Diaspora Jawa di Malaysia
Orang Jawa adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Malaysia. Banyak tokoh penting dan terkenal di Malaysia yang memiliki darah keturunan Jawa. Orang Jawa bukanlah satu-satunya suku bangsa Indonesia yang telah berasimilasi dalam masyarakat Malaysia, terdapat juga suku Minangkabau, suku Bugis, suku Banjar, suku Bawean, dan lain-lain.[1] Migrasi orang Indonesia ke Malaysia telah terjadi sebelum jaman kolonial khususnya pada masa pemerintahan Sriwijaya dan Majapahit. Pernikahan politis antar kerajaan seperti antara Sultan Mansur Shah dari Malaka dan Putri Raden Galuh Chandra Kirana dari Majapahit disebutkan dalam naskah melayu kuno abad ke-16, Sulalatus Salatin.[2] Suku bangsa Jawa di Malaysia telah beradaptasi pada budaya dan nilai sosial setempat dengan sangat baik. Komunitas orang Jawa di Malaysia telah mengadopsi budaya Melayu, mereka berbicara dalam bahasa Melayu dan menggunakan nama-nama Melayu.
Sensus penduduk di Malaysia tidak mengkategorikan Jawa sebagai suku bangsa tersendiri melainkan diklasifikasikan sebagai suku Melayu.[3] Kehadiran orang Jawa di Malaysia telah menjadi bagian sejarah dan sebuah kontribusi bagi perkembangan Negara Malaysia. Banyak tokoh politik yang memegang jabatan-jabatan penting di jajaran pemerintahan Malaysia diantaranya adalah Dato' Seri Ahmad Zahid Hamidi seorang Timbalan Perdana Menteri Malaysia (Wakil Perdana Menteri) sejak 29 Juli 2015 dan Muhyiddin Yassin seorang Presiden Parti Pribumi Bersatu Malaysia dan pernah memegang beberapa jabatan menteri di Malaysia.[4] Banyak juga seniman Malaysia yang memiliki darah keturunan Jawa seperti Mohammad Azwan bin Mohammad Nor atau dikenal luas dengan panggilan Wak Doyok, seorang pengusaha dan ikon fesyen dan juga Herman Tino, seorang pelopor penyanyi dangdut di Malaysia.[5]
Kesamaan sejarah antara Indonesia dan Malaysia
Nusantara adalah istilah yang berasal dari dua kata bahasa Sansekerta, yaitu nusa (pulau) dan antara (antara). Hal ini dikarenakan geografis wilayah ini yang berbentuk gugusan pulau-pulau yang dihimpit oleh dataran benua Asia dan benua Australia, dan berada diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. [6] Sejarah Nusantara dimulai jauh sebelum terbentuknya negara modern yang dikenal sekarang dengan nama Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand. Sejarah Nusantara dapat dibagi menjadi empat fasa, yaitu zaman prasejarah, zaman kerajaan Hindu-Buddha, zaman kerajaan Islam, dan zaman kolonial.
Zaman prasejarah
Seorang sejarawan berkebangsaan Austria Robert von Heine Geldren mengemukakan bahwa gelombang migrasi manusia ke wilayah Nusantara yang pertama terjadi sekitar tahun 1500 SM. Kelompok migrasi ini disebut dengan Melayu Proto atau Melayu Tua. Orang Melayu Proto berasal dari Yunnan (Cina Selatan) yang bermigrasi melalui Indochina lalu menelusuri Semenanjung Malaya hingga tiba di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. [7] Melayu Proto merupakan nenek moyang suku Batak, Toraja, Dayak, Nias, Kubu, dan Mentawai. di Malaysia orang keturunan Melayu Proto diklasifikasikan sebagai Orang Asli. Beberapa suku Melayu Proto yang tergolong sebagai Orang Asli diantaranya adalah Orang Kuala, Orang Kanaq, Orang Seletar, Jakun, Semelai, dan Temuan.[8]
Gelombang kedua migrasi terjadi sekitar tahun 500 SM, orang-orang yang bermigrasi pada gelombang kedua ini dikenal sebagai Melayu Deutero atau Melayu Muda. Melayu Deutero adalah nenek moyang suku Minangkabau, Melayu, Jawa, Bugis,Bawean dan lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia dan Malaysia.[7]
Zaman kerajaan Hindu-Buddha
