Partai Keadilan Sejahtera
Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebelumnya bernama Partai Keadilan (PK), adalah sebuah partai politik berbasis Islam yang memiliki perwakilan di parlemen Indonesia. Partai ini berdiri pada 20 April 1998 yang berawal dari gerakan aktivitas dakwah Islam sejak 1980-an. Pemilu 2019 menjadi pemilu kelima yang diikuti partai ini.[2]
Partai Keadilan Sejahtera | |
---|---|
Presiden | Ahmad Syaikhu |
Sekretaris Jenderal | Aboe Bakar Al-Habsyi |
Ketua Majelis Syuro | Salim Segaf Al-Jufri[1] |
Wakil Ketua Majels Syuro | Hidayat Nurwahid Sohibul Iman Ahmad Heryawan Suharna Surapranata |
Ketua fraksi di DPR | Jazuli Juwaini |
Dibentuk | 20 April 1998 |
Digabungkan dari | Partai Keadilan dan PK Sejahtera |
Sayap pemuda | Gema Keadilan, Garuda Keadilan, PKS Muda |
Ideologi | Pancasila Demokrasi Islam Islamisme |
Agama | Islam |
Kursi di DPR (2019) | 53 / 575 |
Situs web | |
pks.id |
Kelahiran PKS erat kaitannya dengan gerakan Islam berbasis massa kampus dan cendekiawan yang muncul sebagai tanggapan atas tekanan politik pemerintah Orde Baru terhadap umat Islam. Gerakan ini ditandai dengan mulai maraknya kegiatan kajian Islam dan meluasnya penggunaan jilbab di kampus-kampus sekuler Indonesia pada era 1980-an.[3]
Dengan latar belakang pendirinya yang sebagian besar adalah anak muda terdidik, PKS meraup dukungan paling banyak di perkotaan.[4] Dalam pemilu 2004, partai ini mendapat 7,3% dukungan suara nasional, melonjak dari perolehan suara pada pemilu sebelumnya yang hanya 1,36%.[5] PKS menempatkan tokoh-tokoh muda sebagai kandidat alternatif untuk diusung sebagai gubernur, bupati, dan wali kota melalui pemilhan kepala daerah secara langsung yang digelar sejak 2005.[3]
PKS tampil sebagai peraih suara terbanyak keempat hasil pemilu 2009 seiring meluasnya sebaran pemilih PKS. Eskalasi kemenangan yang diraih PKS dalam pilkada serentak yang digelar sejak 2015 baik lewat jalan koalisi maupun mengusung kadernya sendiri telah mematahkan dominasi Golkar dan PDI Perjuangan.[2][6][7]
Partai ini secara rutin terlibat dalam program pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan bantuan kemanusiaan.[3] Dengan sistem kaderisasi yang teratur, PKS membangun militansi kadernya. Kader membiayai keterlibatan diri mereka dalam agenda politik dan tidak bergantung pada figur. PKS secara konsisten memberikan dukungan bagi perjuangan umat Islam di seluruh dunia lewat lobi di parlemen, demonstrasi, maupun penggalangan dana. Dalam setiap demonstrasi maupun kampanye mereka, PKS dianggap "mendatangkan contoh" mengerahkan massa dalam jumlah banyak dengan tertib dan aman.[3]
Sejarah
Gerakan dakwah kampus
Asal usul PKS dapat ditelusuri dari gerakan dakwah kampus yang menyebar di universitas-universitas Indonesia pada 1980-an. Gerakan ini dapat dikatakan dipelopori oleh Muhammad Natsir, mantan Perdana Menteri Indonesia dari Masyumi (dibubarkan pada 1960) yang mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada 1967. Lembaga ini awalnya fokus kepada usaha mencegah kegiatan misionari Kristen di Indonesia.[8] Peran DDII yang paling krusial adalah kelahiran Lembaga Mujahid Dakwah yang berafiliasi dengan DDII, dipimpin Imaduddin Abdulrahim yang aktif melakukan pelatihan keagamaan di Masjid Salman, Institut Teknologi Bandung.[9]
Pada 1985, rezim Orde Baru mewajibkan seluruh organisasi massa menjadikan Pancasila sebagai asasnya. Ini membuat sejumlah tokoh Islamis berang dan menyebut rezim Soeharto telah memperlakukan politik Islam sebagai kutjing kurap.[9] Pada saat yang sama, Jamaah Tarbiyah meraih momentumnya di kalangan mahasiswa kader Rohis dan aktivis dakwah di kampus-kampus.[10] Pada tahun 1993, Mustafa Kamal, seorang kader Jamaah Tarbiyah, memenangi pemilihan mahasiswa untuk Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, kader Jamaah pertama yang memegang kekuasaan di level universitas. Setahun kemudian, Zulkieflimansyah, juga kader Jamaah Tarbiyah, menjadi Ketua Senat Mahasiswa di universitas yang sama.[10]
Para anggota Jamaah Tarbiyah kemudian mendirikan Lembaga Dakwah Kampus, yang kemudian menjadi unit-unit kegiatan mahasiswa yang resmi di berbagai kampus sekuler di Indonesia, seperti di Universitas Indonesia, terutama oleh para aktivis Forum Studi Islam.
Saat itu, kata usrah yang sering dipakai untuk menyebut kelompok-kelompok kecil pengajian di LDK mulai diasosiasikan, dengan menggunakan sistem sel ala Ikhwanul Muslimin untuk merekrut kader.[11]
Meskipun adanya berbagai faksi dan kubu di dalam tubuh LDK, semuanya sepakat membentuk FSLDK Indonesia pada 1986.[12]. Pertemuan tahunan ke-10 FSLDK di Malang pada 1998 dimanfaatkan untuk deklarasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).[13]
Partai Keadilan
KAMMI muncul sebagai salah satu organisasi yang paling vokal menyuarakan tuntutan reformasi melawan Soeharto, dipimpin oleh Fahri Hamzah.[10] Sejurus setelah mundurnya Soeharto pada 21 Mei 1998, para tokoh KAMMI telah mempertimbangkan berdirinya sebuah partai Islam. Partai tersebut kemudian diberi nama Partai Keadilan (disingkat PK). Kendati tokoh elit KAMMI memiliki kontribusi dalam pembentukan PK, KAMMI dan PK secara tegas menyatakan bahwa tidak memiliki hubungan formal.[9]
Partai Keadilan dideklarasikan di Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, pada 20 Juli 1998, dan mengangkat Didin Hafidhuddin sebagai presiden pertamanya. Di pemilihan umum legislatif Indonesia 1999, PK mendapat 1,436,565 suara, sekitar 1,36% dari total perolehan suara nasional dan mendapat tujuh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat.[14] Meskipun demikian, PK gagal memenuhi ambang batas parlemen sebesar dua persen, sehingga memaksa partai ini melakukan stembus accord dengan delapan partai politik berbasis Islam lainnya pada Mei 1999.[9][15]
Pasca Pemilu 1999, PK mengganti Kepemimpinan Partai nya, dan menunjuk Nurmahmudi Isma'il sebagai Presiden Partai ke-2.
Nurmahmudi Isma'il kemudian, ditawarkan jabatan Menteri Kehutanan di Kabinet Persatuan Nasional bentukan presiden Abdurrahman Wahid pada Oktober 1999. Ia menyetujui tawaran tersebut dan menyerahkan jabatan presiden partai kepada Hidayat Nur Wahid, seorang doktor lulusan Universitas Islam Madinah, sejak 21 Mei 2000.[9]
Karena kegagalan PK memenuhi ambang batas parlemen di pemilihan umum selanjutnya, menurut regulasi pemerintah, mereka harus mengganti nama. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Hukum dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat provinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat kabupaten dan kota). Sehari kemudian, PK resmi berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera.[16]
Partai Keadilan Sejahtera
Dengan bergantinya PK menjadi PKS, partai ini kembali bertanding di pemilihan umum legislatif Indonesia 2004. PKS meraih total 8,325,020 suara, sekitar 7.34% dari total perolehan suara nasional. PKS berhak mendudukkan 45 wakilnya di DPR dan menduduki peringkat keenam partai dengan suara terbanyak, setelah Partai Demokrat.[17] Presiden partai, Hidayat Nur Wahid, terpilih sebagai ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan 326 suara, mengalahkan Sutjipto dari PDIP dengan 324 suara.[18] Hidayat menyerahkan jabatan presiden kepada Tifatul Sembiring, juga seorang mantan aktivis kampus dan pendiri PKS.[10]
Jaringan
PKS, lewat bidang Kepanduan dan Olahraga yang berada sejajar dengan bidang teritorial dan badan-badan lainnya di bawah presiden, telah mengembangkan berbagai organisasi kepanduan yang berfungsi sebagai "sayap partai" yang berafiliasi secara formal dengan partai, seperti Garda Keadilan,[19] organisasi pemuda Gema Keadilan, Yayasan Pemuda dan Pelajar Asia Pasifik (YPPAP), serta Gugus Tugas Dakwah Sekolah (GTDS).[9]
Bidang Kebijakan Publik mengurusi teritorial politik dan berhubungan dengan kelompok pemikir yang berafiliasi formal atau tidak formal dengan PKS, antara lain Serikat Pekerja Keadilan (SPK)[19] Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI),[19] Central for Indonesian Reform (CIR), Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM), Institute for Economics Studies (INFES), Institute of Students and Youth for Democracy (INSYD) dan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Pemuda (CYFIS).[9]
Sistem kaderisasi
Seleksi dan pola rekrutmen kader PKS unik dalam perpolitikan Indonesia. Kader PKS dipilih dan diajukan tidak dengan mengajukan diri tetapi diajukan oleh sekelompok individu dan atau oleh murabbi (guru pembimbing) menggunakan metode Tarbiyah (pendikan) berkesinambungan dan terjadwal (halaqah). PKS memakai dua strategi dalam merekrut kader. Yang pertama adalah pola rekrutmen individual (al-da'wah al-fardhiyyah), atau bentuk pendekatan orang per orang, meliputi komunikasi personal secara langsung.[9] Calon kader yang akan direkrut diajak berpartisipasi dalam forum-forum pembinaan rohani yang diorganisir PKS seperti usrah (keluarga), halaqah (kelompok studi), liqa (pertemuan mingguan), rihlah (rekreasi), mukhayyam (perkemahan), daurah (pelatihan intelektual) dan nadwah (seminar).[9] Sistem yang digunakan PKS ini mirip dengan sistem rekrutmen gerakan Islamis di Mesir.[20] Yang kedua adalah pola rekrutmen institusional (al-da'wah al'amma). PKS berafiliasi dengan berbagai organisasi sayap yang berstatus formal atau tidak formal, sehingga partai dapat mencari individu potensial untuk dijadikan kader partai.
