Pol Pot

mantan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja

Pol Pot[a] (nama lahir: Saloth Sâr;[b] 19 Mei 1925 – 15 April 1998) adalah seorang politikus dan revolusioner Kamboja yang memerintah Kamboja sebagai Perdana Menteri Kamboja Demokratis antara 1976 dan 1979. Berideologi Marxis–Leninis dan nasionalis Khmer, ia menjadi tokoh gerakan komunis Kamboja, Khmer Merah, dari 1963 sampai 1997 dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja[c] dari 1963 sampai 1981. Di bawah pemerintahannya, Kamboja berubah menjadi negara komunis satu partai dan mengalami peristiwa genosida Kamboja.

Pol Pot
ប៉ុល ពត
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Kamboja
Masa jabatan
22 Februari 1963 – 6 Desember 1981
WakilNuon Chea
Sebelum
Pendahulu
Tou Samouth
Pengganti
Jabatan ditiadakan (partai ditiadakan)
Sebelum
Perdana Menteri Kamboja Demokratis
Masa jabatan
25 October 1976 – 7 January 1979
PresidenKhieu Samphan
WakilIeng Sary
Son Sen
Vorn Vet
Sebelum
Pendahulu
Nuon Chea (pelaksana tugas)
Pengganti
Pen Sovan
Sebelum
Masa jabatan
14 April 1976 – 27 September 1976
PresidenKhieu Samphan
Sebelum
Pendahulu
Khieu Samphan (pelaksana tugas)
Pengganti
Nuon Chea (pelaksana tugas)
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Saloth Sâr

(1925-05-19)19 Mei 1925
Prek Sbauv, Provinsi Kampong Thom, Kamboja, Indochina Prancis
Meninggal15 April 1998(1998-04-15) (umur 72)
Anlong Veng, Oddar Meanchey, Kamboja
MakamAnlong Veng, Oddar Meanchey, Kamboja
Partai politik
Afiliasi politik
lainnya
Partai Komunis Prancis
Suami/istri
(m. 1956; c. 1979)
Mea Son
(m. 1986)
Anak1[1]
PendidikanEFREI (tanpa gelar)
Tanda tangan
Karier militer
Pihak Khmer Merah
Kamboja Demokratis
Dinas/cabang Tentara Pembebasan Kamboja
Masa dinas1963–1997
PangkatJenderal
Pertempuran/perangPerang Vietnam
Perang Saudara Kamboja
Perang Kamboja–Vietnam
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Lahir di keluarga petani makmur di Prek Sbauv, Kamboja Prancis, Pol Pot dididik di beberapa sekolah paling elit di Kamboja. Saat di Paris pada 1940an, ia bergabung dengan Partai Komunis Prancis. Kembali ke Kamboja pada 1953, ia terlibat dalam organisasi Marxis–Leninis Khmer Việt Minh dan perang gerilyanya melawan pemerintahan independen baru pimpinan Raja Norodom Sihanouk. Setelah kelompok Khmer Việt Minh mundur ke Vietnam Utara yang dikuasai pemerintahan Marxis-Leninis pada 1954, Pol Pot kembali ke Phnom Penh, bekerja sebagai guru sesambil masih menjadi anggota penting dalam gerakan Marxis–Leninis di Kamboja. Pada 1959, ia membantu meresmikan gerakan tersebut menjadi Partai Buruh Kamboja, yang kemudian berganti nama menjadi Partai Komunis Kamboja (PKK). Untuk menghindari penindasan negara, ia pindah ke perkemahan di hutan pada 1962. Pada 1963, ia menjadi pemimpin PKK. Pada 1968, ia memulai kembali perang melawan pemerintahan Sihanouk. Setelah Lon Nol menggulingkan Sihanouk dalam kudeta tahun 1970, pasukan Pol Pot berpihak dengan Sihanouk melawan pemerintahan baru yang didukung oleh militer Amerika Serikat. Dengan dukungan milisi Việt Cộng dan pasukan Vietnam Utara, pasukan Khmer Merah pimpinan Pol Pot unggul dan berhasil menguasai seluruh Kamboja pada 1975.

