Edith Stein
Artikel ini perlu dikembangkan dari artikel terkait di Wikipedia bahasa Prancis. (September 2017)
klik [tampil] untuk melihat petunjuk sebelum menerjemahkan.
|
Edith Stein (nama biara: Teresa Benedicta a Cruce, OCD), atau dikenal sebagai St. Teresa Benedikta dari Salib, 12 Oktober 1891 – 9 Agustus 1942, adalah seorang filsuf Yahudi Jerman yang berpindah keyakinan ke iman Katolik dan menjadi seorang biarawati Karmelit Tak Berkasut (O.C.D.). Ia dikanonisasi sebagai martir dan orang kudus (santa) Gereja Katolik.
Edith Stein | |
---|---|
Lahir | Breslau (Schlesien), Jerman (sekarang Wrocław, Polandia) | 12 Oktober 1891
Meninggal | 9 Agustus 1942 Kamp konsentrasi Auschwitz, Pemerintah Umum (Polandia pendudukan-Nazi) | (umur 50)
Kebangsaan | Jerman |
Almamater | Schlesische Friedrich-Wilhelms-Universität Universitas Freiburg Universitas Göttingen |
Karya terkenal |
|
Era | Filsafat abad ke-20 |
Kawasan | Filsafat Barat |
Aliran | Fenomenologi |
Institusi | Universitas Freiburg |
Minat utama | Metafisika, filsafat budi, dan epistemologi |
Gagasan penting | Spiritualitas wanita Kristiani |
Santa Teresa Benedikta dari Salib, OCD | |
---|---|
Biarawati, Martir | |
Dihormati di | Gereja Katolik |
Beatifikasi | 1 Mei 1987, Köln, Jerman oleh Paus Yohanes Paulus II |
Kanonisasi | 11 Oktober 1998, Kota Vatikan oleh Paus Yohanes Paulus II |
Pesta | 9 Agustus |
Atribut | Bintang Daud kuning pada jubah suster biarawati Karmelit Tak Berkasut, nyala api, buku |
Pelindung | Eropa; yatim piatu; orang Yahudi yang beralih keyakinan; martir; Hari Kaum Muda Sedunia[3] |
Bagian dari seri tentang |
Mistisisme Kristiani |
---|
Ia dilahirkan dalam suatu keluarga Yahudi yang taat, namun ia menjadi seorang ateis pada masa remajanya. Karena tergerak oleh tragedi-tragedi yang terjadi selama Perang Dunia I, pada tahun 1915 ia menempuh studi untuk menjadi seorang asisten perawat dan berkarya di suatu rumah sakit yang khusus menangani penyakit menular. Setelah menyelesaikan tesis doktoralnya dari Universitas Göttingen pada tahun 1916, yang menjadikannya seorang doktor filsafat dengan predikat summa cum laude, ia diterima sebagai asisten pengajar di Universitas Freiburg.
Setelah membaca karya-karya dari pembaharu Ordo Karmel, yaitu St. Teresa dari Ávila, ia menjadi tertarik dengan iman Katolik. Ia dibaptis dalam Gereja Katolik Roma pada tanggal 1 Januari 1922. Ketika itu ia ingin menjadi seorang biarawati Karmelit Tak Berkasut, namun dihalangi oleh para pembimbing rohaninya. Ia kemudian mengajar di suatu program pendidikan Katolik di Speyer. Akibat dari disyaratkannya "sertifikat Arya" bagi para pegawai negeri sipil oleh pemerintah Nazi pada bulan April 1933, sebagai bagian dari Undang-Undang Pemulihan Layanan Sipil Profesional, ia harus berhenti dari jabatan mengajarnya.
