Kabupaten Ngawi

kabupaten di Pulau Jawa, Indonesia
Revisi sejak 30 Januari 2022 22.09 oleh 2001:448a:20a0:fae7:4db9:279a:6ca2:2d50 (bicara) (Angkutan Kereta Api: Penghapusan kata banyuwangi ke kata ketapang)

Ngawi (bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦔꦮꦶ, Pegon: ڠاوي) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Ngawi. Kabupaten ini terletak di bagian barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (keduanya termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah), dan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun di selatan, serta Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) di barat.

Kabupaten Ngawi
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦔꦮꦶ
 • Pegonڠاوي
Kebun Teh Jamus
Kebun Teh Jamus
Peta
Peta
Kabupaten Ngawi di Jawa
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi
Peta
Kabupaten Ngawi di Indonesia
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi (Indonesia)
Koordinat: 7°24′04″S 111°26′42″E / 7.4011°S 111.445°E / -7.4011; 111.445
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Dasar hukum-
Hari jadi7 Juli 1358 (umur 666)
Ibu kotaNgawi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 19
  • Kelurahan: 217
Pemerintahan
 • BupatiOny Anwar Harsono
 • Wakil BupatiDwi Rianto Jatmiko
 • Sekretaris DaerahMokh Sodiq Triwidiyanto
Luas
 • Total1.245,70 km2 (48,100 sq mi)
Populasi
 (2010)
 • Total879.193
 • Kepadatan674/km2 (1,750/sq mi)
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
63200
Kode BPS
3521 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0351
Pelat kendaraanAE xxxx J**/K*/L*/M*
Kode Kemendagri35.21 Edit nilai pada Wikidata
DAURp896.052.870.000,00
Semboyan daerahNgawi RAMAH
(Ramah, Aman, Maju, Adil, dan Harmonis)
Flora resmiCerme
Fauna resmiDecu belang
Situs webngawikab.go.id

Sejarah

Asal usul

Kata Ngawi berasal dari kata awi, bahasa Jawa Kuno yang berarti bambu dan mendapat imbuhan kata ng sehingga menjadi Ngawi. Dulu Ngawi banyak terdapat pohon bambu. Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang di kaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu.[1] Nama ngawi berasal dari “awi” atau “bambu” yang selanjutnya mendapat tambahan huruf sengau “ng” menjadi “ngawi”. Apabila diperhatikan, di Indonesia khususnya jawa, banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan flora, seperti: Ciawi, Waringin Pitu, Pelem, Pakis, Manggis dan lain-lain.

Hari Jadi

Penelusuran Hari jadi Ngawi dimulai dari tahun 1975, dengan dikeluarkannya SK Bupati KDH Tk. II Ngawi Nomor Sek. 13/7/Drh, tanggal 27 Oktober 1975 dan nomor Sek 13/3/Drh, tanggal 21 April 1976. Ketua Panitia Penelitian atau penelusuran yang di ketuai oleh DPRD Kabupaten Dati II Ngawi. Dalam penelitian banyak ditemui kesulitan-kesulitan terutama narasumber atau para tokoh-tokoh masayarakat, namun mereka tetap melakukan penelitian lewat sejarah, peninggalalan purbakala dan dokumen-dokumen kuno.

Di dalam kegiatan penelusuran tersebut dengan melalui proses sesuai dengan hasil sebagai berikut:

  • Pada tanggal 31 Agustus 1830, pernah ditetapkan sebagai Hari Jadi Ngawi dengan Surat Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi tanggal 31 Maret 1978, Nomor Sek. 13/25/DPRD, yaitu berkaitan dengan ditetapkan Ngawi sebagai Order Regentschap oleh Pemerintah Hindia Belanda.
  • Pada tanggal 30 September 1983, dengan Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi nomor 188.170/2/1983, ketetapan diatas diralat dengan alasan bahwa tanggal 31 Agustus 1830 sebagai Hari Jadi Ngawi dianggap kurang Nasionalis, pada tanggal dan bulan tersebut justru dianggap memperingati kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
  • Menyadari hal tersebut Pada tanggal 13 Desember 1983 dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi nomor 143 tahun 1983, dibentuk Panitia/Tim Penelusuran dan penulisan Sejarah Ngawi yang diktuai oleh Drs. Bapak Moestofa.
  • Pada tanggal 14 Oktober di sarangan telah melaksanakan simposium membahas Hari Jadi Ngawi oleh Bapak MM.Soekarto