Pol Pot mengubah Kamboja menjadi negara satu partai bernama Kamboja Demokratis. Berniat untuk menciptakan masyarakat sosialis agraria yang ia yakini akan berubah menjadi masyarakat komunis, pemerintahan Pol Pot secara paksa memindahkan masyarakat kota ke wilayah pedesaan untuk bekerja di pertanian kolektif. Demi mengupayakan kesetaraan penuh, uang dihapuskan dan seluruh warga negara diperintahkan untuk mengenakan busana hitam yang sama. Pembantaian terhadap para lawan pemerintahan, ditambah dengan malnutrisi dan layanan kesehatan yang buruk, menewaskan antara 1,5 hingga 2 juta orang, sekitar seperempat populasi Kamboja saat itu. Peristiwa tersebut kini dikenal dengan sebutan genosida Kamboja. Pembersihan berulang terhadap para anggota PKK menimbulkan ketidakpuasan. Pada 1978, para prajurit Kamboja melancarkan sebuah pemberontakan di timur. Setelah pertikaian di perbatasan yang berlangsung selama beberapa tahun, Vietnam yang baru saja bersatu menginvasi Kamboja pada Desember 1978, menggulingkan Pol Pot, dan membentuk pemerintahan Marxis–Leninis tandingan pada 1979. Rezim Khmer Merah menarik diri ke hutan dekat perbatasan Thai, dan di situ mereka meneruskan perjuangan. Seiring dengan kesehatannya yang memburuk, Pol Pot mundur dari sebagian besar jabatannya dalam gerakan tersebut. Pada 1998, panglima Khmer Merah Ta Mok menempatkan Pol Pot di bawah penahanan rumah. Tak lama setelah itu, Pol Pot meninggal.

Walaupun berhasil memperoleh kekuasaan pada saat Marxisme–Leninisme mencapai puncak kejayaannya di tingkat dunia, Pol Pot merupakan tokoh yang kontroversial di kalangan komunis internasional. Banyak komunis mengklaim bahwa ia menyimpang dari ajaran Marxisme–Leninisme yang sesungguhnya, tetapi Tiongkok mendukung pemerintahannya untuk membendung pengaruh Uni Soviet di Asia Tenggara. Di mata para pendukungnya, ia adalah pejuang kedaulatan Kamboja dalam menghadapi imperialisme Vietnam dan juga merupakan tokoh yang dianggap berani melawan revisionisme Marxisme yang dicanangkan Uni Soviet. Sebaliknya, ia dikecam oleh dunia internasional karena perannya dalam genosida Kamboja dan dipandang sebagai diktator totaliter yang telah melakukan kejahatan melawan kemanusiaan.

Biografi sunting

Kehidupan awal sunting

 
Prek Sbauv, tempat kelahiran Pol Pot.

Saloth Sar lahir pada 19 Mei 1928, sebagai anak kedelapan dari sembilan bersaudara dan yang kedua dari tiga putra dari pasangan Pen Saloth dan Sok Nem. Kakaknya Saloth Chhay lahir tiga tahun sebelumnya. Keluarga itu tinggal di desa nelayan kecil Prek Sbauv, di Provinsi Kampong Thom pada masa penjajahan Prancis.[3] Pen Saloth adalah seorang petani padi yang memiliki 12 hektar lahan dan beberapa kerbau. Keluarga tersebut tergolong kaya dengan standar seperti itu di masanya. Meskipun keluarga Pen Saloth adalah keturunan Tionghoa-Khmer dan Saloth Sar dinamai sesuai warna kulitnya ("Sar" berarti putih dalam bahasa Khmer),[4][5] keluarga tersebut sudah berasimilasi dengan masyarakat Khmer pada umumnya di saat Sar lahir.[6]

Pada tahun 1935, Saloth Sar meninggalkan Prek Sbauv untuk pindah ke École Miche, sebuah sekolah Katolik di Phnom Penh. Dia tinggal bersama sepupunya, seorang wanita bernama Meak, anggota klub balet kerajaan. Pada tahun 1936, Meak yang merupakan selir Raja Sisowath Monivong melahirkan Pangeran Sisowath Kusarak.[7] Dia diberi gelar resmi Khun Preah Moneang Bopha Norleak Meak. Saloth Sar tinggal bersama Meak sampai 1942. Kakaknya Roeung juga merupakan selir Raja Monivong, sehingga berkat hubungan kekerabatannya dengan dua wanita tersebut, Sar selalu memiliki alasan untuk mengunjungi istana kerajaan.[8] Pada tahun 1947, ia berkesempatan masuk ke Lycée Sisowath lewat jalur eksekutif, tetapi tidak berhasil dalam studinya.[butuh rujukan]

Paris sunting

Setelah pindah ke sekolah teknik di Russey Keo, di utara Phnom Penh, Saloth Sar memenuhi syarat untuk mendapat beasiswa studi teknik di Prancis. Ia belajar elektronika radio di EFR di Paris dari tahun 1949 ke 1953. Ia juga berpartisipasi dalam pembangunan Jalan Brigade Buruh Internasional di Zagreb di Yugoslavia pada tahun 1950. Setelah Uni Soviet mengakui Viet Minh sebagai pemerintah Vietnam pada tahun 1950, Partai Komunis Prancis (PKP) mengambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan Vietnam. Pandangan anti-kolonialisme dari PKP menarik banyak perhatian anak muda Kamboja, termasuk Sar.

Pada tahun 1951, ia bergabung dengan sebuah organisasi rahasia yang dikenal sebagai Cercle Marxiste ("lingkaran Marxis"), yang juga memiliki sayap bernama Asosiasi Mahasiswa Khmer (AMK). Dalam beberapa bulan, Sar bergabung dengan PKP.

Kembali sunting

Karena gagal ujian dalam tiga tahun berturut-turut, Sar dipaksa untuk kembali ke Kamboja pada bulan Januari 1953. Dia adalah anggota pertama dari Cercle Marxiste yang kembali ke Kamboja. Ia diberi tugas untuk mengevaluasi berbagai kelompok yang memberontak terhadap pemerintah. Dia merekomendasikan Khmer Viet Minh,[butuh klarifikasi] dan pada bulan Agustus 1954, Sar, bersama dengan Rath Samoeun, mereka berkunjung ke markas Viet Minh di Zona Timur di desa Krabao di Provinsi Kampong Cham/Provinsi Prey Veng di dekat perbatasan.

Saloth belajar bahwa Partai Revolusioner Rakyat Khmer (KPRP) sedikit lebih dari sebuah organisasi depan Vietnam. Karena Perjanjian Jenewa 1954 mengharuskan semua pasukan Viet Minh dan pemberontak diusir, sekelompok orang Kamboja mengikuti orang Vietnam kembali ke Vietnam di mana mereka kemudian dipekerjakan sebagai kader guna membebaskan Kamboja. Sisanya, termasuk Sar, kembali ke Kamboja.

Setelah Kamboja merdeka, merujuk pada Konferensi Jenewa 1954, kedua belah pihak dari sayap kiri dan kanan saling berebut kekuasaan. Raja Norodom Sihanouk mengerahkan polisi dan tentara untuk menekan kelompok-kelompok politik yang ekstrem. Pemilihan yang korup pada tahun 1955 menyebabkan banyak kaum kiri di Kamboja memutuskan untuk tidak lagi berusaha merebut kekuasaan melalui jalur hukum. Sejumlah gerakan sosialis, memutuskan untuk bergerilya dalam keadaan seperti itu, di mana mereka memutuskan untuk tidak memberontak karena keadaan partainya yang lemah.

Setelah kembali ke Phnom Penh, Sar menjadi penghubung antara pihak pemerintah dengan kaum kiri (Demokrat dan Pracheachon) dan gerakan sosialis bawah tanah. Ia menikah dengan Khieu Ponnary pada 14 Juli 1956. Istrinya kembali ke Lycée Sisowath untuk menjadi guru, sementara Sar mengajar sastra Prancis dan sejarah di Chamraon Vichea, sebuah perguruan tinggi swasta yang baru didirikan.[9]

Pemberontakan sunting

Pada bulan Januari 1962, pemerintah Kamboja menangkap sebagian besar pimpinan partai Pracheachon yang berhaluan kiri-jauh sebelum pemilihan umum parlemen yang berlangsung pada bulan Juni itu. Koran dan publikasi lainnya juga ditutup. Langkah-langkah tersebut secara efektif mengakhiri peran politik yang legal dari gerakan sosialis di Kamboja. Pada bulan Juli 1962, sekretaris partai komunis Tou Samouth ditangkap dan kemudian dibunuh di dalam tahanan, yang memungkinkan Sar untuk menjadi pemimpin. Pada pertemuan partai tahun 1963, yang dihadiri oleh sekitar 18 orang, Sar terpilih sebagai Sekretaris Komite Pusat Partai. Pada Maret, Saloth bersembunyi setelah namanya termasuk dalam DPO polisi. Ia melarikan diri ke wilayah perbatasan Vietnam dan melakukan kontak dengan kelompok-kelompok komunis Vietnam yang sedang berperang melawan Vietnam Selatan.

Pada awal tahun 1964, Sar meyakinkan gerilyawan Vietnam untuk membantu kaum sosialis Kamboja mendirikan markas mereka sendiri. Komite pusat partai bertemu di akhir tahun itu dan mengeluarkan deklarasi menyerukan perjuangan bersenjata, menekankan "kemandirian" sesuai dengan ideologi ekstrem komunis Kamboja. Di kamp-kamp di perbatasan, ideologi Khmer Merah secara bertahap dikembangkan. Namun, partai itu melanggar ajaran Marxisme, karena anggota komite sentral merupakan kalangan petani feodal.

Setelah mengalami tindakan represi oleh Sihanouk pada tahun 1965, gerakan Khmer Merah di bawah Saloth tumbuh pada tingkat yang cepat. Banyak guru dan pelajar meninggalkan kota untuk pergi ke pedesaan demi bergabung dengan gerakan.

Pada bulan April 1965, Sar pergi ke Vietnam Utara guna meminta restu untuk segera memberontak melawan pemerintah Kamboja. Vietnam Utara menolak untuk mendukung pemberontakan karena sedang bernegosiasi dengan rezim Kamboja. Sihanouk berjanji untuk memperbolehkan Vietnam menggunakan teritori Kamboja dalam perang melawan Vietnam Selatan.

Setelah kembali ke Kamboja pada tahun 1966, Sar mengadakan pertemuan partai di mana sejumlah keputusan penting dibuat. Partai ini resmi, tetapi diam-diam, berganti nama menjadi Partai Komunis Kamboja (PKK). Anggota partai berpangkat rendah tidak diberi tahu mengenai keputusan ini. Rapat tersebut juga memutuskan untuk mendirikan zona komando dan mempersiapkan masing-masing zona untuk pemberontakan terhadap pemerintah.

Pada awal 1966, pertempuran pecah di pedesaan antara petani dan pemerintah terkait harga beras. Sar dan Khmer Merah terkejut oleh pemberontakan tersebut dan tidak bisa menuai keuntungan nyata dari mereka tetapi penolakan pemerintah untuk mencari penyelesaian damai untuk masalah ini membuat kerusuhan itu dimanfaatkan oleh gerakan sosialis.

Pemberontakan Khmer Merah dilancarkan pada tanggal 18 Januari 1968 melalui serangan ke pangkalan militer di Battambang. Battambang merupakan lokasi kerusuhan besar para petani dua tahun sebelumnya. Serangan itu berhasil dipatahkan oleh militer, tetapi Khmer Merah telah merampas sejumlah senjata, yang kemudian digunakan untuk meneror aparat kepolisian di pedesaan.

Pada musim panas 1968, Sar mulai bertransisi dari seorang pemimpin partai yang bekerja dengan kepemimpinan kolektif, menjadi pemimpin tunggal gerakan Khmer Merah. Di mana sebelumnya ia berbagi kekuasaan dengan pemimpin yang lain, dan kini ia memiliki wewenang yang luas sambil dikawal staf pribadi dan penjaga. Orang luar tidak lagi diizinkan untuk mendekatinya. Sebaliknya, orang yang hendak menemuinya harus menghadap staf terlebih dahulu.

Kepemimpinan sunting

Gerakan ini diperkirakan terdiri tidak lebih dari 200 anggota biasa, tetapi inti dari gerakan ini didukung oleh sejumlah desa-desa. Meski kekuatan mereka masih minim persenjataan, pemberontakan masih berlanjut di dua belas dari sembilan belas kabupaten Kamboja. Pada tahun 1969, Sar mengadakan konferensi partai dan memutuskan untuk mengubah strategi propaganda partai. Sebelum tahun 1969, permusuhan terhadap Sihanouk adalah fokus utama dari propaganda. Namun, pada tahun 1969, partai memutuskan untuk mengalihkan fokus guna menentang partai-partai sayap kanan Kamboja dan dugaan sikap pro-Amerika mereka. Sementara partai berhenti membuat pernyataan anti-Sihanouk di depan umum, sikap pribadi partai terhadap Sihanouk tetap tidak berubah.

Jalan Sar dan Khmer Merah terbuka oleh peristiwa kudeta Januari 1970, di Kamboja. Sementara ia keluar dari negara itu, Sihanouk memerintahkan warga untuk melakukan unjuk rasa anti-Vietnam di ibu kota. Protes dengan cepat berlangsung tak terkendali dan kedutaan Vietnam Utara dan Selatan dihancurkan. Sihanouk, yang telah memerintahkan unjuk rasa, malah mencela mereka dari Paris dan menyalahkan pihak-pihak yang tidak disebutkan namanya di Kamboja atas hasutan mereka. Tindakan ini, bersama dengan operasi klandestin oleh pengikut Sihanouk di Kamboja, meyakinkan pemerintah bahwa ia harus dipecat dari posisi kepala negara. Majelis Nasional yang berwenang untuk memecat Sihanouk dari jabatan juga menutup lalu lintas persenjataan dari Vietnam Utara, menuntut Vietnam Utara untuk segera meninggalkan Kamboja.

Vietnam Utara bereaksi terhadap perubahan politik di Kamboja dengan mengirim Premier Pham Van Đồng untuk bertemu Sihanouk di Tiongkok dan merekrutnya ke dalam aliansi dengan Khmer Merah. Sar juga dihubungi oleh Vietnam Utara, di mana posisi mereka berbalik, menawarkan apapun yang ia inginkan demi pemberontakan melawan pemerintahan baru Kamboja. Sar dan Sihanouk sedang berada di Beijing pada saat yang sama, tetapi para pemimpin Vietnam dan Tiongkok tidak pernah memberi tahu Sihanouk akan kehadiran Saloth atau mempertemukan kedua orang tersebut. Tak lama kemudian, Sihanouk mengeluarkan pernyataan di radio yang menyerukan rakyat Kamboja untuk bangkit melawan pemerintah dan untuk menyokong Khmer Merah. Pada bulan Mei 1970, Saloth akhirnya kembali ke Kamboja dan pemberontakan menuai dukungan.

Sebelumnya, pada 29 Maret 1970, Vietnam Utara melancarkan serangan terhadap tentara Kamboja. Sebuah kekuatan Vietnam Utara dengan cepat menyerbu dari Kamboja timur sampai sejauh 25 km (15 mi) dari Phnom Penh sebelum akhirnya berhasil dipukul mundur. Dalam pertempuran ini, Khmer Merah dan Sar memainkan peran yang sangat kecil.

Pada bulan Oktober 1970, Sar mengeluarkan resolusi atas nama Komite Pusat. Resolusi itu menyatakan prinsip kemandirian penguasaan atau berdikari (machaskar aekdreach),[10][11] sebagai seruan untuk Kamboja agar memutuskan masa depannya sendiri dan terlepas dari pengaruh negara lain. Resolusi itu juga menyebutkan pengkhianatan gerakan Sosialis Kamboja pada 1950-an oleh Viet Minh. Ini merupakan pernyataan pertama dari kebijakan anti-Vietnam yang akan menjadi agenda utama rezim Pol Pot ketika berhasil mengambil alih kekuasaan di kemudian hari.

Kaing Guek Eav telah mengklaim bahwa dukungan AS untuk kudeta Lon Nol berkontribusi terhadap naiknya Khmer Merah ke tampuk kekuasaan.[12] Namun, diplomat Timothy M. Carney tidak setuju, menyatakan bahwa Pol Pot memenangkan perang karena dukungan dari Sihanouk, masuknya bantuan militer dari Vietnam Utara, korupsi oleh pemerintah, putusnya dukungan udara AS setelah peristiwa Watergate, serta cita-cita Sosialis Kamboja.[13]

Sepanjang tahun 1971, Vietnam (Vietnam Utara dan Viet Cong) melakukan perlawanan terhadap pemerintah Kamboja sementara Sar dan Khmer Merah menjadi bala bantuan untuk pasukan mereka. Sar mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk mengumpulkan anggota baru dan melatih mereka sesuai dengan standar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Sar juga menempatkan sumber daya dari semua organisasi Khmer Merah ke dalam pendidikan politik dan indoktrinasi. Meski mereka menerima siapa saja tanpa memandang latar belakang ke dalam tentara Khmer Merah, Saloth mengetatkan persyaratan untuk keanggotaan dalam partai. Para mahasiswa dan apa yang disebut "petani menengah" kini ditolak oleh partai. Mereka dengan latar belakang petani jelas menjadi rekrutan pilihan untuk keanggotaan partai. Pembatasan ini bisa dibilang ironis mengingat sebagian besar pimpinan tinggi partai termasuk Saloth sendiri berasal dari kalangan pelajar dan petani menengah. Mereka juga menciptakan perpecahan intelektual antara anggota lama dan berpendidikan dengan petani yang tidak berpendidikan dan merupakan anggota baru.

Pada awal tahun 1972, Sar melakukan lawatan ke daerah di Kamboja yang diperintah Vietnam Utara. Ia melihat tentara inti Khmer Merah terdiri dari 35.000 laki-laki dan ditambah tentara pendukung menjadi 100.000 orang. Tiongkok memasok lima juta dolar setahun dalam bentuk senjata dan Sar mengorganisir sumber pendapatan independen untuk partai dalam bentuk perkebunan karet di Kamboja timur dengan sistem kerja paksa.

Setelah pertemuan komite pusat Mei 1972, partai di bawah arahan Sar mulai menegakkan hukum baru di daerah yang mereka kendalikan. Suku minoritas seperti Champa dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan pakaian dan penampilan ala Khmer. Kebijakan-kebijakan ini, seperti larangan Champa memakai perhiasan, segera diperluas ke seluruh populasi. Sebuah versi serampangan dari reformasi tanah dilakukan oleh Saloth. Dasarnya adalah bahwa semua tanah harus dimiliki dengan ukuran yang seragam. Partai ini juga menyita segala transportasi pribadi, suatu kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi mobilitas orang-orang dari "daerah yang dibebaskan" serta memastikan kesetaraan. Kebijakan ini pada umumnya menguntungkan petani miskin dan sangat tidak menguntungkan pengungsi dari perkotaan yang melarikan diri ke desa.

Pada tahun 1972, pasukan tentara Vietnam Utara mulai menarik diri dari pertempuran melawan pemerintah Kamboja. Sar kemudian mengeluarkan satu set dekret baru pada Mei 1973 yang memulai proses reorganisasi petani di desa menjadi bagian koperasi di mana harta mereka dimiliki bersama dan kepemilikan individu dilarang.

Pengendalian pedesaan sunting

Khmer Merah memimpin selama tahun 1973. Setelah mereka sampai di pinggiran Phnom Penh, Sar mengeluarkan perintah selama puncak musim hujan bahwa kota akan diambil alih. Perintah tersebut menyebabkan serangan yang sia-sia dan nyawa tentara Khmer Merah melayang. Pada pertengahan tahun 1973, Khmer Merah di bawah Sar menguasai hampir dua pertiga dari negara dan setengah populasi. Vietnam Utara menyadari bahwa situasi itu mulai tak bisa dikontrol dan mereka memperlakukan Sar sebagai mitra junior.

Alur waktu awal kehidupan dan revolusi sunting

  • 1928 - Lahir di Prek Sbauv di Indochina Prancis (wilayah di provinsi Kompong Thong, Kamboja pada masa kini).
  • 1949 - Memenangkan beasiswa untuk mempelajari teknik radio di Paris. Dalam masa tersebut, dia menjadi seorang komunis dan bergabung dengan Partai Komunis Prancis.
  • 1953 - Kembali ke Kamboja, di mana pemberontakan komunis melawan Prancis sedang berlangsung.
  • 1954 - Prancis meninggalkan Indochina. Raja Norodom Sihanouk mengadakan pemilu dan membentuk partai Demoktratik Kamboja. Melalui intimidasi dan menggunakan popularitasnya, dia berhasil mengusir orang-orang komunis dan memperoleh seluruh kursi pemerintahan. Pol Pot lari ke persembunyian dan melatih anggota yang direkrutnya.
  • Akhir 1960-an - Memulai pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah dengan dukungan Tiongkok.
  • 1970 - Sihanouk beralih ke pihak Pol Pot karena dijatuhkan Jendral Lon Nol yang didukung Amerika Serikat.
  • 1973 - Pihak Vietkong meninggalkan Kamboja.
  • 1975 - Partai Komunis Kamboja mengambil alih kekuasaan. Lon Nol melarikan diri ke AS.
  • 1975 - 1979 - Pol pot berkuasa, dengan sistem Komunisme.

Kamboja Demokratis sunting

Pada awal 1976 pihak Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah. Pemerintah yang ada saat itu segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya sebagai kepala negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama "Kamboja Demokratis" (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi presiden pertama.

Pada 13 Mei 1976 Pol Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan mulai menerapkan reformasi sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang dilakukan pihak AS telah mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan kota-kota menjadi penuh sesak (populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa dibandingkan dengan sebelum 1976).

Saat Khmer Merah memperoleh kekuasaan, mereka memindahkan rakyat dari perkotaan ke pedesaan di mana mereka dipaksa hidup di sawah-sawah yang dimiliki bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritikus politik; ribuan politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi kota hantu yang penduduknya banyak yang mati karena kelaparan, penyakit atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai "tentara yang sempurna") disebarkan secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.

Pada akhir 1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah yang sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari pembasmian yang terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah timur yang membelot ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di wilayah-wilayah yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok, yang mendukung Pol Pot, menyerang Vietnam, dan menyebabkan Perang Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama.

Pol Pot, musuh Uni Soviet, juga memperoleh dukungan dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok memveto perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari pemerintahan Heng Samrin. AS secara langsung dan tidak langsung mendukung Pol Pot dengan mengirim bantuan dana untuk Khmer Merah.

Jumlah korban jiwa dari perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi Vietnam masih dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak Barat [1] menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik, seperti jumlah tiga juta korban antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim Phnom Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini termasuk ratusan ribu korban sebelum pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan Partai Komunis. Amnesty International menyebut 1,4 juta; sedngkan Departemen Negara AS, 1,2 juta. Khieu Samphan dan Pol Pot sendiri, masing-masing menyebut 1 juta dan 800.000.

Pasca pemerintahan Partai Komunis sunting

Berkas:Pol Pot.gif
Pol Pot

Pol Pot mundur dari jabatannya pada 1985, namun bertahan sebagai pemimpin de facto Partai Komunis Kamboja dan kekuatan yang dominan di dalamnya.

Pada 1989, Vietnam mundur dari Kamboja. Pol Pot menolak proses perdamaian, dan tetap berperang melawan pemerintahan. koalisi yang baru. Khmer Merah bertahan melawan pasukan pemerintah hingga 1996, saat banyak pasukannya yang telah kehilangan moril mulai meninggalkannya. Beberapa pejabat penting Khmer Merah juga berpindah dan membelot.