Malaysia memiliki hubungan sejarah dan budaya yang dekat dengan Indonesia. Semenanjung Malaysia, Sarawak, dan Sabah sejak abad ke-7 telah menjadi bagian wilayah invasi kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara seperti Kerajaan Sriwijaya lalu dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit di abad ke-13. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan melayu kuno yang pertama kali menyatukan wilayah-wilayah di Nusantara. Daerah kekuasaan Sriwijaya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Pulau Sumatera, dan sebagian Jawa. Pusat Kerajaan Sriwijaya menjadi perdebatan para ahli sejarah dunia, beberapa teori mengatakan bahwa pusat kerajaan berada di Palembang. Soekmono mengemukakan teori bahwa pusat pemerintahan Sriwijaya berada di tepian Sungai Batang Hari, Jambi. Namun, Kerajaan Sriwijaya juga pernah beribukota di Kadaram (Kedah, Malaysia) saat diakhir masa kejayaannya.[9]
Berikut dafatar nama-nama kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Nusantara:
|
|
|
- Vietnam
Zaman kerajaan Islam
Islam pertama kali berkembang di Nusantara melalui kawasan Selat Malaka. Seiring meredupnya kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dan berkembangnya kerajaan Islam, gelombang migrasi orang Jawa ke Semenanjung Malaya pun mulai terjadi. Hubungan antara kerajaan Islam di Nusantara semakin erat. Hubungan politis kerajaan Islam pada masa itu sering kali terjadi melalui jalur pernikahan. Seperti pernikahan antara Sultan Mansur Shah dari Malaka dan Putri Raden Galuh Chandra Kirana dari Kerajaan Majapahit yang disebutkan dalam naskah melayu kuno abad ke-16, Sulalatus Salatin.[2]
Berikut dafatar nama-nama kerajaan Islam di Nusantara:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Zaman kolonial
Pada zaman penjajahan bangsa Eropa di Nusantara, banyak orang Jawa dibawa ke Semenanjung Malaya untuk dijadikan pekerja kasar di perkebunan kelapa sawit. Malaysia memiliki penduduk keturunan Jawa yang banyak terutama di Negara Bagian Johor. Orang Jawa terutama dari daerah Kulon Progo dan Ponorogo bermigrasi ke wilayah Johor bagian selatan mulai dari abad ke-18 hingga awal abad ke-20. Diaspora Jawa ini kebanyakan bekerja di sektor perkebunan di Johor dan Selangor. Mereka memilih untuk hidup dibawah pemerintahan Kolonial Inggris karena dianggap bisa memperlakukan buruh pribumi lebih baik daripada Pemerintah Kolonial Belanda.[10] Hasil dari sensus penduduk Malaysia pada tahun 1950 mengindikasikan bahwa terdapat 189.450 orang yang lahir di Pulau Jawa, 62.200 orang berasal dari Kalimantan Selatan (suku Banjar), 26.300 orang dari Pulau Sumatera, 24.000 orang dari Pulau Bawean (di Malaysia dan Singapura disebut dengan Boyan), dan 7.000 orang dari Pulau Sulawesi (suku Bugis).[1]
Integrasi Jawa sebagai Melayu
Orang Jawa bukan satu-satunya suku bangsa yang berasal dari Indonesia yang membangun demografi di Malaysia. Terdapat pula orang-orang keturunan Minangkabau, Bugis, Banjar, Mandailing, dan lain-lain. Bahkan suku Minangkabau membangun pemerintahan di semenanjung Malaya yang kini dikenal dengan nama Negeri Sembilan, hingga sekarang orang Minangkabau sangat dominan dari segi jumlah dan budaya di Negara Bagian Negeri Sembilan.[11] Namun, sensus penduduk di Malaysia mengkategorikan suku-suku yang berasal dari Indonesia ini sebagai Orang Melayu. Mereka memiliki hak dan kewajiban sebagaimana orang Melayu lain sesuai konstitusi dan undang-undang yang berlaku di Malaysia.
Orang yang diakui sebagai Melayu menurut Perlembagan Persekutuan (Konstitusi Negara Malaysia) perkara 160 klausa 2 adalah sebagai berikut :
“Orang Melayu” ertinya seseorang yang menganuti agama Islam, lazim bercakap bahasa Melayu, menurut adat Melayu dan—
(a) yang lahir sebelum Hari Merdeka di Persekutuan atau Singapura atau yang lahir sebelum Hari Merdeka dan ibu atau bapanya telah lahir di Persekutuan atau di Singapura, atau yang pada Hari Merdeka berdomisil di Persekutuan atau di Singapura; atau
(b) ialah zuriat seseorang yang sedemikian; [3]
Hal ini menyebabkan semua ras dan suku tanpa terkecuali jika memenuhi syarat diatas akan diklasifikasikan sebagai Melayu dan mendapatkan hak keistimewaan dan kewajiban sebagai orang Melayu di Malaysia menurut hukum Malaysia.