PKS mewajibkan kadernya terlibat aktif dalam pelatihan hierarkis yang disebut marhalah. Pelatihan ini mencakup proses pembelajaran (ta'lim), pelatihan keorganisasian (tandzim), pembinaan karakter (taqwin) dan evaluasi (taqwim).[21]
Dalam sumpahnya sebagai anggota PKS, kader harus mengucapkan baiat secara lengkap dengan membaca dua kalimat syahadat. Dengan demikian, sistem sumpah ini tidak memungkinkan non-Muslim menjadi kader PKS.[9] Namun sesuai hasil Munas 2010 di Jakarta, PKS membedakan antara kader dan anggota. Kader adalah anggota yang terikat oleh sistem kaderisasi, sehingga sudah pasti seorang Muslim. Sementara anggota adalah siapa saja yang terikat kepada organisasi dan bersifat lebih umum dan terbuka.
Internasional
Kader PKS di luar negeri tercatat sebanyak 7,000 orang dan 22 Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) yang tersebar di 22 negara. Jumlah ini merupakan jumlah kader partai politik Indonesia terbesar yang berada di luar negeri. Banyaknya jumlah kader di luar Indonesia ini dimanfaatkan partai untuk menayasar satu kursi DPR.[22]
Mesir
PK dan PKS telah lama dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir, disebabkan beberapa pendirinya bersekolah di sekolah-sekolah Ikhwan[23] Beberapa indikasi yang terlihat adalah saat Mardani Ali Sera, juru bicara PKS, membenarkan bahwa beberapa karya pendiri Ikhwan, Hasan al-Banna, menjadi bacaan dan juga rujukan dalam proses pengkaderan partai.[24] PKS juga diklaim ikut serta dalam Revolusi Mesir 2011, meskipun kabar tersebut kemudian dibantah dan menegaskan bahwa para kader partai (yang diberitakan sebanyak 600 orang, sebagian besar berstatus mahasiswa) di Mesir hanya berperan menyalurkan logistik kepada warga negara Indonesia yang terjebak di Mesir.[25]. Namun, PKS menyatakan "berduka" atas penggulingan presiden Mesir dari Ikhwanul Muslimin, Muhammad Mursi pada Juli 2013 oleh militer Mesir, sekaligus menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk menekan militer Mesir.[26]
Hubungan PKS dan Ikhwanul Muslimin juga dibenarkan oleh Yusuf al-Qaradawi, salah satu tokoh Ikhwan yang berpengaruh,[27] dan juga oleh pendiri PK, Yusuf Supendi (Eks. Kader PKS)[28], yang mengatakan bahwa 90% pendanaan PK untuk pemilihan umum pada 1999 didanai oleh partai-partai seideologi di Timur Tengah.[29] Namun, Ketua Dewan Syariah PKS, Surahman Hidayat, menegaskan bahwa mereka hanya mempunyai "hubungan cita-cita" dengan Ikhwanul Muslimin dan menolak klaim bahwa PKS adalah perwujudan lain dari organisasi tersebut. Surahman justru menyatakan bahwa PKS secara substantif adalah pelanjut perjuangan Masyumi.[30]
Turki
PKS juga disebut mempunyai kemiripan dengan Partai Keadilan dan Pembangunan pimpinan Abdullah Gül yang berkuasa di Turki. Surahman Hidayat juga membenarkan bahwa mereka juga sering mengunjungi kader AKP di Turki "untuk perbandingan".[31] Kedekatan ini juga diperkuat dengan banyaknya seminar dan silaturahim antara PKS dan AKP, salah satunya seperti saat para petinggi AKP berkunjung ke Jakarta pada Februari 2012.[32] PKS juga menggelar pertemuan kader sedunia di Istanbul pada April 2013. Meskipun presiden Anis Matta menyatakan bahwa pemilihan Istanbul adalah karena posisi strategik kota tersebut di tengah-tengah Asia, Eropa dan Afrika, Anis juga menjadwalkan pertemuan dengan petinggi AKP dan mengharapkan agar kader-kader dapat belajar dari kesuksesan AKP di Turki.[33]
Palestina
PKS dikenal sebagai salah satu partai yang paling vokal memperjuangkan kemerdekaan Palestina.[34] Beberapa aksi PKS untuk kemerdekaan Palestina antara lain dengan menempuh jalur demonstrasi, seperti yang dilakukan pada Maret 2010 di kompleks Monas.[35] Tak jarang pula PKS mengecam negara yang tidak mendukung upaya kemerdekaan Palestina, seperti pada November 2012, saat Amerika Serikat tidak menyetujui masuknya Palestina sebagai negara pemantau di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa.[36] Demonstrasi PKS dikenal dengan mengorganisir puluhan ribu kader dan tak jarang pula umat non-Muslim ikut di dalamnya, seperti politisi PDI Perjuangan, Sabam Sirait, yang ikut berdemonstrasi bersama massa PKS pada Maret 2010.[37] Selain itu, PKS juga memanfaatkan massa kadernya yang besar untuk menggalang dana dalam jumlah yang besar, dan sering kali sumbangan tersebut disampaikan langsung lewat utusan khusus PKS ke Palestina, seperti saat penggalangan dana serentak seluruh DPW PKS di Indonesia pada bulan November 2012.[38][39]
Perolehan suara
Pemilu | Total kursi | Total pemilihan | % | Hasil | Urutan |
---|---|---|---|---|---|
1999 | 7 / 462
|
1.436.565 | 1,36% | Partai baru | 7 |
2004 | 45 / 550
|
8.325.020 | 7,34% | 38 kursi | 6 |
2009 | 57 / 560
|
8.204.946 | 7,88% | 12 kursi | 4 |
2014 | 40 / 560
|
8.480.204 | 6,79% | 17 kursi | 7 |
2019 | 50 / 575
|
11.493.663 | 8,21% | 10 kursi | 6 |
Presiden
No | Potret | Ketua Umum | Awal Jabatan | Akhir Jabatan | Periode | Ket |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Didin Hafidhuddin | 20 Juli 1998 | 9 Juli 1999 | 01 | ||
2 | Nur Mahmudi Ismail | 9 Agustus 1999 | 16 April 2000 | [note 1] | ||
3 | Hidayat Nur Wahid | 21 Mei 2000 | 11 Oktober 2004 | 02 | [note 2] | |
4 | Tifatul Sembiring | 11 Oktober 2004 | 23 Oktober 2009 | |||
[note 3] | ||||||
– | Luthfi Hasan Ishaaq | 23 Oktober 2009 | 20 Juni 2010 | [note 4] | ||
5 | 20 Juni 2010 | 1 Februari 2013 | 04 | [note 5] | ||
6 | Anis Matta | 1 Februari 2013 | 10 Agustus 2015 | |||
7 | Sohibul Iman | 10 Agustus 2015 | 5 Oktober 2020 | 05 | ||
8 | Ahmad Syaikhu | 5 Oktober 2020 | Petahana | 06 |
- Keterangan
- ^ Ditunjuk oleh Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Kehutanan dan Perkebunan Indonesia.
- ^ Terpilih sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
- ^ Ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia.
- ^ Sebagai pejabat presiden.
- ^ Mengundurkan diri setelah ditetapkan tersangka.
Kepengurusan DPP PKS
Berikut susunan DPP PKS masa khidmat 2020-2025 hasil Musyawarah Nasional ke-V PKS:
- Ketua Majelis Syura: Dr. Salim Segaf Al-Jufri
- Wakil Ketua Majelis Syura: Dr. Hidayat Nur Wahid
- Wakil Ketua Majelis Syura: Mohamad Sohibul Iman, Ph.D.
- Wakil Ketua Majelis Syura: Ahmad Heryawan, Lc., M.Si
- Wakil Ketua Majelis Syura: Suharna Surapranata, MT
- Sekretaris Majelis Syura: Ir. Untung Wahono, M.Si
- Ketua Majelis Pertimbangan Pusat: Dr. Ir. H. Suswono, MMA
- Ketua Dewan Syariat Pusat: Dr. KH Surahman Hidayat
- Presiden: H. Ahmad Syaikhu
- Sekretaris Jenderal: Habib Aboe Bakar Alhabsyi, SE
- Wakil Sekretaris Jenderal Organisasi, Kinerja, Administrasi dan Sistem Informasi Pusat Data: Muhammad Arfian, MBA
- Wakil Sekretaris Jenderal Personalia dan Kerumahtanggaan: Ayon Prasetyawan, M.Sc
- Wakil Sekretaris Jenderal Hukum dan Advokasi: Zainudin Paru, S.H., M.H.
- Wakil Sekretaris Jenderal Program dan Isu Strategis: Iie Sumirat Sundana
- Wakil Sekretaris Jenderal Hubungan Antar Lembaga: Dr. Moh. Rozaq Asyhari, SH, MH
- Wakil Sekretaris Jenderal Protokoler dan Pengamanan Pimpinan: Sugeng Susilo
- Wakil Sekretaris Jenderal Perencanaan dan Kajian: Haryo Setyoko, MPA
- Wakil Sekretaris Jenderal Arsip dan Sejarah: T. Farida Rachmayanti, SE, M.Si
- Wakil Sekretaris Jenderal Komunikasi Publik: Ahmad Fathul Bari, SS
- Bendahara: Mahfudz Abdurrahman, S.Sos
- Wakil Bendahara Umum: Deni Triesnahadi
- Wakil Bendahara Umum: Hero E.A. Putra, ST, M.Comm
- Wakil Bendahara Umum: Unggul Wibawa, Ak
- Ketua Badan Pembinaan dan Pengembangan Luar Negeri: Sukamta, Ph.D.
- Ketua Badan Pembinaan dan Pengembangan: H. Bukhori, M.A
- Ketua Badan Pembinaan Kepemimpinan Daerah: Dr. Zulkieflimansyah
- Ketua Bidang Pembinaan Kader: Drs. H. Muhammad Said, M.Hum
- Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Desa: Syahrul Aidi Mazaat
- Ketua Bidang Pemberdayaan Jaringan Usaha dan Ekonomi dan Kader: Rofik Hananto
- Ketua Bidang Kepemudaan: dr. Gamal, M.Biomed
- Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga: Dr. Kurniasih Mufidayati
- Ketua Bidang Hubungan Masyarakat: Ahmad Mabruri Mei Akbari
- Ketua Bidang Seni dan Budaya: Ecky Awal Mucharam
- Ketua Bidang Politik, Hukum dan Keamanan: Dr. Al Muzammil Yusuf, M.Si.
- Ketua Bidang Pemenangan Pemilu dan Pilkada: Ir. Sigit Sosiantomo
- Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial: Dr. Hj. Netty Prasetiyani, M.Si
- Ketua Bidang Pembangunan Keumatan dan Dakwah: Dr. H. Ali Akhmadi, M.A
- Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan: Dr. Hj. Anis Byarwati, S.Ag, M.Si
- Ketua Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Hidup: Mardani
- Ketua Bidang Ketenagakerjaan: M. Martri Agoeng
- Ketua Bidang Tani dan Nelayan: Riyono, S.Kel
- Ketua Bidang Kepanduan: H. Yoyok Switohandoyo, ST
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut): H. Hendry Munief, MBA
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel): Ir. H. Ahmad Junaidi Auly, MM
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Banten, Jakarta dan Jawa Barat (Banjabar): drh. H. Achmad Ru'yat, M.Si
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Jawa tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta (Jatijaya): Dr. Abdul Fikri Faqih, M.M.
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Balinusra): H. Johan Rosihan, ST
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Kalimantan: H. Alifudin, S.E. , M.M.
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Sulawesi: H. Suryadarma, Lc
- Ketua Bidang Pembinaan Wilayah Indonesia Timur (Intim): Dr.H. Muhammad Kasuba, M.A
- Ketua Komisi Konstitusi dan Legislasi: T.B. Soemandjaja Rukmandis
- Ketua Komisi Organisasi dan Wilayah : Dr. Hermanto,, SE, M.Si
- Ketua Komisi Kebijakan Publik : Memed Sosiawan, ME
- Ketua Komisi Kajian Strategis : Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari, M.Si
- Ketua Komisi Ideologi : Drs. Musoli
- Ketua Komisi Ketahanan Keluarga : Dra. Wirianingsih, M.Si
- Ketua Komisi Penegakan Disiplin Syari, Organisasi, dan Etik : H. Abdul Muiz Saadih, MA
- Ketua Komisi Kajian dan Bayan : H. Abdullah Haidir, Lc
- Ketua Komisi Bina Keluarga Sakinah : Dr. KH. Muslih Abdul Karim, MA
- Ketua Komisi Bina Struktur dan SDM : H. Iman Santoso, Lc, MEI
- Ketua Komisi Keumatan : H. Zufar Bawazir, Lc
- Ketua Fraksi MPR RI: Ir. Tifatul Sembiring
- Ketua Fraksi DPR RI: Dr. Jazuli Juwaini, Lc, MM.
Kontroversi
PKS Watch
Pada tahun 2010, muncul sebuah situs blog bernama PKSWatch yang mengkritik kebijakan-kebijakan PKS dan menuai reaksi keras dari simpatisan PKS, yang kemudian mendorong terbentuknya blog PKSWatch Watch. Situs ini bukanlah situs resmi PKS. Namun belakangan situs ini tidak kembali muncul ke publik karena merasa adanya perbedaan pandangan dengan PKS.[40]
Forum Kader Peduli
Forum Kader Peduli, berdiri pada September 2008 dan berpusat di Masjid Al Hikmah Mampang Prapatan, tempat PKS pertama kali dideklarasikan. Tokoh penting yang jadi pentolan di forum ini antara lain Yusuf Supendi, salah satu deklarator Partai Keadilan. Namun di balik Yusuf, ada lagi tokoh yang lebih berpengaruh yakni Syamsul Balda, mantan wakil presiden Partai Keadilan. Forum ini ditujukan untuk "membeberkan" "borok" para petinggi PKS saat itu.[41]
Buku Ilusi Negara Islam
Pada 16 Mei 2009, sebuah buku bertajuk Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia diterbitkan oleh The Wahid Institute, Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, Maarif Institute, dan Libforall Foundation.[42] Peluncuran buku ini dihadiri oleh mantan presiden, Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif dan tokoh Nahdlatul Ulama, Mustofa Bisri.
Buku ini menuai kontroversi baik di dalam maupun luar negeri[43] karena melukiskan PKS dan Hizbut Tahrir Indonesia[44] sebagal kelompok garis keras Islam transnasional. Dalam buku ini, PKS dilukiskan melakukan infiltrasi ke sekolah dan perguruan tinggi negeri dan berbagai institusi yang mencakup pemerintahan dan organisasi kemasyarakatan Islam, antara lain Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.[45] Buku ini diklaim telah melanggar kode etik penelitian dan beberapa informasi yang sulit dipercaya, seperti dicantumkannya Gus Dur sebagai editor, padahal saat itu dia sedang mengalami gangguan penglihatan,[46] sampai gugatan tiga orang dosen IAIN Sunan Kalijaga karena merasa namanya dicatut sebagai tim peneliti.[47]
Keterbukaan
PKS menggelar musyawarah kerja nasional 2008 mereka di Hotel Inna Grand Beach, Sanur, Denpasar, Bali, pada 1 Februari 2008.[48] Sebagian elite partai mendeklarasikan PKS sebagai partai terbuka, yang berarti PKS akan menerima calon non-Muslim bertanding atas tiket partai tersebut.[49][50] Namun, pernyataan tersebut memicu konflik internal antara kalangan petinggi partai. Ketua Dewan Syariah Pusat, Surahman Hidayat menyatakan mendukung langkah tersebut.[51]
Keputusan ini ditentang habis-habisan oleh salah satu pendiri PK, Yusuf Supendi. Ia menuding Ketua Majelis Syura, Hilmi Aminuddin, dan sekretaris jenderal saat itu, Anis Matta (kemudian menjadi presiden) sebagai kalangan yang menginginkan PKS sebagai sebuah partai terbuka.[9][52]
Dalam Mukernas ke-2 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, pada 16 Juni 2010, dibahas pula kemungkinan non-Muslim duduk di kepengurusan partai.[53] Namun, sampai saat ini masih belum ada realisasi dari kemungkinan tersebut, selain adanya beberapa calon legislatif non-Muslim yang bertanding menggunakan tiket PKS untuk pemilihan umum legislatif Indonesia 2014 di daerah pemilihan Indonesia Timur, seperti Nusa Tenggara Timur[54] Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Papua, dan Papua Barat.[55]
Kasus impor daging
Pada 30 Januari 2013, presiden PKS dan anggota DPR, Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka kasus impor daging sapi[56][57] di Kementerian Pertanian, di mana menterinya, Suswono, merupakan kader PKS.[58] Kasus ini turut menyeret Ahmad Fathanah, seorang teman dekat Luthfi yang awalnya diduga juga seorang kader PKS, tetapi kemudian segera dibantah[59] oleh Anis Matta, saat itu sekretaris jenderal dan kemudian naik ke posisi presiden partai. Bantahan ini diulangi lagi oleh Fathanah sendiri di hadapan pengadilan.[60] Luthfi menjadi politikus PKS pertama yang menjadi tersangka KPK.[61]
Tuduhan Wahabi
Pada April 2013, Yenny Wahid, putri mantan presiden Abdurrahman Wahid, melarang kader partainya, Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru, yang gagal lolos verifikasi KPU untuk pemilihan umum 2014, untuk bergabung dengan PKS atau PKB. Yenny menyatakan bahwa PKBIB mengusung visi ahlus sunnah wal jamaah, dan menyatakan bahwa kadernya tidak boleh bergabung ke partai yang tidak mengusung ideologi tersebut.[62] Menanggapi pernyataan tersebut, presiden Anis Matta juga menyatakan PKS mengusung ideologi ahlus sunnah,[63] dan ketua fraksi PKS di DPR, Hidayat Nur Wahid memprotes pernyataan tersebut.[64]
PKS sering mendapat tuduhan aliran Wahabi, sebuah gerakan pembaharuan Islam yang tidak mengenal sistem demokrasi dan kepartaian demokrasi. Isu ini dibantah langsung oleh presiden Anis Matta, yang mengklaim bahwa PKS tidak menganut aliran tertentu dan membuka pintu keanggotaan selebar-lebarnya bagi anggota-anggota ormas Islam lain.[65]
Kader terkenal
Ketua lembaga negara
- Hidayat Nur Wahid:
- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat: 2004-2009,
- Ketua Fraksi Keadilan Sejahtera di DPR: 2009-2014.
- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat: 2014-sekarang.
- Anis Matta:
- Wakil Ketua DPR: 2009-2013. Mundur 2019. Memdirikan partai Gelora
- Sohibul Iman:
- Wakil Ketua DPR: 2013-2014.
- Fahri Hamzah
- Wakil Ketua DPR: 2014-2019.
- Mardani Ali Sera
- Ketua Tim Pemenangan Anies - Sandi
- Penggagas Gerakan #2019GantiPresiden
Menteri pemerintahan
- Nur Mahmudi Ismail:
- Menteri Kehutanan: 1999-2000,
- Wali Kota Depok: 2005-2010, 2010-2015.
- Anton Apriantono:
- Menteri Pertanian: 2004-2009.
- Muhammad Yusuf Asy'ari
- Menteri Perumahan Rakyat: 2004-2009
- Tifatul Sembiring:
- Menteri Komunikasi dan Informatika: 2009-2014.
- Salim Segaf Al-Jufri:
- Menteri Sosial: 2009-2014.
- Suswono:
- Menteri Pertanian: 2009-2014.
- Suharna Surapranata:
- Menteri Riset dan Teknologi: 2009-2011.
Kepala daerah
- Ahmad Heryawan:
- Gubernur Jawa Barat: 2008-2013, 2013-2018.
- Abdul Ghani Kasuba:
- Gubernur Maluku Utara: 2014-sekarang.
- Gatot Pujo Nugroho:
- Gubernur Sumatra Utara: 2011-2015.
- Hadi Mulyadi
- Wakil Gubernur Kalimantan Timur: 2018-2023
- Irwan Prayitno:
- Gubernur Sumatra Barat: 2010-2015, 2016-sekarang
- Zulkieflimansyah
- Gubernur Nusa Tenggara Barat: 2018-2023
Referensi
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamacnn
- ^ a b Bestian Nainggolan dan Yohan Wahyu (editor). Kompaspedia: Partai Politik 1999-2019, Konsentrasi dan Dekonsentrasi Kuasa. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
- ^ a b c d Litbang Kompas. 2009. Partai-partai Politik Indonesia, Ideologi dan Program 2004-2009. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
- ^ "Majalah Gatra :: Artikel". arsip.gatra.com. Diakses tanggal 2019-04-09.
- ^ "Majalah Gatra :: Artikel". arsip.gatra.com. Diakses tanggal 2019-04-09.
- ^ Okezone. "Menatap Pilkada Serentak 2018, PKS Targetkan 60% Kemenangan : Okezone News". https://news.okezone.com/. Diakses tanggal 2019-04-09. Hapus pranala luar di parameter
|website=
(bantuan) - ^ Siregar, Liston P. (2018-06-28). "Pilkada Serentak 2018: PKS bahagia dan Golkar mengambil hikmah" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-04-09.
- ^ Luth, Thohir (1999). M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Gema Insani. ISBN 978-979-561-551-4.
- ^ a b c d e f g h i j k Muhtadi, Burhanuddin (2012). Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta, Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). ISBN 9789799104380.
- ^ a b c d Machmudi, Yon. 2008. Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party (PKS). Canberra: Australian National University Press. ISBN 978-1-921536-25-0
- ^ Dijk, C. van (Cornelis). Rebellion under the banner of Islam : the Darul Islam in Indonesia. The Hague: M. Nijhoff, 1981. ISBN 90-247-6172-7
- ^ Sejarah awal FSDK di situs resmi LDK Insani Universitas Diponegoro
- ^ Richard Kraince. "The Role of Islamic Student Groups in the Reformation Struggle: KAMMI". Studia Islamika, vol. 7, no. 1, 2000
- ^ Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya & Suryadinata, Leo (2004), Indonesian Electoral Behaviour: A Statistical Perspective, Indonesia's Population Series, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, ISBN 978-981-230-224-3, diakses tanggal 2009-06-06.
- ^ Zein, Fathurin (2004). NU politik: Analisis wacana media. Jakarta, Indonesia: PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 284. ISBN 9789793381466.
- ^ Profil Partai Keadilan Sejahtera di Gatra
- ^ Sissener, Tone (2004). The Republic of Indonesia: General and Presidential Elections, April – September 2004 (PDF). Norwegian Centre for Human Rights. ISBN 978-82-90851-80-9. Diakses tanggal 9 June 2009.
- ^ Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya & Suryadinata, Leo (2005). Emerging Democracy in Indonesia. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-230-322-6.
- ^ a b c Rahmat, Imdadun (2008). Ideologi politik PKS: dari masjid kampus ke gedung parlemen (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: LKiS Pelangi Aksara. ISBN 9789791283762.
- ^ Wickham, Carrie Rosefsky. 2002. Mobilizing Islam: Religion, Activism and Political Change in Egypt. New York: Columbia University Press. ISBN 0-231-12573-9.
- ^ Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Jakarta: Teraju.
- ^ Syarifah Nur Aida, "Kumpulkan Kader di Turki, PKS Incar Satu Kursi di Luar Negeri". Detik.com, 22 April 2013
- ^ Sadanand Dhume, Indonesian democracy’s enemy within, YaleGlobal.
- ^ Sopyani, Yayan, "Jubir PKS: Kita Hanya Punya Hubungan Hati dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir". Rakyat Merdeka Online, 4 Juli 2013
- ^ "PKS Bantah Terlibat Revolusi Mesir". Kompas, 6 Februari 2011
- ^ Indra Subagja, "PKS Berduka untuk Morsi, Desak Pemerintah RI Tekan Militer Mesir". Detik.com, 5 Juli 2013
- ^ Qaradhawi, DR. Yusuf (2001), Umat Islam Menyongsong Abad ke-21, Era Intermedia, Solo, ISBN 979-9183-56-1 pp. 92;
- ^ "Yusuf Supendi Sudah Dipecat dari PKS". rmol.co. Diakses tanggal 2018-02-13.
- ^ "Pendiri Akui PKS Memang Ikhwanul Muslimin". Tempo, 10 Februari 2013
- ^ Febriana Firdaus. "PKS dan Ikhwanul Muslimin Ada Hubungan Cita-Cita ". Yahoo! Indonesia, 11 Februari 2013
- ^ Febriana Firdaus, "PKS Mirip Partai Keadilan di Turki dan Mesir". Tempo, 11 Februari 2013
- ^ "PKS Pelajari Kemenangan ala Partai Keadilan & Pembangunan Turki". Republika, 24 Februari 2012
- ^ Rachmadin Ismail, "Presiden PKS Kumpulkan Pengurus PKS Sedunia di Turki". Detik.com, 24 April 2013
- ^ "Tifatul: Sejak Berdiri, PKS Selalu Bantu Palestina". Detik.com, 19 November 2012
- ^ "Siang Ini, 150 Ribu PKS Demo Bela Palestina". VIVA.co.id, 20 Maret 2010
- ^ Ya'cob Biliocta. "PKS kecam Amerika yang tak dukung kemerdekaan Palestina". Merdeka.com, 30 November 2011
- ^ "Ikut Demo PKS, Sabam Sirait Kutuk Israel". Okezone, 20 Maret 2010
- ^ "Sumbang Palestina, PKS Lelang Hiasan Meja". Kompas, 25 November 2012
- ^ "PKS Madiun Galang Dana untuk Palestina". Tempo, 23 November 2012
- ^ "Blog yang Bikin Warga PKS 'Murka' Akhirnya Ditutup". Eramuslim, 21 Juni 2010
- ^ "Puncak Kemarahan Faksi Keadilan Pada Kesejahteraan". Detik.com, 24 Maret 2011
- ^ "Buku Ilusi Negara Islam Diluncurkan". Republika, 17 Mei 2009
- ^ "Mahasiswa Mesir Kritik Total Buku Ilusi Negara Islam". Eramuslim, 29 Juni 2009
- ^ Indra Subagja. "Hizbut Tahrir: Buku Ilusi Negara Islam Tak Toleran". Detik.com, 22 Mei 2009
- ^ Indra Subagja. "'Ilusi Negara Islam', Respons NU & Muhammadiyah Atas PKS & Hizbut Tahrir". Detik.com, 22 Mei 2009
- ^ Saiful Khaliq S. "Ethical Research Misconduct dalam ‘Ilusi Negara Islam’". Eramuslim, 20 Juni 2009
- ^ Indra Subagja. "Dicatut, Dosen UIN Yogyakarta Gugat 'Ilusi Negara Islam'". Detik.com, 27 Mei 2009
- ^ Arifin Asyhdad. "Tak Ada Gema Takbir di Pembukaan Mukernas PKS". Detik.com, 2 Februari 2008
- ^ Elvan Dany Sutrisno. "Yusuf Supendi dan Simpul Perpecahan PKS". Detik.com, 18 Maret 2011
- ^ "PKS Nyatakan Terbuka Menerima Kader Non-Muslim". Republika, 20 Juni 2010
- ^ "'PKS Terbuka Bukan Ikut-ikutan'". Diarsipkan dari Republika, 1 Februari 2008,
- ^ "Pendiri PKS Serang Anis Matta". Padang Ekspres, 4 Februari 2013
- ^ Andri Haryanto. "Munas II PKS Bahas Kemungkinan Non Muslim Jadi Pengurus Partai". Detik.com, 16 Juni 2010
- ^ Mohamad Taufik. "PKS NTT daftarkan 20 Caleg non-muslim". Merdeka.com, 22 April 2013
- ^ "Ada Pendeta Jadi Caleg PKS". Republika, 22 April 2013
- ^ "Jadi Tersangka, Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq Dijemput KPK" (html). Diakses tanggal 31 Januari 2012.
- ^ Moksa Hutasoit, "Kronologi Kasus Suap Daging Sapi Impor Terkait Anggota DPR Luthfi Hasan". Detik.com, 30 Januari 2013
- ^ "Menteri Suswono Bisa Terseret Kasus Daging Impor?". Tempo, 1 Februari 2013
- ^ Febriana Firdaus, "Anis: Fathanah Bukan Kader PKS, tetapi Sahabat Luthfi". Tempo, 13 Mei 2013
- ^ Fajar Pratama, "Fathanah: Saya Calo, Saya Bukan Kader PKS, Saya Sahabat Luthfi". Detik.com, 17 Mei 2013
- ^ Ahmad Toriq, "Luthfi Hasan, Politikus PKS Pertama yang Jadi Tersangka KPK". Detik.com, 30 Januari 2013
- ^ Nur Khafifah, "Tetap di PKBIB, Yenny Larang Kader Merapat ke PKB dan PKS". Detik.com, 16 April 2013
- ^ "Tanggapi Yenny, Anis: PKS Juga Ahlu Sunnah". Republika, 17 April 2013
- ^ Syahrul Ansari, "PKS Protes Pernyataan Yenny Wahid". VIVA.co.id, 16 April 2013
- ^ Abdul Aziz, "PKS bantah beraliran Wahabi". Antara, 4 Juni 2013
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) (Inggris) (Arab) Situs web resmi
- Situs resmi Fraksi PKS di DPR