Sinaga

salah satu marga Batak

-->|induk=Guru Tatea Bulan|tugu=Urat II
2°28′18″N 98°49′26″E / 2.47167°N 98.82389°E / 2.47167; 98.82389}}

Sinaga
Aksara Batak
Nama margaSinaga
Silsilah
Jarak
generasi
dengan
Siraja Batak
1Si Raja Batak
2Guru Tatea Bulan
3Saribu Raja Guru Tatea Bulan
4Raja Lontung Saribu Raja
5Sinaga Saribu Raja
Nama lengkap
tokoh
Sinaga Siraja Lontung
Nama anak
  • 1. Raja Bonor Sinaga
  • 2. Ompu Ratus Sinaga
  • 3. Raja Hasagian Sinaga
Kekerabatan
Induk margaGuru Tatea Bulan
Persatuan
marga
Kerabat
marga
Toga Sinaga Siraja Lontung

Ompu Tuan Situmorang Siraja Lontung

Toga Pandiangan Siraja Lontung

Toga Nainggolan Siraja Lontung

Toga Simatupang Siraja Lontung

Toga Aritonang Siraja Lontung

Toga Siregar Siraja Lontung

Padan
Asal
SukuBatak Tapanuli
Etnis
Daerah asalTapanuli
Kawasan
dengan
populasi
signifikan
Indonesia

Sinaga (Surat Batak: ᯘᯪᯉᯎ; ᯙᯫᯉᯏ) adalah salah satu marga Batak Toba dan salah satu dari 4 marga utama Batak Simalungun.

Asal

Batak Toba

Dalam masyarakat Batak Toba, marga Sinaga merupakan salah satu marga tertua. Sinaga merupakan salah satu keturunan Si Raja Lontung dengan Si Boru Pareme. Sinaga memiliki tiga orang anak laki-laki, yaitu:

  1. Raja Bonor (yang menurunkan marga Sinaga Bonor)
  2. Raja Ompu Ratus (yang menurunkan marga Sinaga Ratus)
  3. Raja Hasagian (yang menurunkan marga Sinaga Uruk)

Ketiganya memiliki masing-masing tiga anak laki-laki yang menjadi leluhur marga Sinaga, yakni:

Raja Bonor atau Sinaga Bonor

  1. Raja Pande
  2. Raja Tiang Ditonga
  3. Raja Suhut Nihuta

Di Parapat dan sebagian Simalungun, keturunan Sinaga Bonor dikelompokkan menjadi tiga

1. Keturunan Sinaga Bonor Pande yang dinamakan juga Porti.

2. Keturunan Sinaga Bonor Tiang Ni Tonga juga dinamakan Sidahapitu.

3. Keturunan Sinaga Bonor Suhut Ni Huta dinamakan juga Sangkal Horbo.

Diantara Keturunan Sinaga Bonor lainnya, keturunan Bonor Suhut ni Huta lah yang paling banyak tersebar di Parapat dan Kawasan Simalungun pada umumnya. Raja Bonor Suhut Ni Huta Sinaga mempunyai 4 orang anak yaitu: Nasumandar, Nahumutur, Sibaliot dan Sorak Maunok.

Sorak maunok mempunyai seorang anak yg bernama Suhut maraja. Suhut maraja menikah dengan Boru Sihotang dan mempunyai dua orang anak yaitu Sidasuhut dan Sidalogan.

Raja Ompu Ratus atau Sinaga Ratus

  1. Raja Ratus Magodang
  2. Raja Sitinggi
  3. Raja Siong

Raja Hasagian atau Sinaga Uruk

  1. Raja Guru Hatahutan
  2. Raja Barita Raja
  3. Raja Datu Hurung

Di Samosir, Dairi, Pakpak, dan Tanah Karo sendiri menurut versi Batak Toba terdapat marga turunan dari Marga Sinaga. Mereka adalah Simanjorang, Simaibang, dan Simandalahi di Samosir dan Dairi. Marga Parangin-angin di Karo dan Marga Berutu di Pakpak dan Dairi. Kelimanya merupakan keturunan dari Sinaga uruk atau Raja Hasagian melalui anak terakhirnya yaitu RAJA DATU HURUNG.

RAJA DATU HURUNG (anak ketiga dari Raja Hasagian atau Sinaga Uruk) setelah dewasa mempunyai 5 putra yaitu: Ginjang Namora, DATU UPAR, Datu Jonggar, Sitot ni Gaja dan Janji Matogu.

DATU UPAR (anak kedua dari Raja Datu Hurung) setelah dewasa mempunyai 3 putra yaitu: JORANG RAJA, Babiat Sosunggolon dan Jobit Mangaraja

JORANGRAJA (anak pertama dari Datu Upar) setelah dewasa mempunyai 5 putra yg mendirikan marga sendiri yaitu:

1. SIMANJORANG

2. SIMAIBANG

3. SIMANDALAHI

4. Parangin-angin

5. Berutu

Namun terkhusus parangin-angin dan berutu masih dalam perdebatan dan perlu penelitian lebih lanjut apakah merupakan turunan dari Toga Sinaga atau tidak Versi lainnya juga mengatakan bahwa Simanjorang, Simaibang dan Simandalahi merupakan turunan dari Sinaga Bonor Suhut ni Huta. Versi ini dipercaya di sebagian Parapat terutama di Girsang I dan Beberapa Kawasan di Simalungun.


Berdasarkan silsilah tersebut, dalam masyarakat Batak Toba, marga Sinaga dinamai "si sia ama, si tolu ompu " (artinya, sembilan bapak, tiga kakek). Tiga kakek atau Tolu Ompu adalah 1. Ompu Sinaga Bonor, 2. Ompu Sinaga Ratus, dan 3. Ompu Sinaga Uruk.

Sedangkan Sembilan Bapak atau Sia Ama merupakan masing-masing anak dari ketiganya yg berjumlah sembilan,

(Sinaga Bonor) 1.Ama Bonor Pande, 2.Ama Bonor Tiang ni Tonga, 3.Ama Bonor Suhut ni Huta,

(Sinaga Ompu Ratus) 4.Ama Ratus Nagodang, 5.Ama Ratus Sitinggi, 6.Ama Ratus Siongko

(Sinaga Uruk) 7.Ama Uruk Guru Hatahutan, 8.Ama Uruk Barita Raja, 9.Ama Uruk Datu Hurung.

Batak Simalungun

Dalam masyarakat Batak Simalungun, marga Sinaga merupakan salah satu dari empat marga asli Batak Simalungun pada saat terjadi harungguan bolon (artinya, musyawarah akbar) antara Raja Nagur, Raja Banua Sobou, Raja Banua Purba, dan Raja Saniang Naga. Musyawarah ini bertujuan untuk mengikat janji agar keempat penguasa tersebut tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (dalam bahasa Simalungun: Marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munsuh).

Keturunan dari Raja Saniang Naga adalah marga Sinaga yang menjadi penguasa Kerajaan Batangiou di Asahan. Menurut Taralamsyah Saragih Garingging, pada saat Kerajaan Majapahit melakukan ekspansi ke Sumatera pada abad ke-14, pasukan dari Jambi yang dipimpin oleh Panglima Bungkuk melarikan diri ke Kerajaan Batangiou dan mengaku diri sebagai marga Sinaga. Ia berhasil mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang Sinaga dari Kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (sibijaon). Keturunannya menjadi marga Sinaga Dadihoyong, yang kemudian hari menjadi penguasa Kerajaan Tanoh Jawa menggantikan Kerajaan Batangiou.[1]

Sedangkan menurut Tuan Gindo Sinaga, salah satu keturunan Tuan Jorlang Hataran, beberapa keluarga besar Partongah Raja Tanoh Jawa menghubungkan asal usul mereka dengan daerah Naga Land (tanah naga) di India Timur, yang berbatasan dengan Myanmar. Dugaan mereka diperkuat dengan beberapa kesamaan adat kebiasaan, postur wajah, dan anatomi tubuh.[2]

Berikut marga Sinaga dari Simalungun :

  • Dadihoyong
  • Sidasuhut
  • Porti
  • Sidabariba
  • Sidoulogan
  • Simaibang
  • Simandalahi
  • Simanjorang
  • Urug
  • Sidahanpintu
  • Bonor

Organisasi Marga Sinaga yaitu PPTSB (Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Dohot Boru), PPTSB dibentuk sejak tahun 1940 di Medan. Perkumpulan Sinaga terinspirasi dari perkumpulan Si Raja Lontung yang ada di Medan pada Tahun 1938, yakni Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang dan Siregar, beserta Boru yaitu Sihombing-Simamora.

Pengurus pada waktu itu adalah St. Christian Radjagoekgoek sebagai Ketua dan dibantu oleh Herman Sinaga dan Monis Levi Sinaga. Pada tahun 1940, timbul keinginan marga Sinaga untuk membentuk kesatuan tersendiri.

Untuk maksud itu dibentuklah Panitia untuk mencari/mengumpulkan anggota yakni: Ketua: Ranatus Sinaga (Peg. OGEM). Sekretaris: Djongok Manase Sinaga (Peg. Dunlop). Anggota: Monis Levi Sinaga (Polisi/Reserse), Simon Sinaga, Boengaran Sinaga (Peg. Percetakan Sinar Deli Courant), Herman Sinaga (Peg. Contabiliteit / KPN).

Setelah anggota terkumpul diadakan Rapat Anggota (setelah mendapat izin dari Pemerintah Hindia Belanda cq. PID melalui M. Levi Sinaga, waktu itu harus demikian). Rapat diadakan pada tanggal 15 Desember 1940, bertempat di Gedung Chrestelijke Batak School (CBS) di Jl. Sei Kera, Medan dan terbentuk lah PPTSB (Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Boru Bere Ibebere).

