Kota Pontianak

ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia

Kota Pontianak (Hanzi: 坤甸, Khek: Khuntîen) adalah ibukota provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis khatulistiwa. Di utara kota Pontianak, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis khatulistiwa. Selain itu, Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai itu diabadaikan dalam lambang Kota Pontianak. Kota ini memiliki luas wilayah 107,82 kilometer persegi.

Kota Pontianak
Daerah tingkat II
Tugu Khatulistiwa di Kota Pontianak
Tugu Khatulistiwa di Kota Pontianak
Lambang resmi Kota Pontianak
Kota Pontianak di Kalimantan
Kota Pontianak
Kota Pontianak
Peta
Kota Pontianak di Indonesia
Kota Pontianak
Kota Pontianak
Kota Pontianak (Indonesia)
Koordinat: 0°01′S 109°20′E / 0.02°S 109.34°E / -0.02; 109.34
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
Tanggal berdiri23 Oktober 1771
Dasar hukumUU Darurat No. 3 Tahun 1953
UU No. 27 Tahun 1959
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 6
  • Kelurahan: 29
Pemerintahan
 • BupatiH. Sutarmidji, S.H., M.Hum.
Luas
 • Total107,82 km2 (41,63 sq mi)
Populasi
 (2017)[1]
 • Total881,278
 • Kepadatan5.145/km2 (13,330/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 69.25%
Buddha 14.94%
Kristen Protestan 9.32%
Katolik 6.11%
Konghucu 0.23%
Hindu 0.14
Lain-lain
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
6171 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 561
Kode Kemendagri61.71 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023PNK
DAURp626.879.054.000.-
Situs webwww.pontianakkota.go.id

Etimologi

Nama Pontianak yang berasal dari bahasa Melayu yang beraini dipercaya ada kaitannya dengan kisah Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika dia menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan di mana meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting.[2]

Sejarah

Masa pendirian

Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami' (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur.[3]

Sejarah pendirian menurut V.J. Verth

Sejarah pendirian kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, V.J. Verth dalam bukunya Borneos Wester Afdeling, yang isinya sedikit berbeda dari versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat saat ini.

Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Batavia. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman, putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut sebagai Al Habib Husin), meninggalkan Kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Di wilayah Banjarmasin, ia menikah dengan adik sultan Banjar Sunan Nata Alam dan dilantik sebagai Pangeran. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup modal untuk mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya, kemudian ia mulai melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Dengan bantuan Sultan Pasir, Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat Bangka, juga kapal Inggris dan Perancis di Pelabuhan Pasir. Abdurrahman menjadi seorang kaya dan kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di Sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan Sungai Landak dan kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur. Wilayah inilah yang kini bernama Pontianak.

Kolonialisme Belanda dan Jepang

Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan dipimpin oleh Willem Ardinpola. Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal.[3]

Pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asisten Residen Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak.[3]

Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati Pontianak) mendirikan Plaatselijk Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk Fonds kemudian berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepang di Pontianak.[3]

Masa Stadsgemeente

Berdasarkan besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus 1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan menetapkan status Pontianak sebagai stadsgemeente. R. Soepardan ditunjuk menjadi syahkota atau pemimpin kota saat itu. Jabatan Soepardan berakhir pada awal tahun 1948 dan kemudian digantikan oleh Ads. Hidayat.[3]

Kemudian, pusat PPD ini dipindahkan ke Pontianak yang awalnya berasal dari Sanggau pada 1 November 1945[4] dan menjadi suatu wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Masa pemerintahan kota

Pembentukan stadsgerneente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak diubah dan digantikan dengan Undang-undang Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No. 40/1949/KP. Dalam undang-undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak dan membentuk Pemerintah kota Pontianak, sedangkan perwakilan rakyat disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak. Walikota pertama ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Pontianak adalah Rohana Muthalib. Ia adalah seorang wanita pertama yang menjadi walikota Pontianak.[3]

Masa kota praja

Sesuai dengan perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953, bentuk Pemerintahan Landschap Gemeente, ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pada masa ini urusan pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan Pemerintahan Daerah.[3]

Masa kotamadya dan kota

Pemerintah Kota Praja Pontianak diubah dengan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No.6 Tahun 1959 dan Penetapan Presiden No.5 Tahun 1960, Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 1964 dan Undang-undang No. 18 Tahun 1965, maka berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR Kota Praja Pontianak No. 021/KPTS/DPRD-GR/65 tanggal 31 Desember 1965, nama Kota Praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya Pontianak, kemudian dengan Undang-undang No.5 Tahun 1974, nama Kotamadya Pontianak berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak.[3]

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah mengubah sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan Pemerintah Kota Pontianak, sebutan Kotamadya Potianak diubah kemudian menjadi Kota Pontianak.[3]

Geografi dan Administrasi

Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian berkisar antara 0,1 sampai 1,5 meter di atas permukaan laut. Kota dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Landak. Dengan demikian Kota Pontianak terbagi atas tiga belahan.

Zona Waktu

Pada tahun 1963 berdasarkan Keppres No. 243 Tahun 1963, Kota Pontianak dimasukkan ke zona Waktu Indonesia Tengah (WITA)

Pada tanggal 1 Januari 1988 berdasarkan Keppres RI No. 41 Tahun 1987. Bersama-sama dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat yang sebelumnya masuk zona Waktu Indonesia Tengah (WITA) beralih menjadi zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Sehingga pada tahun 1988 Kota Pontianak merayakan tahun baru sebanyak dua kali yaitu pada pukul 00.00 WITA (23.00 WIB) dan 00.00 WIB.

Iklim dan Topografi

Struktur tanah kota Pontianak berupa lapisan tanah gambut bekas endapan lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu tinggi (28-32 °C dan siang hari 30 °C).

Rata–rata kelembaban nisbi dalam daerah Kota Pontianak maksimum 99,58% dan minimum 53% dengan rata–rata penyinaran matahari minimum 53% dan maksimum 73%.[5]

Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3.000–4.000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari.[5]

Data iklim Pontianak
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 32.4
(90.3)
32.7
(90.9)
32.9
(91.2)
33.2
(91.8)
33.0
(91.4)
33.2
(91.8)
32.9
(91.2)
33.4
(92.1)
32.6
(90.7)
32.6
(90.7)
32.2
(90)
32.0
(89.6)
32.7
(90.9)
Rata-rata harian °C (°F) 27.6
(81.7)
27.7
(81.9)
28.0
(82.4)
28.2
(82.8)
28.2
(82.8)
28.2
(82.8)
27.7
(81.9)
27.9
(82.2)
27.6
(81.7)
27.7
(81.9)
27.4
(81.3)
27.2
(81)
27.7
(81.9)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.7
(72.9)
22.6
(72.7)
23.0
(73.4)
23.2
(73.8)
23.4
(74.1)
23.1
(73.6)
22.5
(72.5)
22.3
(72.1)
22.6
(72.7)
22.8
(73)
22.6
(72.7)
22.4
(72.3)
22.7
(72.9)
Presipitasi mm (inci) 260
(10.24)
215
(8.46)
254
(10)
292
(11.5)
256
(10.08)
212
(8.35)
201
(7.91)
180
(7.09)
295
(11.61)
329
(12.95)
400
(15.75)
302
(11.89)
3.196
(125,83)
Rata-rata hari hujan atau bersalju (≥ 0.1 mm) 15 13 21 22 20 18 16 25 14 27 25 22 238
Sumber: World Meteorological Organization (UN)[6]

Batas-batas Administrasi

Utara Siantan, Mempawah
Timur Sungai Ambawang, Kubu Raya
Selatan Sungai Raya, Kubu Raya dan Siantan, Mempawah
Barat Sungai Kakap, Kubu Raya

Pembagian Administratif

 
Pembagian administratif Kota Pontianak

Secara administratif, wilayah Kota Pontianak dibagi menjadi 6 kecamatan dan 29 kelurahan.

Pemerintahan

Kota Pontianak dipimpin oleh seorang wali kota. Saat ini Wali kota Pontianak dijabat oleh H. Sutarmidji, S.H., M.Hum. dengan Ir. H. Edi Rusdi Kamtono, M.M., M.T. sebagai wakilnya. Keduanya dilantik pada 23 Desember 2013 setelah, dengan dukungan lima partai politik (PDI-P, PKS, PPP, PAN, dan PKPB), memenangkan 52,7% suara pada Pemilukada 2013 lalu, mengalahkan lima pasangan kandidat lainnya.[7]

Perwakilan

 
Gedung DPRD Kota Pontianak

DPRD Kota Pontianak terdiri atas 45 anggota. Berdasarkan Pemilihan Umum 2014, DPRD Kota Pontianak terdiri dari 45 anggota yang enam di antaranya merupakan perempuan. Ke-45 anggota itu berasal dari sebelas partai yang tergabung ke dalam sembilan fraksi. Saat ini, DPRD Kota Pontianak diketuai oleh Satarudin yang berasal dari PDI Perjuangan.[8][9]

DPRD Kota Pontianak 2014-2019[8]
Fraksi Partai Kursi
Fraksi PDI-P Berkas:PDIPLogo.png PDI Perjuangan 6
Fraksi NasDem   Partai NasDem 6
Fraksi Golkar Berkas:Logo GOLKAR.jpg Partai Golkar 5
Fraksi PAN   PAN 5
Fraksi PKB   PKB 5
Fraksi Gerindra   Partai Gerindra 4
Fraksi PPP Berkas:PPP.gif PPP 4
Fraksi Kebangkitan Hati Nurani   Partai Hanura 3
  PBB 2
Fraksi Demokrat Perubahan Berkas:DEMOKRAT.gif Partai Demokrat 3
  PKPI 2
Jumlah 45

Kependudukan

Demografi

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, penduduk Kota Pontianak berjumlah 554.764 jiwa, terdiri dari 277.971 (50,1%) laki-laki dan 276.793 (49,9%) perempuan.[10]

Suku bangsa

Penduduk kota Pontianak didominasi etnis Melayu dan Tionghoa. Selain itu terdapat pula etnis Dayak, Jawa, Bugis, Madura, Arab, Sunda, Banjar, Batak, Minangkabau dan lain-lain. Suku bangsa penduduk Kota Pontianak terdiri dari Tionghoa (31,2%), Melayu (26,1%), Bugis (13,1%), Jawa (11,7%), Madura (6,4%), Dayak, dan lainnya.[11]

Agama

Sebagian besar penduduk beragama Islam (75,4%), sisanya memeluk agama Buddha (12%), Katolik (6,1%), Protestan (5%), Konghucu (1,3%), Hindu (0,1%), dan lainnya (0,1%).[1]

Ekonomi

 
Tanaman lidah buaya yang kini gencar diproduksi di Kota Pontianak
 
Matahari Mal, mal pertama di Kota Pontianak

Sebagian besar perekonomian kota Pontianak bertumpu pada industri, pertanian, dan perdagangan.

Perindustrian

Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kota Pontianak yang telah terdata selama tahun 2005 adalah 34 perusahaan. Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan industri tersebut berjumlah 3.300 orang yang terdiri dari pekerja produksi 2.700 orang dan pekerja lainnya atau administrasi 600 orang. Perusahaan industri besar atau sedang yang terletak di Kecamatan Pontianak Utara menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu 2.952 orang.

Nilai keluaran yang dihasilkan dari perusahaan industri besar atau sedang adalah sebesar 1,51 triliun rupiah, di mana perusahaan industri besar atau sedang yang berada di Kecamatan Pontianak Utara yang didominasi oleh perusahaan industri karet, sedangkan nilai keluaran yang terkecil berasal dari perusahaan yang terdapat di Kecamatan Pontianak Kota, senilai 2,85 miliar Rupiah.

Untuk Nilai Tambah Bruto (NTB) yang diperoleh dari seluruh perusahaan industri besar /sedang di Kota Pontianak selama tahun 2005 adalah sebesar 217,57 miliar Rupiah dan pajak tak langsung yang diperoleh adalah sebesar 462,78 juta Rupiah, sedangkan NTB atas Biaya Faktor yang diperoleh adalah sebesar 217,10 miliar Rupiah.

Jumlah unit usaha industri, tenaga kerja, besarnya nilai investasi dan nilai penjualan dari sentra industri kecil jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) terlihat bahwa sentra industri kecil jenis IHPK terbanyak adalah usaha industri makanan ringan yang terpusat di Kelurahan Sungai Bangkong dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak 329 orang, nilai investasinya mencapai 249,50 juta rupiah dan nilai penjualannya sebesar 780,50 juta rupiah. Sedangkan industri anyaman keladi air pada tahun 2005 ini hanya memiliki 16 unit usaha dengan nilai investasi 17,5 juta Rupiah dan nilai penjualan 110 juta Rupiah yang terletak di Tanjung Hulu, Pontianak Timur.

Pertanian

Pada tahun 2006, jenis tanaman pangan yang hasilnya paling besar adalah ubi kayu, padi, ubi rambat. Penduduk juga bertani sayuran dan lidah buaya. Tanaman buah-buahan yang banyak ada di Kota Pontianak adalah nangka, pisang, serta nanas.

Perternakan di kota Pontianak terdiri dari sapi (potong dan perah), kambing, babi, dan ayam (ras dan buras).

Perdagangan

Perdagangan merupakan salah satu usaha yang berkembang pesat di Kota Pontianak. Perdagangan modern mulai berkembang pada tahun 2001 dengan berdirinya Mal Matahari Pontianak di Pontianak Kota. Pusat perbelanjaan modern mulai dibangun di berbagai sudut kota, seperti Mal Pontianak dan Ayani Mega Mall Pontianak (Pontianak Selatan). Berbagai perusahaan retail nasional mulai mendirikan usahanya di Pontianak.

Pendidikan

Sekolah dasar

Sekolah menengah pertama

Sekolah menengah atas

Perguruan tinggi

Pariwisata

 
Waterfront Kota Pontianak
 
Aksi Naga dan Barongsai saat Imlek di Kota Pontianak

Pariwisata Kota Pontianak didukung oleh keanekaragaman budaya penduduk Pontianak, yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Suku Dayak memiliki pesta syukur atas kelimpahan panen yang disebut Gawai dan masyarakat Tionghoa memiliki kegiatan pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh, dan perayaan sembahyang kubur (Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif turis.

Kota Pontianak juga dilintasi oleh garis khatulistiwa yang ditandai dengan Tugu Khatulistiwa di Pontianak Utara. Selain itu kota Pontianak juga memiliki visi menjadikan Pontianak sebagai kota dengan pariwisata sungai.

Kuliner

Pontianak juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Keanekaragaman makanan menjadikan Pontianak sebagai surga kuliner. Makanan yang terkenal antara lain:

Infrastruktur

Transportasi Darat

Sistem transportasi darat Kota Pontianak dilayani oleh minibus angkutan kota yang biasa disebut oplet, taksi, dan beberapa rute dilayani oleh bus kota. Sebagian besar rute dalam kota dilayani oleh oplet yang menghubungkan beberapa terminal. Untuk keberangkatan jalan darat ke luar kota dilayani di Terminal Batulayang.

Melalui jalan darat pula dilayani bus antar negara, yakni ke Kuching dan ke Brunei. Bus ini disediakan oleh berbagai penyedia layanan, termasuk DAMRI. Transportasi darat ke Malaysia menjadi mungkin melalui Jalan Lintas Kalimantan. Layanan imigrasi Indonesia-Malaysia dilaksanakan di Entikong, Kabupaten Sanggau.

Transportasi Udara

Transportasi udara dari Kota Pontianak menggunakan Bandar Udara Supadio yang terletak di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Bandara ini menghubungkan Pontianak dengan beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Batam, Medan, Ranai, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Palangka Raya dan Balikpapan. Selain itu bandara ini juga mempunyai penerbangan internasional langsung ke Kuching, dan Kuala Lumpur. Dari Pontianak juga dapat dilayani penerbangan perintis ke kota kabupaten di Kalimantan Barat seperti Ketapang, Sintang dan Putussibau.

Transportasi Air

Pelabuhan Pontianak melayani kapal barang maupun penumpang. Beberapa rute kapal penumpang yang tersedia ː Pontianak-Semarang (KM Leuser), Pontianak-Surabaya (KM Bukit Raya), Pontianak-Serasan (KM Bukit Raya)

Layanan Publik

Rumah Sakit

Berikut rumah sakit yang ada di Kota Pontianakː[12]

  • RSUD Sultan Syarif Muhammad Alkadrie
  • RSUD Dr. Sudarso
  • RS St. Antonius
  • RSI Yarsi Pontianak
  • RS Pro Medika
  • RS Bhayangkara Pontianak
  • RS Jiwa Daerah Sungai Bangkong
  • RSIA Anugerah Bunda Khatulistiwa
  • RS Bersalin Jeumpa
  • RS Bersalin Nabasa
  • RS Universitas Tanjungpura
  • RS Kharitas Bhakti
  • Rs Mitra Medika

Hotel

Kota Pontianak memiliki sejumlah penginapan dari hotel bintang 4 hingga hotel melati.

Kepolisian

Berikut markas kepolisian di Kota Pontianakː

  • Kepolisian Resort Kota Pontianak
  • Kepolisian Sektor Pontianak Kota
  • Kepolisian Sektor Pontianak Barat

̈Kepolisian Sektor Pontianak Selatan

  • Kepolisian Sektor Pontianak Utara
  • Kepolisian Sektor Pontianak Timur

Pemadam Kebakaran

Wali kota Pontianak mengklaim bahwa kota ini memiliki pemadam kebakaran terbanyak di Indonesia.[13]. Berikut beberapa yayasan pemadam kebakaran yang ada di kota Pontianakː

  • Dinas Kebakaran Kota
  • Bintang Timur
  • Budi Pekerti
  • BPAS
  • UPKGR
  • PMK Panca Bhakti
  • PMK Bhakti Raya
  • PMK Sungai Raya
  • PMK Mitra Jawi
  • PMK Merdeka
  • PNMK Mitra Bhakti
  • YPK Khatulistiwa

Budaya

Bahasa

Hampir seluruh penduduk Kota Pontianak memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Namun bahasa ibu masing-masing juga umum digunakan, antara lain Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Tiociu, Bahasa Khek, Bahasa Dayak yang terdiri dari Dayak Kanayatn, Dayak Bukit, Dayak Salako, Dayak Kantu, Dayak Iban, Dayak jangkang

Referensi

Pranala luar