Pol Pot

mantan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja

Pol Pot (/pɒl pɒt/; Bahasa Khmer: ប៉ុល ពត, 19 Mei 1928 – 15 April 1998),[7][8] lahir dengan nama Saloth Sar (Bahasa Khmer: សាឡុត ស) adalah seorang revolusioner Kamboja yang memimpin Khmer Merah[9] dari tahun 1963 sampai 1997. Dari tahun 1963 sampai 1981, ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja.[10] Dengan demikian, ia menjadi pemimpin Kamboja pada tanggal 17 April 1975, ketika pasukannya menaklukan Phnom Penh. Dari tahun 1976 sampai 1979, ia juga menjabat sebagai perdana menteri dari Demokratik Kamboja.

Pol Pot
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kampuchea
Masa jabatan
1963–1979
Sebelum
Pendahulu
Tou Samouth
Pengganti
Tidak ada (partai dihapuskan)
Sebelum
Perdana Menteri Demokratik Kampuchea (Kamboja)
Masa jabatan
13 Mei 1976 – 7 Januari 1979
Sebelum
Pendahulu
Khieu Samphan
Pengganti
Pen Sovan
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1928-05-19)19 Mei 1928[1][2][3][4][5]
Prancis Provinsi Kampong Thom, Kamboja, Indochina Prancis
Meninggal15 April 1998(1998-04-15) (umur 69)
Kamboja Anlong Veng, Oddar Meanchey, Kamboja
Partai politikKhmer Rouge
Suami/istri1) Khieu Ponnary (cerai)
2) Mea Son
Karier militer
Pihak Kamboja Demokratik
Dinas/cabang Tentara Nasional Kamboja Demokratik
Masa dinas1963–1997
PangkatJenderal
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Dia memimpin sebuah kediktatoran totaliter,[2] di mana pemerintahnya membuat penduduk kota pindah ke pedesaan untuk bekerja di pertanian secara kolektif dan proyek kerja paksa. Efek gabungan dari eksekusi, kondisi kerja yang berat, kekurangan gizi dan perawatan medis rendah menyebabkan kematian sekitar 25 persen dari populasi penduduk Kamboja.[11][12][13][14] Secara keseluruhan, diperkirakan 1 sampai 3 juta orang (dari populasi yang sedikit lebih dari 8 juta) meninggal karena kebijakannya yang hanya bertahan sampai empat tahun.[15][16][17]

Pada tahun 1979, setelah Perang Kamboja-Vietnam, Pol Pot pindah ke hutan-hutan barat daya Kamboja, dan pemerintah Khmer Merah runtuh.[18] Dari tahun 1979 hingga 1997, ia dan sisa-sisa Khmer Merah beroperasi di dekat perbatasan Kamboja dan Thailand, di mana mereka masih mengklaim kekuasaan, dengan memperoleh pengakuan PBB sebagai pemerintah Kamboja yang sah. Pol Pot meninggal pada tahun 1998, dengan status tahanan rumah oleh Ta Mok dari salah satu faksi Khmer Merah. Sejak kematiannya, terdapat rumor bahwa ia tewas bunuh diri atau diracun.[19]

Biografi

Kehidupan awal

 
Prek Sbauv, tempat kelahiran Pol Pot.

Saloth Sar lahir pada 19 Mei 1928, sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara dan yang kedua dari tiga putra dari pasangan Pen Saloth dan Sok Nem. Kakaknya Saloth Chhay lahir tiga tahun sebelumnya. Keluarga itu tinggal di desa nelayan kecil Prek Sbauv, di Provinsi Kampong Thom pada masa penjajahan Prancis.[20] Pen Saloth adalah seorang petani padi yang memiliki 12 hektar lahan dan beberapa kerbau. Keluarga tersebut tergolong kaya dengan standar seperti itu di masanya. Meskipun keluarga Pen Saloth adalah keturunan Sino-Khmer dan Saloth Sar dinamai sesuai warna kulitnya ("Sar" berarti putih dalam bahasa Khmer),[21][22] keluarga tersebut sudah berasimilasi dengan masyarakat Khmer pada umumnya di saat Sar lahir.[23]