VISI: Menjadi Perkumpulan Marga yang menjunjung adat Batak, Menjalin Persatuan dan mewujudkan Marga Sinaga yang Adil dan Makmur.


MISI:

1. Mempersatukan seluruh marga Sinaga dan borunya yang berada di wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya dalam sebuah wadah PPTSB.

2. Ikut berperan-serta mendukung pemerintah dan terlibat dalam mewujudkan masyarakat yang adil, Makmur dan sejahtera.

3. Melaksanakan, menerapkan dan menjunjung tinggi adat-istiadat sesuai filosofi Batak dalam setiap kehidupan sehari-hari termasuk dalam acara suka maupun duka.

4. Melaksanakan kegiatan sosial, tanggap dalam masalah yang dihadapi oleh setiap anggota PPTSB dan berperan aktif dalam membantu setiap anggota.

Pomparan Toga Sinaga mempunyai sebuah tugu yang terletak di Huta Sinaga Uruk Negeri Urat Samosir yaitu perkampungan pertama Toga Sinaga. Pembangunan tugu dilakukan pada tahun 1966.

Sedangkan pembangunan Tugu dimulai sejak tahun 1966 s.d 1970 yang kemudian diresmikan pada tanggal 7-14 juni 1970 di Desa Urat, Pulau Samosir Sumatera Utara. Berikut adalah arti dari bentuk dan kelengkapan Tugu :

1. Tinggi Tunggu adalah “17 meter”, yang melambangkan “Generasi (sundut ke 17″, yang artinya bahwa jumlah generasi (sundut) Marga Sinaga pada saat penetapan rencana pembangunan Tugu Toga Sinaga pada tahun 1966 adalah generasi ke -17.

2. Batang Tugu berbentuk “Segitiga Sama Kaki”, yang melambangkan “Toga Sinaga Sitolu Ompu“ yaitu : - Sinaga Bonor - Sinaga Ratus - Sinaga Uruk

3. Anak tangga sebanyak “9 (sembilan) anak tangga yang melambangkan “Toga Sinaga Sisia Ama” yaitu: - Sinaga Bonor Pande - Sinaga Bonor Tiang Ditonga - Sinaga Bonor Suhut NI Huta - Sinaga Ratus Nagodang - Sinaga Ratus Sitinggi - Sinaga Ratus Siongko - Sinaga Uruk Hatahutan - Sinaga Uruk Barita Raja - Sinaga Uruk Datu Hurung

4. Miniatur Rumah Adat Bangunan miniatur Rumah Adat yang terletak di pelataran sebelah kanan dari Tugu, melambangkan Jabu Parsantian (Rumah Pusaka).

5. Bangunan miniatur rumah Sopo yang terletak di pelataran sebelah kiri dari Tugu, melambangkan Rumah Penyimpanan Padi dan Barang-barang Pusaka.

6. Miniatur Pohon Kayu Ara (Hariara Manarak) yang terbuat dari besi dan berada dipelataran Tugu, yang melambangkan “Kesuburuan/Pertumbuhan” keturunan Toga Sinaga (hagabeon).

7. Miniatur Hatian (Timbangan) yang terletak di ujung atas dari Tugu, yang melambangkan sifat “Keadilan” yang merupakan cerminan (gambaran) sifat dari Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 yang selama hidupnya berprilaku dan bertindak adil, jujur dan tulus, Hatian (timbangan) dan kelima julukan dari Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 menggambarkan seruan kepada seluruh keturunan Toga sinaga agar dalam kehidupannya berprilaku dan bertindak secara adil, jujur dan tulus dengan semangat kuat dan tangguh. Ompu Palti Raja Sinaga ke-12 diberi julukan, sebagai berikut:

-Ompu Palti Raja

-Ompu Palti Pandapotan

-Par Niggala Sibola Tali

-ParHatian Sora Monggal

-Par Parik Sinomba ni Gajah, naso tarangkat manuk sabungan.

8. Kaca Cermin yang terletak di Ujung Tugu pada ketiga sisinya, yang melambangkan “Intropeksi Diri”, yaitu bahwa Marga Sinaga dalam setiap berpikir, berbicara, bertindak dan mernecanakan segala sesuatu harus “penuh ketelitian” agar tidak terdapat kesalahan.

Tokoh

Beberapa tokoh yang bermarga Sinaga, di antaranya adalah:

Referensi

  1. ^ J. Tideman , Simeloengoen, Het Land der Timoer-Bataks in Zijn Vroegere Isolatie En Zijn Ontwikkeling tot een Deel Van Het Cultuurgebied van de Oostkust van Sumatra, 1922
  2. ^ Pdt Juandaha Raya P. Dasuha, STh, SIB (Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun) 22/10/2006