K, Atmodjo dan Bapak MM. Soehardjo Hatmosoeprobo dengan hasil symposium tersebut menetapkan:

  • Menerima hasil penelusuran Bapak Soehardjo Hatmosoeprobo tentang Piagam Sultan Hamengku Buwono tanggal 2 Jumadilawal 1756 Aj, selanjutkan menetapkan bahwa pada tanggal 10 Nopember 1828 M, Ngawi ditetapkan sebagai daerah Narawita (pelungguh) Bupati Wedono Monco Negoro Wetan. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Ngawi pada zaman kekuasaan Sultan Hamengku Buwono.
  • Menerima hasil penelitian Bapak MM. Soekarto K. Atmodjo tentang Prasasti Canggu tahun 1280 Saka pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk. Selanjutmya menetapkan bahwa pada tanggal 7 Juli 1358 M, Ngawi ditetapkan sebagai Naditirapradesa (daerah penambangan) dan daerah swatantra. Peristiwa tersebut merupakan Hari Jadi Ngawi sepanjang belum diketahui data baru yang lebih tua.

Melalui Surat Keputusan nomor: 188.70/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 DPRD Kabupaten Dati II Ngawi telah menyetujui tentang penetapan Hari Jadi Ngawi yaitu pada tanggal 7 Juli 1358 M. Dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987 pada tanggal 14 Januari 1987. Namun Demikian tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut serta menerima masukan yang berkaitan dengan sejarah Ngawi sebagai penyempurnaan di kemudian hari.[1]

Geografi

Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 19 kecamatan dan 217 desa, di mana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, 2 diantaranya adalah kecamatan baru yang merupakan hasil pemekaran dari suatu kecamatan, yakni Kecamatan Kasreman adalah pemekaran dari Kecamatan Padas, sedangkan Kecamatan Gerih adalah pemekaran dari Kecamatan Geneng.

Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7°21’ - 7°31’ Lintang Selatan dan 110°10’ - 111°40’ Bujur Timur. Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Bagian utara merupakan perbukitan, bagian dari Pegunungan Kendeng. Bagian barat daya adalah kawasan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Lawu.[2][3][4]

Batas wilayah

Kabupaten Ngawi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah, yaitu:

Utara Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Blora (dua kabupaten terakhir termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah)
Timur Kabupaten Madiun
Selatan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun
Barat Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (keduanya termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah)

Topografi

Berdasarkan ketinggian tempat, Kabupaten Ngawi terletak pada ketinggian antara 47 – 500 meter dpal meliputi Kecamatan Ngawi, Geneng, Gerih, Padas, Paron, Kasreman, Karangjati, Bringin, Pangkur, Mantingan, Widodaren, Kedunggalar, Pitu, Karanganyar (untuk wilayah Karanganyar tidak dapat disebutkan sebagai Wilayah Tanah Usaha karena tepat di area pegunungan Kendeng yang memiliki tanah kurang subur), Kwadungan dan sebagian wilayah Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe, dan Kendal. Ketinggian antara 500 – 1000 meter dpal meliputi Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal.

Kondisi topografi Kabupaten Ngawi jika dikaitkan dengan klasifikasi Wilayah Tanah Usaha (WTU) dibedakan atas:

  1. Ketinggian 25 – 100 mdpl seluas 73.398 Ha (53, 63%), yang terletak pada Kecamatan Geneng, Gerih, Karangjati, Kedunggalar, Kendal, Kwadungan, Mantingan, Ngawi, Padas, Kaserman, Pangkur, Paron, Pitu, Widodaren dan Bringin.
  2. Ketinggian 100 – 500 mdpl seluas 47.600 Ha (36,73%), meliputi daerah kecamatan Bringin, Jogorogo, Karangjati, Kendal dan Sine serta sebagian Kecamatan Geneng, Kedunggalar, Mantingan, Pitu, Widodaren, Ngawi, Ngrambe, Padas, dan Paron.
  3. Ketinggian 500 – 1.000 mdpl seluas 5.075 Ha (3,92%) terdapat di Kecamatan Jogorogo, Kendal, Sine, dan Ngrambe.
  4. Ketinggian >1.000 mdpl seluas 3.515 Ha (2,71%) meliputi kecamtan Jogorogo, Kendal, Ngrambe, dan Sine.[4]

Geologi

Kondisi geologi di Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi yang berdasarkan proses geologi yang terjadi di masa lampau, maka jenis batuan induknya dapat dibedakan sebagai berikut:

  1. Alluvium, jenis batuan Alluvium terdapat di wilayah dataran rendah, dengan kemiringan lahan 0 – 2% dan ketinggian 25 – 100 meter dpal serta kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah sedang. Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di Kecamatan Geneng, Gerih, Ngawi, Padas, Kaserman, Karangjati dan terdapat di seluruh wilayah Kecamatan Kwadungan serta Kecamatan Pangkur.
  2. Miocene Limestone Facies, proses terjadinya dan lokasi jenis batuan induk Miocene limestone facies terdapat di wilayah dataran rendah dengan kemiringan lahan 0–2% dan 2–15% dan ketinggian 25 – 100 meter dpal serta kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm dengan tekstur tanah sedang. Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di Kecamatan Pitu, Ngawi, Padas, Kaserman, Bringin, dan Karangjati.
  3. Young Quartenary Vulcanic Product, batuan ini terdapat di wilayah dataran rendah dan tinggi dengan kemiringan tanah 0 – 40% dan ketinggian 25 – 100 meter dpal serta kedalaman efektif tanah kurang dari 30 cm dengan tekstur tanahhalus, sedang sampai kasar. Umumnya jenis batuan induk ini terdapat di Kecamatan Mantingan, Widodaren, Ngawi, Sine dan di seluruh wilayah Kecamatan Paron, Geneng, Gerih, Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal.
  4. Plestosen Sedimentary Facies, batuan induk ini terdapat di sebagian kecil Kecamatan Ngawi, Padas, dan Karangjati. Bahan batuan induk terletak pada ketinggian 25 – 500 meter dpal dengan kemiringan lahan 0 – 40% dan kedalaman tanah kurang dari 30 cm dan 30 – 60 cm.
  5. Pleocine Sedimentary Facies, batuan induk ini terdapat di sebagian Kecamatan Mantingan dan Widodaren, sebagian besar wilayah Kecamatan Pitu, dan sebagian kecil Kecamatan Ngawi, Padas, dan Bringin. Bahan batuan induk ini terdapat di wilauah dengan ketinggian 25 – 500 meter dpal denga kemiringan lahan 0 – 40% dan kedalaman efektif tanah kurang dari 90%.
  6. Miocene Sedimentary Facies, batuan ini terdapat di Kecamatan Mantingan, Pitu, Ngawi, Padas, Kaserman, Bringin, Karangjati, dan Sine. Bahan batuan induk ini umumnya terdapat pada wilayah dengan ketinggian 25 – 500 meter dpal dengan kemiringan 2 – 25% dan kedalaman efektif tanah kurang dari 90 cm.[4]

Iklim

Suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi bervariasi sebagai akibat dari tingkat elevasi tanah, tetapi secara umum suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 20°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 68–85%. Wilayah Kabupaten Ngawi beriklim muson tropis (Am) berdasarkan klasifikasi iklim Koppen. Terdapat dua musim di wilayah ini yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembab. Musim kemarau di wilayah Ngawi berlangsung pada periode MeiOktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan musim penghujan di wilayah ini berlangsung pada periode NovemberApril dengan bulan terbasah adalah Januari dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 1.500–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun.

