Assalamualaikum

salam dalam bahasa Arab yang artinya "Semoga kedamaian selalu menyertaimu"
Revisi sejak 1 Januari 2021 17.00 oleh F4ndi0507 (bicara | kontrib) (Arti kata salam semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan untukmu)

Assalamualaikum (bahasa Arab: ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ ʾas-salāmu ʿalaykum) yang memiliki arti yaitu semoga keselamatan terlimpah untukmu, merupakan salam dalam Bahasa Arab, dan digunakan oleh kultur Muslim. Frasa lengkapnya adalah ʾas-salāmu ʿalaykum wa-raḥmatu -llāhi wa-barakātuhū (ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ) dengan arti lengkap semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan untukmu. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, yang dapat merekatkan Ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Untuk yang mengucapkan salam, hukumnya adalah Sunnah.[1] Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya dengan Wa'alaikumussalam.

Salam ini juga digunakan oleh kultur Kristen di Timur Tengah yang mempunyai arti kedamaian dan kesejahteraan bagi yang mengucapkan salam dan penerima salam tersebut. Salam ini sama dengan salam shalom aleichem dalam bahasa Ibrani.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr Ayat 23: Dialah Allah, tidak ada ilaah (sesembahan) yang layak kecuali Dia, Maha Rajadiraja, yang Maha Suci, Maha Sejahtera, Maha Mengaruniai rasa aman, Maha Memelihara, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari segala yang mereka persekutukan.

Di dalam ayat ini, As-Salaam (Maha Sejahtera) adalah satu dari Nama-nama Agung Allah SWT. Kini, Kita akan mencoba untuk memahami arti, keutamaan dan penggunaan kata Salam.

Sebelum terbitnya fajar Islam, orang Arab biasa menggunakan ungkapan-ungkapan yang lain, seperti Hayakallah yang artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup, kemudian Islam memperkenalkan ungkapan Assalamualaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa. Ibnu Al-Arabi di dalam kitabnya Al-Ahkamul Quran mengatakan bahwa Salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti "Semoga Allah menjadi Pelindungmu".

Makna

  1. Salam bukan sekadar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih-sayang yang diwujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita. Tidak seperti kebiasaan orang Arab yang mendoakan untuk tetap hidup, tetapi Salam mendoakan agar hidup dengan penuh kebaikan.
  2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah SWT. Tak satupun makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah SWT.
  3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan kepada anda, "Aku berdoa semoga kamu sejahtera." Maka ia menyatakan dan berjanji bahwa anda aman dari tangan (perlakuannya), lidah (lisannya), dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga diri Anda.

Ibnu Al-Arabi di dalam Ahkamul Quran mengatakan:

Tahukah kamu arti Salam? Orang yang mengucapkan Salam itu memberikan pernyataan bahwa kamu tidak terancam dan aman sepenuhnya dari diriku.

Kesimpulannya bahwa Salam berarti:

  • Mengingat (zikir) Allah SWT.
  • Pengingat diri.
  • Ungkapan kasih sayang antar sesama Muslim.
  • Doa yang istimewa.
  • Pernyataan atau pemberitahuan bahwa Anda aman dari bahaya tangan dan lidahku.

Dalam sebuah hadits dikatakan:

Muslim sejati adalah bahwa dia tidak membahayakan setiap Muslim yang lain dengan lidahnya dan tangannya

Jika kita memahami hadits ini saja, sudahlah cukup untuk memperbaiki semua umat Muslim. Karena itu Muhammad sangat menekankan penyebaran pengucapan Salam antar sesama Muslim dan dia menyebutnya sebagai perbuatan baik yang paling utama di antara perbuatan-perbuatan baik yang anda kerjakan. Ada beberapa Sabda Muhammad yang menjelaskan pentingnya ucapan salam antar seluruh Muslim.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kamu tidak dapat memasuki Surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu berkasih-sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih-sayang di antara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal." (Muslim)

Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah amalan terbaik dalam Islam?" Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak." (Sahihain)

Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam." (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Abdullah bin Mas'ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jamaah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam." (Musnad Al Bazar, Al Mujam Al Kabir oleh At Tabrani) Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam." Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 86:

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.

Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim. Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya, seseorang datang dan mengucapkan, "Assalaamualaikum". Maka Rasulullah SAW pun membalas dengan ucapan "Waalaikum salaam wa rahmah". Orang kedua datang dengan mengucapkan "Assalaamualaikum wa rahmatullah". Maka Rasulullah membalas dengan, "Waalaikum salaam wa rahmatullah wabarakatuh". Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan "Assalaamualaikum wa rahmatullah wabarakatuhu." Rasulullah SAW menjawab "Waalaika".

Orang yang ketiga terperanjat dan bertanya, namun tetap dengan rendah hati, "Wahai Rasulullah, ketika mereka mengucapkan salam yang ringkas kepadamu, engkau membalas dengan salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi salam yang lengkap kepadamu, aku terkejut engkau membalasku dengan sangat singkat hanya dengan waalaika."

Rasulullah SAW menjawab, "Engkau sama sekali tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah aku membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang dijabarkan Allah di dalam Al-Quran." Ternyata orang ketiga adalah orang kafir.

Hasan Al-Basri berkata, "Mengawali mengucapkan salam sifatnya adalah sukarela, sedangkan membalasnya adalah kewajiban".

Catatan lain

Jika kita hendak memasuki suatu rumah, -sebagaimana yang sudah kita ketahui, memang kita patut mengucap Assalamu alaikum. Cuma saja, ditambah. Disebutkan dalam kitab Fath al-Bari karangan Ibnu Hajar al-Asqalani, "Dan dikeluarkan oleh Bukhari dalam Adabul-Mufrad dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad hasan," hendaknya mengucap Assalamu alaikum wa 'ala 'ibadillahish-shalihin.[2] (Semoga Allah Memberi keselamatan kepada kita dan hamba-hambaNya yang saleh) bila di dalam rumah tiada seorangpun di dalamnya. Tapi, bilamana di rumah kosong bukan kepunyaan orang muslim, maka yang diucap adalah Assalamu 'ala man ittaba'al-huda (Semoga keselamatan diberi bagi kepada siapa yang dipetunjuki [oleh Allah]). Jika ada yang masuk ke rumah dan mengucapkan salam kepada para malaikat, maka itu tidak masalah. Disebutkan dalam Adab asy-Syar'iyyah, karangan Ibnu Muflih al-Hanbali, "Siapa yang masuk ke dalam rumah kosong, patutlah bagi dirinya untuk mengucap salam kepada dirinya sendiri, para malaikat, dan menjawab salamnya sendiri."[2]

Referensi

  1. ^ Masyhuri, 'Abdul 'Aziz. Masalah keagamaan: hasil muktamar dan munas ulama Nahdhatul Ulama kesatu-1928 s/d ketiga puluh, 2000. Agromedia Pustaka, 2004. hlm. 106. ISBN 9793762098. ISBN 978-979-3762-09-8
  2. ^ a b Al-Buhairi, Syekh Mamduh Farhan (2014). "Mengucapkan Salam saat Rumah Kosong". Qiblati. 12 (8(/9?)): 61 – 62.