Filologi
Filologi adalah ilmu yang mengkaji tentang sejarah, pranata, dan kehidupan suatu bangsa yang terdapat dalam naskah-naskah lama.[1] Tujuan dari mempelajari filologi yaitu untuk mengetahui isi teks dari pengarang dan mengetahui bentuk teks yang disajikan. Selain itu, filologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan, ilmu sosial, hingga sejarah.[2] Kata filologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu philogia yang memiliki arti cinta kata-kata. Seiring dengan berjalannya waktu, pengertian tersebut terus meluas yaitu senang berbicara, senang belajar, senang kepada ilmu, senang terhadap tulisan, senang terhadap karya sastra, hingga memiliki arti senang terhadap tulisan yang bernilai tinggi.[3] Filologi juga sering disebut sebagai ilmu pengkajian sastra, karena mampu mengkaji karya-karya Homerus, Plato, Herodotus, Hippokrates, Sokrates, Aristoteles yang dianggap sebagai karya sastra dengan genre yang tinggi. Di Eropa, filologi bertujuan untuk mengkaji, melakukan kritik dan asal-usul teks. Di Belanda filologi digunakan untuk mengkaji teks sastra yang dihubungkan dengan latar belakang budaya. Di Prancis, filologi merupakan ilmu yang berfungsi untuk mengkaji suatu dokumen tertulis. Di Inggris filologi bertujuan untuk mengkaji ilmu linguistik terhadap teks-teks yang sudah lama, atau kajian tersebut sering disebut oleh linguistik historis. Di Indonesia, penerapan kajian filologi sama dengan negara Belanda yaitu untuk mengkaji asal-usul teks, makna, hingga latar belakang budayanya.[4] Orang yang ahli dalam bidang filologi disebut filolog. Seorang filolog memiliki tugas untuk mengungkapkan kebenaran dalam teks sejarah, juga membuka fakta dari ilmu-ilmu di masa lalu yang dapat dimanfaatkan ilmunya di masa kini.[5]
Perkembangan
Filologi di Eropa Daratan
Kegiatan filologi mulai dilakukan oleh bangsa Yunani di abad ke-3 SM di kota Iskandariyah. Masyarakat Yunani berhasil membaca naskah kuna di abad ke-8 SM. Teks tersebut ditulis dengan huruf Funisia, yang kini dikenal dengan huruf Yunani. Teks tersebut ditulis dalam media daun papirus yang digunakan untuk kegiatan transliterasi tradisi lisan. Kegiatan penyalinan naskah mulai dilaksanakan dari abad ke-8 SM hingga ke-3 SM. Penyebaran ilmu di abad 3 SM berpusat di kota Iskandariyah, dikarenakan adanya pusat ilmu pengetahuan di sana. Pusat studi itu berupa perpustakaan, yang banyak menyimpan naskah-naskah kuna dalam lembaran papirus. Naskah-naskah kuna tersebut berisi ilmu mengenai sastra, filsafat, kedokteran, ilmu bintang, ilmu hukum, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kajian filologi sangat berkembang di Yunani. Para filolog dituntut untuk memahami makna dan mengenal huruf hingga bahasa yang ada dalam naskah tersebut. Setelah itu, filolog harus menyalin kembali isi naskah tersebut dengan menggunakan huruf dan bahasa yang sama dengan teks aslinya. Metode menyalin naskah yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut hingga kini dikenal dengan kajian filologi, yang terus berkembang pengaplikasiannya. Cara pertama yang dilakukan oleh para filolog dalam menelaah naskah kuno tersebut dengan memperbaiki huruf bacaan, ejaan, bahasa, hingga tata bahasa dalam tulisan. Setelah itu menyalinnya kembali agar mudah untuk dibaca kembali. Ahli filolog pada zaman tersebut menguasi bidang ilmu kebudayaan Yunani Lama yang sering disebut dengan aliran Iskandariyah.[6]
Romawi Barat