Data iklim Ngawi, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.7
(87.3)
31.7
(89.1)
32.1
(89.8)
31.8
(89.2)
31.8
(89.2)
31
(88)
32
(90)
32.8
(91)
33.8
(92.8)
34.1
(93.4)
33.2
(91.8)
31.8
(89.2)
32.23
(90.07)
Rata-rata harian °C (°F) 26.6
(79.9)
26.7
(80.1)
26.9
(80.4)
27.2
(81)
27
(81)
26.7
(80.1)
26.3
(79.3)
26.6
(79.9)
27.8
(82)
28.1
(82.6)
27.9
(82.2)
27.2
(81)
27.08
(80.79)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.6
(72.7)
22.8
(73)
23
(73)
22.7
(72.9)
22.3
(72.1)
21.4
(70.5)
20.5
(68.9)
21.4
(70.5)
22.1
(71.8)
23.8
(74.8)
23.7
(74.7)
22.7
(72.9)
22.42
(72.32)
Presipitasi mm (inci) 304.5
(11.988)
270.3
(10.642)
252.6
(9.945)
192.5
(7.579)
112.9
(4.445)
53.1
(2.091)
33.8
(1.331)
26.9
(1.059)
43.6
(1.717)
108.7
(4.28)
189.2
(7.449)
265.9
(10.469)
1.854
(72,995)
Rata-rata hari hujan 20 17 15 13 7 5 3 2 4 6 12 15 119
% kelembapan 85 83 82 80 79 73 71 68 70 72 76 81 76.7
Rata-rata sinar matahari bulanan 154 173 209 248 264 267 294 304 292 251 209 169 2.834
Sumber #1: Climate-Data.org [5]
Sumber #2: Weatherbase [6]

Pemerintahan

Daftar Bupati

No Bupati Mulai Menjabat Akhir Menjabat Keterangan Wakil Bupati Ref.
1 Raden Ngabei Somodigdo 1830 1832 Onder Regent
2 Raden Ngabei Malang Nugroho 1832 1834
3 Raden Adipati Kertonegoro 1834 1837
4 Raden Tumenggung Mangun Dirjo

(Raden Adipati Yudodiningrat)

1837 1869 Regerings-almanak voor nederlandsch-indie 1867
5 Raden Mas Tumenggung Ariyo Sumaningrat 30 Januari 1869 1877 Regerings-almanak voor nederlandsch-indie 1969
6 Raden Mas Tumenggung Broto Diningrat 1877 1885
7 Raden Mas Tumenggung Sosro Adiningrat 1885 1887
8 Raden Tumenggung Purwodiprojo 1887 1902
9 Raden Mas Tumenggung Utojo 1902 1905
10 Pangeran Arijo Sosro Busono 1905 1943
11 Raden Tumenggung Arijo Surjo Adicokro 1943 1944
12 Raden Mas Sidarto 1944 1947
13 M. Moedajat 1947 1950
14 R. Achmad Sapardi 1950 1958
15 Soeherman 1958 1965
  • R. Ismaoen (sebagai bupati pembantu residen Madiun di Ngawi) 1958 - 1960
  • R. Hassan Wirjokoesoemo (Bupati dpb.Kdh Ngawi) 1960 - 1961
16 Bambang Soebijantoro Karto Koesoemo 1965 1967
17 Soewojo 1967 1973
18 Panoedjoe 1973 1983
19 Soelardjo 1983 1988
20 Soerdarno Harjo Prawiro 1988 1993
21 Soedibyo 1993 1994
22 Soebagyo 1994 1999
23 Harsono 1999 2010 Budi Sulistyono
24 Budi Sulistyono 2010 2015 Ony Anwar Harsono
- Sudjono 2015 2016 Pejabat Bupati
24 Budi Sulistyono 2016 2021 Ony Anwar Harsono
25   Ony Anwar Harsono 2021 2024 Dwi Rianto Jatmiko


