Kota Sukabumi

kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia
Revisi sejak 29 November 2022 23.08 oleh Zulf (bicara | kontrib)

Sukabumi (bahasa Sunda: ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ, bahasa Widal: Gunahuyi) adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini merupakan bagian dari enklave Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah kota Sukabumi urutan ketiga terkecil di Jawa Barat setelah Kota Cirebon dan Kota Cimahi, yakni 48,33 km². Jumlah penduduk kota Sukabumi pada tahun 2021 sebanyak 353.455 jiwa.[2]

Kota Sukabumi
Transkripsi bahasa daerah
 • Aksara Sundaᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
 • Sani WidalGunahuyi
Dari atas, kiri ke kanan: Masjid Agung Sukabumi, Lapang Merdeka, Stasiun Kereta Api Sukabumi Kota
Bendera Kota Sukabumi
Lambang resmi Kota Sukabumi
Julukan: 
Kota Mochi
Motto: 
Reugreug pageuh répéh rapih
(Sunda) Teguh, kukuh, damai, rukun
Peta
Peta
Kota Sukabumi di Jawa Barat
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi
Peta
Kota Sukabumi di Jawa
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi (Jawa)
Kota Sukabumi di Indonesia
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi (Indonesia)
Koordinat: 6°55′55″S 106°55′07″E / 6.9320004°S 106.9185638°E / -6.9320004; 106.9185638
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Tanggal berdiri14 Agustus 1950[1]
Dasar hukumUU Nomor 17 Tahun 1950[1]
Hari jadi1 April 1914 (1914-04-01)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 7
  • Kelurahan: 33
Pemerintahan
 • Wali KotaAchmad Fahmi
 • Wakil Wali KotaAndri Hamami
 • Sekretaris DaerahDida Sembada
 • Ketua DPRDKamal Suherman
Luas
 • Total48,33 km2 (18,66 sq mi)
Ketinggian
584 m (1,916 ft)
Populasi
 • Total353.455
 • Kepadatan7.313/km2 (18,940/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 95,62%
Kristen 3,03%
- Protestan 2,12%
- Katolik 0,91%
Buddha 0,91%
Hindu 0,02%
Lainnya 0,42%[3]
 • BahasaSunda, Indonesia
 • IPMKenaikan 74,60 (2021)
Tinggi[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
431xx
Kode BPS
3272 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62266
Pelat kendaraanF xxxx S* / T*
Kode Kemendagri32.72 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023SKB
DAURp523.911.846,00 (2020)[5]
Situs webwww.sukabumikota.go.id

Sejarah

Dari Distrik Menjadi Gemeente (Kota Praja)

 
Rumah sakit di Sukabumi pada 1920-an

Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah di Jawa Barat yang mengalami perkembangan pesat dibandingkan daerah lainnya. Pada awalnya, Sukabumi adalah permukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, Residentie Preanger (Regeerings Almanaks tahun 1872). Dalam catatan arsip Hindia Belanda, nama Sukabumi atau Soekaboemi pertama kali digunakan oleh Andries de Wilde, seorang ahli bedah dan administratur perkebunan kopi dan teh yang berkebangsaan Belanda.

Sukabumi yang berawal dari sebuah distrik berkembang menjadi gemeente (kota praja). Perkembangan ini mungkin terjadi dikarenakan letak wilayah Sukabumi yang strategis terutama setelah dibangun jalan raya pos oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Keberadaan perkebunan teh yang berada di Sukabumi menjadi faktor penarik penduduk sekitar untuk datang ke Sukabumi. Mereka datang mengadu nasib untuk meningkatkan taraf hidupnya. Akhirnya, Sukabumi tumbuh menjadi pusat perekonomian.

Penduduk yang berada di Sukabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang tersebut dihasilkan oleh penduduk di pedalaman dan akan diperjualbelikan di pasar. Wilayah Sukabumi akhirnya tumbuh dengan sistem hukum dan berkembang ke arah kosmopolitan seperti yang dikemukakan Weber. Kondisi ini menjadikan pertimbangan Pemerintahan Hindia Belanda untuk membangun lintasan jalan kereta api yang menghubungkan Batavia dengan Sukabumi.

Jalur kereta api tersebut memberikan banyak keuntungan bagi perkebunan teh yang memerlukan transportasi yang murah dan cepat untuk menjual hasil perkebunan ke pabrik ataupun kota. Dengan lintasan jalan kereta api ini kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemerintah Hindia Belanda juga membangun sejumlah irigasi untuk pertanian di wilayah Sukabumi. Tidak kurang dari 17 tangki air melintas di atas jalan raya yang menghubungkan Bogor dengan Cianjur melalui Sukabumi.

Bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk berinventasi. Hal itu disebabkan banyaknya hal menarik yang dapat dikembangkan. Kehadiran dan komposisi penduduk Eropa membawa dampak besar dalam perubahan Sukabumi menjadi sebuah gemeente. Kebijakan desentralisasi dan perubahan pemerintahan negeri (bestuurshervorming) memberi ruang bagi mereka untuk menjadikan Sukabumi sebagai daerah otonom.[6]

Pembukaan Perkebunan

 
Pasar di Sukabumi pada 1920-an

Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan kopi di wilayah Priangan barat di masa pemerintahan kolonial VOC.[7][8] Karena besarnya permintaan akan komoditas kopi di Eropa, pada 1709 Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer (Cianjur), Djogdjogan, Pondok Kopo, dan Goenoeng Goeroeh.[9] Perkebunan kopi di kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan peningkatan di era pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon (1718-1725), di mana Bupati Tjiandjoer saat itu, Wira Tanu III mendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut.[10][11]

Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang menjadi beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung Tjikole. Pada 1776, Bupati Tjiandjoer Wira Tanu VI membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu dari Kabupaten Sukabumi saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Distrik Goenoeng Parang, Tjimahi, Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampang Koelon, dan Djampang Tengah. Pusat kepatihannya berada di Tjikole karena dipandang memiliki lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibu kota dari Karesidenan Priangan.

Penggunaan nama Soekaboemi

 
Andries de Wilde

Nama "Soekaboemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 dalam catatan arsip Hindia Belanda oleh Andries de Wilde, seorang ahli bedah dan administrator perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (Preanger Planter) yang membuka lahan perkebunan di Kepatihan Tjikole.

Dalam laporan surveinya, de Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada temannya Nicolaus Engelhard[12] yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,[13] di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada Stamford Raffles, Gubernur Hindia Belanda saat itu.

Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh de Wilde. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sunda, yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap karena iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan) dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai".

De Wilde lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia Belanda pada 1823.[14] Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan Bandung dan hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor dibangunnya jalur kereta api dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang terhubung pada 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan Staatspoorwagen ini menjadi pusat distribusi pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia.

Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar Tionghoa pertama di Indonesia yaitu Li Po pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.

Kota Praja Soekaboemi

Status Soekaboemi sebagai kota sendiri dimulai pada 1 April 1914, di mana pemerintahan Hindia Belanda meresmikan Soekaboemi sebagai gemeente (kota praja) karena populasi bangsa Eropa yang cukup signifikan. Tanggal 1 April dipilih untuk memperingati kemenangan kelompok Geuzen (leluhur bangsa Belanda) dalam merebut kota Brielle dari tangan Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun yang terjadi pada 1 April 1572. Pemerintahan kota Soekaboemi sendiri baru terbentuk di pada 1 Mei 1926, dengan burgemeester (wali kota) pertamanya George François Rambonnet.

Selama masa terbentuknya kota praja sampai ke pendudukan Jepang, terjadi pembangunan Soekaboemi Treinstation (Stasiun Sukabumi), Moskee te Soekaboemi (Masjid Agung Sukabumi), Pinkstergemeente (Gereja Pantekosta), Rooms-katholieke kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph), Bethelkerk (Gereja Bethel), Bataksche kerk (HKBP Pasundan), Waterkrachtwerk Oebroeg (PLTA Ubrug), Onderstation Lemboersitoe (Gardu Induk Lembursitu), dan Politieschool (Sekolah Pembentukan Perwira).[15][16][17]

Menjelang akhir kekuasaan Hindia Belanda, Soekaboemi menjadi tempat tujuan pengasingan bagi beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Pernah juga diadakan pertemuan diplomatik antara Ichizo Kobayashi sebagai perwakilan dari Jepang dengan Hubertus van Mook pada Oktober 1940 yang membahas mengenai kerja sama dagang antara Jepang dan Hindia Belanda.[18]

Soekaboemi di era pendudukan Jepang

Di pertengahan masa Perang Dunia Kedua, Kekaisaran Jepang melancarkan serangan ke Hindia Belanda pada 8 Desember 1941, di mana Soekaboemi jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 7 Maret 1942. Di masa pendudukan Jepang, Soekaboemi menjadi tempat pertemuan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir dengan perwakilan Jepang untuk membahas mengenai masa depan Hindia Belanda, tetapi keduanya malah menjadi tahanan kota. Soekaboemi juga menjadi salah satu tempat penahanan tawanan perang dari Amerika Serikat dan Australia di Indonesia.[19][20]

Perubahan Nama Pemerintahan

No Nama Pemerintahan Keterangan
1 Gemeente Soekaboemi Staatsblad (Berita negara) 1914 no. 310-311
Tahun 1914-1942
2 Soekaboemi Shi Pendudukan Jepang tahun 1942-1945
3 Kota Kecil Sukabumi UU No. 17 Tahun 1950
4 Kota Praja Sukabumi UU No. 1 Tahun 1957
5 Kota Madya Sukabumi UU No. 18 Tahun 1965
6 Kota Madya Daerah Tingkat II Sukabumi UU No. 5 Tahun 1974
7 Kota Sukabumi UU No. 22 tahun 1999
UU No. 32 Tahun 2003

Geografi

 
Dago, kawasan kuliner di kota Sukabumi

Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat serta bagian barat daya dari wilayah Priangan pada koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’ Bujur Timur, 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 °C.

Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung, dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi secara budaya merupakan bagian dari wilayah Priangan Barat.

Pemerintahan

Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,423 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum, dan Kecamatan Lembursitu. Pada tahun 2010 Kota Sukabumi terdiri dari 7 kecamatan, meliputi 33 kelurahan, 350 RW, dan 1.521 RT.

Wali Kota

 
Kantor Walikota Sukabumi

Kota Sukabumi dipimpin oleh seorang wali kota yang dipilih langsung setiap 5 tahun sekali. Dalam menjalankan pemerintahan wali kota dibantu oleh wakil wali kota, para staf ahli dan berbagai perangkat seperti sekretariat daerah, badan-badan serta dinas-dinas. Saat ini Kota Sukabumi dipimpin oleh Achmad Fahmi sebagai wali kota dan Andri Setiawan Hamami sebagai wakil wali kota yang menjabat di masa periode 2018-2023.[21]

No Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Prd. Ket. Wakil Wali Kota
1 Mr. G.F. Rambonnet 1926 1933
22   Achmad Fahmi 20 September 2018 petahana Andri Setiawan Hamami

Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Sukabumi dalam tiga periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[22] 2019–2024[23] 2024–2029[24]
PKB 1   0   2
Gerindra 4   6   4
PDI-P 6   4   4
Golkar 6   6   4
NasDem 1   3   3
PKS 3   5   8
Hanura 4   1   1
PAN 3   3   3
Demokrat 4   5   3
PPP 3   2   3
Jumlah Anggota 35   35   35
Jumlah Partai 10   9   10

Kecamatan

Kota Sukabumi memiliki 7 kecamatan dan 33 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 334.033 jiwa dengan luas wilayah 48,25 km² dan sebaran penduduk 6.923 jiwa/km².[25][26]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Sukabumi, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Kodepos[27] Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
32.72.05 Baros 43166-43167 4
32.72.07 Cibeureum 43162-43165 4
32.72.02 Cikole 43111-43116 6
32.72.03 Citamiang 43141-43145 5
32.72.01 Gunungpuyuh 43121-43124 4
32.72.06 Lembursitu 43168 5
32.72.04 Warudoyong 43131-43135 5
TOTAL 33

Demografi

Kependudukan

 
Peta administrasi Kota Sukabumi

Perkembangan penduduk di Kota Sukabumi selama periode 1998-2002 terus meningkat, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,75 %.[28] Sementara pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Sukabumi sebanyak 353.455 jiwa.

Tahun Jumlah penduduk[28][29]
2021   353.455
2018   340.756
2015   318.117
2010   298.681
2005   280.373
2000   252.420
1999   242.976
1998 241.396

Suku bangsa

 
Pencak Silat, sebuah olahraga yang digemari masyarakat Sukabumi

Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2000, sebagian besar penduduk Kota Sukabumi adalah orang Sunda, yakni 92,21%. Diikuti oleh suku Jawa dan Tionghoa. Beberapa diantaranya terdapat orang Betawi, Batak, Minangkabau, dan suku lainnya dengan jumlah yang sedikit. Berikut adalah besaran penduduk Kota Sukabumi berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;[30]

No Suku Jumlah (2000) %
1 Sunda 231.888 92,21%
2 Jawa 7.235 2,88%
3 Tionghoa 5.465 2,17%
4 Betawi 1.364 0,54%
5 Batak 1.361 0,54%
6 Minangkabau 504 0,20%
7 Suku lainnya 3.655 1,46%
Kota Sukabumi 251.472 100%

Catatan: Suku Lainnya sudah termasuk suku-suku sisanya yang membentuk populasi Kota Sukabumi seperti orang Banten, dan Cirebon.

Ketenagakerjaan

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699 orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja laki-laki dan 4.570 perempuan. Sedangkan pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 2.014 orang. Jumlah Pencari Kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2010 meliputi lulusan SMP 510 orang, lulusan SMA 967 orang, lulusan jenjang Diploma 155 orang, dan Sarjana 123 orang.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada 2010 adalah 5.733 orang yang terdiri dari Golongan I 213 orang, Golongan II 1.630 orang, Golongan III 2.209 orang, dan Golongan IV 1.681 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan S3 3 orang, S2 205 orang, S1 2.070 Orang, DIV 21 Orang, DIII/DII/DI 1.496 orang, SMA 1.584 orang, SMP 183 orang, dan SD 171 orang.

Perekonomian

 
Gedung Olahraga Merdeka Sukabumi

Jika dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Sukabumi masih relatif kecil yaitu berada di bawah 20 persen setiap tahunnya.[31] Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kota Sukabumi pada tahun 2010, diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami peningkatan sebesar 7,67 % yaitu dari 4.899 perusahaan pada tahun 2009 menjadi 5.275 perusahaan pada tahun 2010. Dari sebanyak 5.275 perusahaan yang memiliki SIUP tersebut terdiri dari 154 perusahaan besar, 519 perusahaan menengah dan 4.602 perusahaan kecil.

Sedangkan jumlah perusahaan yang mengajukan Permintaan Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 32,35 % dibanding tahun 2009. Dari sejumlah 366 perusahaan yang mengajukan Tanda Daftar Perusahaan, tercatat sebanyak 50 perusahaan berbentuk badan usaha PT, 8 perusahaan berbentuk Koperasi, 110 perusahaan berbentuk CV, 197 perusahaan berbentuk PO dan ada 1 perusahaan berbentuk BUL.

 
Grand Hotel Selabintana (1900-1935)

Kegiatan perhotelan di Kota Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan akomodasi dan tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi di Kota Sukabumi sebanyak 33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur.

Sementara itu banyaknya tamu yang menginap pada tahun 2010 sebanyak 107.679 orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 2.794 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 104.885 orang. Jumlah tamu yang menginap tersebut 35,54% jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 38.275 orang. Jika dilihat per kecamatan, dapat diketahui bahwa tamu yang menginap di hotel, masih didominasi di wilayah Kecamatan Cikole, yaitu mencapai 68.94%. Hal ini dimungkinkan karena wilayah Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi.

Sedangkan kegiatan pariwisata di Kota Sukabumi relatif masih sangat kecil. Secara keseluruhan hanya tercatat 2 objek wisata, 47 penginapan remaja, 6 kolam renang serta beberapa usaha pariwisata lainnya yang meliputi biliar, golf, karaoke, dan ketangkasan.

Pendidikan

Di kota ini telah berdiri beberapa perguruan tinggi di antaranya STIE Penguji sebagai perguruan tinggi tertua di Sukabumi, lalu Politeknik Sukabumi, Politeknik BBC, Universitas Muhammadyah Sukabumi (UMMI), Institut Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (STT NSP), AMIK CBI, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), STMIK PASIM, STIE PASIM, STIKES Sukabumi, STAI Al_Masturiyah, STAI Darusalam, STISIP Widyapuri Mandiri, STISIP Syamsul Ulum, STIE PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STIBA Arayyah, STH Pasundan juga sekolah lanjutan yang berbasis pendidikan Islam yaitu MA Baiturrahman.

Pada tahun 2010 di Kota Sukabumi terdapat 56 Taman Kanak-Kanak, 123 Sekolah Dasar, 35 SMP, 16 SMA, dan 21 SMK yang meliputi sekolah negeri dan swasta. Sementara itu murid yang tertampung di TK pada tahun 2010/2011 sebanyak 2.648 siswa, murid SD sebanyak 33.785 siswa, murid SMP negeri sebanyak 11.174 siswa, murid SMP swasta sebanyak 3.086 siswa, murid SMA negeri dan swasta sebanyak 7.858 siswa dan sebanyak 10.999 murid SMK negeri dan swasta.

Kesehatan

Nama Rumah Sakit Alamat
RSUD R. Syamsudin, SH Jalan Rumah Sakit No. 01, Kec. Cikole, Kota Sukabumi 43111
RSUD Al-Mulk Jalan Pelabuhan II, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi 43169
Rumah Sakit Islam Assyifa Jalan Jenderal Sudirman No. 3, Kec. Gunungpuyuh, Kota Sukabumi 43123
Rumah Sakit Kartika Kasih Jalan A. Yani No. 18 A, Kec. Warudoyong, Kota Sukabumi 43131
Rumah Sakit Ridogalih Jalan Gudang No. 24, Kec. Cikole, Kota Sukabumi 43113
Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Jalan Aminta Azmali Trip No. 59A, Kec. Gunungpuyuh, Kota Sukabumi 43121

Transportasi

 
Stasiun Sukabumi.