Perkembangan kajian filologi di Romawi Barat dipengaruhi oleh kegiatan penggarapan naskah yang menggunakan bahasa Latin. Kegiatan ini berlangsung sejak abad ke-3 SM. Naskah tersebut berbentuk puisi dan prosa yang bermanfaat untuk perkembangan dunia pendidikan di Eropa. Tradisi menggunakan bahasa Latin dalam penggarapan naskah menjadikan bahasa Latin dijadikan bahasa ilmu pengetahuan. Selain itu, di Romawi Barat juga banyak melakukan kajian mengenai naskah keagamaan yang dipengaruhi oleh kegiatan penyebaran agama Kristen di benua Eropa. Perkembangan filologi pada abad ke-4 mulai menjadikan naskah-naskah yang sudah diteliti dalam bentuk buku yang disebut codex yang terbuat dari kulit binatang. Hal lain yang mengalami perkembangan yaitu, mulai menggunakan sistem halaman agar memudahkan untuk pencarian informasi.[6]
Romawi Timur
Perkembangan kajain filologi di Romawi Timur bermula dari kebiasaan menulis mengenai tafsir dari isi naskah yang ditulis di tepi halaman. Catatan tafsir tersebut merupakan scholia. Di saat kajian teks Yunani berkembang di Romawi Timur, para peneliti mengenai kajian filologi masih belum banyak jumlahnya. Sebagai solusinya, naskah-naskah penting diajarkan dalam kelas-kelas ketika kuliah diberbagai perguruan tinggi.[6]
Zaman Renaisans
Perkembangan kajian filologi pada Zaman Renaisans dipengaruhi oleh kekalahan Kerajaan Romawi Timur oleh bangsa Turki di abad ke-15. Ahli filologi banyak yang berpindah dari Eropa Timur ke Eropa Selatan, dan menetap di Kota Roma. Di tempat baru, para peneliti naskah lebih banyak melakukan kegiatan sebagai pengajar, penyalin naskah, hingga penerjemah teks dari bahasa Yunani ke Bahasa Latin. Selain itu, dengan hadirnya mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15 mengakibatkan kajian filologi semakin berkembang. Di Eropa kajian filologi digunakan untuk menelaah naskah lama non-klasik. Oleh karena itu, para ahli filologi harus menguasai bahasa-bahasa yang ada dalam naskah tersebut. Namun, hal tersebut mengakibatkan kajian filologi tidak mempunyai arah ilmu. Di abad ke-19 ilmu mengenai kebahasaan mulai berkembang, yang hingga kini dikenal sebagai ilmu linguistik. Sejak saat itu, kajian teks dan bahasa memiliki rumpunnya sendiri. Di abad ke-20 kajian mengenai filologi tetap kembali ke awal untuk menelaah teks klasik. Namun di kawasan Anglo-Sakson berubah menjadi kajian linguistik.[6]
Filologi di Kawasan Timur Tengah
Perkembangan filologi di kawasan Timur Tengah dipengaruhi oleh ilmu yang dibawa dari Yunani. Budaya belajar di Timur Tengah sudah ada sejak abad ke-4, hal ini dibuktikan dengan adanya perguruan tinggi yang beroperasi dan beberapa pusat studi dengan berbagai bidang ilmu yang sudah berdiri.[7] Di kawasan Timur Tengah banyak terdapat dokumen-dokumen lama yang ditulis oleh bangsa Arab dan Persia. Karya tersebut ada sebelum agama Islam tersebar di kawasan Timur Tengah, karya-karya tulisan yang tercipta berupa puisi dan prosa. Setelah Islam tersebar di negara Arab, karya-karya tulisan yang memiliki genre mistik menyebar hingga Persia di abad ke-10 Masehi hingga abad ke-13 Masehi. Adanya bangsa barat yang datang ke kawasan Timur Tengah mengakibatkan kajian Filologi semakin berkembang. Karya-karya yang dihasilkan oleh bangsa Timur semakin terkenal hingga dunia barat. Selain itu, teks tersebut juga banyak diteliti oleh para filolog bangsa barat.[8]
Filologi di Kawasan Asia-India
