Suku Madura
Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20.179.356 juta jiwa (sensus 2014). Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Jawa Timur: 6.520.403. Kalimantan Barat: 274.869. | |
Bahasa | |
Madura, Jawa dan Indonesia. | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
suku Jawa dan suku Melayu. |
Sejarah
Seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda, dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo, Bondowoso, Probolinggo, Lumajang, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara, serta sebagian Malang. ada juga yang menetap di Bawean, di negeri jiran Malaysia, Timor Leste, Brunei Darussalam misalnya juga ada, mereka ada yang menjadi penduduk tetap (sudah dapat IC/ surat tinggal selamanya.), Bahkan ada juga di negara negara Timur Tengah.
Sebaran Tinggal
Di samping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta, Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura disebabkan oleh kesenjangan sosial, namun sekarang kesenjangan itu sudah mereda dan etnis Madura dan penduduk setempat sudah rukun kembali.
Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja dan ulet, mereka suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan, dan pedagang pasar. Namun, tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadi tokoh nasional seperti :
- Mahfud MD (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi)
- Wardiman Djojonegoro (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1993 hingga tahun 1998 di bawah pemerintahan Presiden Soeharto dalam Kabinet Pembangunan VI)
- Rachmat Saleh (Gubernur Bank Indonesia pada tahun 1973 hingga tahun 1983 dan Menteri Perdagangan Indonesia tahun 1983 hingga tahun 1988)
- R. Hartono (mantan jenderal dengan pangkat tertinggi di TNI Angkatan Darat yaitu jenderal bintang empat dengan jabatan tertinggi pula sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat). Beliau merupakan satu-satunya perwira tinggi dari korps Kavaleri yang mendapatkan pangkat jenderal penuh (bintang empat) juga ( Mantan Mentri Penerangan )
- M.A. Rachman (Jaksa Agung Republik Indonesia untuk periode 2001 sampai 2004)
- Hadi Purnomo (Mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan BPK )
- Nurmahmudi Ismail (Mantan Mentri Kehutanandan Presiden PKS )
- Soedjono C. Atmonegoro (Jaksa Agung Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan VII)
- Herman Widyananda (Mantan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan periode 2009-2011)
- Banurusman Astrosemitro (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia periode 1993–1996)
- Hanafie Asnan (Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara)
- Muhamad Arifin ( Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut periode 1989 - 1993)
- Roesmanhadi (Mantan Kepala Staf Kepolisian RI ).
- D. Zawawi Imron (Tokoh penyair dan budayawan Madura yang terkenal dengan julukan Clurit Emas. Beliau merupakan tokoh budayawan kelahiran Sumenep.
Selain itu banyak juga terdapat tokoh pejuang kemerdekaan yang layak menjadi Pahlawan nasional Indonesia Seperti:
- Trunojoyo, yang telah memberikan perlawanan terhadap Kolonial Belanda (VOC tahun 1677).
- Halim Perdana Kusuma salah satu pahlawan Nasional kelahiran Sampang yang tewas di semenanjung Malaya
- Kyai Taman, adalah seorang pejuang Islam yang gigih menentang Belanda pada tahun 1919
- Kyai Djauhari, membuka cabang Hizbullah di Prenduan. Didirikan pada tahun 1944, Hizbullah adalah organisasi militer pemuda Majelis Muslimin Indonesia (Masjumi), organisasi yang berpengaruh secara nasional kala itu.
- KH. Abdullah Sajjad, salah satu pengasuh Pondok Pesantren An-Nuqayah salah satu pahlawan dari Kabupaten Sumenep.
- KH. Mawardi, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Sumber Anyar salah satu pahlawan dari Pamekasan.
Madura masih menyimpan banyak tokoh ulama seperti
- Syaikhona Kholil Bangkalan
- K.Abdul Majid Bata-bata
- K.Moh.Ilyas Guluk-guluk
- K. Abdul Hamid Baqir Banyuanyar
- KH.M.Tidjani Djauhari
- KH. M. Idris Djauhari
- K.Jufri Marzuqi Sumber Batu (dianugerahi gelar al-Syahidul Kabir oleh PBNU)
Agama dan Kepercayaan
Mayoritas masyarakat hampir 100 % suku Madura adalah penganut Islam bahkan suku Madura yang tinggal di Madura bisa dikatakan 100 % muslim. suku Madura terkenal sangat taat dalam beragama islam. Salah satu sebabnya dengan adanya Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh pulau madura. Misalnya Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata, Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar di Kabupaten Pamekasan, Pondok pesantren Annuqayah disingkat PPA pesantren yang terletak di desa Guluk-Guluk, Pondok Pesantren Al-Amin di Sumenep dan , Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Pondok Pesantren Attaraqqi Sampang, dan pesantren-pesantren lainnya dari yang memiliki santri ribuan, ratusan, dan puluhan yang tersebar di Pulau Madura. Pesantren-pesantren begitu mengakar dalam kehidupan masyarakat Madura karena pesantren tidak sekedar mengajar ilmu agama tapi juga mempunyai kiprah dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan peduli pada nasib rakyat kecil.
Bahasa
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan. Juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).
Tulisan di atas hanya streotipe saja yang hanya dilakukan oleh segelintir orang. Suku Madura memiliki aturan dan tatakrama yang sangat kuat. Orang Madura sangat menghormati orang tua, guru, dan sebagainya. Apalagi Madura Timur (Pamekasan dan Sumenep)yang dikenal halus gaya bicaranya dan sangat sopan santun. Sopan santun dan Tata Krama yang halus bila bertamu dan di sajikan Makanan, Minuman. Harus lah di Santap untuk menghormati. Apabila Terjadi kesalah Pahaman atau masalah Orang Madura bersabar dan hanya Berdiam Diri. Segala Rasa Hormat akan berubah apabila Orang lain Hormat maka apabila sebaliknya maka juga akan berbalik tidak Hormat. Salah satu Orang Madura tidaklah mengenal rasa Takut, Tidaklah Malu apabila di hina atau hanya Fitnah. Orang Madura sangatlah berpegang teguh dengan agama. Meskipun banyak Remaja dan Generasi Saat ini yang kurang memahami namun hanya sebagian kecil. Rasa Saling Menghormati dan Menghargai sangatlah di junjung tinggi. Semua sesuai dengan Ajaran Agama Islam. Orang Madura sangat berpegang teguh pada ayat al quran dimana tercemin pada ke seharian Orang Madura.
Karakter Sosial Budaya
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.tetapi tradisi lambat laun melemah seiring dengan terdidiknya kaum muda di pelosok desa, dahulu mereka memakai kekuatan emosional dan tenaga saja, namun kini mereka lebih arif dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada.
Ada perbedaan antara Madura Timur (Sumenep dan Pamekasan)dengan Madura Barat (Sampang dan Bangkalan). Orang Madura Timur dikenal lebih halus baik dari sikap, bahasa, dan tatakrama dari pada orang Madura Barat. Orang Madura Barat lebih banyak merantau dari pada Madura Timur. Hal ini, dikarenakan Madura Barat lebih gersang dari pada Madura Timur yang dikenal lebih subur.