Kota Sukabumi terhubung dengan stasiun kereta api, yakni Stasiun Sukabumi. Stasiun ini menjadi salah satu pintu utama masuk ke Kota Sukabumi, khususnya dari wilayah sekitar Jabodetabek. Selain stasiun kereta api, sarana transportasi bus antar kota dan provinsi, juga tersedia di kota ini.

Dapat diakses melalui Terminal K.H. Ahmad Sanusi Kota Sukabumi yang melayani transportasi angkutan kota, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ke Jawa Barat (Palabuhanratu, Cianjur, Bandung, Banjar, Pangandaran, Bogor, dan Bekasi) dan angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) (DKI Jakarta, Sumatra, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali).

Kuliner

 
Mochi, oleh-oleh khas dari Kota Sukabumi.

Beberapa kuliner khas kota Sukabumi di antaranya adalah Nasi uduk ungu,[32] mochi, Roti Priangan,[33] Bubur Ayam Sukabumi, bolu pisang, mi leor, ciwang (aci bawang), dan deblo.

Referensi

  1. ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  2. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  3. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kota Sukabumi". www.sp2010.bps.go.id. Diakses tanggal 9 September 2020. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021" (pdf). www.bps.go.id. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  5. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 3 Agustus 2021. 
  6. ^ Nugraha Setia. 2017. Kota Sukabumi: Dari Distrik menjadi Gemeente (1815-1914). Jurnal Patanjala. 9(3): 423-438
  7. ^ Beekman, E. M. (1988). Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature. University of Massachusetts Press. hlm. 90. ISBN 0870235753. 
  8. ^ Brommer, Bea (2015). To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC Time, 1710-1720. Leiden: Brill. hlm. 19. ISBN 9789004293328. 
  9. ^ Danasasmita, Saleh (1983). Sejarah Bogor, Volume 1. Bogor: Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bogor. hlm. 85. 
  10. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer. hlm. 60. ISBN 9789401768481. 
  11. ^ Kumar, Ann (1997). Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Routledge. hlm. 292. ISBN 1138863149. 
  12. ^ Breman, Jan (2014). Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1920-1870. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 129. ISBN 9789794618745. 
  13. ^ "Inventaris van de collectie Engelhard 1750-1832" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-09-18. Diakses tanggal 2016-09-06. 
  14. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer. hlm. 103. ISBN 9789401768481. 
  15. ^ Paulus, Jozias (1989). Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië. 
  16. ^ Van Diessen, J. R. (1998). Stedenatlas Nederlands-Indië. Asia Maior. hlm. 9. ISBN 9789074861120. 
  17. ^ Ligthart, Th (1926). De Indische bodem. Volkslectuur. hlm. 174. 
  18. ^ Mook, Hubertus Johannes (1944). The Netherlands Indies and Japan: Battle on Paper, 1940-1941. W. W. Norton, Incorporated. 
  19. ^ Spiller, Harry (2009). American POWs in World War II: Twelve Personal Accounts of Captivity by Germany and Japan. McFarland. hlm. 182. ISBN 9780786453733. 
  20. ^ De Jong, Louis (2003). The Collapse of a Colonial Society (Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde). University of Washington Press. hlm. 91. ISBN 9789067182034. 
  21. ^ "Profil – Portal Resmi Kota Sukabumi". Diakses tanggal 2019-03-18. 
  22. ^ Inilah.com: Anggota DPRD Kota Sukabumi dilantik[pranala nonaktif permanen], diakses 26 Juli 2015
  23. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Sukabumi 2019-2024
  24. ^ "KPU Kota Sukabumi Telah Menetapkan Anggota DPRD Terpilih dan Perolehan Kursi Partai Politik Hasil Pemilu Serentak". Pemerintah Kota Sukabumi. 03-05-2024. Diakses tanggal 24-05-2024. 
  25. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  26. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  27. ^ Kode Pos Kota Sukabumi
  28. ^ a b http://www.sukabumikota.go.id BAB II Perkembangan Kota Sukabumi
  29. ^ "Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi". sukabumikota.bps.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-26. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  30. ^ "Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 2000" (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm. 72. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  31. ^ http://www.sukabumikota.go.id BAB IV Program dan kegiatan Strategis
  32. ^ "Nasi uduk ungu dijadikan ikon Kota Sukabumi", Antara
  33. ^ "Kuliner ala Kota Sukabumi", Pikiran Rakyat

Pranala luar