya, yang dirancang oleh Norman Hartnell.[46] Pasca-perang, keluarga kerajaan tidak diperkenankan menjalin hubungan apapun dengan Jerman. Begitu juga dengan Philip yang memiliki tiga saudara perempuan di Jerman, saudara-saudaranya tersebut selanjutnya diketahui tidak diundang ke pernikahannya.[47] Selain itu, Adipati Windsor (sebelumnya Raja Edward VIII) juga tidak diundang ke pesta pernikahan Elizabeth dan Philip.[48]
Elizabeth melahirkan anak pertamanya, Pangeran Charles, pada tanggal 14 November 1948. Satu bulan sebelumnya, Raja telah mengeluarkan surat paten yang mengizinkan putra dan putri Elizabeth untuk menggunakan gelar pangeran atau putri kerajaan meskipun Elizabeth belum naik takhta.[49] Anak kedua mereka, Putri Anne, lahir pada tahun 1950.[50]
Setelah pernikahan mereka, pasangan ini menyewa Windlesham Moor di dekat Istana Windsor, dan menetap di sana hingga tanggal 4 Juli 1949.[45] Setelah itu, mereka pindah ke Clarence House di London. Antara tahun 1949 sampai 1951, Adipati Edinburgh ditugaskan di Protektorat Britania di Malta sebagai perwira Angkatan Laut yang melayani Royal Navy. Dia dan Elizabeth menetap selama beberapa bulan di sebuah villa milik paman Philip di Gwardamanġia, Malta, sedangkan anak-anak tetap tinggal di Inggris.[51]
Pemerintahan
Naik takhta dan penobatan
Pada tahun 1951, kesehatan Raja George VI menurun dan Elizabeth sering diutus untuk mewakilinya dalam acara-acara publik. Ketika dia melakukan kunjungan ke Kanada dan mengunjungi Presiden Truman di Washington, D.C. pada bulan Oktober 1951, sekretaris pribadinya, Martin Charteris, membawa surat perintah deklarasi naik tahta untuk digunakan jika Raja meninggal ketika dia sedang melakukan kunjungan.[52] Pada awal tahun 1952, Elizabeth dan Philip berangkat untuk melakukan kunjungan ke Australia, Selandia Baru, dan Kenya. Pada tanggal 6 Februari 1952, mereka berdua baru saja sampai di kediaman mereka di Kenya saat Philip diberitahu kabar mengenai kematian Raja. Philip kemudian menyampaikan kabar tersebut kepada istrinya.[53] Martin Charteris meminta Elizabeth untuk memilih nama penyandang kekuasaan yang ingin dipakainya, namun dia memutuskan untuk tetap menggunakan nama Elizabeth, atau lebih tepatnya, Elizabeth II.[54] Elizabeth langsung diproklamasikan sebagai ratu Britania Raya dan seluruh alam Persemakmuran pada saat itu juga dan setelah itu dia langsung kembali ke Inggris.[55] Setelah menjadi Ratu, ia dan Adipati Edinburgh kemudian pindah ke Istana Buckingham.[56]
Dengan naik takhtanya Elizabeth, ada kemungkinan bahwa wangsa kerajaan akan menggunakan nama suaminya; menjadi Wangsa Mountbatten, sejalan dengan kebiasaan seorang istri yang menggunakan nama keluarga suaminya setelah menikah. Nenek Elizabeth, Ratu Mary, dan Perdana Menteri Britania Raya, Winston Churchill, menyarankan untuk tetap mempertahankan nama Wangsa Windsor, dan usul ini diterima. Namun Adipati Edinburgh mengeluh: "Saya satu-satunya orang di negara ini yang tidak diperbolehkan untuk mewariskan namanya kepada anak-anaknya sendiri."[57] Pada tahun 1960, setelah kematian Ratu Mary pada tahun 1953 dan pengunduran diri Churchill pada tahun 1955, nama keluarga Mountbatten-Windsor diadopsi untuk keturunan laki-laki Philip dan Elizabeth yang tidak dianugerahi gelar kerajaan.[58]
Di tengah persiapan penobatan, Putri Margaret memberitahu kakaknya bahwa dia ingin menikahi Peter Townsend, seorang duda dua anak yang usianya 16 tahun lebih tua dari Margaret, namun Ratu memintanya untuk menunggu selama satu tahun. Martin Charteris mengungkapkan, "Ratu sebenarnya bersimpatik terhadap Putri Margaret, tapi menurut saya Ratu berpikir—atau berharap—jika diberi waktu, maka skandal itu akan mereda dengan sendirinya."[59] Para politisi senior menentang pernikahan itu dan Gereja Inggris juga tidak mengizinkan pernikahan setelah perceraian. Jika Putri Margaret tetap memaksa menikah, maka ia akan tersingkir dari garis pewaris takhta, sama seperti kasus Edward VIII.[60] Pada akhirnya, Putri memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahannya dengan Townsend.[61] Pada tahun 1960, Margaret menikah dengan Antony Armstrong-Jones, yang kemudian bergelar Pangeran Snowdon. Mereka bercerai pada tahun 1978 dan setelah itu Putri Margaret tidak menikah lagi.[62]
Meskipun Kerajaan Britania Raya dilanda kesedihan dengan meninggalnya Ratu Mary pada tanggal 24 Maret, upacara penobatan Ratu Elizabeth tetap dilangsungkan pada tanggal 2 Juni 1953.[63] Upacara digelar di Westminster Abbey, kecuali untuk sesi Perminyakan dan Perjamuan Kudus. Upacara ini juga menjadi upacara penobatan kerajaan yang pertama kalinya disiarkan melalui televisi.[64][catatan 3] Gaun penobatan Ratu Elizabeth dirancang oleh Norman Hartnel dan dibordir dengan lambang dari Negara-Negara Persemakmuran: mawar Tudor Inggris, kardo Skotlandia, bawang perai Wales, shamrock Irlandia, pial Australia, daun mapel Kanada, pakis perak Selandia Baru, protea Afrika Selatan, bunga seroja untuk India dan Sri Lanka, serta gandum, kapas, dan rami untuk Pakistan.[65]
Keberlangsungan persemakmuran
Sepanjang hidupnya, Ratu telah menyaksikan proses transformasi negara-negara jajahan Britania Raya dari Imperium Britania menjadi Negara-Negara Persemakmuran.[66] Pada saat ia naik takhta pada tahun 1952, peran Ratu sebagai kepala negara dari beberapa negara-negara merdeka sudah terbentuk dengan sendirinya.[67] Dalam rentang tahun 1953-1954, Ratu dan suaminya memulai kunjungan kenegaraan selama enam bulan ke berbagai negara di dunia. Ia menjadi kepala monarki pertama yang mengunjungi Australia dan Selandia Baru.[68] Selama kunjungan, kerumunan massa yang sangat ramai menyambut kedatangan Ratu, sekitar tiga perempat dari populasi Australia diperkirakan ikut menyambut kedatangan Ratu Elizabeth pada saat itu.[69] Sepanjang pemerintahannya, Ratu Elizabeth telah melakukan berbagai kunjungan kenegaraan ke berbagai negara Persemakmuran ataupun non-Persemakmuran dan dia tercatat sebagai kepala negara yang paling sering bepergian dalam sejarah.[70]
Pada tahun 1956, Perdana Menteri Perancis Guy Mollet dan Perdana Menteri Britania Raya Sir Anthony Eden membahas kemungkinan Perancis untuk bergabung dengan Persemakmuran. Namun usulan tersebut tidak pernah diterima, dan pada tahun berikutnya, Perancis menandatangani Perjanjian Roma sebagai dasar pendirian Masyarakat Ekonomi Eropa, pendahulu dari Uni Eropa.[71] Pada bulan November 1956, Britania Raya dan Perancis menginvasi Mesir dalam upaya untuk mengambil alih Terusan Suez, namun upaya ini berakhir dengan kegagalan. Lord Mountbatten mengklaim bahwa Ratu menentang invasi ini, meskipun Eden menyangkalnya. Eden mengundurkan diri dua bulan kemudian.[72]
Tidak adanya mekanisme formal dalam Partai Konservatif untuk memilih seorang pemimpin berarti bahwa setelah pengunduran diri Eden, Ratu berhak untuk memutuskan siapa yang akan menjadi perdana menteri. Eden menganjurkan agar ia berkonsultasi dengan Lord Salisbury, Presiden Agung House of Lords. Lord Salisbury dan Lord Kilmuir (Konselor Agung) kemudian berkonsultasi dengan Kabinet Britania, Winston Churchill, dan Ketua Komite 1922. Sebagai hasilnya, Ratu menyetujui calon perdana menteri yang mereka rekomendasikan: Harold Macmillan.[73]
Krisis Suez dan terpilihnya pengganti Eden pada tahun 1957 telah menuai berbagai kritik atas kepemimpinan Ratu Elizabeth. Dalam sebuah majalah yang dimiliki oleh Lord Altrincham,[74] ia menuduh Ratu telah "keluar batas".[75] Altrincham kemudian dikecam dan diserang secara fisik oleh masyarakat yang tidak suka atas komentarnya.[76] Enam tahun kemudian, Macmillan mengundurkan diri pada tahun 1963 dan menyarankan agar Ratu menunjuk Earl of Home sebagai perdana menteri, dan sarannya ini diikuti.[77] Atas tindakannya ini, Ratu sekali lagi menerima berbagai kritikan karena menunjuk perdana menteri atas saran dari sejumlah kecil, atau seorang menteri.[77] Pada tahun 1965, Partai Konservatif menetapkan mekanisme formal untuk memilih perdana menteri, sehingga mengurangi keterlibatan ratu dalam Kabinet.[78]
Pada tahun 1957, Ratu Elizabeth II melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat. Dalam kunjungan tersebut, Ratu berpidato dalam Majelis Umum PBB atas nama Persemakmuran. Dalam kunjungan yang sama, Ratu meresmikan Parlemen Kanada ke-23, yang merupakan pemerintahan monarki Kanada pertama yang memiliki Parlemen.[79] Dua tahun kemudian, Elizabeth sekali lagi mengunjungi Kanada dan Amerika Serikat,[79][80] meskipun pada saat itu Ratu sedang mengandung anak ketiganya.[81] Pada tahun 1961, dia mengunjungi Siprus, India, Pakistan, Nepal, dan Iran.[82] Dalam kunjungannya ke Ghana pada tahun yang sama, Ratu menepis kekhawatiran akan keselamatannya, meskipun Presiden Kwame Nkrumah, yang menggantikan posisinya sebagai kepala negara Ghana, adalah sasaran utama pembunuhan.[83] Harold Macmillan menulis: "Ratu benar-benar tabah pada saat itu ... Dia tidak suka orang-orang yang memperlakukannya seolah-olah dia;... seorang bintang film ... Dia memang memiliki 'hati dan perut selayaknya seorang pria' ... Dia mencintai tugasnya dan posisinya sebagai seorang Ratu."[83] Menjelang kunjungannya ke Quebec pada tahun 1964, media melaporkan bahwa beberapa gerakan separatis telah merencanakan pembunuhan Ratu Elizabeth.[84][85][86] Tidak terjadi apa-apa selama kunjungan berlangsung, namun beberapa kerusuhan pecah saat ia berada di Montreal; "ketenangan dan keberanian Ratu dalam menghadapi kekerasan" patut dicatat.[87]
Masa kehamilan Ratu Elizabeth saat mengandung Pangeran Andrew dan Pangeran Edward pada tahun 1959 dan 1963 adalah dua saat di mana ia tidak melakukan peresmian Parlemen Britania Raya selama masa pemerintahannya.[88] Selain tampil dalam berbagai perayaan tradisional, Ratu juga menerapkan praktek-praktek baru. Jalan kaki kenegaraan dan pertemuan dengan anggota masyarakat biasa dilangsungkan selama kunjungannya ke Australia dan Selandia Baru pada tahun 1970.[89]
Pada periode 1960-an dan 1970-an, Ratu Elizabeth menjadi saksi atas dekolonisasi negara-negara jajahan Britania Raya di Afrika dan Karibia. Lebih dari 20 negara memperoleh kemerdekaan dari Britania Raya sebagai bagian dari transisi negara-negara tersebut untuk membentuk pemerintahan sendiri. Pada tahun 1965, Perdana Menteri Rhodesia, Ian Smith, menyatakan kemerdekaan sepihak atas Britania Raya di saat sebagian besar rakyat Rhodesia masih menyatakan "kesetiaan dan pengabdiannya" pada Ratu Elizabeth. Meskipun Ratu menolak deklarasi sepihaknya dan dunia internasional menerapkan sanksi terhadap Rhodesia, rezim Smith tetap bertahan selama lebih dari satu dekade berikutnya.[90]
Pada bulan Februari 1974, Perdana Menteri Edward Heath menyarankan pada Ratu untuk menyelenggarakan pemilihan umum ditengah-tengah kunjungannya ke Austronesia Pasifik, yang menyebabkan Ratu harus terbang kembali ke Inggris.[91] Pemilihan umum ini menghasilkan parlemen yang menggantung; Partai Konservatif pimpinan Heath tidak berhasil memperoleh suara mayoritas, namun partai ini bisa tetap tinggal di Westminster jika berkoalisi dengan Partai Liberal. Rencana koalisi ini akhirnya kandas dan Heath kemudian mengundurkan diri setelah Ratu meminta pemimpin oposisi, Harold Wilson dari Partai Buruh untuk membentuk pemerintahan.[92]
Setahun kemudian, pada puncak krisis konstitusi Australia 1975, Perdana Menteri Australia Gough Whitlam diberhentikan dari jabatannya oleh Gubernur Jenderal John Kerr setelah oposisi yang dikendalikan Senat menolak proposal anggaran Whitlam.[93] Karena Whitlam memiliki suara mayoritas dalam Dewan Perwakilan Rakyat Australia, juru bicara Gordon Scholes mengimbau kepada Ratu untuk membalikkan keputusan Kerr. Namun Ratu menolak, menyatakan bahwa dia tidak akan ikut campur dalam keputusan-keputusan Gubernur Jenderal yang dilindungi oleh Konstitusi Australia.[94] Krisis ini memicu munculnya gerakan Republikanisme Australia.[93]
Jubilee Perak
Pada tahun 1977, Ratu Elizabeth memasuki 25 tahun masa pemerintahannya (Jubilee Perak). Berbagai pesta dan perayaan berlangsung di seluruh Persemakmuran. Perayaan-perayaan ini kembali menegaskan betapa besarnya popularitas Ratu, meskipun sempat dinodai oleh pemberitaan negatif media berkaitan dengan perceraian Putri Margaret dengan suaminya.[95] Pada tahun 1978, Ratu menerima kunjungan kenegaraan dari diktator komunis Rumania, Nicolae Ceaușescu dan istrinya Elena.[96][97] Setahun kemudian, Ratu dihadapkan pada dua pukulan: salah satu inspektur di Istana Buckingham terbuka kedoknya sebagai mata-mata komunis, pukulan lainnya adalah tewasnya sang paman dari Pangeran Philip, Lord Mountbatten, KG, oleh Tentara Republik Irlandia Sementara.[98]
Menurut Paul Martin, Sr., pada akhir tahun 1970-an, Ratu khawatir bahwa mahkotanya sudah "tidak berarti" lagi buat Perdana Menteri Kanada Pierre Trudeau.[99] Tony Benn berkata bahwa Ratu menganggap Trudeau "agak mengecewakan".[99] Trudeau mengolok-ngolok Kerajaan dengan mengatakan bahwa Persemakmuran seperti "meluncur di bawah kendali Istana Buckingham dan berputar-putar di belakang Ratu" pada tahun 1977, dan menghapuskan beberapa simbol monarki Kanada selama masa jabatannya.[99] Pada tahun 1980, beberapa politisi Kanada yang dikirim ke London untuk membahas mengenai pemisahan Konstitusi Kanada mengungkapkan bahwa Ratu "lebih informatif ... dibandingkan dengan politisi atau birokrat Britania lainnya".[99] Ratu sangat peduli mengenai masalah Kanada ini setelah kegagalan Bill C-60 yang mempengaruhi perannya sebagai kepala negara.[99] Pemisahan konstitusi ini pada akhirnya menghasilkan keputusan yang menghapus peran Parlemen Britania Raya dalam Konstitusi Kanada, namun monarki tetap dipertahankan. Trudeau menuliskan dalam memoarnya bahwa Ratu menghargai usahanya untuk mereformasi Konstitusi dan Trudeau juga terkesan oleh "sopan santun dan kebijaksanaan yang Ratu tampilkan di depan umum".[100]
1980-an
Dalam perayaan Trooping the Colour pada tahun 1981, enam minggu sebelum pernikahan Pangeran Charles dengan Diana Spencer, enam tembakan dari jarak dekat diarahkan kepada Ratu saat ia sedang mengendarai kudanya menuju The Mall, London. Polisi kemudian menemukan bahwa tembakan itu kosong. Penyerangnya adalah seorang remaja berusia 17 tahun bernama Marcus Sarjeant, yang selanjutnya dihukum lima tahun penjara dan dibebaskan setelah menjalani tiga tahun hukumannya.[101] Ketenangan Ratu dalam menghadapi situasi saat itu dipuji secara luas.[102] Dari bulan April hingga September 1982, Ratu masih memikirkan peristiwa itu,[103] namun ia juga bangga karena putranya, Pangeran Andrew melayani tentara Britania dalam Perang Falklands.[104] Pada tanggal 9 Juli, Ratu terbangun di kamarnya di Istana Buckingham dan mendapati seorang penyusup telah memasuki kamar tidurnya. Dengan tenang, Ratu memanggil petugas keamanan istana dan sembari menunggu bantuan, ia berbicara dengan sang penyusup yang kemudian diketahui bernama Michael Fagan sampai petugas keamanan tiba tujuh menit kemudian.[105] Saat menerima kunjungan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan di Istana Windsor pada tahun 1982, ia memarahi Reagan karena telah memerintahkan Invasi Grenada, yang merupakan salah satu Alam Persemakmurannya di Karibia tanpa memberitahukannya terlebih dahulu.[106]
Meningkatnya perhatian media terhadap kehidupan pribadi keluarga kerajaan selama tahun 1980-an menghasilkan serangkaian cerita sensasional di media massa, meskipun tidak semuanya yang sepenuhnya benar.[107] Kelvin MacKenzie, editor surat kabar The Sun, berkata kepada stafnya: "Terbitkan edisi Minggu dan Senin tentang keluarga kerajaan. Jangan cemaskan apakah berita itu benar atau tidak, asalkan tidak menimbulkan keributan setelah dimuat."[108] Editor surat kabar Donald Trelford menulis dalam The Observer pada tanggal 21 September 1986: "Opera sabun kerajaan telah mencapai titik jenuh perhatian publik. Batas antara fakta dan fiksi tidak bisa lagi ditentukan ... beberapa surat kabar bukan hanya tidak memeriksa fakta-fakta sebelum dipublikasikan, namun mereka sama sekali tidak peduli apakah berita itu benar atau tidak."[109] The Sunday Times melaporkan pada tanggal 20 Juli 1986 bahwa Ratu mengkhawatirkan kebijakan ekonomi Perdana Menteri Margaret Thatcher akan memupuk perpecahan sosial mengingat tingginya angka pengangguran, terjadinya serangkaian kerusuhan, pemogokan para penambang, dan penolakan Thatcher untuk menerapkan sanksi terhadap rezim apartheid di Afrika Selatan. Rumor tersebut juga mengabarkan bahwa berita tersebut bersumber dari seorang pembantu kerajaan dan sekretaris Persemakmuran, Michael Shea dan Shridath Ramphal, namun Shea membantah tuduhan tersebut.[110] Thatcher konon juga mengatakan bahwa Ratu akan memberikan suaranya pada Partai Sosial Demokratik, yang merupakan lawan politik Thatcher.[111] John Campbell, Penulis biografi Thatcher mengungkapkan bahwa "laporan itu cuma merupakan sepotong kenakalan jurnalistik".[112] Menanggapi laporan negatif mengenai hubungannya dengan Ratu, Thatcher kemudian mengungkapkan kegaguman pribadinya pada Ratu.[113] Setelah Thatcher digantikan oleh John Major, Ratu Elizabeth memberikan dua penghargaan untuk Thatcher, yakni Order of Merit dan Order of the Garter.[114] Mantan Perdana Menteri Kanada, Brian Mulroney, mengungkapkan bahwa Ratu Elizabeth merupakan "pihak di belakang layar" yang mengakhiri apartheid di Afrika Selatan.[115][116]
Pada tahun 1987, di depan publik Kanada, Ratu Elizabeth menyampaikan dukungannya terhadap pemisahan politik Kanada dari Britania Raya. Tindakannya ini memicu berbagai kritik dari para penentang amandemen konstitusi, termasuk Pierre Trudeau.[115] Pada tahun yang sama, Pemerintah Fiji yang terpilih digulingkan dalam kudeta militer. Elizabeth, sebagai Ratu Fiji, mendukung upaya Gubernur-Jenderal Penaia Ganilau untuk menegaskan kekuasaan eksekutif dan menegosiasikan upaya penyelesaian. Pemimpin kudeta Sitiveni Rabuka kemudian berhasil menggulingkan Ganilau dan mendirikan Republik Fiji.[117] Pada awal 1991, para republikan di Britania Raya dibuat panas dengan munculnya laporan media mengenai kekayaan pribadi Ratu yang bertentangan dengan laporan dari istana, serta adanya rumor mengenai skandal pernikahan yang terjadi di lingkungan keluarga kerajaan.[118] Keikutsertaan beberapa keluarga kerajaan dalam acara amal televisi yang berjudul It's a Royal Knockout juga dicibir oleh aktivis pro-republik,[119] dan Ratu menjadi sasaran dari sindiran mereka.[120]
1990-an
Pada tahun 1991, setelah kemenangan dalam Perang Teluk, Ratu menjadi pemimpin monarki Britania pertama yang berbicara dalam Kongres Amerika Serikat.[121]
Dalam pidatonya pada tanggal 24 November 1992 saat peringatan ulang tahun ke-40 takhtanya, Ratu menyebut tahun 1992 sebagai tahun "annus horribilis", atau "tahun yang mengerikan" untuknya;[122] pada bulan Maret, putra keduanya, Pangeran Andrew, bercerai dengan istrinya, Sarah, Duchess of York. Sebulan kemudian, putrinya, Anne, juga bercerai dengan suaminya, Kapten Mark Phillips.[123] Saat Ratu melakukan kunjungan kenegaraan ke Jerman pada bulan Oktober, para demonstran yang marah di Dresden melemparkan telur busuk padanya,[124] dan pada bulan November, Istana Windsor mengalami kerusakan parah setelah terbakar hebat. Kerajaan semakin sering dikritik dan pengawasan publik pada Kerajaan juga semakin meningkat.[125] Dalam salah satu pidato pribadinya, Ratu menyatakan bahwa lembaga apapun pasti mengharapkan kritik, namun disarankan bahwa kritik itu dilontarkan dengan "sedikit sentuhan humor, kelembutan, dan bisa dipahami".[126] Dua hari kemudian, Perdana Menteri John Major mengumumkan mengenai reformasi keuangan kerajaan yang telah direncanakan sejak tahun 1992. Reformasi itu termasuk kebijakan baru yang mengharuskan bahwa mulai tahun 1993, Ratu wajib membayar pajak penghasilan untuk pertama kalinya.[127] Pada bulan Desember, Pangeran Charles secara resmi berpisah dengan istrinya, Putri Diana.[128] Di penghujung tahun, Ratu menggugat surat kabar The Sun atas tuduhan pelanggaran hak cipta karena mempublikasikan pesan Natal tahunan Ratu dua hari sebelum disiarkan. Surat kabar itu dipaksa untuk membayar denda dan menyumbang sebesar £ 200.000 untuk amal.[129]
Pada tahun-tahun berikutnya, minat publik terhadap kehidupan rumah tangga Charles dan Diana meningkat.[130] Meskipun dukungan untuk republikan di Britania Raya meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, dukungan untuk Ratu masih lebih tinggi dibanding dukungan untuk republikan.[131] Kritik terhadap keluarga kerajaan terutama sekali difokuskan pada sikap dan tindakan para anggota keluarga kerajaan.[132] Setelah berkonsultasi dengan Uskup Agung Canterburry, sekretaris pribadi, serta suaminya, Ratu menulis surat kepada Charles dan Diana pada akhir Desember 1995 yang menyatakan bahwa ia menyetujui perceraian mereka.[133] Setahun setelah perceraian mereka pada tahun 1996, Putri Diana tewas dalam sebuah kecelakaan mobil di Paris pada tanggal 31 Agustus 1997. Pada saat itu, Ratu sedang berlibur bersama anak dan cucu-cucunya di Istana Balmoral. Ratu terakhir kali tampil di depan publik saat menemani kedua putra Diana mengikuti pelayanan gereja pada pagi terjadinya kecelakaan.[134] Setelah itu, selama lima hari berikutnya, Ratu dan Pangeran Philip berusaha melindungi kedua cucunya dari incaran media dengan memindahkan mereka berdua ke Istana Balmoral, di sana mereka bisa berduka secara pribadi.[135] Namun menghilangnya keluarga kerajaan dan tidak dikibarkannya bendera setengah tiang pasca kecelakaan Diana menyebabkan munculnya kecurigaan publik.[116][136] Karena semakin ditekan, Ratu pada akhirnya setuju untuk memberikan pernyataan langsung dan kemudian ia kembali ke London untuk melakukan jumpa media pada tanggal 5 September, sehari sebelum pemakaman Diana.[137] Dalam pernyataannya, Ratu menyatakan kekagumannya pada Diana dan juga mengungkapkan perasaan dan kewajibannya "sebagai nenek" dari William dan Harry.[138] Sebagai hasilnya, kecurigaan publik terhadap kerajaan perlahan-perlahan mulai menguap.[138]
Jubilee Emas
Pada tahun 2002, Ratu Elizabeth memasuki 50 tahun masa pemerintahannya sejak naik takhta pada tahun 1952(Jubilee Emas). Adik dan ibunya meninggal dunia pada Februari dan Maret, dan media berspekulasi mengenai ancaman kegagalan dalam perayaan Jubileenya.[139] Ratu kembali melakukan berbagai kunjungan ke Alam Persemakmurannya, yang dimulai dengan mengunjungi Jamaika pada bulan Februari.[140] Seperti pada tahun 1977, dalam kunjungannya Ratu kembali disambut oleh berbagai perayaan, pesta jalanan, dan pendirian berbagai monumen untuk menghormati kedatangannya. Lebih dari sejuta orang menghadiri perayaan Jubilee Emas Ratu Elizabeth di London,[141] dan tingginya antusiasme yang ditunjukkan oleh masyarakat membuktikan bahwa spekulasi media tidak menjadi kenyataan.[142]
Meskipun secara umum Ratu terlihat sehat sepanjang hidupnya, pada tahun 2003 ia menjalani operasi laparoskopik pada kedua lututnya. Pada bulan Oktober 2006, Ratu melewatkan pembukaan Stadion Emirates karena mengalami kejang otot punggung yang telah diidapnya sejak musim panas.[143] Dua bulan kemudian, Ratu terlihat tampil di depan umum dengan perban di tangan kanannya, yang menimbulkan spekulasi kalau Ratu sedang sakit.[144] Ratu juga pernah digigit oleh seekor anjing corgi saat memisahkan dua ekor anjing yang sedang berkelahi.[145]
Pada bulan Mei 2007, surat kabar The Daily Telegraph melaporkan klaim dari sumber yang tidak disebutkan namanya bahwa Ratu merasa "jengkel dan frustrasi" dengan kebijakan Perdana Menteri Tony Blair. Menurut laporan surat kabar itu, Ratu menganggap bahwa Angkatan Bersenjata Britania Raya yang dikirim ke Irak dan Afghanistan sudah berlebihan, masalah kebijakan perdesaan Blair juga dikhawatirkan oleh Ratu.[146] Meskipun demikian, Ratu tetap mengagumi upaya Blair untuk mewujudkan perdamaian di Irlandia Utara.[147] Pada tanggal 20 Maret 2008, bertempat di Gereja Irlandia Katedral St Patrick, Ratu menghadiri layanan Maundy pertama yang diikutinya di luar Inggris dan Wales.[148] Pada bulan Mei 2011, atas undangan dari Presiden Irlandia Mary McAleese, Ratu mengadakan kunjungan kenegaraan ke Republik Irlandia. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama yang dilakukan oleh monarki Britania Raya ke Republik Irlandia setelah negara itu memisahkan diri pada tahun 1922.[149]
Ratu berpidato dalam Sidang Umum PBB untuk kedua kalinya pada tahun 2010, sekali lagi dalam kapasitasnya sebagai ratu dari semua Alam Persemakmurannya.[150] Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyebut dirinya sebagai "jangkar bagi zaman kita".[151] Dalam kunjungannya ke New York pada tahun 2010, Ratu meresmikan pembukaan taman peringatan untuk warga negara Britania yang menjadi korban serangan 11 September 2001.[151] Ratu mengunjungi Australia pada bulan Oktober 2011, yang merupakan kunjungannya yang ke-16 sejak tahun 1954. Dalam pernyataannya pada media, Ratu menyebut kunjungannya saat itu sebagai "kunjungan perpisahan", karena usianya yang semakin lanjut.[152]
Jubilee Berlian dan sesudahnya
Jubilee Berlian Ratu Elizabeth pada tahun 2012 menandai 60 tahun masa jabatannya sebagai ratu. Berbagai perayaan dilangsungkan di Britania Raya dan seluruh Persemakmuran. Dalam sebuah pesan yang dirilis pada Hari Aksesi, dia menyatakan: "Dalam tahun istimewa ini, saya sekali lagi mendedikasikan diri saya untuk melayani Anda, saya berharap kita semua masih ingat akan kekuatan dari kebersamaan dan kekeluargaan, persahabatan dan keramahtamahan ... saya juga berharap bahwa Jubilee tahun ini akan menjapada waktu untuk mensyukuri atas kemajuan besar yang telah dibuat sejak tahun 1952 dan menatap masa depan dengan kepala jernih dan hati yang hangat".[153] Ratu dan suaminya melakukan tur panjang ke seantero Britania Raya, sedangkan anak dan cucunya memulai kunjungan kenegaraan ke berbagai Negara-Negara Persemakmuran atas nama Ratu.[154][155][156] Pada tanggal 4 Juni, suar jubilee dinyalakan di berbagai penjuru dunia.[157]
Ratu Elizabeth adalah penguasa monarki yang hidupnya paling lama dan dengan masa kekuasaan terpanjang kedua (setelah Ratu Victoria) dalam sejarah monarki Britania Raya. Selain itu, Ratu juga merupakan kepala negara dengan masa jabatan terlama kedua di dunia saat ini (setelah Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand). Dia tidak berniat untuk turun takhta,[158] meskipun proporsi tugas publik yang dilakukan oleh Pangeran Charles dan Pangeran William semakin meningkat seiring dengan usia dan kondisi kesehatan Ratu.[159]
Ratu Elizabeth membuka Olimpiade Musim Panas 2012 pada tanggal 27 Juli dan Paralimpiade pada tanggal 29 Agustus 2012 di London. Dia memerankan dirinya sendiri dalam sebuah film pendek sebagai bagian dari rangkaian upacara pembukaan Olimpiade bersama aktor Daniel Craig, yang memerankan James Bond.[160] Sebelumnya, ayahnya membuka Olimpiade London 1948 dan kakek buyutnya, Edward VII, membuka Olimpiade London 1908. Ratu Elizabeth juga membuka Olimpiade Musim Panas 1976 di Montreal dan Pangeran Philip juga pernah membuka Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne.[161] Dia adalah kepala negara pertama yang membuka dua penyelenggaraan Olimpiade di dua negara yang berbeda.[162]
Pada bulan Agustus dan September 2012, citra kerajaan lagi-lagi ternoda dengan dipublikasikannya foto-foto vulgar cucu Ratu Elizabeth, Pangeran Harry, oleh salah satu media Amerika Serikat, serta foto-foto berlibur Catherine, Duchess of Cambridge oleh media Perancis. Menanggapi munculnya foto-foto tersebut, salah satu sumber kerajaan menyatakan bahwa "Ratu sangat marah. Dia sangat menginginkan hal semacam ini takkan pernah terjadi lagi".[163] Selain itu, terkait dengan foto-foto Duchess, Ratu sangat mendukung keputusan Pangeran William untuk menyeret fotografer dan pihak yang terlibat ke dalam proses hukum.[164]
Penerimaan publik dan karakter
Karena Ratu Elizabeth jarang memberikan wawancara, sedikit yang diketahui mengenai kepribadiannya. Sebagai pemimpin dari Monarki Konstitusional, dia tidak mengungkapkan pendapat politiknya di depan publik. Ratu memiliki kepercayaan yang kuat terhadap agamanya dan memenuhi sumpah penobatannya dengan sungguh-sungguh.[165] Selain menganut sekaligus menjabat sebagai Gubernur Agung Gereja Inggris, Ratu secara pribadi juga menjadi pengikut dari Gereja Skotlandia.[166] Dia sangat mendukung dialog lintas agama dan telah bertemu dengan para pemimpin gereja dan agama lain, termasuk tiga paus: Yohanes XXIII, Yohanes Paulus II, dan Benediktus XVI. Catatan pribadi mengenai keyakinannya sering ditampilkan dalam Pesan Natal Kerajaan tahunan yang disiarkan ke seluruh Persemakmuran, seperti dalam pesan natalnya pada tahun 2000, saat ia berbicara mengenai makna teologi dari milenium yang menendai ulang tahun Yesus Kristus ke-2000.