Pada tahun 1935, Saloth Sar meninggalkan Prek Sbauv untuk pindah ke École Miche, sebuah sekolah Katolik di Phnom Penh. Dia tinggal bersama sepupunya, seorang wanita bernama Meak, anggota klub balet kerajaan. Pada tahun 1936, Meak yang merupakan selir Raja Sisowath Monivong melahirkan Pangeran Sisowath Kusarak.[24] Dia diberi gelar resmi Khun Preah Moneang Bopha Norleak Meak. Saloth Sar tinggal bersama Meak sampai 1942. Kakaknya Roeung juga merupakan selir Raja Monivong, sehingga berkat hubungan kekerabatannya dengan dua wanita tersebut, Sar selalu memiliki alasan untuk mengunjungi istana kerajaan.[25] Pada tahun 1947, ia berkesempatan masuk ke Lycée Sisowath lewat jalur eksekutif, tetapi tidak berhasil dalam studinya.[butuh rujukan]

Paris

Setelah pindah ke sekolah teknik di Russey Keo, di utara Phnom Penh, Saloth Sar memenuhi syarat untuk mendapat beasiswa studi teknik di Prancis. Ia belajar elektronika radio di EFR di Paris dari tahun 1949 ke 1953. Ia juga berpartisipasi dalam pembangunan Jalan Brigade Buruh Internasional di Zagreb di Yugoslavia pada tahun 1950. Setelah Uni Soviet mengakui Viet Minh sebagai pemerintah Vietnam pada tahun 1950, Partai Komunis Prancis (PKP) mengambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan Vietnam. Pandangan anti-kolonialisme dari PKP menarik banyak perhatian anak muda Kamboja, termasuk Sar.

Pada tahun 1951, ia bergabung dengan sebuah organisasi rahasia yang dikenal sebagai Cercle Marxiste ("lingkaran Marxis"), yang juga memiliki sayap bernama Asosiasi Mahasiswa Khmer (AMK). Dalam beberapa bulan, Sar bergabung dengan PKP.

Kembali

Karena gagal ujian dalam tiga tahun berturut-turut, Sar dipaksa untuk kembali ke Kamboja pada bulan Januari 1953. Dia adalah anggota pertama dari Cercle Marxiste yang kembali ke Kamboja. Ia diberi tugas untuk mengevaluasi berbagai kelompok yang memberontak terhadap pemerintah. Dia merekomendasikan Khmer Viet Minh,[butuh klarifikasi] dan pada bulan Agustus 1954, Sar, bersama dengan Rath Samoeun, mereka berkunjung ke markas Viet Minh di Zona Timur di desa Krabao di Provinsi Kampong Cham/Provinsi Prey Veng di dekat perbatasan.

Saloth belajar bahwa Partai Revolusioner Rakyat Khmer (KPRP) sedikit lebih dari sebuah organisasi depan Vietnam. Karena Perjanjian Jenewa 1954 mengharuskan semua pasukan Viet Minh dan pemberontak diusir, sekelompok orang Kamboja mengikuti orang Vietnam kembali ke Vietnam di mana mereka kemudian dipekerjakan sebagai kader guna membebaskan Kamboja. Sisanya, termasuk Sar, kembali ke Kamboja.

Setelah Kamboja merdeka, merujuk pada Konverensi Geneva 1954, kedua belah pihak dari sayap kiri dan kanan saling berebut kekuasaan. Raja Norodom Sihanouk menggunakan polisi dan tentara untuk menekan kelompok-kelompok politik yang ekstrem. Pemilihan yang korup pada tahun 1955 menyebabkan banyak kaum kiri di Kamboja memutuskan untuk tidak lagi berusaha merebut kekuasaan melalui jalur hukum. Sejumlah gerakan sosialis, memutuskan untuk bergerilya dalam keadaan seperti itu, di mana mereka tidak mengadakan pemberontakan karena partainya yang lemah.