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Ngawi dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[7] 2014–2019[8] 2019–2024[9] 2024–2029
PKB 3   4   4   6
Gerindra (baru) 1   5   4   6
PDI-P 8   15   20   20
Golkar 8   7   5   5
NasDem (baru) 2   2   0
PKS 3   4   4   3
Hanura (baru) 5   2   1   1
PAN 5   2   3   2
Demokrat 6   2   1   2
PPP 4   2   1   0
PBR 1
PKPB 1
Jumlah Anggota 45   45   45   45
Jumlah Partai 11   10   10   8

Kecamatan

Ngawi terdiri dari 19 kecamatan, 4 kelurahan, dan 213 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Ibu kotanya adalah Kecamatan Ngawi. Pada tahun 2022, jumlah penduduknya mencapai 897.478 jiwa dengan luas wilayah 1.395,80 km² dan kepadatan penduduknya 643 jiwa/km².[10][11][12]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ngawi, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
35.21.15 Bringin 10 Desa
35.21.05 Geneng 13 Desa
35.21.18 Gerih 5 Desa
35.21.03 Jogorogo 12 Desa
35.21.17 Karanganyar 7 Desa
35.21.07 Karangjati 17 Desa
35.21.19 Kasreman 8 Desa
35.21.11 Kedunggalar 12 Desa
35.21.04 Kendal 10 Desa
35.21.06 Kwadungan 14 Desa
35.21.13 Mantingan 7 Desa
35.21.09 Ngawi Kota 4 12 Desa
Kelurahan
35.21.02 Ngrambe 14 Desa
35.21.08 Padas 12 Desa
35.21.14 Pangkur 9 Desa
35.21.10 Paron 14 Desa
35.21.16 Pitu 10 Desa
35.21.01 Sine 15 Desa
35.21.12 Widodaren 12 Desa
TOTAL 4 213


Transportasi

Kabupaten Ngawi dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, jalur utama Cepu, Bojonegoro-Madiun dan menjadi gerbang utama Jawa Timur jalur selatan.

Angkutan Kereta Api

Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api Surabaya-Yogyakarta-Bandung/Jakarta, namun tidak melewati ibu kota kabupaten. Stasiun kereta api terdapat di Geneng, Ngawi, Kedunggalar, dan Walikukun.

Berikut adalah Kereta yang dilayani yang melewati stasiun ini:

Angkutan Jalan Raya

Disamping itu dari jalur tengah yang menghubungkan dari Solo ke ngawi ada beberapa jalur jalan klas III yang kemudian saling berkait dari paling barat mantingan-sine-ngrambe, Gendingan-walikukun-ngrambe-jogorogo, ke utara lewat paron terus ngawi, sedangkan jogorogo ke timur kendal terus bisa ke Magetan, jalur ini sering dipakai sebagai jalur alternatif apabila jalur utama mengalami gangguan misalnya ada banjir atau jika ditemukan adanya masalah seperti kemacetan akibat kepadatan kendaraan, sehingga sebagian kendaraan banyak yang melintasi di jalur alternatif ini. Dari kota Ngawi lewat jalur pintas ke surabaya lewat karangjati atau lewat kwadungan terus ke madiun, caruban / surabaya.

Pendidikan

Pondok Pesantren Gontor Putri 1, 2 terdapat di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, yakni di dekat perbatasan dengan Jawa Tengah. Ada juga Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 3 yang terletak di Desa Karangbanyu, Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi yang berjarak sekitar 6 km dari Gontor Putri 1 dan 2.

Secara umum bidang pendidikan masih didominasi oleh sekolah negeri, terutama tingkat dasar. SD Negeri tersebar di semua desa melalui program SD Inpres.

Sementara SMP Negeri masih terpusat di kota-kota kecamatan. Dan yang menjadi favorit masih di area dalam kota seperti SMPN 1, SMPN 2, SMPN 4 dan SMPN 5. Meski begitu kualitas pendidikan tingkat menengah pertama di daerah tidak juga kalah. Seperti SMPN 3 Paron dan MTsN Paron yang juga sering mengharumkan nama Kabupaten Ngawi.