Pol Pot memerintahkan eksekusi terhadap rekan dekatnya Son Sen dan sebelas anggota keluarganya pada 10 Juni 1997 karena mencoba mengadakan perundingan dengan pemerintah (kabar tentang ini tidak diketahui di luar Kamboja selama tiga hari). Pol Pot lalu melarikan diri namun berhasil ditangkap Panglima Militer Khmer Merah, Ta Mok dan dijadikan tahanan rumah seumur hidup. Pada April 1998, Ta Mok lari ke daerah hutan sambil membawa Pol Pot setelah serangan pemerintah yang baru. Beberapa hari kemudian, pada 15 April 1998, Pol Pot meninggal - kabarnya akibat serangan jantung. Jasadnya kemudian dibakar di wilayah pedesaan, disaksikan oleh beberapa mantan anggota Khmer Merah.

Kehidupan dan Kejahatan sunting

  • 1928 Lahir dengan nama Saloth Sar 25 Januari di provinsi Kompong Thom,Kamboja
  • 1946 Bergabung ke Partai Komunis Kamboja
  • 1954 Menjadi seorang guru
  • 1963 Melarikan diri dari ibu kota;bersembunyi di dalam hutan
  • 1975 Menggulingkan pemerintahan dukungan Amerika:memproklamirkan "Tahun Nol"
  • 1979 Serangan Vietnam mengusir Khmer Merah
  • 1982 Khmer Merah berkoalisi dengan pemerintah
  • 1985 Pensiun
  • 1998 Meninggal 15 April

Lihat pula sunting

Catatan sunting

  1. ^ bahasa Khmer: ប៉ុល ពត; pengucapan Khmer: [pol pɔːt]
  2. ^ bahasa Khmer: សាឡុត ស; pengucapan Khmer: [saːlot sɑː]
  3. ^ Dikenal sebagai Partai Buruh Kamboja sampai 1966.[2]

Referensi sunting

  1. ^ "Pol Pot's daughter weds". The Phnom Penh Post. 17 March 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 August 2014. Diakses tanggal 29 June 2014. 
  2. ^ "Khmer People's Revolutionary Party (KPRP)". GlobalSecurity.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 July 2020. Diakses tanggal 4 July 2020. 
  3. ^ Seth, Mydans (6 August 1997). "Pol Pot's Siblings Remember The Polite Boy and the Killer – Page 2". New York Times. Diakses tanggal 16 April 2011. 
  4. ^ Short 2005, hlm. 18
  5. ^ "Debating Genocide". Web.archive.org. Diakses tanggal 27 February 2009. 
  6. ^ First Chapter –Pol Pot, Philip Short, The New York Times, 27 Februari 2005.
  7. ^ Chandler, David P., 1992, Brother Number One: A political biography of Pol Pot, Silkworm Books, Thailand: 8
  8. ^ Canada. "Ben Kiernan – New Internationalist, 242 – April 1993". Newint.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-07. Diakses tanggal 2014-08-08. 
  9. ^ Thet Sambath (20 October 2001). "Sister No. 1 The Story of Khieu Ponnary, Revolutionary and First Wife of Pol Pot". The Cambodia Daily, WEEKEND. Diakses tanggal 15 November 2007. 
  10. ^ Hinton, Alexander Laban (2005). Why Did They Kill: Cambodia in the Shadow of Genocide. University of California Press. hlm. 382. 
  11. ^ Lahneman, William J. (2004). Military Intervention: Cases in Context for the Twenty-First Century. Rowman & Littlefield. hlm. 97. 
  12. ^ Whatley, Stuart (6 April 2009). "Khmer Rouge Defendent: US Policies Enabled Cambodian Genocide". The Huffington Post. Diakses tanggal 5 March 2010. 
  13. ^ http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/461/8/09_chapter3.pdf

Pranala luar sunting

Didahului oleh:
Khieu Samphan
Perdana Menteri Kamboja
1976-1979
Diteruskan oleh:
Pen Sovan