Setelah kembali ke Phnom Penh, Sar menjadi penghubung antara pihak pemerintah dengan kiri (Demokrat dan Pracheachon) dan gerakan sosialis bawah tanah. Ia menikah dengan Khieu Ponnary pada 14 Juli 1956. Istrinya kembali ke Lycée Sisowath untuk menjadi guru, sementara Sar mengajar sastra Prancis dan sejarah di Chamraon Vichea, sebuah perguruan tinggi swasta yang baru didirikan.[26]

Pemberontakan

Pada bulan Januari 1962, pemerintah Kamboja menangkap sebagian besar pimpinan partai Pracheachon yang berhaluan kiri-jauh sebelum pemilihan umum parlemen, yang berlangsung pada bulan Juni itu. Koran dan publikasi lainnya juga ditutup. Langkah-langkah tersebut telah efektif mengakhiri peran politik yang legal dari gerakan sosialis di Kamboja. Pada bulan Juli 1962, sekretaris partai komunis Tou Samouth ditangkap dan kemudian dibunuh di dalam tahanan, yang memungkinkan Sar untuk menjadi pemimpin. Pada pertemuan partai 1963, yang dihadiri oleh sekitar 18 orang, Sar terpilih sebagai sekretaris komite pusat partai. Pada Maret, Saloth bersembunyi setelah namanya termasuk dalam DPO polisi. Ia melarikan diri ke wilayah perbatasan Vietnam dan melakukan kontak dengan kelompok-kelompok komunis Vietnam yang sedang berperang melawan Vietnam Selatan.

Pada awal tahun 1964, Sar meyakinkan gerilyawan Vietnam untuk membantu kaum sosialis Kamboja mendirikan markas mereka sendiri. Komite pusat partai bertemu akhir tahun itu dan mengeluarkan deklarasi menyerukan perjuangan bersenjata, menekankan "kemandirian" sesuai dengan ideologi ekstrem Kamboja. Di kamp-kamp di perbatasan, ideologi Khmer Merah secara bertahap dikembangkan. Namun, partai itu melanggar ajaran Marxisme, karena anggota komite sentral dibesarkan dalam masyarakat petani feodal.

Setelah mengalami tindakan represi oleh Sihanouk pada tahun 1965, gerakan Khmer Merah di bawah Saloth tumbuh pada tingkat yang cepat. Banyak guru dan pelajar meninggalkan kota untuk pergi ke pedesaan demi bergabung dengan gerakan.

Pada bulan April 1965, Sar pergi ke Vietnam Utara untuk meminta restu untuk segera memberontak melawan pemerintah Kamboja. Vietnam Utara menolak untuk mendukung pemberontakan karena sedang menjalani negosiasi dengan rezim Kamboja. Sihanouk berjanji untuk memperbolehkan Vietnam menggunakan teritori Kamboja dalam perang melawan Vietnam Selatan.

Setelah kembali ke Kamboja pada tahun 1966, Sar mengadakan pertemuan partai di mana sejumlah keputusan penting dibuat. Partai ini resmi, tetapi diam-diam, berganti nama menjadi Partai Komunis Kamboja (PKK). Anggota partai berpangkat rendah tidak diberitahu mengenai keputusan ini. Rapat tersebut juga memutuskan untuk mendirikan zona komando dan mempersiapkan masing-masing zona untuk pemberontakan terhadap pemerintah.

Pada awal 1966, pertempuran pecah di pedesaan antara petani dan pemerintah terkait harga beras. Sar dan Khmer Merah terkejut oleh pemberontakan tersebut dan tidak bisa menuai keuntungan nyata dari mereka. Tapi penolakan pemerintah untuk mencari solusi damai untuk masalah ini membuat kerusuhan itu dimanfaatkan oleh gerakan sosialis.

Pemberontakan Khmer Merah diluncurkan pada tanggal 18 Januari 1968 melalui serangan ke pangkalan militer di Battambang. Battambang merupakan lokasi kerusuhan besar para petani dua tahun sebelumnya. Serangan itu berhasil dipatahkan oleh militer, tetapi Khmer Merah telah merampas sejumlah senjata, yang kemudian digunakan untuk meneror aparat kepolisian di pedesaan Kamboja.

Pada musim panas 1968, Sar mulai bertransisi dari seorang pemimpin partai yang bekerja dengan kepemimpinan kolektif, menjadi pemimpin tunggal gerakan Khmer Merah. Di mana sebelumnya ia berbagi kekuasaan dengan pemimpin yang lain, dan kini ia memiliki wewenang yang luas dengan pengawalan staf pribadi dan penjaga. Orang luar tidak lagi diizinkan untuk mendekatinya. Sebaliknya, orang yang hendak menemuinya harus menghadap staf terlebih dahulu.