Ia akhirnya memasuki biara Karmelit Tak Berkasut di Köln (Cologne) pada bulan Oktober 1933, menerima jubah biara tarekat tersebut sebagai seorang novis pada bulan April 1934, dan mengambil nama biara Teresa Benedikta dari Salib. Pada tahun 1938, ia dan Rosa saudara perempuannya, yang juga seorang konver Katolik seperti dirinya dan menjadi seorang suster sekular (ordo ketiga Karmel, yang menangani kebutuhan masyarakat di luar biara), dikirim ke biara Karmel di Echt, Belanda, demi keselamatan mereka. Kendati Nazi menginvasi negara tersebut pada tahun 1940, mereka tidak mengalami gangguan hingga ditangkapnya mereka oleh Nazi pada tanggal 2 Agustus 1942. Ia dan Rosa dikirim ke kamp konsentrasi Auschwitz, tempat mereka meninggal dunia di kamar gas pada tanggal 9 Agustus 1942.
Kehidupan awal
Stein dilahirkan di Breslau (sekarang Wrocław, Polandia), di Schlesien (Silesia), dalam suatu keluarga Yahudi yang taat. Ia adalah anak bungsu dari 11 bersaudara dan kelahirannya bertepatan dengan Yom Kippur, hari yang paling suci dalam kalender Yahudi, menjadikannya seorang anak kesayangan ibunya.[4] Ia dipandang sebagai seorang anak yang sangat berbakat yang senang belajar, dalam suatu rumah tempat ibunya mendorong pemikiran kritis, dan ia sangat mengagumi keyakinan religius ibunya yang kuat. Namun, pada masa remajanya, Stein beralih menjadi seorang ateis.
Meski ayahnya meninggal dunia saat Stein masih muda, ibunya yang menjadi janda bertekad untuk memberikan pendidikan yang menyeluruh kepada anak-anaknya dan karenanya mengirim Stein untuk menempuh pendidikan di Universitas Breslau (juga dikenal sebagai "Schlesische Friedrich-Wilhelms-Universität").
Karier akademik
Bagian dari seri tentang |
Filsafat Katolik |
---|
Etika |
Cabang |
Portal Filsafat |
Pada bulan April 1913, Stein tiba di Göttingen dalam rangka studi untuk semester musim panas dengan Edmund Husserl. Pada akhir musim panas tersebut, Edith telah memutuskan untuk meraih gelar sebagai filsuf di bawah bimbingan Husserl dan memilih "Empati" sebagai topik tesisnya. Studinya mengalami gangguan pada bulan Juli 1914 karena pecahnya Perang Dunia I. Ia kemudian melayani sebagai seorang perawat relawan Palang Merah pada masa perang dalam suatu rumah sakit khusus penyakit menular di Märisch-Weisskirchen pada tahun 1915. Pada tahun 1916, Stein pindah ke Freiburg untuk menyelesaikan disertasinya tentang Empati. Sesaat sebelum ia menerima gelarnya, ia setuju untuk menjadi asisten Husserl. Setelah disertasinya yang berjudul Zum Problem der Einfühlung (Tentang Masalah Empati) disetujui pada tanggal 3 Agustus 1916, yang menjadikannya seorang doktor filsafat dengan predikat summa cum laude,[5] ia mulai bekerja secara independen sebagai asisten Husserl. Dalam tesisnya pada tahun 2007, "The Philosophical Contributions of Edith Stein",[6] John C. Wilhelmsson berpendapat bahwa Stein memberikan pengaruh yang signifikan pada karya tulis Husserl selama periode ini. Stein kemudian menjadi seorang pengajar di Universitas Freiburg, tempat ia bekerja sebagai asisten pengajar dari Husserl, yang telah pindah ke institusi tersebut. Karena ia adalah seorang wanita, Husserl tidak memberikan dukungan baginya ketika ia menyerahkan tesis kualifikasinya (habilitationsschrift, satu prasyarat untuk mendapatkan jabatan akademik) ke Universitas Freiburg pada tahun 1918. Tesisnya yang lain, Psychische Kausalität (Kausalitas Psikis),[7] yang diserahkan ke Universitas Göttingen pada tahun berikutnya, juga ditolak.
Stein sebelumnya telah mengenal iman Katolik dari sejumlah karya tulis dan temannya, namun, baru setelah ia membaca autobiografi (Riwayat Hidup) Santa Teresa dari Avila—seorang mistikus dari Spanyol—saat liburan musim panas tahun 1921 di Bad Bergzabern, ia membulatkan tekadnya untuk menjadi Katolik. Ia dibaptis pada tanggal 1 Januari 1922, dan disarankan oleh para pembimbing rohaninya untuk tidak segera memasuki kehidupan religius. Stein lalu mendapat posisi mengajar di sekolah yang dikelola oleh para biarawati Dominikan di Speyer dari tahun 1923 sampai 1931. Selama di sana, ia menerjemahkan De Veritate (Tentang Kebenaran) karya Santo Thomas Aquinas ke dalam bahasa Jerman, membiasakan diri dengan filsafat Katolik pada umumnya, dan berupaya untuk menjembatani fenomenologi dari mantan gurunya (Husserl) dengan Thomisme. Ia mengunjungi Husserl dan Heidegger di Freiburg pada bulan April 1929, bulan yang sama dengan pidato sambutan Heidegger kepada Husserl pada ulang tahunnya yang ke-70. Pada tahun 1932, ia menjadi seorang pengajar di suatu institusi yang berafiliasi dengan Gereja Katolik, yaitu Institut Pedagogi Ilmiah di Münster, tetapi undang-undang antisemit yang disahkan oleh pemerintah Nazi memaksanya untuk mengundurkan diri dari jabatan tersebut pada tahun 1933. Dalam sebuah surat kepada Paus Pius XI pada bulan April 1933, ia mengecam rezim Nazi dan memohon kepada sang paus agar secara terbuka mengecam rezim tersebut "untuk menghentikan penyalahgunaan nama Kristus ini".
Sebagai seorang putri bangsa Yahudi yang, karena rahmat Allah, selama sebelas tahun terakhir juga telah menjadi seorang putri Gereja Katolik, saya berani berbicara kepada Bapa Kekristenan mengenai apa yang menindas jutaan orang Jerman. Selama berminggu-minggu kita telah melihat perbuatan-perbuatan yang dilakukan di Jerman yang mengolok-olok rasa keadilan dan kemanusiaan, serta kasih akan sesama. Selama bertahun-tahun para pemimpin Sosialisme Nasional telah memberitakan kebencian terhadap orang-orang Yahudi. ... Tetapi, bagaimanapun, tanggung jawabnya tentu terletak pada orang-orang yang membawa mereka ke titik ini dan juga pada orang-orang yang tetap diam dalam menghadapi kejadian tesebut. Segala sesuatu yang terjadi dan terus terjadi setiap hari bermula dengan suatu pemerintahan yang menyebut dirinya 'Kristen'. Selama berminggu-minggu tidak hanya orang-orang Yahudi tetapi juga ribuan umat Katolik yang setia di Jerman, dan, saya percaya, di seluruh dunia, telah menunggu dan berharap agar Gereja Kristus mengangkat suaranya untuk menghentikan penyalahgunaan nama Kristus ini. Bukankah pemberhalaan ras dan kekuasaan pemerintah yang diulang-ulang ke dalam kesadaran publik melalui radio ini [merupakan] penyesatan secara terbuka? Bukankah usaha untuk memusnahkan darah Yahudi [merupakan] suatu penyalahgunaan terhadap kemanusiaan tersuci dari Juruselamat kita, dari Perawan yang paling terberkati dan para rasul? Bukankah semua ini benar-benar bertentangan dengan tingkah laku Tuhan dan Juruselamat kita, yang bahkan di atas kayu salib masih berdoa bagi para penganiaya-Nya? Dan bukankah ini suatu tanda hitam dalam catatan Tahun Suci yang dimaksudkan untuk tahun perdamaian dan rekonsiliasi ini? Kita semua, yang adalah putra putri Gereja yang setia dan yang melihat kondisi di Jerman dengan mata terbuka, khawatir akan yang terburuk bagi wibawa Gereja apabila kesunyian terus berlanjut.
Dikatakan bahwa suratnya tidak mendapat jawaban dan tidak diketahui secara pasti apakah Paus Pius XI sempat membacanya.[8] Bagaimanapun, pada tahun 1937, Sri Paus mengeluarkan satu ensiklik yang ditulis dalam bahasa Jerman, Mit brennender Sorge (Dengan Kekhawatiran yang Mendalam), yang di dalamnya ia mengkritik Nazisme, mencantumkan pelanggaran-pelanggaran terhadap Konkordat antara Jerman dengan Gereja yang ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 20 Juli 1933, dan mengutuk antisemitisme.
Biarawati Karmelit Tak Berkasut dan martir
Stein memasuki biara St. Maria vom Frieden (Maria Bunda Perdamaian) di Köln (Cologne) pada tahun 1933 dan mengambil nama biara Teresa Benedikta dari Salib. Di sana ia menulis buku metafisika karyanya yang berjudul Endliches und ewiges Sein (Keberadaan Terbatas dan Kekal), yang berupaya memadukan filsafat-filsafat dari St. Thomas Aquinas, Duns Scotus, dan Husserl.
Untuk menghindari ancaman Nazi yang terus meningkat, tarekatnya memindahkan Stein dan Rosa saudara perempuannya, yang juga seorang konver Katolik seperti dirinya dan seorang suster sekular ordo ketiga Karmel, ke biara Karmelit Tak Berkasut di Echt, Belanda. Di sana ia menulis Studie über Joannes a Cruce: Kreuzeswissenschaft (Studi tentang Yohanes dari Salib: Ilmu Salib). Dalam surat wasiatnya tertanggal 6 Juni 1939, ia menulis: "Saya memohon kepada Tuhan untuk mengambil kehidupan saya dan kematian saya ... demi segala keprihatinan dari hati kudus Yesus dan Maria serta Gereja yang kudus, terutama demi kelanjutan Tarekat kita yang kudus, khususnya biara-biara Karmel di Köln dan Echt, sebagai pendamaian bagi ketidakpercayaan Bangsa Yahudi, dan supaya Tuhan kelak diterima oleh bangsa-Nya sendiri dan kerajaan-Nya kelak datang dalam kemuliaan, demi keselamatan Jerman dan kedamaian dunia, [dan] akhirnya demi semua orang yang saya kasihi, yang masih hidup [di dunia ini] ataupun yang telah meninggal dunia, dan demi segala yang Allah berikan kepada saya: supaya tidak satu satupun dari mereka dibiarkan tersesat."
Pemindahan Stein ke Echt mendorongnya untuk lebih bertumbuh dalam kesalehan dan bahkan lebih taat akan Regula Karmel. Setelah jabatan mengajarnya dicabut melalui pemberlakuan Undang-Undang Pemulihan Layanan Sipil Profesional beberapa tahun silam, Stein dengan cepat beralih secara bertahap ke dalam peranan pengajar di biara di Echt, mengajar bahasa Latin dan filsafat kepada sesamanya biarawati dan para murid di dalam komunitasnya.[9]
Sejak sebelum pendudukan Nazi di Belanda, Stein telah meyakini bahwa ia tidak akan bertahan hidup melewati masa perang, dan bahkan ia menulis kepada priorin atau kepala biaranya agar diizinkan untuk "mempersembahkan dirinya kepada hati Yesus sebagai suatu kurban pendamaian bagi perdamaian sejati" dan membuat suatu wasiat. Para biarawati sesamanya kelak mengisahkan bagaimana Stein mulai "secara diam-diam melatih diri untuk hidup dalam kamp konsentrasi, dengan menanggung kedinginan dan kelaparan", setelah invasi Nazi ke Belanda pada bulan Mei 1940.[9]
Namun, dia tidak aman di Belanda karena Konferensi Uskup Belanda mengumumkan pernyataan yang dibacakan di seluruh gereja di negara tersebut pada 20 Juli 1942, yang mengutuk rasisme Nazi. Sebagai balasan, pada 26 Juli 1942, Adolf Hitler memerintahkan penangkapan orang Yahudi (yang sebelumnya telah diampuni) di sana. Edith dan adiknya, Rosa, ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi Auschwitz, di mana mereka mati di kamar gas pada 9 Agustus 1942.[4][10]
Peninggalan dan penghormatan
Sekarang ini ada sekolah sebagai penghormatan terhadap Edith Stein di Darmstadt, Jerman.[11]
Tulisan Edith Stein
- The Hidden Life (Hidup yang Tersembunyi)[12]
- Martin Heidegger's Existential Philosophy (Filosofi Eksistensial Martin Heidegger)[13]
- Spirituality of the Christian Woman (Spiritualitas Wanita Kristen)[14]
Lihat pula
Referensi
- ^ (Inggris) "Edith Stein" at EWTN.com.
- ^ (Inggris) https://www.icspublications.org/products/the-science-of-the-cross-the-collected-works-of-edith-stein-vol-6
- ^ (Inggris) "Patron Saints Index: Saint Teresia Benedicta of the Cross" Diarsipkan 2007-02-22 di Wayback Machine. Accessed 26 January 2007.
- ^ a b (Inggris) "Teresa Benedict of the Cross Edith Stein". Vatican News Service.
- ^ (Inggris) M. Sawicki (2013). Body, Text, and Science: The Literacy of Investigative Practices and the Phenomenology of Edith Stein. Springer Science & Business Media. hlm. 187. ISBN 9401139792.
- ^ (Inggris) Wilhelmsson, John Christopher, "The philosophical contributions of Edith Stein." (2007). Master's Theses. 4017. http://scholarworks.sjsu.edu/etd_theses/4017
- ^ (Inggris) 1Lebech, Mette. "Study Guide to Edith Stein's Philosophy of Psychology and the Humanities" (PDF). Faculty of Philosophy, NUIM, Maynooth.
- ^ (Inggris) Popham, Peter (February 21, 2003). "This Europe: Letters reveal Auschwitz victim's plea to Pope Pius XI". London: The Independent. Diakses tanggal 2003-02-21.
- ^ a b (Inggris) Mosley, J. (2006). The Ultimate Sacrifice. In Edith Stein: Modern Saint and Martyr (pp. 43-52). Mahwah, N.J.: HiddenSpring.
- ^ Scaperlanda, María Ruiz (2001). Edith Stein: St. Teresia Benedicta of the Cross. Huntington, Indiana: Our Sunday Visitor Press. hlm. 154.
- ^ "Edith-Stein-Schule". Ess-darmstadt.de. 2012-12-04. Diakses tanggal 2012-12-26.
- ^ http://www.karmel.at/ics/edith/stein.html Unsafe website per Norton Systemsworks
- ^ Stein, Edith; Lebech, Mette, Translator; McDonnell, Cyril, Issue Editor; Kelly, Thomas A. F. (2007). "Martin Heidegger's Existential Philosophy" (PDF). MAYNOOTH PHILOSOPHICAL PAPERS: An Anthology of Current Research from the Department of Philosophy, NUI Maynooth. from Stein, Edith (2006 ‘Anhang’). "Endliches und Ewiges Sein. Versuch eines Aufstiegs zum Sinn des Seins, Gesamtausgabe, bd. 11/12". Martin Heideggers Existentialphilosophie’. Freiburg: Herder. hlm. 445–500.
- ^ "Edith Stein". ewtn.com. from The Collected Works of Edith Stein, Volume Two, Essays on Woman, 1987, ICS Publications
Pranala luar
- (Inggris) Index of Saints
- (Inggris) Edith-Stein homepage of the Diocese of Speyer
- (Inggris) Institute of Philosophy Edith Stein
- (Italia) Associazione Italiana Edith Stein onlus
- (Inggris) Essays by Edith Stein at Quotidiana.org
- (Inggris) Edith Stein di Find a Grave
- (Inggris) Letter of St. Teresia Benedicta of the Cross to Pope Pius XI of 1933