Ratu Elizabeth adalah pelindung lebih dari 600 organisasi dan badan amal.[167] Kegiatannya pada waktu senggang termasuk menunggang kuda dan memelihara anjing, khususnya anjing ras Pembroke Welsh Corgi.[168] Kecintaannya terhadap corgi dimulai pada tahun 1933 dengan seekor anjing bernama Dookie, corgi pertama yang dipelihara oleh keluarganya.[169][170] Menurut seorang sumber dalam kerajaan, Elizabeth dan keluarganya dari waktu ke waktu menyiapkan makanan bersama-sama dan langsung mencucinya setelah itu.[171]
Pada tahun 1950, sebagai seorang wanita muda pada awal pemerintahannya, Elizabeth digambarkan sebagai "Ratu negeri dongeng" yang glamor.[172] Pasca-perang dunia yang merupakan masa-masa penuh harapan, publik menggambarkan pemerintahan Elizabeth sebagai "era Elizabethan baru" (merujuk pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I).[173] Pada tahun 1957, Lord Altrincham mengkritik pidato Elizabeth seperti pidato seorang "anak sekolahan.[174] Pada akhir 1960-an, ia mencoba membawa citra kerajaan menjadi lebih modern dengan merilis sebuah film dokumenter berjudul Royal Family dan menyiarkan upacara penobatan Charles sebagai Pangeran Wales melalui media televisi.[175] Ratu Elizabeth dikenal sering tampil di depan publik dengan mengenakan mantel berwarna cerah dan topi yang dekoratif, yang memungkinkan ia bisa dilihat dengan mudah dalam kerumunan massa.[176]
Saat peringatan Jubilee Perak-nya pada tahun 1977, berbagai kerumunan dan perayaan berlangsung dengan sangat antusias,[177] namun saat kritik publik terhadap keluarga kerajaan meningkat pada tahun 1980, kehidupan pribadi dan kinerja putra-putri Elizabeth berada di bawah pengawasan media.[178] Popularitas Elizabeth jatuh ke titik terendah pada tahun 1990-an. Di bawah tekanan dari media dan publik, ia mulai membayar pajak penghasilan untuk pertama kalinya dan Istana Buckingham mulai dibuka untuk umum.[179] Ketidakpuasan publik terhadap kerajaan mencapai puncaknya pasca kematian Putri Diana pada tahun 1997. Popularitas Elizabeth dan dukungan untuk kerajaan kembali meningkat setelah dia melakukan siaran langsung ke seluruh dunia lima hari setelah kematian Diana.[180]
Pada bulan November 1999, hasil referendum di Australia untuk menentukan masa depan monarki Australia menunjukkan bahwa Elizabeth tetap disukai dan didukung untuk menjadi kepala negara.[181] Hasil poling di Britania Raya pada tahun 2006 dan 2007 juga menunjukkan bahwa dukungan untuk Elizabeth masih tinggi.[182] Hasil jajak pendapat di Tuvalu pada tahun 2008 dan di Saint Vincent dan Grenadines pada tahun 2009 juga menunjukkan hasil yang sama.[183]
Keuangan
Kekayaan pribadi Ratu Elizabeth telah menjadi subyek spekulasi media selama bertahun-tahun. Majalah Forbes memperkirakan bahwa kekayaan bersih Ratu berjumlah sekitar US $ 450 juta pada tahun 2010,[184] namun pihak Istana Buckingham menyatakan bahwa jumlah kekayaan Ratu yang sebesar £ 100 juta itu "terlalu dilebih-lebihkan".[185] Jock Colville, mantan sekretaris pribadinya dan direktur dari bank kerajaan memperkirakan bahwa jumlah kekayaan Ratu pada tahun 1971 sebesar £ 2 juta (setara dengan sekitar £28 juta saat ini[186]).[187][188] Koleksi kerajaan, yang meliputi karya seni dan Mahkota Kerajaan, tidak dimiliki oleh Ratu secara pribadi dan kepemilikannya diatur di bawah ketentuan Undang-Undang Amanah.[189] Properti lainnya yang kepemilikannya sama termasuk istana-istana seperti Istana Buckingham dan Istana Windsor,[190] dan tanah Adipati Lancaster, serta portofolio properti senilai £ 383 juta pada tahun 2011.[191] Sedangkan Sandringham House dan Istana Balmoral dimiliki secara pribadi oleh Ratu.[190] Properti dan perabotan Kerajaan – dengan kepemilikan sebesar £ 7,3 miliar pada tahun 2011[192] – dimiliki oleh negara dan Ratu tidak diperkenankan untuk menjual atau memilikinya secara pribadi.[193]
Gelar dan lambang
Gelar
Elizabeth telah memegang dan dianugerahi banyak gelar dan posisi militer kehormatan di seluruh Persemakmuran dan dari seluruh dunia. Secara resmi, dia memiliki gelar yang berbeda di setiap Alam Persemakmuran nya: Ratu Kanada di Kanada, Ratu Australia di Australia, dan lain sebagainya. Di Kepulauan Channel dan Isle of Man, yang merupakan Dependensi Mahkota Britania Raya, Ratu Elizabeth dikenal sebagai Adipati Normandia dan Lord of Mann. Gelar lainnya termasuk "Defender of the Faith" dan Adipati Lancaster. Ketika sedang berbicara dengan Ratu, kebanyakan orang umumnya menggunakan panggilan Your Majesty (Yang Mulia) untuk pertama kalinya, dan kemudian boleh memanggilnya Ma'am.[194]
Lambang
Dari tanggal 21 April 1944, lambang resmi untuk Elizabeth berbentuk sebuah belah ketupat yang meniru desain Lambang Britania Raya, dibedakan oleh tiga label di dalamnya yang menampilkan mawar Tudor ditengahnya dan salib St George di kedua sisinya.[195] Setelah naik takhta, dia masih menggunakan lambang yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan lambang sebelumnya. Desain perisai juga digunakan dalam Standar Kerajaan Britania Raya. Elizabeth memiliki bendera pribadi untuk dipergunakan di Kanada, Selandia Baru, Australia, Jamaika, Barbados, dan di negara-negara lainnya.[196]
-
Lambang Nasional Putri Elizabeth (1944–1947)
-
Lambang Nasional Putri Elizabeth, Duchess Edinburgh (1947–1952)
-
Lambang Nasional Elizabeth II di Britania Raya (kecuali Skotlandia)
-
Lambang Nasional Elizabeth II di Skotlandia
-
Lambang Nasional Elizabeth II di Kanada (salah satu dari tiga versi yang digunakan)[catatan 4]
Keturunan
Nama | Lahir | Pernikahan | Anak | Cucu | |
---|---|---|---|---|---|
14 November 1948 | 29 July 1981 Bercerai 28 Agustus 1996 |
Lady Diana Spencer | Pangeran William, Adipati Cambridge Pangeran Harry dari Wales |
||
9 April 2005 | Camilla Shand | ||||
15 Agustus 1950 | 14 November 1973 Bercerai 28 April 1992 |
Mark Phillips | Peter Phillips | Savannah Phillips Isla Phillips | |
Zara Phillips | |||||
12 Desember 1992 | Timothy Laurence | ||||
19 Februari 1960 | 23 Juli 1986 Bercerai 30 Mei 1996 |
Sarah Ferguson | Putri Beatrice dari York Putri Eugenie dari York |
||
10 Maret 1964 | 19 Juni 1999 | Sophie Rhys-Jones | Lady Louise Windsor James, Viscount Severn |
Leluhur
Lihat juga
Catatan
- ^[catatan 1] Ulang Tahun Resmi nya tidak sama dengan yang asli nya. Ulang Tahun Resmi Ratu umumnya diperingati sekitar akhir bulan Mei hingga awal Juni, bertepatan dengan saat-saat cuaca cerah di belahan bumi utara untuk melakukan upacara di luar ruangan.[197]
- ^[catatan 2] Wali baptis nya adalah: Raja George V dan Ratu Mary, Lord Strathmore, Pangeran Arthur, Adipati Connaught (paman buyutnya), Putri Mary, Viscountess Lascelles (bibi dari pihak ayah), dan Lady Elphinstone (bibi dari pihak ibu).[198]
- ^[catatan 3] Acara penobatannya sangat berperan dalam meningkatkan popularitas media TV di Britania Raya, jumlah lisensi televisi di Britania Raya meningkat dua kali lipat menjadi 3 juta,[199] dan lebih dari 20 juta penduduk Britania menonton televisi untuk pertama kalinya di rumah teman-teman atau tetangga mereka untuk menyaksikan penobatan ini.[200] Di Amerika Utara, sekitar 100 juta pemirsa menyaksikan rekaman siarannya.[201]
- ^[catatan 4] Kanada menggunakan tiga versi lambang yang berbeda selama masa kekuasaannya, versi yang ini digunakan pada tahun 1957 sampai 1994.[202]
Referensi
- ^ Bradford, hal. 22; Brandreth, hal. 103; Marr, hal. 76; Pimlott, hal. 2–3; Lacey, hal. 75–76; Roberts, hal. 74
- ^ Hoey, hal. 40
- ^ Brandreth, hal. 103
- ^ Pimlott, hal. 12
- ^ Lacey, hal. 56; Nicolson, hal. 433; Pimlott, hal. 14–16
- ^ Crawford, hal. 26; Pimlott, hal. 20; Shawcross, hal. 21
- ^ Brandreth, hal. 124; Lacey, hal. 62–63; Pimlott, hal. 24, 69
- ^ Brandreth, hal. 108–110; Lacey, hal. 159–161; Pimlott, hal. 20, 163
- ^ Brandreth, hal. 108–110
- ^ Brandreth, hal. 105; Lacey, hal. 81; Shawcross, hal. 21–22
- ^ Brandreth, hal. 105–106
- ^ Bond, hal. 8; Lacey, hal. 76; Pimlott, hal. 3
- ^ Lacey, hal. 97–98
- ^ e.g. Assheton, Ralph (18 December 1936). "Succession to the Throne". The Times: 10.
- ^ Marr, hal. 78, 85; Pimlott, hal. 71–73
- ^ Brandreth, hal. 124; Crawford, hal. 85; Lacey, hal. 112; Marr, hal. 88; Pimlott, hal. 51; Shawcross, hal. 25
- ^ a b "Her Majesty The Queen: Education". Royal Household. Diakses tanggal 31 May 2010.
- ^ Marr, hal. 84; Pimlott, hal. 47
- ^ a b Pimlott, hal. 54
- ^ a b Pimlott, hal. 55
- ^ "Biography of HM Queen Elizabeth the Queen Mother: Activities as Queen". Royal Household. Diakses tanggal 28 July 2009.
- ^ Crawford, hal. 104–114; Pimlott, hal. 56–57
- ^ Crawford, hal. 114–119; Pimlott, hal. 57
- ^ Crawford, hal. 137–141
- ^ a b "Children's Hour: Princess Elizabeth". BBC. 13 October 1940. Diakses tanggal 22 July 2009.
- ^ "Early public life". Royal Household. Diakses tanggal 20 April 2010.
- ^ Pimlott, hal. 71
- ^ "No. 36973". The London Gazette (invalid
|supp=
(help)). 6 March 1945. London Gazette uses unsupported parameters (help) - ^ Bradford, hal. 45; Lacey, hal. 148; Marr, hal. 100; Pimlott, hal. 75
- ^ "No. 37205". The London Gazette (invalid
|supp=
(help)). 31 July 1945. London Gazette uses unsupported parameters (help) - ^ Bond, hal. 10; Pimlott, hal. 79
- ^ a b c "Royal plans to beat nationalism". BBC. 8 March 2005. Diakses tanggal 15 June 2010.
- ^ Pimlott, hal. 71–73
- ^ "Gorsedd of the Bards". National Museum of Wales. Diakses tanggal 17 December 2009.
- ^ "21st birthday speech". Royal Household. Diakses tanggal 28 July 2009.
- ^ Brandreth, hal. 132–139; Lacey, hal. 124–125; Pimlott, hal. 86
- ^ Bond, hal. 10; Brandreth, hal. 132–136, 166–169; Lacey, hal. 119, 126, 135
- ^ Heald, hal. 77
- ^ Edwards, Phil (31 October 2000). "The Real Prince Philip". Channel 4. Diakses tanggal 23 September 2009.
- ^ Crawford, hal. 180
- ^ Davies, Caroline (20 April 2006). "Philip, the one constant through her life". The Telegraph. Diakses tanggal 23 September 2009.
- ^ Heald, hal. xviii
- ^ Hoey, hal. 55–56; Pimlott, hal. 101, 137
- ^ "No. 38128". The London Gazette. 21 November 1947. London Gazette uses unsupported parameters (help)
- ^ a b "60 Diamond Wedding anniversary facts". Royal Household. 18 November 2007. Diakses tanggal 20 June 2010.
- ^ Hoey, hal. 58; Pimlott, hal. 133–134
- ^ Hoey, hal. 59; Petropoulos, hal. 363
- ^ Bradford, hal. 61
- ^ Letters Patent, 22 October 1948; Hoey, hal. 69–70; Pimlott, hal. 155–156
- ^ Pimlott, hal. 163
- ^ Brandreth, hal. 226–238; Pimlott, hal. 145, 159–163, 167
- ^ Brandreth, hal. 240–241; Lacey, hal. 166; Pimlott, hal. 169–172
- ^ Brandreth, hal. 245–247; Lacey, hal. 166; Pimlott, hal. 173–176; Shawcross, hal.16
- ^ Bousfield and Toffoli, hal. 72; Charteris quoted in Pimlott, hal. 179 and Shawcross, hal. 17
- ^ Pimlott, hal. 178–179
- ^ Pimlott, hal. 186–187
- ^ Bradford, hal. 80; Brandreth, hal. 253–254; Lacey, hal. 172–173; Pimlott, hal. 183–185
- ^ "No. 41948". The London Gazette (invalid
|supp=
(help)). 5 February 1960. London Gazette uses unsupported parameters (help) - ^ Brandreth, hal. 269–271
- ^ Brandreth, hal. 269–271; Lacey, hal. 193–194; Pimlott, hal. 201, 236–238
- ^ Bond, hal. 22; Brandreth, hal. 271; Lacey, hal. 194; Pimlott, hal. 238; Shawcross, hal. 146
- ^ "Princess Margaret: Marriage and family". Royal Household. Diakses tanggal 8 September 2011.
- ^ Bradford, hal. 82
- ^ "50 facts about The Queen's Coronation". Royal Household. 25 May 2003. Diakses tanggal 14 April 2011.
- ^ Cotton, Belinda; Ramsey, Ron. "By appointment: Norman Hartnell's sample for the Coronation dress of Queen Elizabeth II". National Gallery of Australia. Diakses tanggal 4 December 2009.
- ^ Marr, hal. 272
- ^ Pimlott, hal. 182
- ^ "Queen and Australia: Royal visits". Royal Household. Diakses tanggal 8 December 2009.
"Queen and New Zealand: Royal visits". Royal Household. Diakses tanggal 8 December 2009.
Marr, hal. 126 - ^ Brandreth, hal. 278; Marr, hal. 126; Pimlott, hal. 224; Shawcross, hal. 59
- ^ Challands, Sarah (25 April 2006). "Queen Elizabeth II celebrates her 80th birthday". CTV News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 May 2012. Diakses tanggal 13 June 2007.
- ^ Thomson, Mike (15 January 2007). "When Britain and France nearly married". BBC. Diakses tanggal 14 December 2009.
- ^ Pimlott, hal. 255; Roberts, hal. 84
- ^ Marr, hal. 175–176; Pimlott, hal. 256–260; Roberts, hal. 84
- ^ Lacey, hal. 199; Shawcross, hal. 75
- ^ Lord Altrincham in National Review quoted by Brandreth, hal. 374 and Roberts, hal. 83
- ^ Brandreth, hal. 374; Pimlott, hal. 280–281; Shawcross, hal. 76
- ^ a b Hardman, hal. 22; Pimlott, hal. 324–335; Roberts, hal. 84
- ^ Roberts, hal. 84
- ^ a b "Queen and Canada: Royal visits". Royal Household. Diakses tanggal 12 February 2012.
- ^ Bradford, hal. 114
- ^ Bousfield, Arthur (2002), Fifty Years the Queen, Toronto: Dundurn Press, hlm. 107, ISBN 1-55002-360-8
- ^ Pimlott, hal. 303; Shawcross, hal. 83
- ^ a b Macmillan, hal. 466–472
- ^ Speaight, Robert (1970), Vanier, Soldier, Diplomat, Governor General: A Biography, London: William Collins, Sons and Co. Ltd., ISBN 978-0-00-262252-3
- ^ "Courage of the Queen". Canadian Royal Heritage Trust. Diakses tanggal 22 February 2010.
- ^ Dubois, Paul (12 October 1964), "Demonstrations Mar Quebec Events Saturday", Montreal Gazette, hlm. 1, diakses tanggal 6 March 2010
- ^ Bousfield, hal. 139
- ^ Dymond, Glenn (5 March 2010). "Ceremonial in the House of Lords" (PDF). House of Lords Library. hlm. 12. Diakses tanggal 5 June 2010.
- ^ "Public life 1962–1971". Royal Household. Diakses tanggal 1 September 2011.
- ^ Bond, hal. 66; Pimlott, hal. 345–354
- ^ Bradford, hal. 181; Pimlott, hal. 418
- ^ Bradford, hal. 181; Marr, hal. 256; Pimlott, hal. 419; Shawcross, hal. 109–110
- ^ a b Bond, hal. 96; Marr, hal. 257; Pimlott, hal. 427; Shawcross, hal. 110
- ^ Pimlott, hal. 428–429
- ^ Pimlott, hal. 449
- ^ Hardman, hal. 137; Roberts, hal. 88–89; Shawcross, hal. 178
- ^ Elizabeth to her staff, quoted in Shawcross, hal. 178
- ^ Pimlott, hal. 336–337, 470–471; Roberts, hal. 88–89
- ^ a b c d e Heinricks, Geoff (29 September 2000). "Trudeau: A drawer monarchist". National Post: B12.
- ^ Trudeau, hal. 313
- ^ "Queen's 'fantasy assassin' jailed". BBC. 14 September 1981. Diakses tanggal 21 June 2010.
- ^ Lacey, hal. 281; Pimlott, hal. 476–477; Shawcross, hal. 192
- ^ Bond, hal. 115; Pimlott, hal. 487
- ^ Shawcross, hal. 127
- ^ Lacey, hal. 297–298; Pimlott, hal. 491
- ^ Bond, hal. 188; Pimlott, hal. 497
- ^ Pimlott, hal. 488–490
- ^ Pimlott, hal. 521
- ^ Pimlott, hal. 500–501; see also Neil, hal. 195–207 and Shawcross, hal. 129–132
- ^ Pimlott, hal. 503–515; see also Neil, hal. 195–207 and Shawcross, hal. 129–132
- ^ Thatcher to Brian Walden quoted in Neil, hal. 207; Andrew Neil quoted in Woodrow Wyatt's diary of 26 October 1990
- ^ Campbell, hal. 467
- ^ Thatcher, hal. 309
- ^ Roberts, hal. 101; Shawcross, hal. 139
- ^ a b Geddes, John (2012). "The day she descended into the fray". Maclean's (edisi ke-Special Commemorative Edition: The Diamond Jubilee: Celebrating 60 Remarkable years). Rogers Communications: 72.
- ^ a b MacQueen, Ken; Treble, Patricia (2012). "The Jewel in the Crown". Maclean's (edisi ke-Special Commemorative Edition: The Diamond Jubilee: Celebrating 60 Remarkable years). Rogers Communications: 43–44.
- ^ Pimlott, hal. 515–516
- ^ Pimlott, hal. 519–534
- ^ Hardman, hal. 81; Lacey, hal. 307; Pimlott, hal. 522–526
- ^ Lacey, hal. 293–294; Pimlott, hal. 541
- ^ Pimlott, hal. 538
- ^ "Annus horribilis speech, 24 November 1992". Royal Household. Diakses tanggal 6 August 2009.
- ^ Lacey, hal. 319; Marr, hal. 315; Pimlott, hal. 550–551
- ^ Stanglin, Doug (18 March 2010). "German study concludes 25,000 died in Allied bombing of Dresden". USA Today. Diakses tanggal 19 March 2010.
- ^ Brandreth, hal. 377; Pimlott, hal. 558–559; Roberts, hal. 94; Shawcross, hal. 204
- ^ Brandreth, hal. 377
- ^ Bradford, hal. 229; Lacey, hal. 325–326; Pimlott, hal. 559–561
- ^ Bradford, hal. 226; Hardman, hal. 96; Lacey, hal. 328; Pimlott, hal. 561
- ^ Pimlott, hal. 562
- ^ Brandreth, hal. 356; Pimlott, hal. 572–577; Roberts, hal. 94; Shawcross, hal. 168
- ^ MORI poll for The Independent newspaper, March 1996, quoted in Pimlott, hal. 578 and O'Sullivan, Jack (5 March 1996). "Watch out, the Roundheads are back". The Independent. Diakses tanggal 17 September 2011.
- ^ Pimlott, hal. 578
- ^ Brandreth, hal. 357; Pimlott, hal. 577
- ^ Brandreth, hal. 358; Hardman, hal. 101; Pimlott, hal. 610
- ^ Bond, hal. 134; Brandreth, hal. 358; Marr, hal. 338; Pimlott, hal. 615
- ^ Bond, hal. 134; Brandreth, hal. 358; Lacey, hal. 6–7; Pimlott, hal. 616; Roberts, hal. 98; Shawcross, hal. 8
- ^ Brandreth, hal. 358–359; Lacey, hal. 8–9; Pimlott, hal. 621–622
- ^ a b Bond, hal. 134; Brandreth, hal. 359; Lacey, hal. 13–15; Pimlott, hal. 623–624
- ^ Bond, hal. 156; Bradford, hal. 248–249; Marr, hal. 349–350
- ^ Brandreth, hal. 31
- ^ Bond, hal. 166–167
- ^ Bond, hal. 157
- ^ "Queen cancels visit due to injury". BBC. 26 October 2006. Diakses tanggal 8 December 2009.
- ^ Greenhill, Sam; Hope, Jenny (6 December 2006). "Plaster on Queen's hand: minor cut or IV drip?". Daily Mail. Diakses tanggal 8 December 2009.
- ^ Whittaker, Thomas (14 December 2006). "Corgi put the queen in plaster". The Sun. Diakses tanggal 18 August 2011.
- ^ Alderson, Andrew (28 May 2007). "Revealed: Queen's dismay at Blair legacy". The Telegraph. Diakses tanggal 31 May 2010.
- ^ Alderson, Andrew (27 May 2007). "Tony and Her Majesty: an uneasy relationship". The Telegraph. Diakses tanggal 31 May 2010.
- ^ "Historic first for Maundy service". BBC. 20 March 2008. Diakses tanggal 12 October 2008.
- ^ Bradford, hal. 253
- ^ "Address to the United Nations General Assembly". Royal Household. 6 July 2010. Diakses tanggal 6 July 2010.
- ^ a b "Queen addresses UN General Assembly in New York". BBC. 7 July 2010. Diakses tanggal 7 July 2010.
- ^ "Royal tour of Australia: The Queen ends visit with traditional 'Aussie barbie'". The Telegraph. 29 October 2011. Diakses tanggal 30 October 2011.
- ^ "The Queen's Diamond Jubilee message". Royal Household. Diakses tanggal 31 May 2012.
- ^ Gower, Eleanor (25 February 2012), "A royal match! Glamorous Prince Edward and Sophie wear co-ordinated outfits as they attend Barbados state dinner", Daily Mail, diakses tanggal 31 May 2012
- ^ "Prince Harry pays tribute to the Queen in Jamaica". BBC. 7 March 2012. Diakses tanggal 31 May 2012.
- ^ "Their Royal Highnesses The Prince of Wales and The Duchess of Cornwall to Undertake a Royal Tour of Canada in 2012". Office of the Governor General of Canada. 14 December 2011. Diakses tanggal 31 May 2012.
- ^ Anon. "The Queen's Diamond Jubilee in London". Visit London. London and Partners. Diakses tanggal 25 May 2012.
- ^ Brandreth, hal. 370–371; Marr, hal. 395
- ^ Owen, Glen; Smith, Martin (18 November 2006). "Key aides move to Windsor ahead of Queen's retirement". The Mail on Sunday. Diakses tanggal 29 March 2012.
- ^ How James Bond whisked the Queen to the Olympics at BBC
- ^ "Opening of the Olympic and Paralympic Games". Royal Household. Diakses tanggal 1 March 2012.
- ^ "Canada's Olympic Broadcast Media Consortium Announces Broadcast Details for London 2012 Opening Ceremony, Friday". Bellmediapr.ca. 2012-07-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-01. Diakses tanggal 2012-07-30.
- ^ Italian Magazine Publishes Topless Images of Kate Middleton The New York Times
- ^ WMC Ratu Elizabeth Geram Foto Toples Kate Beredar
- ^ "Queen 'will do her job for life'". BBC. 19 April 2006. Diakses tanggal 4 February 2007.
Shawcross, hal. 194–195 - ^ "How we are organised". Church of Scotland. Diakses tanggal 4 August 2011.
- ^ "Queen and Charities". Royal Household. Diakses tanggal 29 June 2010.
- ^ "80 facts about The Queen". Royal Household. Diakses tanggal 20 June 2010.
- ^ Bush, Karen (26 October 2007). Everything Dogs Expect You To Know. London: New Holland Publishers. hlm. 115. ISBN 978-1-84537-954-4. Diakses tanggal 18 September 2012.
- ^ "Hug for Queen Elizabeth's first corgi". The Telegraph. 1 October 2007. Diakses tanggal 21 September 2012.
- ^ Delacourt, Susan (25 May 2012), "When the Queen is your boss", Toronto Star, diakses tanggal 27 May 2012
- ^ Bond, hal. 22
- ^ Bond, hal. 35; Pimlott, hal. 180; Roberts, hal. 82; Shawcross, hal. 50
- ^ Bond, hal. 35; Pimlott, hal. 280; Shawcross, hal. 76
- ^ Bond, hal. 66–67, 84, 87–89; Bradford, hal. 160–163; Hardman, hal. 22, 210–213; Lacey, hal. 222–226; Marr, hal. 237; Pimlott, hal. 378–392; Roberts, hal. 84–86
- ^ Cartner-Morley, Jess (10 May 2007). "Elizabeth II, belated follower of fashion". The Guardian. Diakses tanggal 5 September 2011.
- ^ Bond, hal. 97; Bradford, hal. 189; Pimlott, hal. 449–450; Roberts, hal. 87; Shawcross, hal. 114–117
- ^ Bond, hal. 117; Roberts, hal. 91
- ^ Bond, hal. 134; Pimlott, hal. 556–561, 570
- ^ Bond, hal. 134; Pimlott, hal. 624–625
- ^ Hardman, hal. 310; Lacey, hal. 387; Roberts, hal. 101; Shawcross, hal. 218
- ^ "Monarchy poll". Ipsos MORI. April 2006. Diakses tanggal 24 July 2009.
"Monarchy Survey" (PDF). Populus Ltd. 16 December 2007. hlm. 9. Diakses tanggal 17 August 2010.
"Poll respondents back UK monarchy". BBC. 28 December 2007. Diakses tanggal 17 August 2010. - ^ "Vincies vote "No"". BBC. 26 November 2009. Diakses tanggal 26 November 2009.
- ^ Serafin, Tatiana (7 July 2010). "The World's Richest Royals". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 June 2012. Diakses tanggal 13 January 2011.
- ^ Lord Airlie]] quoted in Hoey, hal. 225 and Pimlott, hal. 561
- ^ Indeks Harga Eceran di Britania Raya berbasis data dari Clark, Gregory (2017). "The Annual RPI and Average Earnings for Britain, 1209 to Present (New Series)". MeasuringWorth. Diakses tanggal 27 Januari 2019.
- ^ "£2m estimate of the Queen's wealth 'more likely to be accurate'". The Times: 1. 11 June 1971.
- ^ Pimlott, hal. 401
- ^ "FAQs". Royal Collection. Diakses tanggal 29 March 2012.
"Royal Collection". Royal Household. Diakses tanggal 9 December 2009. - ^ a b "The Royal Residences: Overview". Royal Household. Diakses tanggal 9 December 2009.
- ^ "Accounts, Annual Reports and Investments". Duchy of Lancaster. 18 July 2011. Diakses tanggal 18 August 2011.
- ^ "Financial Information". The Crown Estate. 6 July 2011. Diakses tanggal 1 September 2011.
- ^ "FAQs". Crown Estate. Diakses tanggal 1 September 2011.
- ^ "Greeting a member of The Royal Family". Royal Household. Diakses tanggal 21 August 2009.
- ^ "Heraldry Traditions". Lieutenant Governor of British Columbia. 2007. Diakses tanggal 21 June 2010.
- ^ "Personal flags". Royal Household. Diakses tanggal 21 June 2010.
- ^ Juniott, Elsa. 2006. The life of a Greater Schlampe: Perspectives on British Ultraroyalism. Elsevier Academic Publishing.
- ^ Brandreth, hal. 103; Hoey, hal. 40
- ^ Pimlott, hal. 207
- ^ Briggs, hal. 420 ff.; Pimlott, hal. 207; Roberts, hal. 82
- ^ Lacey, hal. 182
- ^ "Coat of Arms of Canada". Royal Heraldry Society of Canada. 5 February 2009. Diakses tanggal 13 March 2011.
Bibliografi
|
|
Pranala luar
Cari tahu mengenai Elizabeth II dari Britania Raya pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
- (Inggris) Situs resmi Kerajaan Britania Raya
- (Inggris) Situs resmi Monarki Kanada
- (Inggris) Arsip-arsip yang berhubungan dengan Elizabeth II dari Britania Raya terdaftar di The National Archives (Britania Raya)
- (Inggris) Potret ratu Elizabeth II di Galeri Nasional London
- Queen Elizabeth II di IMDb (dalam bahasa Inggris)
Elizabeth II dari Britania Raya Cabang kadet Wangsa Wettin Lahir: 21 April 1926
| ||
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: George VI |
Ratu Britania Raya 1952–sekarang |
Petahana Putra mahkota: Charles, Pangeran Wales |
Didahului oleh: George VI sebagai Raja Britania Raya dan Domininya |
Ratu Kanada 1952–sekarang | |
Ratu Australia 1952–sekarang | ||
Ratu Selandia Baru 1952–sekarang | ||
Ratu Pakistan 1952–1956 |
Jabatan berakhir | |
Ratu Afrika Selatan 1952–1961 | ||
Ratu Sri Lanka 1952–1972 | ||
Didahului oleh: Dirinya sendiri sebagai Ratu Britania Raya |
Ratu Ghana 1957–1960 | |
Ratu Nigeria 1960–1963 | ||
Ratu Sierra Leone 1961–1971 | ||
Ratu Tanganyika 1961–1962 | ||
Ratu Jamaika 1962–sekarang |
Petahana Putra mahkota: Charles, Pangeran Wales | |
Ratu Trinidad dan Tobago 1962–1976 |
Jabatan berakhir | |
Ratu Uganda 1962–1963 | ||
Ratu Kenya 1963–1964 | ||
Ratu Malawi 1964–1966 | ||
Ratu Malta 1964–1974 | ||
Ratu the Gambia 1965–1970 | ||
Ratu Guyana 1966–1970 | ||
Ratu Barbados 1966–sekarang |
Petahana Putra mahkota: Charles, Pangeran Wales | |
Ratu Mauritius 1968–1992 |
Jabatan berakhir | |
Ratu Fiji 1970–1987 | ||
Ratu Bahama 1973–sekarang |
Petahana Putra mahkota: Charles, Pangeran Wales | |
Ratu Grenada 1974–sekarang | ||
Didahului oleh: Dirinya sendiri sebagai Ratu Australia |
Ratu Papua Nugini 1975–sekarang | |
Didahului oleh: Dirinya sendiri sebagai Ratu Britania Raya |
Ratu Kepulauan Solomon 1978–sekarang | |
Ratu Tuvalu 1978–sekarang | ||
Ratu Saint Lucia 1979–sekarang | ||
Ratu Saint Vincent dan Grenadines 1979–sekarang | ||
Ratu Belize 1981–sekarang | ||
Ratu Antigua dan Barbuda 1981–sekarang | ||
Ratu Saint Kitts dan Nevis 1983–sekarang | ||
Jabatan politik | ||
Didahului oleh: George VI |
Kepala Persemakmuran 1952–sekarang |
Petahana |
Jabatan militer | ||
Didahului oleh: Earl Jellicoe sebagai Lord Pertama Admiralty |
Lord High Admiral 1964–2011 |
Diteruskan oleh: Adipati Edinburgh |
Britania | ||
Didahului oleh: Pangeran Albert, Adipati York kemudian Raja George VI |
Pewaris takhta sebagai pewaris di luar dugaan 1936–1952 |
Diteruskan oleh: Charles, Pangeran Wales |
Urutan protokoler | ||
Pertama | Order of Precedence di Britania Raya sebagai yang Berdaulat |
Diteruskan oleh: Pangeran Philip, Adipati Edinburgh |
Order of Precedence di Kanada sebagai yang Berdaulat |
Diteruskan oleh: David Johnston sebagai Gubernur Jenderal |
Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link FA Templat:Link FA