India adalah salah satu negara di Asia yang banyak memiliki peninggalan naskah kuna. Hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan mengenai naskah-naskah prasasti yang sudah diteliti. Naskah yang terkenal dari negara India yaitu Kassweda yang disusun pada abad ke-6 SM. Naskah tersebut merupakan kitab suci agama Hindu. Naskah-naskah tersebut mulai diteliti oleh bangsa Barat pada tahun 1498.[9] Kajian filologi di kawasan Asia mengenai naskah-naskah yang ada mampu membuka khazanah kebudayaan Asia. Naskah-naskah tersebut digunakan untuk penelitian studi humaniora, selain itu naskah tersebut digunakan untuk memperkuat mengenai penelusuran sejarah bangsa Asia dan kebudayaannya.[10]
Metode
Kodikologi
Kodikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai naskah-naskah. Istilah kodikologi pertama kali diperkenalkan pada tahun 1944 oleh seorang ahli bahasa bernama Alphonse Daian. Namun, baru dikenal secara luas pada tahun 1949. Kodikologi membantu para filolog untuk menelaah bentuk fisik dari sebuah naskah.[11] Secara bahasa, kodikologi berasal dari bahasa Latin, yaitu codex atau berarti tunggal dan codices yang berarti jamak. Kata codex sendiri memiliki arti dasar kayu, namun dalam filologi codex ini memiliki arti suatu karya yang memiliki genre karya klasik yang berbentuk naskah. Kodikologi membantu dalam penelitian filologi untuk menelaah gaya tulisan dalam naskah, tanda tangan, hingga segel yang terdapat dalam naskah.[12] Penelitian dengan menggunakan metode kodikologi di Indonesia masih sedikit jumlahnya. Salah satu peneliti yang terkenal meneliti mengenai naskah nusantara yaitu Voorhoeve. Ia menulis tentang pengkajian tempat penyalinan naskah Algemeene Sectretarie yang terletak di Jakarta pada abad ke-19. Penelitian tersebut dikembangkan oleh Maria Indra Rukmi pada tahun 1997 yang meneliti tentang penyalinan naskah Melayu di Jakarta pada Abad ke-19 dengan pendekatan kodikologi.[13]
Tekstologi
Tekstologi merupakan ilmu yang menelaah asal-usul teks, hingga mengenai pemahaman teksnya.[14] Selain itu tekstologi juga mempelajari tentang asal-usul suatu naskah. Kajian tekstologi mengedepankan penyuntingan dalam sebuah penelitian teks. Penggambaran sejarah mengenai teks harus didahulukan, serta menganalisis bahan-bahan yang ada dalam teks juga harus diteliti.[15]
Langkah-Langkah
Inventarisasi naskah
Tahapan pertama dalam melakukan penelitian filologi yaitu inventarisasi naskah. Kegiatan tersebut merupakan pengumpulan data yang dikerjakan dengan menggunakan studi katalog dan studi lapangan. Studi katalog merupakan kegiatan untuk membaca dan memahami katalog naskah. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari, mencermati, dan menemukan naskah yang akan digarap untuk dikaji. Katalog memberikan informasi mengenai gambaran isi naskah, jumlah halaman, tempat penemuan naskah, penomoran naskah, serta tempat dan waktu penyalinan naskah.[16] Naskah yang sudah terdaftar dalam katalog disediakan di museum, instansi yang mengoleksi naskah, dan perpustakaan. Kegiatan kedua dalam kegiatan inventarisasi naskah yaitu studi lapangan. Studi lapangan dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan naskah yang akan digarap penelitiannya. Studi lapangan dikerjakan di museum, perpustakaan atau lokasi di mana naskah tersebut ditemukan.[17]
Deskripsi naskah
Tahapan kedua dalam melakukan penelitian filologi yaitu deskripsi naskah. Deskripsi naskah merupakan kegiatan untuk menguraikan dan melihat gambaran naskah dalam bentuk fisik secara rinci. Selain itu, dalam tahapan ini peneliti harus mencatat mengenai garis besar isi teks, dimulai dari pembukaan, isi, dan penutup teks. Naskah dan teks dideskripsikan dengan urutan mencatat nomor naskah, mengukur ketebalan teks, melihat dan mendeskripsikan keadaan naskah, melihat tulisan naskah, dan menceritakan garis besar isi teks.[18]
Transliterasi naskah
Tahapan ketiga dalam melakukan penelitian filologi yaitu transliterasi naskah. Transliterasi naskah yaitu kegiatan mengganti jenis tulisan, dari abjad yang satu ke abjad yang lainnya.[19] Kegiatan transliterasi hanya mengganti aksara bahasa ke dalam huruf Latin. Sebagai contoh, aksara Arab yang diganti ke dalam aksara Latin agar mudah dipahami dan mudah dibaca.[20]
Kritik teks
Tahapan keempat dalam melakukan penelitian filologi yaitu kritik teks. Kritik teks merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi kesalahan salin tulis dan memberikan alternatif perbaikannya. Tujuannya agar diperoleh teks yang autentik. Hasil dari kegiatan kritik teks yaitu untuk mengkaji umur naskah dan identitas pengarang, hingga diperoleh identitas yang asli sesuai fakta naskah.[21]
Suntingan teks
Suntingan teks adalah kegiatan untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam teks, yang disesuaikan dengan kaidah penulisan di masa sekarang. Namun, meskipun terdapat banyak perombakan, kegiatan penyuntingan teks tidak boleh mengubah makna dari isi teks tersebut. Perbaikan-perbaikan yang biasa dilakukan dalam kegiatan penyuntingan teks contohnya memperbaiki hilangnya beberapa huruf dalam teks, pengulangan baris dan bait dalam teks, memberikan tanda baca dalam teks, dan memberikan sub judul dalam teks.[22] Naskah hasil suntingan teks yang sudah selesai biasanya disebut dengan edisi teks. Tujuan dari edisi teks tersebut yaitu untuk menyusun ulang naskah sesuai dengan naskah aslinya atau minimal mendekati aslinya. Langkah-langkah dalam menyusun edisi teks yang pertama yaitu recendcio textus, yang merupakan kegiatan memilih naskah yang saling berkaitan dan memiliki penurunan seperti silsilah keluarga. Selain memilih naskah, juga dilakukan tahapan eliminasi dan melakukan pencarian hubungan antar naskah. Tahapan kedua yaitu exminatio atau kegiatan pengujian. Teks dilakukan pengujian untuk mencari naskah yang autentik serta mendekati teks aslinya. Tahapan ketiga yaitu emendation atau kegiatan perbaikan. Kegiatan ini menampilkan hasil naskah yang sudah mengalami perbaikan.[23]
Terjemahan
Kegiatan menerjemahkan merupakan kegiatan memindahkan makna bahasa dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Oleh karena itu, hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan penerjemahan yaitu perbedaan frasa dan nomina. Penerjemah harus bisa menemukan makna yang paling mendekati dengan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Tujuannya agar mudah dipahami oleh pembaca.[24]
Objek kajian
Naskah
Objek kajian dalam penelitian filologi yaitu naskah dan teks. Naskah merupakan seluruh tulisan yang dituangkan dalam kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Naskah yang dihasilkan oleh tulisan tangan dinamakan handscrift atau manuskrip.[25] Naskah kuna yang ada di Indonesia banyak tersimpan di negara Belanda. Tujuannya ketika masih dijajah negara Belanda banyak mempelajari adat istiadat dan bahasa dari naskah-naskah tersebut. Naskah-naskah tersebut tersebut banyak tersimpan di Amsterdam, Leiden, Delft, dan Rotterdam.[26] Salah satu naskah tertua di Indonesia yaitu naskah Negarakertagama yang berisi tentang perjalanan kerajaan Mahapahit. Naskah ini ditulis oleh Empu Prapanca dengan menggunakan bahasa Kawi. Secara keseluruhan, kitab Negarakertagama berisi tentang tokoh Prabu Hayam Wuruk dan masa kejayaan kerjaan Majapahit. Selain itu, kitab ini juga berisi tentang kondisi sosial, politik, keagamaan hingga kebudayaan yang ada di kerajaan Majapahit.[27]