Kepemimpinan

Gerakan ini diperkirakan terdiri tidak lebih dari 200 anggota biasa, tetapi inti dari gerakan ini didukung oleh sejumlah desa-desa. Meski kekuatan mereka masih minim persenjataan, pemberontakan masih berlanjut di dua belas dari sembilan belas kabupaten Kamboja. Pada tahun 1969, Sar mengadakan konferensi partai dan memutuskan untuk mengubah strategi propaganda partai. Sebelum tahun 1969, permusuhan terhadap Sihanouk adalah fokus utama dari propaganda. Namun, pada tahun 1969, partai memutuskan untuk mengalihkan fokus guna menentang partai-partai sayap kanan Kamboja dan dugaan sikap pro-Amerika mereka. Sementara partai berhenti membuat pernyataan anti-Sihanouk di depan umum, sikap pribadi partai terhadap Sihanouk tetap tidak berubah.

Jalan Sar dan Khmer Merah terbuka oleh peristiwa kudeta Januari 1970, di Kamboja. Sementara ia keluar dari negara itu, Sihanouk memerintahkan warga untuk melakukan unjuk rasa anti-Vietnam di ibu kota. Protes dengan cepat berlangsung tak terkendali dan kedutaan Vietnam Utara dan Selatan dihancurkan. Sihanouk, yang telah memerintahkan unjuk rasa, malah mencela mereka dari Paris dan menyalahkan pihak-pihak yang tidak disebutkan namanya di Kamboja atas hasutan mereka. Tindakan ini, bersama dengan operasi klandestin oleh pengikut Sihanouk di Kamboja, meyakinkan pemerintah bahwa ia harus dipecat dari posisi kepala negara. Majelis Nasional yang berwenang untuk memecat Sihanouk dari jabatan juga menutup lalu lintas persenjataan dari Vietnam Utara, menuntut Vietnam Utara untuk segera meninggalkan Kamboja.

Vietnam Utara bereaksi terhadap perubahan politik di Kamboja dengan mengirim Premier Pham Van Đồng untuk bertemu Sihanouk di Tiongkok dan merekrutnya ke dalam aliansi dengan Khmer Merah. Sar juga dihubungi oleh Vietnam Utara, di mana posisi mereka berbalik, menawarkan apapun yang ia inginkan demi pemberontakan melawan pemerintahan baru Kamboja. Sar dan Sihanouk sedang berada di Beijing pada saat yang sama, tetapi para pemimpin Vietnam dan Tiongkok tidak pernah memberi tahu Sihanouk akan kehadiran Saloth atau mempertemukan kedua orang tersebut. Tak lama kemudian, Sihanouk mengeluarkan pernyataan di radio yang menyerukan rakyat Kamboja untuk bangkit melawan pemerintah dan untuk menyokong Khmer Merah. Pada bulan Mei 1970, Saloth akhirnya kembali ke Kamboja dan pemberontakan menuai dukungan.

Sebelumnya, pada 29 Maret 1970, Vietnam Utara melancarkan serangan terhadap tentara Kamboja. Sebuah kekuatan Vietnam Utara sebagian besar cepat menyerbu Kamboja timur sampai sejauh 25 km (15 mi) dari Phnom Penh sebelum akhirnya berhasil dipukul mundur. Dalam pertempuran ini, Khmer Merah dan Sar memainkan peran yang sangat kecil.

Pada bulan Oktober 1970, Sar mengeluarkan resolusi atas nama Komite Sentral. Resolusi itu menyatakan prinsip kemandirian penguasaan atau berdikari (machaskar aekdreach),[27][28] sebagai seruan untuk Kamboja agar memutuskan masa depannya sendiri dan terlepas dari pengaruh negara lain. Resolusi itu juga menyebutkan pengkhianatan gerakan Sosialis Kamboja pada 1950-an oleh Viet Minh. Ini merupakan pernyataan pertama dari kebijakan anti-Vietnam yang akan menjadi agenda utama rezim Pol Pot ketika berhasil mengambil alih kekuasaan pada tahun kemudian.

Kaing Guek Eav telah mengklaim bahwa dukungan AS untuk kudeta Lon Nol berkontribusi terhadap naiknya Khmer Merah ke dalam kekuasaan.[29] Namun, diplomat Timothy M. Carney tidak setuju, menyatakan bahwa Pol Pot memenangkan perang karena dukungan dari Sihanouk, masuknya bantuan militer dari Vietnam Utara, korupsi oleh pemerintah, putusnya dukungan udara AS setelah peristiwa Watergate, serta cita-cita Sosialis Kamboja.[30]

Sepanjang tahun 1971, Vietnam (Vietnam Utara dan Viet Cong) melakukan sebagian besar pertempuran melawan pemerintah Kamboja sementara Sar dan Khmer Merah menjadi bala bantuan untuk pasukan mereka. Sar mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk mengumpulkan anggota baru dan melatih mereka sesuai dengan standar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sar juga menempatkan sumber daya dari semua organisasi Khmer Merah ke dalam pendidikan politik dan indoktrinasi. Meski mereka menerima siapa saja tanpa memandang latar belakang ke dalam tentara Khmer Merah, Saloth mengetatkan persyaratan untuk keanggotaan dalam partai. Mahasiswa dan apa yang disebut "petani menengah" kini ditolak oleh partai. Mereka dengan latar belakang petani jelas menjaei rekrutan pilihan untuk keanggotaan partai. Pembatasan ini bisa dibilang ironis mengingat sebagian besar pimpinan tinggi partai termasuk Saloth berasal dari kalangan pelajar dan berkeluarga petani menengah. Mereka juga menciptakan perpecahan intelektual antara anggota partai yang tua dan berpendidikan dengan petani yang tidak berpendidikan dan merupakan anggota baru.

Pada awal tahun 1972, Sar melakukan lawatan ke daerah di Kamboja yang diperintah Vietnam Utara. Ia melihat tentara inti Khmer Merah terdiri dari 35.000 laki-laki dan ditambah tentara pendukung menjadi 100.000 orang. Tiongkok memasok lima juta dolar setahun dalam bentuk senjata dan Sar mengorganisir sumber pendapatan independen untuk partai dalam bentuk perkebunan karet di Kamboja timur menggunakan sistem kerja paksa.

Setelah pertemuan komite pusat Mei 1972, partai di bawah arahan Sar mulai menegakkan aturan baru di daerah yang mereka kendalikan. Suku minoritas seperti Champa dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan pakaian dan penampilan gaya Kamboja. Kebijakan-kebijakan ini, seperti larangan Champa memakai perhiasan, segera diperluas ke seluruh populasi. Sebuah versi serampangan dari reformasi tanah dilakukan oleh Saloth. Dasarnya adalah bahwa semua kepemilikan tanah harus dengan ukuran yang seragam. Partai ini juga menyita segala transportasi pribadi. Kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mobilitas orang-orang dari daerah yang "dibebaskan" serta memastikan kesetaraan. Kebijakan ini pada umumnya menguntungkan petani miskin dan sangat tidak menguntungkan pengungsi dari kota-kota, yang melarikan diri ke desa.

Pada tahun 1972, pasukan tentara Vietnam Utara mulai menarik diri dari pertempuran melawan pemerintah Kamboja. Sar kemudian mengeluarkan satu set dekret baru pada Mei 1973 yang memulai proses reorganisasi desa petani menjadi koperasi di mana harta mereka dimiliki bersama dan kepemilikan individu dilarang.

Pengendalian pedesaan

Khmer Merah memimpin selama tahun 1973. Setelah mereka sampai di pinggiran Phnom Penh, Sar mengeluarkan perintah selama puncak musim hujan bahwa kota akan diambil alih. Perintah tersebut menyebabkan serangan yang sia-sia dan nyawa tentara Khmer Merah melayang. Pada pertengahan tahun 1973, Khmer Merah di bawah Sar menguasai hampir dua pertiga dari negara dan setengah populasi. Vietnam Utara menyadari bahwa situasi itu mulai tak bisa dikontrol dan mereka memperlakukan Sar sebagai mitra junior.

Alur waktu awal kehidupan dan revolusi

  • 1928 - Lahir di Prek Sbauv di Indochina Prancis (wilayah di provinsi Kompong Thong, Kamboja pada masa kini).
  • 1949 - Memenangkan beasiswa untuk mempelajari teknik radio di Paris. Dalam masa tersebut, dia menjadi seorang komunis dan bergabung dengan Partai Komunis Prancis.
  • 1953 - Kembali ke Kamboja, di mana pemberontakan komunis melawan Prancis sedang berlangsung.
  • 1954 - Prancis meninggalkan Indochina. Raja Norodom Sihanouk mengadakan pemilu dan membentuk partai Demoktratik Kamboja. Melalui intimidasi dan menggunakan popularitasnya, dia berhasil mengusir orang-orang komunis dan memperoleh seluruh kursi pemerintahan. Pol Pot lari ke persembunyian dan melatih anggota yang direkrutnya.
  • Akhir 1960-an - Memulai pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah dengan dukungan Tiongkok.
  • 1970 - Sihanouk beralih ke pihak Pol Pot karena dijatuhkan Jendral Lon Nol yang didukung Amerika Serikat.
  • 1973 - Pihak Vietkong meninggalkan Kamboja.
  • 1975 - Partai Komunis Kamboja mengambil alih kekuasaan. Lon Nol melarikan diri ke AS.
  • 1975 - 1979 - Pol pot berkuasa, dengan sistem Komunisme.

Kamboja Demokratis

Pada awal 1976 pihak Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah. Pemerintah yang ada saat itu segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya sebagai kepala negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama "Kamboja Demokratis" (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi presiden pertama.

Pada 13 Mei 1976 Pol Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai menerapkan perubahan sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak AS telah mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota penuh sesak (Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa dibandingkan dengan sebelum 1976).

Saat Khmer Merah memperoleh kekuasaan, mereka memindahkan rakyat dari perkotaan ke pedesaan di mana mereka dipaksa hidup di ladang-ladang yang dimiliki bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritikus politik; ribuan politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang penduduknya banyak yang mati karena kelaparan, penyakit atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai "tentara yang sempurna") disebarkan secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.

Pada akhir 1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah yang sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari pembasmian yang terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah timur yang membelot ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang mendukung Pol Pot, menyerang Vietnam, dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama.

Pol Pot, musuh Uni Soviet, juga memperoleh dukungan dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok memveto perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari pemerintahan Heng Samrin. AS secara langsung dan tidak langsung mendukung Pol Pot dengan menyalurkan bantuan dana untuk Khmer Merah.

Jumlah korban jiwa dari perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi Vietnam masih dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak Barat [1] menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik, seperti jumlah tiga juta korban antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim Phnom Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini termasuk ratusan ribu korban sebelum pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan Partai Komunis. Amnesty International menyebut 1,4 juta; sedngkan Departemen Negara AS, 1,2 juta. Khieu Samphan dan Pol Pot sendiri, masing-masing menyebut 1 juta dan 800.000.

Pasca pemerintahan Partai Komunis

Berkas:Pol Pot.gif
Pol Pot

Pol Pot mundur dari jabatannya pada 1985, namun bertahan sebagai pemimpin de facto Partai Komunis Kamboja dan kekuatan yang dominan di dalamnya.

Pada 1989, Vietnam mundur dari Kamboja. Pol Pot menolak proses perdamaian, dan tetap berperang melawan pemerintahan. koalisi yang baru. Khmer Merah bertahan melawan pasukan pemerintah hingga 1996, saat banyak pasukannya yang telah kehilangan moril mulai meninggalkannya. Beberapa pejabat penting Khmer Merah juga berpindah dan membelot.

Pol Pot memerintahkan eksekusi terhadap rekan dekatnya Son Sen dan sebelas anggota keluarganya pada 10 Juni 1997 karena mencoba mengadakan perundingan dengan pemerintah (kabar tentang ini tidak diketahui di luar Kamboja selama tiga hari). Pol Pot lalu melarikan diri namun berhasil ditangkap Panglima Militer Khmer Merah, Ta Mok dan dijadikan tahanan rumah seumur hidup. Pada April 1998, Ta Mok lari ke daerah hutan sambil membawa Pol Pot setelah serangan pemerintah yang baru. Beberapa hari kemudian, pada 15 April 1998, Pol Pot meninggal - kabarnya akibat serangan jantung. Jasadnya kemudian dibakar di wilayah pedesaan, disaksikan oleh beberapa mantan anggota Khmer Merah.

Kehidupan dan Kejahatan

  • 1928 Lahir dengan nama Saloth Sar 25 Januari di provinsi Kompong Thom,Kamboja
  • 1946 Bergabung ke Partai Komunis Kamboja
  • 1954 Menjadi seorang guru
  • 1963 Melarikan diri dari ibu kota;bersembunyi di dalam hutan
  • 1975 Menggulingkan pemerintahan dukungan Amerika:memproklamirkan "Tahun Nol"
  • 1979 Serangan Vietnam mengusir Khmer Merah
  • 1982 Khmer Merah berkoalisi dengan pemerintah
  • 1985 Pensiun
  • 1998 Meninggal 15 April

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Brother Number One, David Chandler, Silkworm Book, 1992 p.7
  2. ^ a b Kiernan, Ben. The Pol Pot Regime: Race, Power and Genocide in Cambodia under the Khmer Rouge, 1975–79. New Haven, CT: Yale University Press, 1996.
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama asiasource1
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama magazine15
  5. ^ "Pol Pot Biography". Notablebiographies.com. Diakses tanggal 2009-02-27. 
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama chandler6
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama BBC
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama TIME
  9. ^ "Red Khmer," from the French rouge "red" (longtime symbol of socialism) and Khmer, the term for ethnic Cambodians.
  10. ^ "Vietnam Since the Fall of Saigon," by William Duiker, Updated Edition, p. 133.
  11. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CountingHell
  12. ^ Heuveline, Patrick (1998), "Between One and Three Million": Towards the Demographic Reconstruction of a Decade of Cambodian History (1970-79), Population Studies, Vol. 52, Number 1: 49-65.
  13. ^ Craig Etcheson, After the Killing Fields (Praeger, 2005), p. 119.
  14. ^ Locard, Henri, State Violence in Democratic Kampuchea (1975-1979) and Retribution (1979-2004), European Review of History, Vol. 12, No. 1, March 2005, pp. 121–143.
  15. ^ Heuveline, Patrick (2001). "The Demographic Analysis of Mortality in Cambodia." In Forced Migration and Mortality, eds. Holly E. Reed and Charles B. Keely. Washington, D.C.: National Academy Press.
  16. ^ Marek Sliwinski, Le Génocide Khmer Rouge: Une Analyse Démographique (L'Harmattan, 1995).
  17. ^ Banister, Judith, and Paige Johnson (1993). "After the Nightmare: The Population of Cambodia." In Genocide and Democracy in Cambodia: The Khmer Rouge, the United Nations and the International Community, ed. Ben Kiernan. New Haven, Conn.: Yale University Southeast Asia Studies.
  18. ^ Chandler, David (23 Agustus 1999). "Time necropsy". Time Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-26. Diakses tanggal 27 February 2009. 
  19. ^ Horn, Robert (25 Maret 2002). "Putting a Permanent Lid on Pol Pot". Time Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-31. Diakses tanggal 3 September 2008. 
  20. ^ Seth, Mydans (6 August 1997). "Pol Pot's Siblings Remember The Polite Boy and the Killer – Page 2". New York Times. Diakses tanggal 16 April 2011. 
  21. ^ Short 2005, hlm. 18
  22. ^ "Debating Genocide". Web.archive.org. Diakses tanggal 27 February 2009. 
  23. ^ First Chapter –Pol Pot, Philip Short, The New York Times, 27 Februari 2005.
  24. ^ Chandler, David P., 1992, Brother Number One: A political biography of Pol Pot, Silkworm Books, Thailand: 8
  25. ^ Canada. "Ben Kiernan – New Internationalist, 242 – April 1993". Newint.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-07. Diakses tanggal 2014-08-08. 
  26. ^ Thet Sambath (20 October 2001). "Sister No. 1 The Story of Khieu Ponnary, Revolutionary and First Wife of Pol Pot". The Cambodia Daily, WEEKEND. Diakses tanggal 15 November 2007. 
  27. ^ Hinton, Alexander Laban (2005). Why Did They Kill: Cambodia in the Shadow of Genocide. University of California Press. hlm. 382. 
  28. ^ Lahneman, William J. (2004). Military Intervention: Cases in Context for the Twenty-First Century. Rowman & Littlefield. hlm. 97. 
  29. ^ Whatley, Stuart (6 April 2009). "Khmer Rouge Defendent: US Policies Enabled Cambodian Genocide". The Huffington Post. Diakses tanggal 5 March 2010. 
  30. ^ http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/461/8/09_chapter3.pdf

Pranala luar

Didahului oleh:
Khieu Samphan
Perdana Menteri Kamboja
1976-1979
Diteruskan oleh:
Pen Sovan