Belum di semua kecamatan terdapat SMA Negeri. SMA Negeri 1 Ngawi dan SMA Negeri 2 Ngawi merupakan sekolah favorit di Kabupaten Ngawi. Nomenklatur SMA di Kabupaten Ngawi yang masih menggunakan nama lokal kecamatan membuat dua sekolah ini yang populer di masyarakat. Sehingga sekolah yang menggunakan nama kecamatan kebanyakan mendapatkan input siswa dari kecamatan bersangkutan. Ini menunjukkan pemerataan pendidikan di Kabupaten Ngawi masih belum merata dan hanya terpusat di dalam kota saja.

Kebanyakan siswa di Kabupaten Ngawi melanjutkan pendidikan tinggi ke luar kota seperti Malang, Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Jakarta, Bandung dan Bogor. Mahasiswa dari Kabupaten Ngawi ini tergabung dalam organisasi FORSMAWI INDONESIA. Yang memiliki kegiatan di bidang pendidikan dan sosial.

Meskipun begitu terdapat juga perguruan tinggi di Ngawi. Yang paling populer di antaranya Universitas Terbuka, Universitas Soerjo, STKIP PGRI NGAWI, Akademi Keperawatan dan STAI Ngawi yang kini berganti nama menjadi IAI Ngawi.

Pariwisata

Tempat wisata

Sedangkan tempat rekreasi yang ada saat ini adalah Wisata Air Terjun Pengantin yang terletak di dusun Besek Desa Hargomulyo Kec. Ngrambe, pemandianTawun, Waduk Pondok, Air terjun Srambang, serta kebun Teh Jamus yang berhawa sejuk dan terdapat Kolam Pemandian di sekitar Perkebunan Teh tersebut. Perkebunan Teh ini terletak di Kecamatan Sine, Selain Kebun Teh Jamus di Kec. Sine, selain teh di kecamatan sine ada pula perkebunan karet yang dikelola oleh PTP XXIII Tretes Juga ada Bendungan Ndorjo yang lokasinya di Desa hargosari Dsn. Gondorejo. Selain itu terdapat juga situs purbakala Trinil yang menyimpan fosil Pithecanthropus erectus (Manusia kera berjalan tegak) pertama kali ditemukan oleh arkeolog Belanda bernama Eugene Dubois.

Gunung Liliran merupakan objek wisata ziarah yang terkenal bagi masyarakat Jawa. Pada bulan Muharam (Syura) para peziarah berdatangan ke puncak bukit pada siang dan malam hari. Sebagian dari mereka bersemadi di beberapa gua atau berziarah ke Makam Joko Buduk. Pemandangan dari puncak bukit memang sangat indah berupa pesawahan dan sungai yang meliuk ke arah utara menuju Bengawan Solo. Sayang hutan di Gunung Liliran tidak indah lagi karena tanaman pinus yang dikelola Perhutani kini banyak ditebangi.

Di daerah ini terdapat Benteng van Den Bosch yang digunakan oleh Belanda sebagai strategi Benteng Steelsel dalam upaya mempersempit ruang gerak Pangeran Diponegoro dalam perang gerilya. Benteng ini sekarang terbuka untuk umum. ada pula Situs Arca Banteng tepatnya di Dusun Reco Banteng, Desa Wonorejo, Kecamatan Kedunggalar, Ngawi terdapat pula Taman Bermain Anak yang berlokasi di pusat pemerintahan Kabupaten Ngawi

Air Terjun Watu Jonggol Objek Wisata Anyar Di Kabupaten Ngawi, Untuk perjalanan menuju Wisata Sumber Air Kamulyan Watu Jonggol dilalui dengan melewati jalan pedesaan di mana kanan dan kirinya sebagian besar adalah sawah dan kebun pertanian. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan menyusuri lereng kaki gunung Lawu dengan kondisi jalan yang terkadang meanjak curam dan terjal. Sebelum menuju ke Sumber Air Kamulyan Watu Jonggol, pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan hutan yang berada di sisi jalan. Setelah melakukan perjalanan dengan pemandangan hutan yang eksotik dan melewati sederetan batu yang tertata alami maka akan terlihat tumpukan batuan alam yang tersusun secara artistik seperti keluar dari permukaan tebing dengan air terjun yang mengalir deras kebawah secara begitu indah.

Selondo, salah satu tempat wisata yang masuk Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo. Selondo Village yang menempati areal seluas 3 hektar ini dilengkapi berbagai fasilitas seperti kolam renang, tempat pertemuan, restoran dan beberapa kios yang menjajakan hasil khas masyarakat sekitar termasuk hasil agrobisnis berupa sayur mayur.

Hot springs in ngawi: Sumber air panas diyakini bisa sembuhkan penyakit, terletak di Tempuran, Paron ini juga patut didatangi.

Monumen Soerjo (Suryo) yang dibangun pada tahun 1975 lalu dan diresmikan oleh May-Jen TNI-AD Witarmin, terletak di jalan raya Ngawi-Solo Km 19, tepatnya masuk wilayah desa Pelanglor Kec. Kedunggalar Kab. Ngawi. Disamping guna mengenang gugurnya Gubernur pertama Jawa timur oleh keganasan PKI,banyak pula yang berdatangan untuk berziarah

Hargo DumilahSuasana yang asri itulah terlihat dari kolam pemandian Hargo Dumilah yang berada di lereng utara Gunung Lawu tepatnya di Desa Setono, Kecamatan Ngrambe, Atau berada di sebelah selatan Kota Ngawi yang berjarak 30 Kilometer. Kerindangan pohon jati yang berjajar ditepi kolam menambah anggunnya suasana kolam pemandian Hargo Dumilah. Apalagi berlatar belakang Gunung Lawu dan areal persawahan, cukup sudah alam yang natural melengkapi keindahan sekaligus memberikan nuansa tersendiri bagi para pengunjungnya untuk berelaksasi bersama keluarga.

Tokoh Terkenal

Kuliner Daerah

Makanan Khas Asli kota Ngawi Adalah Tepo Tahu (Pertama kali di buat oleh Bp Palio), kemudian Wedang Cemue. karena rasanya yang enak banyak tempat lain mengklaim cemue berasal dari daerahnya, tapi Cemue adalah benar-benar Asli kota Ngawi, Sate ayam Ngawi juga mempunyai rasa yang berbeda dengan sate ayam daerah lain. Selain itu makanan ringan semacam Kripik tempe, ledre, dan Geti banyak terdapat di Ngawi, Nasi pecel Ngawi juga memiliki rasa yang khas berbeda dengan nasi pecel di kota lain.

Di Ngawi terdapat berbagai franchise penjual makanan, dan juga makanan favorit di Ngawi, yakni tempe keripik yang dapat ditemukan di warung makan, restoran, dan warung rokok.

Kesenian

Kesenian Daerah Asli Kabupaten Ngawi adalah Tari Orek Orek, Tari Kecetan, Wayang Krucil

Referensi

  1. ^ a b http://www.ngawikab.go.id/home/sekilas-ngawi/sejarah/
  2. ^ "Letak Geografis". 
  3. ^ "Ngawi Profile" (PDF). 
  4. ^ a b c "Profil Kabupaten Ngawi" (PDF). 
  5. ^ "Ngawi, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 4 Oktober 2020. 
  6. ^ "Ngawi, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 4 Oktober 2020. 
  7. ^ "Hasil Pemilu Anggota DPRD Ngawi Tahun 2009" (PDF). KPU KABUPATEN NGAWI. 17-05-2009. Diakses tanggal 24-10-2023. 
  8. ^ "Hasil Akhir Pileg 2014, KPUD Ngawi Tetapkan Kursi Parpol dan Caleg DPRD". Sinar Ngawi. Diakses tanggal 2023-10-25. 
  9. ^ "Ini Perolehan Kursi Partai dan Nama Anggota DPRD Ngawi Terpilih Periode 2019-2024". tribunnews.com. 2019-07-22. Diakses tanggal 2020-05-14. 
  10. ^ "ArcGIS Web Application". gis.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2022-10-27. 
  11. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  12. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala luar