Orang Jawa di Malaysia masih banyak yang menggunakan bahasa Jawa di kehidupan sehari-hari terutama Orang Jawa di Negara Bagian Johor, Selangor, Melaka, dan Perak. Namun, generasi muda Jawa yang tinggal di perkotaan sudah banyak yang tidak dapat bertutur dalam bahasa Jawa dan menggunakan bahasa Melayu standard atau bahasa Melayu dialek lain sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Bahkan nama merekapun sudah mengadopsi nama orang-orang Melayu di Malaysia pada umumnya.
Hak dan keistimewaan Melayu
Hak istimewa orang Melayu adalah hak yang telah disepakati oleh para pemimpin Malaysia terdahulu yang mereka berikan kepada orang Melayu sebagai kompensasi kesediaan rakyat Melayu di tanah Melayu untuk menerima etnis Tionghoa dan etnis India untuk berbagi kehidupan di tanah Melayu secara bersama-sama. Hak-hak keistimewaan ini termaktub dalam perkara 153 Perlembagaan Persekutuan Tanah Melayu 1948. Orang Jawa yang diklasifikasikan sebagai Melayu di Malaysia sebenarnya diuntungkan karena konstitusi Malaysia memberikan hak-hak keistimewaan bagi orang-orang Melayu di negara tersebut. Berikut isi kandungan hak-hak keistimewaan orang Melayu menurut Perlembagaan Persekutuan Malaysia :
Jabatan dalam kerajaan
Beberapa jabatan penting didalam pemerintahan Malaysia harus dipegang oleh orang Melayu. Salah satu jabatan tertinggi yang hanya dapat diduduki oleh orang Melayu adalah Yang di-Pertuan Agong Malaysia. Yang di-Pertuan Agong adalah gelar resmi bagi kepala negara di Negara Malaysia dan memiliki masa jabatan selama lima tahun.
Peruntukan Beasiswa
Kuota pemberian beasiswa atau bantuan pendidikan lainnya harus mengutamakan orang Melayu terlebih dahulu daripada orang bukan Melayu.
Bantuan Ekonomi
Setiap peraturan dibuat untuk memudahkan orang-orang Melayu dalam mendapatkan izin atau sertifikasi untuk menjalankan usaha, bisnis ataupun kegiatan ekonomi lainnya.
Konflik Indonesia-Malaysia terkait klaim seni dan budaya
Hubungan Indonesia dan Malaysia seringkali memanas terkait masalah saling klaim atas beberapa kesenian dan kebudayaan. Kesamaan sejarah, kedekatan secara geografis, dan migrasi antar negara menyebabkan banyaknya kesamaan dalam kesenian dan kebudayaan kedua negara. Kebudayaan Jawa yang dibawa oleh imigran Jawa pernah beberapa kali menjadi pemicu memanasnya hubungan Indonesia dan Malaysia, beberapa diantaranya adalah klaim Malaysia atas reog ponorogo, wayang kulit, batik, keris, dan gamelan jawa.
Pada gelaran ajang Miss Grand International tahun 2017 di Phú Quốc, Vietnam warganet Indonesia dan Malaysia saling serang komentar negatif. Hal ini disebabkan karena pada kontes Best National Costume perwakilan Malaysia Sanjeda John membawakan busana bertemakan Kuda Warisan yang terinspirasi dari tarian kuda lumping khas masyarakat Jawa di Indonesia. Pihak Miss Grand Malaysia mengklarifikasi hal ini melalui akun instagramnya dan menyatakan bahwa :
"Kostum Nasional Kuda ini terinspirasi dari komunitas orang Jawa yang tinggal di wilayah selatan Negara Bagian Johor, Malaysia. Pada awal abad ke-20, migrasi orang Jawa dari Indonesia dibawah pemerintahan kolonial Belanda dan dibawa oleh kapal dagang Jepang telah membawa kebudayaan Jawa sekaligus tarian yang unik ini yang biasa ditampilkan pada acara-acara perayaan tertentu. Pada tahun 1971, Kementerian Pariwisata Johor mengakui tarian kuda kepang sebagai bagian dari masyarakat Jawa yang tinggal di Johor dan sekaligus sebagai simbol perstauan dan keberagaman dalam budaya masyarakat Johor. Banyaknya kesamaan sejarah menyebabkan budaya Jawa tersebar hingga wilayah selatan Johor, Perak, dan Selangor di Malaysia juga di Singapura."[12]
Meski sudah memberikan klarifikasi atas kostum Kuda Warisan tersebut, laman instagram Miss Grand Malaysia dan Sanjeda John tetap dibanjiri hujatan warganet Indonesia yang menuding pihak Miss Grand Malaysia "mencuri" kebudayaan Indonesia.
Populasi
Jumlah populasi keturunan Jawa di Malaysia tidak dapat diketahui secara pasti dikarenakan dalam sensus penduduk di Malaysia tidak terdapat kategori "Jawa". Konstitusi Malaysia yang meluaskan pengertian Melayu menyebabkan pengintegrasian masyarkat Jawa dan suku bangsa lainnya di Malaysia sebagai orang Melayu. Selain orang Jawa yang telah lama menetap di Malaysia dan menjadi warga negara Malaysia, banyak juga orang-orang Jawa dari Indonesia yang bekerja di Malaysia. Kantong populasi orang Jawa di Malaysia banyak dijumpai di Johor, Selangor, Melaka, Kuala Lumpur dan Perak.
Buruh Migran Indonesia di Malaysia
Orang Jawa yang bekerja di Malaysia mayoritas bekerja sebagai buruh migran di sektor informal. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2015 Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia berjumlah 97.635 orang.[13] Namun, angka tersebut belum ditambahkan dengan jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang berstatus ilegal. Kasus-kasus yang melibatkan TKI di Malaysia seringkali terjadi. Salah satu kasus penyiksaan Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang menyita perhatian publik adalah kasus Ceriyati. Pada tahun 2007, Ceriyati TKI asal Kabupaten Brebes, Jawa Tengah diberitakan mencoba melarikan diri melalui jendela apartemen karena tidak tahan terhadap siksaan yang dilakukan oleh majikannya. Ceriyati berusaha kabur dari apartemen majikannya dari lantai 15 dengan menggunakan tali. Namun, usaha melarikan diri Ceriyati terhenti di lantai 6 dan Ceriyati harus ditolong pemadam kebakaran setempat.[14] Kisah dibalik kaburnya Ceriyati ini menarik perhatian publik Indonesia dan Malaysia. Kisah Ceriyati ini menjadi tonggak pembenahan pengelolaan TKI termasuk mendata ulang jumlah pekerja Indonesia di Malaysia.[15]
Tokoh Jawa-Malaysia
- Herman Tino (penyanyi)
- Wak Doyok (Model dan Artis)
- Djamal Tukimin (Sastrawan)
- Dato' Seri Ahmad Zahidi Hamidi (Menteri)
- Muhyiddin Yassin (Politisi)
Referensi
- ^ a b Lin Mei (Agustus 2006). "Indonesian Labor Migrants in Malaysia: A Study from China" (PDF). Institute of China Studies. Universitas Malaya. hlm. 3. Diakses tanggal .28-10-2017.
- ^ a b Joseph Chinyong Liow (2005). "The Politics of Indonesia–Malaysia Relations – Kinship and Indo-Malay historiography (Kinship and the pre-colonial regional system)" (PDF). Routledge, Taylor & Francis. hlm. 30. ISBN 0-203-67248-8. Diakses tanggal 19 Januari 2015.
- ^ a b Undang-Undang Malaysia. Perlembagaan Persekutuan.
- ^ http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/09/03/msibrj-banyak-orang-indonesia-jadi-menteri-di-malaysia. Diakses tanggal 29-10-2017
- ^ https://www.brilio.net/news/siapa-sangka-wak-doyok-sosok-hits-asal-malaysia-ternyata-turunan-jawa-160205l.html#. Diakses tanggal 29-10-2017
- ^ Doel, H.W. van den 'Douwes Dekker, Ernest François Eugène (1879-1950)' Biografisch Woordenboek van Nederland.
- ^ a b von Heine Geldern, Robert. Indonesian Art. United Asia (I), 1949
- ^ Carey, Iskander Orang Asli: the Aboriginal Tribes of Peninsular Malaysia, Oxford University Press, 1976.
- ^ Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier Millet. ISBN 981-4155-67-5.
- ^ Tirtosudarmo, Riwanto.The Orang Melayu and Orang Jawa in the Lands Below the Winds. Queen Elizabeth House, University of Oxford. 2005
- ^ de Josselin de Jong, P. E., (1951), Minangkabau and Negri Sembilan, Leiden, The Hague.
- ^ https://m.detik.com/wolipop/read/2017/10/01/075810/3665467/1137/heboh-miss-grand-international-malaysia-jadi-kuda-lumping-ini-penjelasannya. Diakses tanggal 28-10-2017
- ^ https://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1808. Diakses tanggal 28-10-2017
- ^ http://news.liputan6.com/read/143278/kasus-ceriyati-akan-diproses-secara-hukum. Diakses tanggal 29-10-2017
- ^ http://www.ilo.org/jakarta/info/public/WCMS_184984/lang--en/index.htm. Diakses tanggal 28-10-2017.
Galeri
-
Sampul album penyanyi dangdut Malaysia, Herman Tino.
-
Wakil Perdana Menteri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi.
-
Muhyiddin Yassin, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia.