Jalur kereta api Cibatu–Cikajang

jalur kereta api di Indonesia
Revisi sejak 8 Januari 2020 10.25 oleh NFarras (bicara | kontrib) (Penambahan templat peta rute)

Jalur kereta api Cibatu–Cikajang adalah jalur kereta api nonaktif yang menghubungkan Stasiun Cibatu dengan Stasiun Cikajang dengan panjang lintas kurang lebih 47 km, termasuk dalam Wilayah Aset II Bandung. Saat ini untuk segmen antara Cibatu dan Garut dengan panjang kurang lebih 19 km sedang dalam proses reaktivasi.

Jalur kereta api Cibatu–Cikajang
Ikhtisar
JenisJalur lintas cabang
SistemJalur kereta api rel berat
Status
  • Segera beroperasi (Cibatu–Wanaraja)
  • Proses, TBA (Wanaraja–Garut)
  • Tidak beroperasi (Garut–Cikajang)
TerminusCibatu
Cikajang
Operasi
Dibangun olehStaatsspoorwegen
Dibuka1889 dan 1930
Ditutup1982, segmen Garut–Cikajang
1983, segmen Cibatu–Garut
Dibuka kembaliTBA
PemilikPT Kereta Api Indonesia (pemilik aset jalur dan stasiun)
OperatorWilayah Aset II Bandung
Karakteristik lintasLintas pegunungan
Data teknis
Panjang rel47 km
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasi20 s.d. 30 km/jam
Titik tertinggi+1.246 m (Cikajang)
Peta rute
Lintas Cabang
Cibatu–Cikajang
ke Bandung
CB
Cibatu
ke Kroya
Cikoang
PSJ
Pasirjengkol
Citameng
WNR
Wanaraja
CNN
Cinunuk
Tungilis
CBG
Cibolerang
CMR
Cimurah
PAC
Pasiruncal
SKR
Sukarame
GRT
Garut
PMO
Pamoyanan
CIG
Cireungit
COY
Ciroyom
KMJ
Kamojan
CY
Cloyod
DDR
Dangdeur
BYO
Bayongbong
CIL
Cipelah
CSN
Cisurupan
Cisero
CID
Cidatar
POR
Patrol Girang
CKG
Cikajang

Sejarah

Eksperimen jalur kereta api Staatsspoorwegen (SS) untuk menghubungkan Bogor dengan Yogyakarta pada saat itu masih digulirkan. Selama bertahun-tahun, SS terus mengkaji aspek sosial kemasyarakatan Tatar Sunda pada masa itu sebagai salah satu modal mengembangkan jalur kereta api untuk mempersatukan Tatar Sunda, sesuai target SS pada dekade 1880-an. Tatar Sunda menjadi incaran Belanda terlebih saat itu hasil perkebunan ingin ditambah lagi volume angkutnya, sehingga tidak perlu menggunakan pedati.

Akan tetapi harus diakui, Tatar Sunda wilayah tengah dan selatan hampir 100% merupakan jalur pegunungan dengan kontur terjal dan ekstrem yang memaksa agar para insinyur dan teknisi SS harus pintar membuat kontur jalur rel. Hal ini tecermin dari dibangunnya jalur Bogor–Yogyakarta pada saat itu, dan berhasil terhubung pada tahun 1894.

Jalur-jalur SS dikatakan "mahal" karena di samping biaya pembangunan dan biaya operasional, juga membutuhkan lokomotif bertenaga besar yang pasti mahal di pasar kendaraan uap Eropa. Bahkan sebelum SS dibentuk pada tanggal 6 April 1875, Pemerintah Kolonial pernah menyelenggarakan lelang operator untuk rencana jalur kereta api di Tatar Sunda ini, dan akhirnya gagal.[1]

Agar masyarakat Garut dapat menikmati kereta api, maka dibangun jalur kereta api yang menghubungkan Cibatu dengan Garut. Jalurnya sepaket dengan proyek pembangunan jalur dari Bandung ke Cibatu dan diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1889. Percobaan paling ekstrem adalah perpanjangan jalur Cibatu–Garut menuju Cikajang, yang menyentuh ketinggian +1.246 mdpl, dibuka pada tanggal 1 Agustus 1930.[2]

Sepanjang kariernya, jalur ini hanya bisa didaki dengan lokomotif mallet bermassa besar seperti DD52, CC10, D14, atau CC50, semuanya peninggalan SS. Dekade 1970-an menjadi dekade emas bagi jalur ini karena jalur ini banyak didokumentasikan oleh pecinta-pecinta kereta api luar negeri. Sejak era itu pula, kondisi lokomotif uap yang melayani jalur ini mulai turun dan satu persatu pun pensiun. Karena sudah tidak ada lagi lokomotif yang siap beroperasi, maka jalur ini ditutup pada tahun 1982 untuk segmen Garut-Cikajang dan 1983 untuk segmen Cibatu-Garut.

Reaktivasi

Pada tanggal 26 September 2018, Edi Sukmoro, Dirut PT KAI, telah meninjau kesiapan reaktivasi jalur ini dengan menelusuri jejak jalur menggunakan sepeda motor. Program ini bertujuan untuk mendukung pariwisata Jawa Barat.[3]

Kesiapan reaktivasi ini juga didukung beberapa faktor seperti masih jarangnya permukiman penduduk di beberapa titik (kecuali di wilayah Garut Kota yang telah padat). Reaktivasi ini akan menjadi pilot project terhadap reaktivasi jalur-jalur kereta api lainnya di Jawa.[4]

Jalur kereta api ini juga direaktivasi dengan tempo yang sangat cepat mengingat reaktivasi jalur ini diinisasi langsung oleh PT KAI, tanpa melibatkan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.[5] Ditargetkan, pada bulan September 2019, jalur ini mulai diujicoba dan dilanjutkan dengan pengoperasian reguler.[6] Untuk mewujudkan reaktivasi tersebut, PT KAI memberi penugasan kepada PT Kereta Api Property Management (KAPM), anak perusahaan KAI, sebagai kontraktor.[7]

Terbukti, pada tanggal 29 September 2019, dilakukan uji coba di segmen pertama, Cibatu–Wanaraja, dengan menggunakan lokomotif CC 201 92 03, setelah sebelumnya jalurnya dipecoki.[8] Uji coba lainnya adalah dengan rangkaian kereta api balas pada hari berikutnya. Saat ini dilakukan proses penyelesaian di segmen ini, salah satunya dengan memasang perangkat persinyalan mekanik, wesel, dan semboyan di sepanjang petak dan di dua stasiun (Pasirjengkol dan Wanaraja).

Kereta-kereta lainnya yang sudah mencoba melintasi jalur ini adalah Kereta Inspeksi 3 yang dinaiki oleh Sukmoro beserta jajarannya serta RailClinic yang menggelar bakti sosial di Stasiun Wanaraja.[9][10] Uji coba ini disambut sangat antusias oleh masyarakat Garut. Nantinya, mereka sudah dapat menggunakan moda kereta api ke berbagai jurusan di Jawa tanpa harus ke Stasiun Cibatu.[11]

Jalur terhubung

Lintas aktif

Daftar stasiun

Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 11 Cibatu–Cikajang
Segmen Cibatu–Garut
Diresmikan pada tanggal 14 Agustus 1889
oleh Staatsspoorwegen Westerlijnen
Termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung
1613 Cibatu CB Cibatu, Cibatu, Garut km 213+631 lintas BogorBandungBanjarKutoarjoYogyakarta
km 0+000 lintas CibatuCikajang
+612 m Beroperasi Berkas:Peron Stasiun Cibatu.jpg
- Cikoang - km 1+475 Tidak beroperasi
1825 Pasirjengkol PSJ Sukahaji, Sukawening, Garut km 4+685 +674 m Segera beroperasi kembali  
- Citameng - km 5+800 Tidak beroperasi
1824 Wanaraja WNR Wanasari, Wanaraja, Garut km 9+100 +692 m Segera beroperasi kembali  
1823 Cinunuk CNN km 10+259 +703 m Tidak beroperasi
- Tungilis km 11+047 Tidak beroperasi
1827 Cibolerang CBG km 12+530 +708 m Tidak beroperasi
1822 Cimurah CMR km 13+671 Tidak beroperasi
1926 Pasiruncal PAC km 14+510 Tidak beroperasi
Sukarame SKR km 16+374 +717 m Tidak beroperasi
1820 Garut GRT Pakuwon, Garut Kota, Garut km 19+293 +717 m Segera Beroperasi Kembali Berkas:Stasiun Garut.jpg
Segmen Garut–Cikajang
Diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1930
1813 Pamoyanan PMO km 21+932 +754 m Tidak beroperasi
1812 Cireungit CIG km 23+653 +793 m Tidak beroperasi
1811 Ciroyom (Garut) COY km 27+179 +893 m Tidak beroperasi
1809 Kamojan KMJ Samarang, Samarang, Garut km 28+709 +922 m Tidak beroperasi
1808 Cloyod CY km 30+844 +915 m Tidak beroperasi
1807 Dangdeur DDR km 32+785 +927 m Tidak beroperasi
1806 Bayongbong BYO Mulyasari, Bayongbong, Garut km 35+096 +997 m Tidak beroperasi
1805 Cipelah CIL km 38+403 +1.115 m Tidak beroperasi
1804 Cisurupan CSN Cisurupan, Cisurupan, Garut km 41+580 +1.215 m Tidak beroperasi Berkas:Cisirupanstation.jpg
Cisero km 42+695 +1.221 m Tidak beroperasi
1803 Cidatar CID Cidatar, Cisurupan, Garut km 44+107 +1.215 m Tidak beroperasi
Patrol Girang POR km 45+955 Tidak beroperasi
1801 Cikajang CKG Cikajang, Cikajang, Garut km 47+214 +1.246 m Tidak beroperasi Berkas:Stasiun Cikajang.JPG

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [12]
  • Stasiun nonaktif: [13][14]
  • Pengidentifikasi stasiun: [15]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [16]:106-124


Referensi

  1. ^ Reitsma, S.A. (1925). Boekoe Peringetan Staatsspoor-en-Tramwegen di Hindia Belanda. Weltevreden: Topografische Inrichting. 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama verslag
  3. ^ "Direktur Utama KAI Gunakan Motor Tinjau Jalur Non Aktif Cibatu-Garut". kai.id. Diakses tanggal 2018-10-12. 
  4. ^ Media, Kompas Cyber (2018-12-13). "Fakta di Balik Reaktivasi Jalur KA Cibatu-Garut, Ancam Jalan Kampung hingga Tarif Murah Meriah". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2018-12-14. 
  5. ^ "PT KAI Kebut Reaktivasi Jalur Cibatu-Garut, Bulan Ini Pembersihan Rumah di Jalur KA Ditarget Selesai". Tribun Jabar. Diakses tanggal 2019-04-11. 
  6. ^ Apr 2019, Jayadi Supriadin10; Wib, 08:00. "Jalur Kereta Legendaris Cibatu-Garut Kembali Aktif Mulai September". liputan6.com. Diakses tanggal 2019-04-11. 
  7. ^ digital, pikiran rakyat. "Pengerjaan Reaktivasi Jalur KA Cibatu-Garut Sudah 42,870 Persen". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2019-10-27. 
  8. ^ Tri Sulistyo, Bayu. "Jalur Cibatu – Garut Diujicoba Menggunakan Lokomotif". redigest.web.id. Diakses tanggal 2019-09-29. 
  9. ^ Media, Kompas Cyber. "PT KAI Selenggarakan Pengobatan Gratis Rail Clinic di Stasiun Wanareja Garut". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-12-11. 
  10. ^ "Uji Coba Jalur Cibatu-Wanaraja Tak Ada Masalah, Dirut PT KAI Jelaskan Begini". Tribun Jabar. Diakses tanggal 2019-12-11. 
  11. ^ RMOL. "Empat Dekade Tidur, Jalur KA Legendaris Cibatu-Garut Mulai Diuji Coba". rmoljabar.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-02. 
  12. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  13. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  14. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  15. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  16. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co.