Sumatera Utara

provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia
Revisi sejak 13 Juli 2019 04.41 oleh Argo Carpathians (bicara | kontrib) (←Suntingan BodatSibagot (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh 源あきら)

Sumatra Utara (disingkat Sumut) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Sumatra. Provinsi ini beribu kota di Medan.

Sumatra Utara
سوماترا اوتارا
ᯘᯮᯔᯖ᯲ᯒ ᯀᯮᯖᯒ
Istana Maimun
Istana Maimun
Motto: 
Tekun Berkarya, Hidup Sejahtera, Mulia Berbudaya
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU 10/1948, UU 24/1956
Tanggal15 April 1948
Ibu kotaMedan
Kota besar lainnyaKota Binjai, Pematang Siantar, Gunung Sitoli, Padangsidimpuan, Tanjung Balai, Sibolga, dan Kota Tebing Tinggi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 25
  • Kota: 8
  • Kecamatan: 440
Pemerintahan
 • GubernurEdy Rahmayadi
 • Wakil GubernurMusa Rajekshah
 • Sekretaris DaerahR. Sabrina
 • Ketua DPRDWagirin Arman
Luas
 • Total72,981,23 km2 (28,178,21 sq mi)
Populasi
 • Total13,937,797 (Sensus 2.015)
 • Peringkat4
Demografi
 • AgamaIslam 63.91%
Kristen Protestan 27.86%
Katolik 5.41%
Buddha 2.43%
Hindu 0.35%
Konghucu 0.02%
Parmalim 0.01%
Lain-lain 0.01% [1]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Melayu, Batak (utama)
Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, Mandailing, Nias, Minangkabau, Aceh, Inggris, Tionghoa, Arab, Tamil
Kode Kemendagri12 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS12 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp8.679.942.294.100,- [2] (2015)
Situs webwww.sumutprov.go.id

Sejarah

Pada zaman pemerintahan Belanda, Sumatra Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement van Sumatra dengan wilayah meliputi seluruh pulau Sumatra, dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di kota Medan.

Setelah kemerdekaan, dalam sidang pertama Komite Nasional Daerah (KND), Provinsi Sumatra kemudian dibagi menjadi tiga sub provinsi yaitu: Sumatra Utara, Sumatra Tengah, dan Sumatra Selatan. Provinsi Sumatra Utara sendiri merupakan penggabungan dari tiga daerah administratif yang disebut keresidenan yaitu: Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatra Timur, dan Keresidenan Tapanuli.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia (R.I.) No. 10 Tahun 1948 pada tanggal 15 April 1948, ditetapkan bahwa Sumatra dibagi menjadi tiga provinsi yang masing-masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yaitu: Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sumatra Tengah, dan Provinsi Sumatra Selatan. Tanggal 15 April 1948 selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sumatra Utara.

Pada awal tahun 1949, dilakukan kembali reorganisasi pemerintahan di Sumatra. Dengan Keputusan Pemerintah Darurat R.I. Nomor 22/Pem/PDRI pada tanggal 17 Mei 1949, jabatan Gubernur Sumatra Utara ditiadakan. Selanjutnya dengan Ketetapan Pemerintah Darurat R.I. pada tanggal 17 Desember 1949, dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/Sumatra Timur. Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 1950 pada tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan tersebut dicabut dan dibentuk kembali Provinsi Sumatra Utara.

Dengan Undang-Undang R.I. No. 24 Tahun 1956 yang diundangkan pada tanggal 7 Desember 1956, dibentuk Daerah Otonom Provinsi Aceh, sehingga wilayah Provinsi Sumatra Utara sebahagian menjadi wilayah Provinsi Aceh.[3]

Geografi

Provinsi Sumatra Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatra Utara 72.981,23 km².

Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:

Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau.

Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.

Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.[4]

Batas wilayah

Utara Provinsi Aceh dan Selat Malaka
Timur Selat Malaka
Selatan Provinsi Riau, Provinsi Sumatra Barat, dan Samudera Indonesia
Barat Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia

Terdapat 419 pulau di propisi Sumatra Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatra (Malaka).

Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.

Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias. Pulau-pulau lain di Sumatra Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.

Di Sumatra Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatra Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.

Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.

Iklim

Daerah ini beriklim tropis. Pada bulan Mei hingga September, curah hujan ringan. Sedangkan Oktober hingga April, curah hujan relatif lebat akibat intensitas udara yang lembap.

Politik dan pemerintahan

Daftar kabupaten/kota di Sumatra Utara

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[5] Jumlah penduduk (2022) Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Asahan Kisaran Surya 3.737,83 791.174 25 27/177
 
 
2 Kabupaten Batu Bara Limapuluh Heri Wahyudi Marpaung (Pj.) 888,14 443.816 12 10/141
 
 
3 Kabupaten Dairi Sidikalang Surung Charles Lamhot Bantjin (Pj.) 2.083,60 319.583 15 8/161
 
 
4 Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam Wiriya Alrahman (Pj.) 2.581,23 1.991.108 22 14/380
 
 
5 Kabupaten Humbang Hasundutan Dolok Sanggul Dosmar Banjarnahor 2.351,51 204.377 10 1/153
 
 
6 Kabupaten Karo Kabanjahe Cory Sriwaty Sebayang 2.206,88 410.465 17 10/259
 
 
7 Kabupaten Labuhanbatu Rantau Prapat Ellya Rosa Siregar (Plt.) 2.772,38 505.875 9 23/75
 
 
8 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kota Pinang Edimin 3.079,61 325.451 5 2/52
 
 
9 Kabupaten Labuhanbatu Utara Aek Kanopan Hendri Yanto Sitorus 3.686,01 396.555 8 8/82
 
 
10 Kabupaten Langkat Stabat Faisal Hasrimy (Pj.) 6.140,04 1.084.108 23 37/240
 
 
11 Kabupaten Mandailing Natal Panyabungan Jafar Sukhairi Nasution 6.547,26 491.005 23 27/377
 
 
12 Kabupaten Nias Gido Ya'atulo Gulö 902,40 145.644 10 -/170
 
 
13 Kabupaten Nias Barat Lahomi Khenoki Waruwu 464,22 96.938 8 -/105
 
 
14 Kabupaten Nias Selatan Teluk Dalam Hilarius Duha 2.531,70 367.970 35 2/459
 
 
15 Kabupaten Nias Utara Lotu Amizaro Waruwu 1.238,06 152.378 11 1/112
 
 
16 Kabupaten Padang Lawas Sibuhuan Ardan Noor (Pj.) 3.914,41 264.041 12 1/303
 
 
17 Kabupaten Padang Lawas Utara Gunung Tua Patuan Rahmat Syukur Parlaungan Hasibuan (Pj.) 3.945,56 270.595 9 2/386
 
 
18 Kabupaten Pakpak Bharat Salak Franc Bernhard Tumanggor 1.365,61 55.550 8 -/52
 
 
19 Kabupaten Samosir Pangururan Vandiko Gultom 1.850,04 142.318 9 6/128
 
 
20 Kabupaten Serdang Bedagai Sei Rampah Darma Wijaya 1.949,18 669.746 17 6/237
 
 
21 Kabupaten Simalungun Raya Radiapoh Hasiholan Sinaga 4.601,48 1.039.056 32 27/386
 
 
22 Kabupaten Tapanuli Selatan Sipirok Dolly Putra Parlindungan Pasaribu 4.201,04 315.713 14 37/211
 
 
23 Kabupaten Tapanuli Tengah Pandan Sugeng Riyanta (Pj.) 2.307,68 366.361 20 56/159
 
 
24 Kabupaten Tapanuli Utara Tarutung Dimposma Sihombing (Pj.) 3.895,60 321.514 15 11/241
 
 
25 Kabupaten Toba Balige Poltak Sitorus 2.291,62 213.924 16 13/231
 
 
26 Kota Binjai - Amir Hamzah 93,77 300.499 5 37/-
 
 
27 Kota Gunungsitoli - Sowa'a Laoli 208,68 137.249 6 3/98
 
 
28 Kota Medan - Bobby Nasution 279,29 2.527.050 21 151/-
 
 
29 Kota Padangsidimpuan - Timur Tumanggor (Pj.) 159,30 228.744 6 37/42
 
 
30 Kota Pematangsiantar - Susanti Dewayani 75,92 274.278 8 53/-
 
 
31 Kota Sibolga - Jamaluddin Pohan 11,47 95.527 4 17/-
 
 
32 Kota Tanjungbalai - Waris Thalib 60,07 179.589 6 31/-
 
 
33 Kota Tebing Tinggi - Moettaqien Hasrimi (Pj.) 39,17 177.029 5 35/-
 
 


Daftar gubernur

Daftar gubernur Sumatra Utara

Pusat pemerintahan Sumatra Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatra Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatra Utara dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatra Timur, Tapanuli, dan Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh.

Sumatra Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.

Pemekaran daerah

Dengan dimekarkannya kembali Kabupaten Tapanuli Selatan, maka provinsi ini memiliki kabupaten baru, yaitu Kabupaten Padang Lawas yang beribu kota di Sibuhuan dengan dasar hukum UURI No. 38/2007 dan Kabupaten Padang Lawas Utara yang beribu kota di Gunung Tua dengan dasar hukum UURI No. 37/2007.[6][7]

Pulau Nias diwacanakan akan dimekarkan kembali, yaitu dengan membentuk Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli[8]

Anggota DPR-RI dari Provinsi Sumatra Utara

  • Prananda Surya Paloh (NasDem)
  • Sahat Silaban (NasDem)
  • Ali Umri (NasDem)
  • Tifatul Sembiring (PKS)
  • Iskan Qolba Lubis (PKS)
  • Ansyori Siregar (PKS)
  • Irmadi Lubis (PDIP)
  • Sofyan Tan (PDIP)
  • Trimedya Pandjaitan (PDIP)
  • Junimart Girsang (PDIP)
  • Meutya Hafid (Golkar)
  • Rambe Kamarul Zaman (Golkar)
  • Anthon Sihombing (Golkar)
  • Delia Pratiwi Sitepu (Golkar)
  • Muhammad Syafi’i (Gerindra)
  • Gus Irawan Pasaribu (Gerindra)
  • Suasana Dachi (Gerindra)
  • Martin Hutabarat (Gerindra)
  • Ruhut Sitompul (Demokrat)
  • Rooslynda Marpaung (Demokrat)
  • Rudi Hartono Bangun (Demokrat)
  • Mulfachri Harahap (PAN)
  • Saleh Partaonan Daulay (PAN)
  • Nasril Bahar (PAN)
  • Hasrul Azwar (PPP)
  • Fadly Nurzal (PPP)
  • Nurdin Tampubolon (Hanura)
  • Rufinus Hotmaulana Hutauruk (Hanura)
  • Samsudin Siregar (Hanura)
  • Marwan Dasopang (PKB)

Perwakilan

DPRD Sumatra Utara hasil Pemilu Legislatif 2014 tersusun dari 9 partai, dengan perincian sebagai berikut:

DPRD Sumatra Utara
2014-2019
Partai Kursi
Lambang Partai Golkar Partai Golkar 17
Lambang PDI-P PDI-P 16
Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 14
  Partai Gerindra 13
  Partai Hanura 10
  PKS 9
  PAN 6
  Partai NasDem 5
Lambang PPP PPP 4
  PKB 3
  PKPI 3
Total 100

Penduduk

Sumatra Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatra Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatra Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatra Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km². Dengan Laju Pertumbuhan Penduduk dari tahun 2000-2010 sebesar 1,10 persen. Sensus penduduk tahun 2015, penduduk Sumatra Utara bertambah menjadi 13.937.797 jiwa, dengan kepadatan penduduk 191 jiwa/km².

Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatra Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.

Sosial kemasyarakatan

 
Perangko Republik Indonesia (2010).

Suku bangsa

Sumatra Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, Siladang[9], Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatra Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatra Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Ada juga etnis India (terutama Tamil) dan Arab yang beradu nasib di Sumatra Utara.

Berdasarkan Sensus tahun 2010, mayoritas penduduk Sumatra Utara adalah Batak, sudah termasuk semua sub suku Batak. Kemudian Jawa, Nias, Melayu, Tionghoa, Minang, Aceh, Banjar, India, dan lain-lain.

Suku di Sumatra Utara
Suku Persen
Batak
  
41,93%
Jawa
  
32,62%
Nias
  
6,36%
Melayu
  
5,92%
Tionghoa
  
3,07%
Minang
  
2,66%
Suku Aceh
  
1,03%
Banjar
  
0,97%
Banten
  
0,36%
Sunda
  
0,27%
Papua
  
0,09%
Asal Luar Negeri
  
0,23%
Lain-lain
  
4,49%

Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut:

  1. Suku Melayu: Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Batubara, Labuhanbatu dan Langkat
  2. Suku Batak Karo: Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat (bagian hulu)
  3. Suku Batak Toba: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir
  4. Suku Batak Mandailing/Angkola: Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Padang Lawas
  5. Suku Pesisir: Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga
  6. Suku Batak Simalungun: Kabupaten Simalungun, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batubara
  7. Suku Batak Pakpak: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
  8. Suku Nias: Pulau Nias
  9. Suku Minangkabau: Kota Medan, Kabupaten Asahan, Pesisir Barat
  10. Suku Aceh: Kota Medan
  11. Suku Jawa: Pesisir Timur
  12. Suku Tionghoa: Perkotaan Pesisir Timur & Barat.
  13. Suku Arab: Kota Medan
  14. Suku India: Kota Medan, Kota Binjai, Kota Sibolga, Kota Pematangsiantar, dan Kota Tanjungbalai
  15. Suku Siladang: Bukit Torsihite, Mandailing Natal.

Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Bahasa Melayu Asahan memiliki ciri khas yaitu pengucapan huruf R yang berbeda daripada Bahasa Melayu Deli contoh kata "cari" dibaca "caghi" dan kereta dibaca "kegheto". Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.

Di Medan, orang Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Orang India menuturkan bahasa Tamil dan bahasa Punjab disamping bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Suku Simalungun dan Mandailing juga menuturkan bahasa yang mirip dengan bahasa Batak Toba namun dengan ragam yang berbeda. Suku Karo menuturkan Bahasa Karo yang dimana ragamnya berbeda dibandingkan bahasa Batak Tengah. Suku Pakpak juga memiliki bahasa yang hampir mirip dengan Suku Karo namun agak sedikit kasar. Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Natal menggunakan bahasa Pesisir.

Agama

Berdasarkan Sensus tahun 2015, mayoritas penduduk Sumatra Utara menganut agama Islam yakni 63.91%, kemudian Kristen Protestan 27.86%,Katolik 5.41%, Buddha 2.43 %, Hindu 0.35 %, Konghucu 0.02, dan Parmalim 0.01%

Agama di Sumatra Utara
Agama Persen
Islam
  
63,91%
Kristen Protestan
  
27,86%
Katolik
  
5,41%
Buddha
  
2,43%
Hindu
  
0,35%
Konghucu
  
0,02%
Parmalim
  
0,01%

Agama utama di Sumatra Utara berrdasarkan Etnis adalah:

  • Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Arab, Mandailing, Angkola, sebagian Karo, Simalungun, Batak Pesisir dan Pakpak
  • Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Nias dan sebagian Batak Angkola, Tionghoa.
  • Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
  • Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
  • Konghucu: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
  • Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi
  • Animisme: masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya

Pendidikan

Pada tahun 2005 jumlah anak yang putus sekolah di Sumut mencapai 1.238.437 orang, sementara jumlah siswa miskin mencapai 8.452.054 orang.

Dari total APBD 2006 yang berjumlah Rp 2.204.084.729.000, untuk pendidikan sebesar Rp 139.744.257.000, termasuk dalam pos ini anggaran untuk bidang kebudayaan.

Jumlah total kelulusan siswa yang ikut Ujian Nasional pada tahun 2005 mencapai 87,65 persen atau 335.342 siswa dari 382.587 siswa tingkat SMP/SMA/SMK sederajat peserta UN . Sedangkan 12,35 persen siswa yang tidak lulus itu berjumlah 47.245 siswa.

Kesehatan

  • Secara umum, angka penemuan kasus baru tuberculosis (TBC) di Sumatra Utara mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kasus TBC diperkirakan berkisar 160/100.000 penduduk. Jika jumlah penduduk Sumatra Utara tercatat 12 juta jiwa, maka penderita TBC di daerah ini sebanyak 19.000.
  • Jumlah penderita HIV/AIDS di Sumatra Utara hingga Oktober 2005 tercatat 301 orang, yakni 26 orang asing dan 276 warga negara Indonesia. Sementara jumlah korban yang HIV/AIDS yang meninggal dunia hingga Agustus 2005 berjumlah 34 orang.

Tenaga kerja

  • Angkatan Kerja. Pada tahun 2002 angkatan kerja di Sumut mencapai 5.276.102 orang. Jumlah itu naik 4,72% dari tahun sebelumnya. Kondisi angkatan kerja itu juga diikuti dengan naiknya orang yang mencari pekerjaan. Jumlah pencari kerja pada 2002 mencapai 355.467 orang. Mengalami kenaikan 57,82% dari tahun sebelumnya.
  • Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Jumlah TPT di Sumut naik dari 4,47% pada 2001 menjadi 6,74% pada 2002. TPT tertinggi terjadi di Kota Medan mencapai 13,28%, diikuti Kota Sibolga (11,71%), Kabupaten Langkat (11,06%), dan Kodya Tebing Tinggi (10,91%).
  • Angkatan Kerja. Penduduk yang tergolong angkatan kerja berjumlah 5,1 juta jiwa. Sekitar 34% berstatus sebagai majikan, bekerja sendiri (20%), dan pekerja keluarga (23%). Skala usaha tergambar pada komposisi yang didominasi oleh usaha kecil sekitar 99,8% dan hanya sekitar 0,2% yang tergolong usaha besar.
  • Pendidikan Pekerja. Tingkat pendidikan sebagian besar tenaga kerja. Pekerja yang berpendidikan tidak tamat sekolah dasar (SD) atau sampai tamat SD mencapai 48,96%. Lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) mencapai 23%. Sedangkan lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) mencapai 24,08%. Sementara itu, lulusan perguruan tinggi hanya 3,95%.

Perekonomian

Energi

Sumatra Utara kaya akan sumber daya alam berupa gas alam di daerah Tandam, Binjai dan minyak bumi di Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat yang telah dieksplorasi sejak zaman Hindia Belanda.

Selain itu di Kuala Tanjung, Kabupaten Asahan juga terdapat PT Inalum yang bergerak di bidang penambangan bijih dan peleburan aluminium yang merupakan satu-satunya di Asia Tenggara.

Sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sekitar Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit listrik tenaga air. PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatra terdapat di Kabupaten Toba Samosir.

Selain itu, di kawasan pegunungan terdapat banyak sekali titik-titik panas geotermal yang sangat berpotensi dikembangkan sebagai sumber energi panas maupun uap yang selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi energi listrik.

Pertanian dan perkebunan

Provinsi ini tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. BUMN Perkebunan yang arealnya terdapat di Sumatra Utara, antara lain PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), PTPN III dan PTPN IV.

Selain itu Sumatra Utara juga tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatra Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkih, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan.

  • Luas pertanian padi. Pada tahun 2005 luas areal panen tinggal 807.302 hektare, atau turun sekitar 16.906 hektare dibanding luas tahun 2004 yang mencapai 824.208 hektare. Produktivitas tanaman padi tahun 2005 sudah bisa ditingkatkan menjadi berkisar 43,49 kwintal perhektar dari tahun 2004 yang masih 43,13 kwintal per hektare, dan tanaman padi ladang menjadi 26,26 kwintal dari 24,73 kwintal per hektare. Tahun 2005, surplus beras di Sumatra Utara mencapai 429 ton dari sekitar 2.1.27 juta ton total produksi beras di daerah ini.
  • Luas perkebunan karet. Tahun 2002 luas areal tanaman karet di Sumut 489.491 hektare dengan produksi 443.743 ton. Sementara tahun 2005, luas areal karet menurun atau tinggal 477.000 hektare dengan produksi yang juga anjlok menjadi hanya 392.000 ton.
  • Irigasi. Luas irigasi teknis seluruhnya di Sumatra Utara seluas 132.254 ha meliputi 174 Daerah Irigasi. Sebanyak 96.823 ha pada 7 Daerah Irigasi mengalami kerusakan sangat kritis.
  • Produk Pertanian. Sumatra Utara menghasilkan karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkih, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatra Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Perbankan

Selain bank umum nasional, bank pemerintah serta bank internasional, saat ini di Sumut terdapat 61 unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan 7 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Data dari Bank Indonesia menunjukkan, pada Januari 2006, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diserap BPR mencapai Rp 253.366.627.000 dan kredit mencapai Rp 260.152.445.000. Sedangkan aktiva mencapai Rp 340.880.837.000.

Sarana dan prasarana

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten maupun antar provinsi. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatra Utara dibagi ke dalam empat wilayah pembangunan.

Pertambangan

Ada tiga perusahaan tambang terkemuka di Sumatra Utara:

Transportasi

Di Sumatra Utara terdapat 2.098,05 kilometer jalan negara, yang tergolong mantap hanya 1.095,70 kilometer atau 52,22 persen dan 418,60 kilometer atau 19,95 persen dalam keadaan sedang, selebihnya dalam keadaan rusak. Sementara dari 2.752,41 kilometer jalan provinsi, yang dalam keadaan mantap panjangnya 1.237,60 kilometer atau 44,96 persen, sementara yang dalam keadaan sedang 558,46 kilometer atau 20,29 persen. Halnya jalan rusak panjangnya 410,40 kilometer atau 14,91 persen dan yang rusak berat panjangnya 545,95 kilometer atau 19,84 persen.

Dari sisi kendaraan, terdapat lebih 1,38 juta kendaraan roda dua dan empat di Sumatra Utara. Dari jumlah itu, sebanyak 873 ribu lebih berada di Kota Medan.

Bandar Udara

Di Sumatra Utara terdapat 7 bandar udara[10], terdiri dari 1 bandar udara berstatus internasional dan 6 bandara domestik, seperti berikut ini:

  1. Bandar Udara Internasional Kualanamu
  2. Bandar Udara Dr. Ferdinand Lumban Tobing
  3. Bandar Udara Aek Godang
  4. Bandar Udara Binaka
  5. Bandar Udara Lasondre
  6. Bandar Udara Sibisa
  7. Bandar Udara Silangit

Ekspor & impor

Kinerja ekspor Sumatra Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 tercatat perolehan devisa mencapai US$4,24 miliar atau naik 57,72% dari tahun sebelumnya dari sektor ini.

Ekspor kopi dari Sumatra Utara mencapai rekor tertinggi 46.290 ton dengan negara tujuan ekspor utama Jepang selama lima tahun terakhir. Ekspor kopi Sumut juga tercatat sebagai 10 besar produk ekspor tertinggi dengan nilai US$3,25 juta atau 47.200,8 ton periode Januari hingga Oktober 2005.

Dari sektor garmen, ekspor garmen cenderung turun pada Januari 2006. Hasil industri khusus pakaian jadi turun 42,59 persen dari US$ 1.066.124 pada tahun 2005, menjadi US$ 2.053 pada tahun 2006 pada bulan yang sama.

Kinerja ekspor impor beberapa hasil industri menunjukkan penurunan. Yakni furniture turun 22,83 persen dari US$ 558.363 (2005) menjadi US$ 202.630 (2006), plywood turun 24,07 persen dari US$ 19.771 menjadi US$ 8.237, misteric acid turun 27,89 persen yakni dari US$ 115.362 menjadi US$ 291.201, stearic acid turun 27,04 persen dari US$ 792.910 menjadi US$ 308.020, dan sabun noodles turun 26 persen dari AS.689.025 menjadi US$ 248.053.

Kinerja ekspor impor hasil pertanian juga mengalami penurunan yakni minyak atsiri turun 18 persen dari US$ 162.234 menjadi US$ 773.023, hasil laut/udang, minyak kelapa dan kopi robusta juga mengalami penurunan cukup drastis hingga mencapai 97 persen. Beberapa komoditi yang mengalami kenaikan (nilai di atas US$ Juta) adalah biji kakao, hortikultura, kopi arabica, CPO, karet alam, hasil laut (non udang). Untuk hasil industri yakni moulding, ban kendaraan dan sarung tangan karet.

APBD

Pada tahun 2006 ditargetkan Rp2,087 triliun. Angka tersebut diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp1,354 triliun, dana perimbangan Rp723,65 miliar, dan Lain-lain. Pendapatan yang sah sebesar Rp23,915 miliar. Khusus sektor PAD terdiri dari pajak daerah Rp 1,270 triliun, retribusi daerah Rp 10,431 miliar, laba BUMD sebesar Rp 48,075 miliar, dan lain-lain pendapatan Rp 25,963 miliar. Perolehan dari dana perimbangan meliputi Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp 183,935 miliar dan Dana Alokasi Umum Rp 539,718 miliar. Sedangkan perolehan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah diperoleh dari Iuran Jasa Air Rp 8,917 miliar.

Seni dan budaya

Musik

Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

Arsitektur

Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.

Rumah adat etnis Batak, Ruma Batak, berdiri kukuh dan megah serta masih banyak ditemui di Samosir.

Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatra Utara.

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.

Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).

Rumah adat Melayu di Sumatra Utara tidak jauh berbeda dengan rumah melayu di provinsi lain, hanya warna hijau lebih dominan.

Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kukuh di halaman Gedung Nasional Sibolga.

Tarian

Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.

Selain tarian Batak terdapat pula tarian Melayu sperti Serampang XII. dan tarian Sikambang dari Pesisir Barus, tarian Sikambang ini biasanya ditampilkan saat perayaan menikah dan khitanan.

Kerajinan

Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.

Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih.

Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan kemerahan.

Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan nama Songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.

Makanan khas

Makanan Khas di Sumatra Utara sangat bervariasi, tergantung dari daerah tersebut. Saksang dan Babi panggang sangat familiar untuk mereka yang melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalkan seperti didaerah Pakpak Dairi, Pelleng adalah makanan khas dengan bumbu yang sangat pedas.

Di tanah Batak sendiri ada dengke naniarsik yang merupakan ikan yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas. Pasituak Natonggi atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya tuak atau nira dengan kehidupan mereka.

Rujukan

  1. ^ "Provinsi Sumatra Utara Dalam Angka 2016"
  2. ^ Peraturan Gubernur Sumatra Utara Nomor 38 Tahun 2014
  3. ^ Sejarah Pemerintah Provinsi Sumatra Utara
  4. ^ Wulan, Y.C.,Yasmi, Y.,Purba, C.,Wollenberg, E., Analisis Konflik: Sektor Kehutanan di Indonesia 1997-2003, p.27, Center for International Forestry Research, 2004
  5. ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-09. 
  6. ^ Akhirnya Tapsel Mekar, Waspada
  7. ^ Depdagri tunggu rekomendasi Gubsu, Seputar Indonesia
  8. ^ Pansus DPRD Sumut Dukung Pemekaran Tiga Daerah Otonom di Nias, Nias Online
  9. ^ "Lubu people". Joshua project. 
  10. ^ Bandara Per Provinsi, 2012, diakses tanggal 2012-08-03 

Pranala luar

1°50′N 98°49′E / 1.833°N 98.817°E / 1.833; 98.817