Stasiun Gundih

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Gundih (GD) merupakan stasiun kereta api kelas III yang terletak di Geyer, Geyer, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +54 m ini merupakan stasiun kereta api aktif yang letaknya paling selatan di Daerah Operasi IV Semarang. Stasiun ini merupakan stasiun percabangan antara jalur yang menuju Semarang, Gambringan, dan Solo. Kedua rel bertemu di sebelah selatan stasiun.

Stasiun Gundih

Tampak depan Stasiun Gundih, 2019
Lokasi
Koordinat7°13′0″S 110°53′44″E / 7.21667°S 110.89556°E / -7.21667; 110.89556
Ketinggian+54 m
Operator
Letak
Jumlah peron4 (satu peron sisi dan satu peron pulau yang sama-sama rendah di masing-masing sisi emplasemen)
Jumlah jalur7
  • Emplasemen timur: 3 (jalur 2: sepur lurus)
  • Emplasemen barat: 4 (jalur 2: sepur lurus)
LayananMantab Premium, Brantas (arah Blitar), Matarmaja Tambahan (arah Jakarta), dan Kalijaga
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Gaya arsitekturIndische Empire NIS
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiIII[2]
Sejarah
Dibuka1 Mei 1869
Perusahaan awalNederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya   Layanan lokal/komuter   Stasiun berikutnya
Templat:Layanan lokal KAI lines
Solo Balapan–Semarang Poncol, p.p.
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Toilet Area merokok 
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

 
Stasiun Gundih pada tahun 1910-an. Tampak serangkaian kereta api sedang melintas.

Stasiun ini dahulu dibuka sebagai bagian dari pembangunan segmen Kedungjati–Gundih sebagai kelanjutan dari jalur kereta api Samarang–Tangoeng (NIS) yang telah dahulu dibuka pada tanggal 10 Agustus 1867. Dalam kurun waktu dua tahun setelah suksesnya jalur tersebut, kebetulan konstruksi juga dilakukan di segmen Kedungjati–Gundih–Solo Balapan. Pada segmen Kedungjati–Gundih, jalurnya memiliki satu jembatan sepanjang 50 hasta di atas Sungai Tuntang dan melewati pedesaan, hutan jati, dan sawah di daerah Telawa. Hingga awal tahun 1869, biaya yang dikeluarkan untuk membangun lintas ini sebesar 296.785 gulden, sehingga pada awal tahun tersebut NIS juga akan membangun jalur baru menuju Bringin dan selanjutnya diperpanjang menuju Ambarawa. Bahkan dalam rencana yang dibuat oleh NIS, jalur kereta api Kedungjati–Gundih–Solo Balapan akan segera dilaksanakan berturut-turut 1 Mei dan 1 September 1869. Pada tanggal 21 Mei 1873, jalur Samarang–Vorstenlanden telah selesai dibangun.[3][4][5]

Pada awal dekade 1900-an, konstruksi jalur baru Gundih–Gambringan–Bojonegoro–Surabaya Pasarturi mulai dikerjakan. Untuk segmen Gundih–Gambringan–Kradenan dibuka pada tanggal 15 Oktober 1900, sedangkan pembukaan utuh jalur tersebut dilakukan pada tanggal 1 Februari 1903.[6] Pembukaan jalur baru ini mengharuskan sepur sempit 1.067 mm. Stasiun ini tergolong besar di wilayah Grobogan selatan, memiliki dipo lokomotif dan gudang.

Maka sejak saat itulah stasiun ini adalah stasiun terminus dimulainya jalur dengan lebar sepur ganda, yaitu lebar sepur 1.435 mm ditambah sebuah rel lagi di dalamnya sehingga kereta dengan lebar sepur 1.067 mm bisa melewati jalur itu. Hal ini harus dilakukan supaya perjalanan kereta dari dua arah tidak terhambat karena pada saat itu rel dari arah Gambringan hanya menggunakan lebar sepur 1.067 mm, sementara dari arah Brumbung 1.435 mm. Jalur tiga batang rel ini terbentang sampai ke Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta sebelum dibongkar oleh pekerja romusha Jepang pada tahun 1942.[7][8]

Bangunan dan tata letak

 
Dipo lokomotif Gundih dan jembatan arah Gambringan di sebelah kanan

Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api di emplasemen sebelah timur dengan jalur 2 sebagai sepur lurus dari dan ke arah Gambringan-Surabaya serta empat jalur kereta api di emplasemen sebelah barat dengan jalur 2 sebagai sepur lurus arah Semarang dan Solo.

Stasiun ini berarsitektur Indische Empire. Secara keseluruhan kondisinya terawat baik, terutama di bagian muka. Ruangan inti stasiun masih asli, bahkan jam besar yang dipasang bersamaan dengan pembangunan stasiun berfungsi sempurna, demikian pula perangkat persinyalan mekanik jenis Alkmaar peninggalan kolonial juga masih tersimpan dan terawat hingga saat ini. Sejak sekitar tahun 2009-2010, stasiun ini telah menggunakan sistem persinyalan elektrik buatan PT Len Industri, menggantikan sistem persinyalan mekanik tersebut.[9]

Saat ini hanya peron barat yang masih dilalui kereta api menuju Brumbung-Semarang, sedangkan peron timur menuju Gambringan sudah jarang sekali dilalui kereta api sejak dinonaktifkannya kereta api ketel Rewulu–Cepu pada awal tahun 2010.[10][11] Jalur ini sekarang hanya digunakan jika jalur lintas Gundih–Brumbung ataupun Gambringan–Brumbung mengalami gangguan yang menyebabkan kereta api tidak bisa melintas.

Layanan kereta api

Penumpang

Kelas ekonomi AC premium

Mantab Premium, tujuan Jakarta via Semarang dan tujuan Madiun via Solo

Kelas ekonomi AC

Lokal ekonomi AC

Kalijaga, tujuan Semarang via Brumbung dan tujuan Solo

Persilangan dan persusulan

Jadwal kereta api

Berikut ini adalah jadwal kereta api penumpang yang berhenti di Stasiun Gundih per 1 April 2017 (berdasarkan Gapeka 2017).

  • KA Reguler
No. KA KA Tujuan Kelas Tiba Berangkat
176 Brantas Blitar (BL) Ekonomi AC 01.50 02.00
409 Kalijaga Semarang Poncol (SMC) Lokal Ekonomi AC 06.08 06.12
410 Solo Balapan (SLO) 10.53 10.57
  • KA Tambahan (beroperasi pada masa lebaran, natal-tahun baru, ataupun terkadang di akhir pekan tertentu)
No. PLB/KLB KA Tujuan Kelas Tiba Berangkat
7033 Matarmaja Tambahan Jakarta Pasar Senen (PSE) Ekonomi AC 02.19 02.36
10084 Mantab Premium Madiun (MN) Ekonomi AC Premium 07.08 07.10
10073 Jakarta Pasar Senen (PSE) 22.35 22.51

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Schetskaart van de spoorweg Samarang-Vorstenlanden door de Raad van Beheer der Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij aan de Heeren leden van de Staten-Generaal aangeboden. 1869. 
  4. ^ Banck, J.E. (1869). Geschiedenis van het Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. M.J. Fisser. 
  5. ^ Perquin, B.L.M.C. (1921). Nederlandsch Indische staatsspooren tramwegen. Bureau Industria. 
  6. ^ Archiv Für Eisenbahnwesen. 58. 1935. 
  7. ^ Bruin, Jan de (2003). Het Indische Spoor in Oorlogstijd. Uquilair B.V. 
  8. ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980. 
  9. ^ PT Len Industri (Persero) (2009). "Sistem Persinyalan Len". 
  10. ^ "Pertamina Kurangi Pengiriman, PT Kereta Nelangsa". Tempo. 2010-02-02. Diakses tanggal 2018-07-18. 
  11. ^ Mediatama, Grahanusa (2010-07-11). "PTKA Tetap Negosiasi Pengiriman BBM Via Kereta Api Ketel". kontan.co.id. Diakses tanggal 2018-07-18. 
Stasiun sebelumnya     Lintas Kereta Api Indonesia   Stasiun berikutnya
Templat:KAI lines
  BBG–GD  · GD-GBN  
Terminus Templat:KAI lines
Templat:KAI linesTerminus

7°13′08″S 110°54′00″E / 7.218755°S 110.899937°E / -7.218755; 110.899937{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman