Kereta api lokal di Jawa Timur
Kereta api Dhoho meninggalkan Stasiun Surabaya Gubeng
Informasi umum
Daerah operasiSemuanya dioperasikan oleh Daerah Operasi VIII Surabaya, kecuali KA Probowangi yang dioperasikan oleh Daerah Operasi IX Jember
Operator saat iniPT Kereta Api Indonesia
Lintas pelayanan
Jenis relRel berat
Pelayanan penumpang
KelasEkonomi
Pengaturan tempat duduk
  • Kereta api 106 tempat duduk disusun 3-2 (Ekonomi Lokal)
    kursi saling berhadapan dan tidak bisa direbahkan
  • Kursi saling berhadapan dan disusun melintang di setiap kereta (Komuter)
  • Kursi disusun membujur dan sejajar dengan jendela (Komuter Sulam dan Komuter Indro)
Teknis sarana dan prasarana
Lebar sepur1.067 mm
Pemilik jalurDitjen KA, Kemenhub RI

Kereta api lokal di Jawa Timur adalah beberapa layanan kereta api lokal milik Kereta Api Indonesia yang sebagian besar dioperasikan di wilayah Jawa Timur. Kereta api ini melayani tujuan berbagai kota di Jawa Timur, antara lain Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Malang, Blitar, Kertosono, dan Bojonegoro. Selain itu, terdapat kereta api lokal yang melayani dari Stasiun Surabaya Pasarturi menuju Stasiun Cepu yang terletak Cepu, Blora, Jawa Tengah. Hampir semua kereta api lokal ini dioperasikan oleh Daerah Operasi VIII Surabaya. Namun, terdapat kereta lokal yang dioperasikan oleh Daerah Operasi IX Jember, yaitu kereta api Pandanwangi dengan rute JemberKetapang.

Kereta api lokal di Jawa Timur dalam pengoperasiannya terbagi dua, yaitu kereta api ekonomi lokal dengan bakal pelanting berupa kereta kelas ekonomi beserta lokomotif dan kereta api komuter yang beroperasi menggunakan Kereta Rel Diesel.

Kereta api ekonomi lokal

Sebanyak tujuh kereta api lokal di Jawa Timur yang merupakan kereta api ekonomi lokal, yaitu Dhoho dan Penataran, Tumapel, Ekonomi Lokal Kertosono, Ekonomi Lokal Bojonegoro, Ekonomi Lokal Cepu, dan Pandanwangi. Kereta tersebut memiliki susunan tempat duduk 3–2 serta dilengkapi dengan penyejuk udara sistem terpisah (split air conditioner).

Pada 10 Februari 2021, PT KAI meluncurkan layanan kereta api ekonomi lokal dengan rute Surabaya Pasarturi–Cepu.

Dhoho dan Penataran

 
Kereta api Penataran berhenti di Stasiun Malang, 2011
Peta rute kereta api jalur kantong Surabaya–Blitar
Untuk kereta api:
  Dhoho
  Penataran dan Tumapel
 
 
Surabaya Kota J A    
 
 
 
 
Ke Sidotopo
Ke Surabaya Pasarturi
 
 
 
 
 
 
Surabaya Gubeng J A    
 
 
 
 
Wonokromo J A      
J   Sepanjang
 
 
Waru A        
Boharan
 
 
Gedangan A
J   Krian
 
 
Sidoarjo J A  
Kedinding
 
 
Tanggulangin  
J Tarik
 
 
Porong    
J   Mojokerto
 
 
Bangil  
Curahmalang
 
 
 
Ke Jember
Sumobito
 
 
Lawang  
Peterongan
 
 
Singosari
  Jombang
 
 
Blimbing
Sembung
 
 
Malang  
Ke Solo/  Kertosono
 
 
 
 
Malang Kotalama  
Purwoasri
 
 
Pakisaji
Papar
 
 
Kepanjen  
  Kediri
 
 
Ngebruk
Ngadiluwih
 
 
Sumberpucung
Kras
 
 
Pogajih
  Tulungagung
 
 
Kesamben  
Sumbergempol
 
 
Wlingi  
  Ngunut
 
 
Talun
Rejotangan
 
 
Garum
 
 
 
 
Blitar  
Keterangan:
  • CL Tumapel beterminus di Stasiun Malang
  • CL Dhoho dapat memulai dan mengakhiri perjalanan di Stasiun Kertosono
  • CL Dhoho memutar di Stasiun Kertosono
  • Kereta jarak jauh juga berhenti di stasiun bertanda  


Kereta api Dhoho dan Penataran merupakan dua layanan kereta api ekonomi lokal yang melayani jalur kantong Jawa Timur, yaitu memiliki rute yang memutar, mulai Surabaya, Malang, Blitar, Kediri, Kertosono, hingga kembali ke Surabaya, dan sebaliknya. Setiba di Stasiun Blitar, kereta api ini berganti nama menjadi Penataran untuk kembali ke Surabaya Kota melalui Malang, sedangkan kereta api yang melewati Kertosono berganti nama menjadi Dhoho. Dalam pengoperasiannya, kereta api ini berhenti lebih lama di Stasiun Kertosono untuk memutar arah lokomotif sebelum melanjutkan perjalanan menuju Blitar maupun Surabaya, serta nama kereta api mengalami perubahan setelah tiba di Stasiun Blitar.

Kereta api Dhoho—sebelumnya Rapih Dhoho—diluncurkan pada tahun 1971, sedangkan kereta api Penataran pertama kali beroperasi pada tahun 1985 yang merupakan layanan penerus dari kereta api Tumapel Blitar.[1]

Tarif kereta api ini ditetapkan sebesar Rp10.000,00–Rp30.000,00 untuk sekali perjalanan, tergantung jarak yang ditempuh penumpang.

Tumapel

 
Kereta api Tumapel meninggalkan Stasiun Wonokromo, 2020

Kereta api Tumapel merupakan salah satu layanan kereta api ekonomi lokal yang menghubungkan Malang dan Surabaya. Perjalanan dari Malang menuju Surabaya sepanjang 96 kilometer ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam. Kereta api ini sering dimanfaatkan oleh kaum penglaju dari Malang dan Sidoarjo yang bekerja di Surabaya. Nama Tumapel diambil dari nama sebuah wilayah yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Singasari.

Kereta api Tumapel pertama kali beroperasi pada 14 Januari 1971 untuk melayani lintas Surabaya–Malang. Pada awal peluncurannya, kereta api ini membawa tiga kereta kelas III (CW) [plus]. Walaupun hanya layanan kelas III, penumpang diberi fasilitas berupa kudapan dan air minum, serta dilengkapi dengan pramugari. Waktu perjalanan tercepat yang ditempuh saat itu selama 80 menit dengan tiga kali perjalanan pulang-pergi.[1]

Pada April 1973, rute pada kereta api tersebut sempat diperpanjang hingga Stasiun Blitar. Namun, layanan kereta api tersebut baik dari Malang maupun Blitar diubah menjadi kereta api lokal pada tahun 1976 karena ia berhenti di setiap stasiun yang dilaluinya.[1]

Pada tahun 1980-an awal, PJKA meluncurkan kereta api patas Tumapel Utama melayani lintas Surabaya–Malang hingga rutenya diperpanjang hingga Stasiun Blitar pada tahun 1985. Namun, pengoperasian kereta api tersebut dihentikan pada tahun 2002.[1]

Sejak 1 Juni 2014, PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali mengoperasikan kereta api Tumapel sebagai kereta api lokal.

Tarif kereta api ini ditetapkan sebesar Rp10.000,00 untuk sekali perjalanan.

Ekonomi Lokal Kertosono

 
Kereta api lokal Kertosono setelah meninggalkan Stasiun Surabaya Gubeng

Kereta api Ekonomi Lokal Kertosono merupakan layanan kereta api ekonomi lokal yang memiliki rute Surabaya KotaKertosono dan sebaliknya. Kereta api ini merupakan salah satu pilihan untuk penumpang kereta api dari dan ke Surabaya sehingga ia membantu pengoperasian kereta api Dhoho.

Kereta api ini beroperasi dengan susunan rangkaian kereta yang terdiri dari tujuh kereta kelas ekonomi dengan susunan tempat duduk 3-2 serta satu kereta makan pembangkit (MP3) atau kereta pembangkit (KP3).

Tarif kereta api ini ditetapkan sebesar Rp10.000,00 untuk sekali perjalanan.

Ekonomi Lokal Bojonegoro

 
Kereta api lokal Bojonegoro saat berhenti di Stasiun Babat, sekitar tahun 2010

Kereta api Ekonomi Lokal Bojonegoro merupakan layanan kereta api ekonomi lokal yang melayani rute SidoarjoSurabaya PasarturiBojonegoro dan sebaliknya.

Kereta api lokal ini dioperasikan supaya penumpang yang berada di sekitar stasiun-stasiun kecil di lintas Sidoarjo–Bojonegoro dapat dijangkau dengan kereta api ini menuju stasiun-stasiun besar dengan tarif yang murah, seperti Stasiun Sidoarjo, Wonokromo, Surabaya Gubeng, Surabaya Pasarturi, Lamongan, Babat, dan Bojonegoro. Rute yang sebelumnya hanya sampai Surabaya Pasarturi diperpanjang hingga Stasiun Sidoarjo mulai tanggal 1 April 2015.[2]

Tarif kereta api ini ditetapkan sebesar Rp6.000,00–Rp12.000,00 untuk sekali perjalanan, tergantung jarak yang ditempuh penumpang.

Pandanwangi

 
Kereta api Pandanwangi menunggu keberangkatan di Stasiun Jember

Templat:KTG-JR Kereta api Pandanwangi adalah layanan kereta api ekonomi lokal yang menghubungkan Stasiun Ketapang yang terletak di Banyuwangi dengan Stasiun Jember, dan dioperasikan oleh Daerah Operasi IX Jember. Kereta api yang sering membawa enam kereta penumpang kelas ekonomi ini menempuh jarak sejauh 112 km dalam waktu sekitar 3 jam. Mulai 1 Juni 2014, jumlah perjalanan kereta api ini ditambah menjadi dua kali dalam sehari.[3]

Tarif kereta api ini ditetapkan sebesar Rp8.000,00 untuk sekali perjalanan.

Ekonomi Lokal Cepu

Kereta api Ekonomi Lokal Cepu adalah layanan kereta api ekonomi lokal yang memiliki rute Surabaya PasarturiCepu dan sebaliknya. Kereta api ini mulai dioperasikan sejak berlakunya Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) tahun 2021 per 10 Februari 2021, dengan susunan rangkaian kereta yang terdiri dari 6 kereta kelas ekonomi dan 1 kereta makan-pembangkit, dan memiliki jumlah perjalanan sebanyak dua kali perjalanan pulang-pergi. Rangkaian kereta api yang digunakan merupakan bekas rangkaian kereta api Ekonomi Lokal Bojonegoro yang pernah digunakan pada saat berlakunya Gapeka tahun 2019.

Sebelumnya, terdapat layanan kereta api komersial dengan relasi yang sama, yaitu kereta api Cepu Ekspres, yang beroperasi menggunakan KRDI yang dilengkapi pendingin udara. Namun, pengoperasian kereta api tersebut dihentikan mulai tahun 2016.

Tarif kereta api ini ditetapkan sebesar Rp13.000,00 untuk sekali perjalanan.

Kereta api komuter

Kereta api komuter pada umumnya melayani berbagai tujuan di kawasan metropolitan Gerbangkertosusila, seperti Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, dan Stasiun Indro yang terletak di perkotaan Gresik. Selain itu, ia juga melayani dengan tujuan Bangil hingga Pasuruan. Sebagai kereta api komuter, semua kereta api komuter beroperasi menggunakan rangkaian Kereta Rel Diesel buatan PT INKA.

Beberapa rute baru pada layanan kereta api komuter yang mulai dioperasikan pada 10 Februari 2021, yaitu Sidoarjo–Indro, Surabaya–Mojokerto, dan Surabaya–Pasuruan. Namun, dalam penyederhanaan perjalanan, semua halte (shelter) yang terletak di jalur Surabaya–Sidoarjo dinonaktifkan sehingga seluruh kereta api komuter tidak berhenti untuk melayani penumpang.[4]

Tarif kereta api komuter berkisar antara Rp4.000,00–Rp6.000,00.

Komuter Surabaya–Sidoarjo–Bangil

 
Kereta api Delta Ekspres saat beroperasi menggunakan KRD MCW 302 – tiba di Stasiun Surabaya Gubeng dari Sidoarjo/Porong, 2011

Kereta api komuter ini pertama kali diluncurkan pada 9 Februari 2004 dengan nama Delta Ekspres dengan rute SurabayaSidoarjo yang diresmikan oleh Presiden RI saat itu, Megawati Soekarnoputri[5]. Pada awalnya, ia beroperasi menggunakan KRD MCW 302.[6]

Untuk mendukung pengoperasian kereta api ini, maka PT KA membangun halte-halte di sepanjang jalan raya Surabaya–Sidoarjo pada letak yang strategis, yaitu berdekatan dengan kawasan industri, penghubung antarmoda, dan lain-lain.

Dengan berlakunya Gapeka tahun 2017, kereta api ini berganti nama menjadi Komuter Surabaya–Porong (SuPor).[7] Untuk mendukung ketersediaan armada KRD, kereta api Komuter Surabaya–Porong beroperasi menggunakan Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) dan terkadang dapat beroperasi menggunakan rangkaian kereta yang tidak terpakai—ditarik menggunakan lokomotif—apabila rangkaian KRDI mengalami gangguan teknis.[8]

Per 1 Desember 2019, rute kereta api ini diperpanjang hingga Stasiun Bangil.[9]

Komuter Sulam

 
Kereta api Komuter Sulam menunggu keberangkatan di Stasiun Surabaya Pasarturi, 2020

Kereta api Komuter Sulam yang pertama beroperasi pada tahun 2004 pada awalnya menggunakan kereta rel diesel (KRD) MCW 302 sebagai bakal pelanting.[10] Pada akhir tahun 2016, KRD MCW 302 sempat digantikan dengan rangkaian KRDI AC yang pernah digunakan untuk pengoperasian Kereta api Madiun Jaya karena KRD tersebut telah dianggap uzur sehingga tidak layak pakai.[11][12]

Per tahun 2018, kereta api ini mulai beroperasi menggunakan KRDI buatan PT INKA yang sebelumnya digunakan untuk pengoperasian kereta api Banyubiru. Ciri khas rangkaian kereta api ini adalah memiliki kursi yang disusun membujur dan tidak dilengkapi penyejuk udara.[butuh rujukan]

Jenggala

 
Kereta api Jenggala di Stasiun Mojokerto

Kereta api Jenggala merupakan layanan kereta api komuter yang dioperasikan untuk melayani relasi Surabaya KotaMojokertoSidoarjo.[4]

Kereta api yang dioperasikan pada 12 November 2014 ini beroperasi menggunakan Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) buatan PT Industri Kereta Api. Kereta api ini merupakan kereta api pertama yang beroperasi melalui jalur kereta api Tarik–Sidoarjo setelah jalur tersebut diaktifkan kembali.[13]

Per 10 Februari 2021, kereta api Jenggala mengalami perubahan pola rute menjadi Surabaya–Mojokerto–Sidoarjo–Mojokerto–Surabaya, berbeda dengan rute per 1 Desember 2019 yang hanya memiliki rute Mojokerto–Sidoarjo. Dengan demikian, kereta api Jenggala hanya beroperasi sebanyak satu perjalanan pulang-pergi di lintas Sidoarjo–Tulangan–Mojokerto.[4]

Komuter Surabaya–Sidoarjo–Indro

Kereta api Komuter Surabaya–Sidoarjo–Indro adalah kereta api komuter yang dioperasikan untuk menyambungkan Stasiun Surabaya Pasarturi dengan Sidoarjo dan Stasiun Indro yang terletak di kawasan perkotaan Gresik. Kereta api ini diluncurkan pada 10 Februari 2021, bersamaan dengan berlakunya Grafik Perjalanan Kereta Api tahun 2021.[14] Ia memiliki jumlah perjalanan sebanyak sekali pulang-pergi dengan waktu kedatangan maupun keberangkatan dari Stasiun Indro pada siang hari. Dengan jarak tempuh dari Sidoarjo menuju Indro sekitar 45 km, ia menempuh waktu sekitar 2 jam.

Kereta api ini beroperasi melalui jalur Kandangan–Indro yang sebelumnya hanya digunakan untuk layanan kereta angkutan barang. Pengoperasian kereta api tersebut dihentikan pada tahun 2016–2017.[15][16]

Komuter Surabaya–Pasuruan

Kereta api Komuter Surabaya–Pasuruan adalah kereta api komuter yang dioperasikan untuk menyambungkan Surabaya dengan Pasuruan. Bersama dengan Komuter Sidoarjo–Surabaya–Indro, kereta api ini diluncurkan pada 10 Februari 2021, bersamaan dengan berlakunya Grafik Perjalanan Kereta Api tahun 2021.[17] Dengan jarak tempuh sekitar 63 km, ia menempuh waktu sekitar 1,5 jam hingga 2 jam 15 menit.

Bakal pelanting

Hampir semua kereta api Ekonomi Lokal beroperasi membawa kereta penumpang kelas ekonomi dengan jumlah tempat duduk sebanyak 106 kursi sebanyak 6–7 kereta dalam satu rangkaian serta kereta makan-pembangkit atau kereta pembangkit (KMP3/KP3). Pada umumnya, sebagian besar rangkaian tersebut dimiliki oleh Depo Kereta Surabaya Gubeng (SGU). Walaupun demikian, terdapat rangkaian kereta api yang dimiliki oleh depo kereta lain, seperti kereta api Ekonomi Lokal Cepu yang menggunakan kereta milik Depo Kereta Surabaya Pasarturi dan kereta api Pandanwangi yang menggunakan kereta milik Depo Kereta Ketapang (KTG). Lokomotif yang digunakan untuk pengoperasian kereta api ini adalah lokomotif CC201 atau lainnya.[4]

Nomor kereta Lokomotif
(pada umumnya CC201, atau lainnya)
1 2 3 Kereta makan-pembangkit atau kereta pembangkit (KMP3/KP3) 4 5 6
Keterangan Kereta penumpang kelas ekonomi (K3) Kereta penumpang kelas ekonomi (K3)
Nomor kereta 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan Kereta penumpang kelas ekonomi (K3) Kereta penumpang kelas ekonomi (K3)

Sementara itu, sebagian besar kereta api komuter beroperasi menggunakan Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) buatan PT INKA yang dilengkapi kursi yang disusun melintang dan dilengkapi penyejuk udara.[4] Dalam satu rangkaian kereta KRDI terdiri dari empat kereta. Namun, terdapat kereta api komuter dengan kursi yang disusun membujur dan tidak dilengkapi penyejuk udara, seperti Komuter Sulam dan Sidoarjo–Indro. Hal ini terjadi karena rangkaian yang ia gunakan adalah KRDI generasi pertama yang dibuat oleh PT INKA keluaran 2008 dan merupakan bekas rangkaian kereta api Banyubiru yang beroperasi di lintas SemarangYogyakarta.[18]

Kereta api yang berhenti beroperasi

Gerbang Kertasusila

Kereta api Gerbang Kertasusila merupakan layanan kereta api komuter yang pernah dioperasikan pada tahun 1970-an. Kereta api ini memiliki rute Surabaya–Blitar melalui Kertosono, tetapi pola rute yang ditetapkan cukup berbeda, yaitu dari Surabaya menuju Blitar, kemudian dilanjutkan denga rute pulang-pergi Blitar–Kertosono, hingga dilanjutkan kembali ke Surabaya. Pada saat masih beroperasi, bekal pelanting yang digunakan berupa KRD MCW-301 yang hanya terdiri dari dua kereta per satu rangkaian.

Pengoperasian kereta api ini dihentikan pada akhir 1970-an atau awal 1980-an, kemungkinan karena sering terjadi kendala teknis.[1]

KRD Blitar

Sama seperti kereta api Gerbang Kertasusila, kereta api KRD Blitar pernah dioperasikan di lintas Surabaya–Blitar melalui Kertosono. Kereta yang diluncurkan pada tahun 1982 ini beroperasi menggunakan KRD MCW-302 keluaran terbaru sebanyak enam rangkaian. Tingkat kererisian kereta api ini terbilang cukup tinggi, yang dibuktikan dengan banyaknya penumpang yang berdiri. Selanjutnya, KRD ini pada kemudian hari disebut KRD Rapih Dhoho yang mengalami perubahan jumlah pemberangkatan dari tiga kali menjadi sekali per hari.

Pengoperasian kereta api ini dihentikan pada tahun 1982.[1]

Kereta api lokal Surabaya–Babat

 
Kereta api KRD Babat berhenti di Stasiun Benowo pada sore hari, 2011

Kereta api Surabaya–Babat, lebih dikenal dengan nama KRD Babat, adalah layanan kereta api lokal kelas ekonomi yang pernah dioperasikan untuk melayani rute Surabaya PasarturiBabat dan sebaliknya. Kereta api ini pernah beroperasi secara bersamaan dengan kereta api KRD Bojonegoro (Ekonomi Lokal Bojonegoro) pada rute yang sama dan menggunakan rangkaian kereta yang sama. Kereta api yang menempuh jarak sekitar 70 km ini berhenti di setiap stasiun yang dilaluinya. Namun, pengoperasiannya dihentikan mulai tahun 2013 untuk menyederhanakan perjalanan kereta api.

Per tahun 2012–2013, tarif kereta api ini pernah ditetapkan sebesar Rp2.000,00.[19]

Referensi

  1. ^ a b c d e f "Sejarah KA Lokal Jalur Kantong". Roda Sayap. Diakses tanggal 2020-02-10. 
  2. ^ "Jalur Kereta Bojonegoro-Sidoardjo Dibuka Hari Ini". INKA. Diakses tanggal 8 Februari 2021
  3. ^ "PT KAI Tambah Jadwal Perjalanan KA Pandanwangi". Tribun. 2014-06-02. 
  4. ^ a b c d e "Expose Gapeka 2021 Daop 8 Surabaya" (2021) PT Kereta Api Indonesia (Persero)
  5. ^ "Mega Resmikan KA Komuter". Suara Merdeka. Semarang. 2004-02-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-06-05. Diakses tanggal 2019-12-04. 
  6. ^ Rahardhi, Ignatius (2017-07-04). "Opini: Nasib Mengenaskan Kereta Api Komuter Daop 8". KAORI Nusantara. Diakses tanggal 2019-12-04. 
  7. ^ Bintang, Amri (2017-01-05). "Banyak Perubahan Jadwal KA, Inilah Bocoran Gapeka 2017". KAORI Nusantara. Diakses tanggal 2019-12-04. 
  8. ^ "Rangkaian KA Komuter Supor dan Susi Ganti Armada". Informasi Aktual. 2018-08-21. Diakses tanggal 2019-12-04. 
  9. ^ Arifin, Jawanto (2019-11-19). "Hore… Desember, Jalur KA Komuter Ditarget hingga Stasiun Bangil". Radar Bromo. Diakses tanggal 2019-12-04. 
  10. ^ Sugeng Dwi Hartantyo, Hammam Rofiqi Agustapraja (2018). Analisis Kinerja KA Komuter Surabaya–Lamongan. Universitas Islam Lamongan. hlm. 35. 
  11. ^ Ignatius Rahardhi (4 Juli 2017). "Opini: Nasib Mengenaskan Kereta Api Komuter Daop 8". KAORI Nusantara. 
  12. ^ Wiratama Adi Nugraha (2017). Arahan Peningkatan Pelayanan Kereta Komuter Surabaya–Lamongan Berdasarkan Preferensi Masyarakat (PDF). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. hlm. 89. 
  13. ^ "PT KAI Operasikan KA Jenggala Mojokerto-Sidoarjo | Investor Daily". id.beritasatu.com. Diakses tanggal 2018-03-26. 
  14. ^ Kabar Gembira, Kereta Komuter Sidoarjo-Gresik Bakal Beroperasi Lagi, Liputan 6, Diakses tanggal 9 Februari 2021
  15. ^ Widayati, Rully (2016-09-09). "KAI Daop 8 Surabaya Hidupkan Lagi Stasiun Indro Gresik". Tempo. Diakses tanggal 2019-09-07. 
  16. ^ "Banyak Tunggakan, Stasiun Stop Operasi". Jawa Pos. 2017-08-02. 
  17. ^ Kabar Gembira, Kereta Komuter Sidoarjo-Gresik Bakal Beroperasi Lagi, Liputan 6, Diakses tanggal 9 Februari 2021
  18. ^ Media, Kompas Cyber. "PT KA Luncurkan KA Banyubiru Semarang-Solo". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-01-04. 
  19. ^ Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM. 59 TAHUN 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perubahan Nomor PM. 43 Tahun 2012 Tentang Tarif Angkutan Orang Dengan Keretaapi Kelas Ekonomi