Teks
Objek kedua dari penelitian filologi yaitu teks. Teks adalah bagian abstrak dari suatu naskah. Sifat abstrak mengakibatkan suatu teks hanya bisa dibayangkan saja, namun apabila sudah dibaca baru bisa diketahui isi dari teks yang berupa ide, informasi hingga amanat dari penulisnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa teks merupakan bagian isi dari naskah. Berdasarkan sifatnya, teks dibagi menjadi tiga yaitu, teks lisan, teks tulisan, dan teks yang berbentuk cetakan.[28]
Tujuan dan manfaat
Tujuan dari kajian filologi yaitu untuk memberikan pemahaman mengenai kebudayaan suatu bangsa dari karya sastra lisan dan sastra tulisan. Mampu mengetahui makna dan fungsi teks bagi masyarakat. Serta mengungkapkan nilai-nilai budaya lama yang ada dalam pengembangan kebudayaan. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian filologi yaitu untuk melakukan penyuntingan sebuah teks agar tetap mempertahankan teks aslinya. Kajian filologi mampu mengungkap sejarah terjadinya teks serta perkembangannya.[29] Filologi juga bertujuan untuk mengembalikan teks yang diperkirakan mendekati dengan naskah aslinya, melalui teknik perbandingan naskah secara teliti. Hingga di akhir pernelitian filologi mampu menetapkan bentuk dari sebuah teks yang paling autentik.[30]
Manfaat dari mempelajari filologi yaitu:
- Dapat memahami ide, kebudayaan, serta pemikiran-pemikiran orang terdahulu.[29]
- Mampu mengetahui adat istiadat orang-orang terdahulu.[29]
- Bisa melestarikan budaya lama dan melakukan pengembangan masyarakat pada zamannya.[29]
- Mampu mengetahui proses penulisan dan penyalinan naskah.[29]
Referensi
- ^ Maharsi (2012). "Filologi dan Sejarah" (PDF). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. hlm. 1. Diakses tanggal 2021.
- ^ Rokhmansyah, Alfian (2018). Teori Filologi (Edisi Revisi). Kalimantan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman. hlm. 4. ISBN 978-602-50630-1-5.
- ^ Istanti, Kun Zachrun (2021). "Etimologi Istilah Filologi" (PDF). Repository Universitas Terbuka. hlm. 2.
- ^ Abdullah, Muhammad; Thohir, Mudjahirin; Muzakka, Moh.; Rukiyah (2019). "Pengantar Filologi" (PDF). E-Prints Undip. hlm. 9-10.
- ^ Badrulzaman, Ade Iqbal; Kosasih, Ade (2018). "Teori Filologi dan Penerapannya: Masalah Naskah - Teks dalam Filologi" (PDF). Perpustakaan Nasional. hlm. 3.
- ^ a b c d Baried, Siti Baroroh; Soeratno, Siti Chamamah; Sawoe; Sutrisno, Sulastin; Syakil,', Moh. (1985). "Pengantar Teori Filologi" (PDF). Repositori Kemdikbud. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 30-32.
- ^ Zaidun, Achmad (2013). "Filologi" (PDF). Core AC. hlm. 58.
- ^ Hidayatulloh, Arif (2019). "Perkembangan Filologi di Kawasan Timur Tengah". Tafhim Al-'Ilmi (dalam bahasa Inggris). 10 (2): 3–5. doi:10.37459/tafhim.v10i2.3425. ISSN 2579-7182.
- ^ Attas, Sitti Gomo (2017). "Pengantar Teori Filologi" (PDF). Sipeg UNJ. hlm. 59-60.
- ^ Dewi, Trie Utari (2018). "Pembelajaran Filologi Sebagai Salah Satu Upaya dalam Mengungkap dan Membangun Karakter Suatu Bangsa". Journal IPM2KPE. hlm. 53.
- ^ Wijaya, Arbar (2020). "Mengenal Iluminasi dalam Sisi Kodikologi". kumparan. Diakses tanggal 2021-12-22.
- ^ Permadi, Tedi (2012). "Metode Diplomatik dalam Mengidentifikasi Kandungan Isi Naskah Gulungan Berbahan Daluang Koleksi Candi Cangkuang". Panggung (dalam bahasa Inggris). 22 (4): 5. doi:10.26742/panggung.v22i4.66. ISSN 2502-3640.
- ^ Amrulloh, Tri Febriandi (2021). "STUDI KODIKOLOGI iMANUSKRIP MUSHAF AL-QUR'AN IBRAHIM GHOZALI" (PDF). Digital Library Surabaya. hlm. 23.
- ^ Suryani, Lilis; Nurizzati (2019). "Alih Aksara dan Alih Bahasa Teks Tasawuf dan Ta'bir Gempa". Jurnal Bahasa dan Sastra (dalam bahasa Inggris). 6 (3): 4. doi:10.24036/81037290. ISSN 2302-3538.
- ^ Alwi, Muhammad Fachrudin (2015). "Kajian Filologis Serat Sagunging Pralambang Angawinaken Jiwa Raga" (PDF). Perpustakaan Digital Universitas Semarang. hlm. 26.
- ^ Hanafi, Ahmad (2020). "Diktat Filologi" (PDF). Digital Library IAIN Jember. hlm. 1-2.
- ^ Yasin, Dhimas Muhammad (2016). "Digitalisasi dan Deskripsi Naskah Kuno Sebagai Upaya Memperkokoh Kedaulatan Indonesia: Studi Kasus Naskah Al-MutawassimīnI". DEFENDONESIA (dalam bahasa Inggris). 2 (1): 27. doi:10.54755/defendonesia.v2i1.55. ISSN 2776-687X.
- ^ Wicaksana, Pandu (2012). "Kajian Filologi Naskah Piwulang Patraping Agêsang" (PDF). Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta. hlm. 17.
- ^ Febriana, Supriadi Azis; Jamjam, Ajang; Supianudin, Asep (2018). "Naskah Hikayat Abdul Samad: Suntingan Teks dan Kajian Struktur". Jurnal UIN Sunan Gunung Djati. hlm. 268.
- ^ Hudaa, Syihaabul (2019). "Transliterasi, Serapan, dan Padanan Kata: Upaya Pemutakhiran Istilah dalam Bahasa Indonesia". Journal Hamzah. hlm. 3.
- ^ Wardah, Eva Syarifah (2020). "Tahapan/Proses Cara Kerja Penelitian Filologi" (PDF). Repository UIN Banten. hlm. 181-182.
- ^ Jannah, Raudhatul (2019). "Naskah "Aḥkām al-Jaraḥ": Suntingan Teks dan Telaah Ide Sentral" (PDF). Perpustakaan UIN Ar Raniry. hlm. 10.
- ^ Supriatna, Agus; Hayunari, Sasadara (2018). "Identifikasi dan Transliterasi Naskah Kuno Buton Abad 18 Masehi "Mi'ratut Tamaami" Karya Syeikh Abdul Ghani". ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya. 7 (3): 188–189. doi:10.33772/etnoreflika.v7i3.551. ISSN 2355-360X.
- ^ Liswahyuningsih, Ni Luh Gede (2021). "Analisis Teknik Penerjemahan Frasa Nomina Bahasa Indonesia ke Dalam Bahasa Inggris". Jurnal Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. hlm. 279.
- ^ Ridlo, Abdullah (2020). "Filologi Sebagai Pendekatan Kajian Keislaman". E-journal Institut Agama Islam Imam Al-Ghozali. hlm. 205.
- ^ Saraswati, Ufi (2017). "Arti dan Fungsi Naskah Kuno Bagi Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa melalui Pengajaran Sejarah". Departemen Pendidikan Sejarah. Diakses tanggal 2021-12-23.
- ^ Ningsih, Widya Lestari (2021). "Kitab Negarakertagama: Sejarah, Isi, dan Maknanya Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-12-23.
- ^ MAZIDAH, ZULFA (2021). "Objek Kajian Penelitian Filologi: Ada Teks dan Naskah - Kendalku". kendalku.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2021-12-23.
- ^ a b c d e Dewi, Trie Utari (2018). "Pembelajaran Filologi Sebagai Salah Satu Upaya dalam Mengungkap dan Membangun Karakter Suatu Bangsa". Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora. hlm. 54.
- ^ Fatoni, Ahmad Sirfi (2021). "Pernik-Pernik Metode dan Pendekatan dalam Penelitian Filologi". Jurnal Mahasantri. hlm. 351.