Azan
Bagian dari seri |
Islam |
---|
Azan (ejaan KBBI) atau adzan (bahasa Arab: أَذَان [ʔaˈðaːn]) merupakan panggilan ibadah bagi umat Islam untuk menunaikan salat fardhu. Azan dikumandangkan oleh seorang muazin dari masjid setiap memasuki lima waktu salat. Kata azan sendiri berasal dari kata ʾadzina أَذَّنَ yang berarti "mendengar atau diberi tahukan". Panggilan kedua setelah azan dinamakan iqamah digunakan untuk memberitahu makmum bahwa ibadah salat akan segera dimulai.
Lafal
Pengulangan | Lafal | Transliterasi | Terjemahan | ||
---|---|---|---|---|---|
Oleh Sunni (Asli)[a] [1][2][3][4] |
Oleh Syiah [3][4][5] |
Oleh Zaydi | |||
4x atau 2x | 4x | 8x atau 4x[b] | ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ | ʾAllāhu ʾakbaru | Allah Maha Besar [daripada sesuatu apa pun] |
2x | 2x | 2x | أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّٰهُ | ʾašhadu ʾan lā ʾilāha ʾillā -llāhu | Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah |
2x | 2x | 2x | أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ ٱللَّٰهِ | ʾašhadu ʾanna Muḥammadan rasūlu -llāhi | Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah |
Tak ada | 2x[c] | Tak ada | أَشْهَدُ أَنَّ عَلِيًّا وَلِيُّ ٱللَّٰهِ | ʾašhadu ʾanna ʿAlīyan walīyu -llāhi | Aku bersaksi bahwa Ali adalah Wali Allah |
2x | 2x | 2x | حَيَّ عَلَىٰ ٱلصَّلَاةِ | ḥayya ʿalā ṣ-ṣalāhti | Mari menunaikan salat |
2x | 2x | 2x | حَيَّ عَلَىٰ ٱلْفَلَاحِ | ḥayya ʿalā l-falāḥi | Mari menuju kemenangan |
Tidak ada | 2x | 2x | حَيَّ عَلَىٰ خَيْرِ ٱلْعَمَلِ | ḥayya ʿalā khayri l-ʿamali | Buru-buru melakukan yang terbaik |
2x (Salat subuh saja)[d] |
Tidak ada | Tidak ada | ٱلصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنَ ٱلنَّوْمِ | aṣ-ṣalātu khayrun mina n-nawmi | Salat itu lebih baik daripada tidur |
2x | 2x | 2x | ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ | ʾAllāhu ʾakbaru | Allah Maha Besar |
1x | 2x | 1x | لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّٰهُ | lā ʾilāha ʾillā -llāhu | Tiada Tuhan selain Allah |
- ^ Azan yang sama juga dipakai oleh Ahmadiyyah.
- ^ Secara tradisional 4x.[6] Pemngikut madzhab Maliki juga mengulang baris ini 4x.
- ^ Menurut ulama Usuli Twelver Syiah, frasa ini bukan bagian wajib dari Azan dan Iqamah, tetapi direkomendasikan (Mustahab). Akhbari Twelver Shia, however, consider it as an obligatory part of Adhan and Iqamah.[7] Fatimid, Ismaili, Alavi Bohras and Dawoodi Bohra believe and include and recite this at same place, twice in main adhan, but not in Iqama. They also recite Muḥammadun wa ʿAlīyun khayru l-basar wa itaratu huma khayru l-itar (Muhammad and Ali are the best of mankind and their progeny is the best of progenies) twice after the 6th part (Ḥayya ʿala-khayri l-ʿamal). This tradition is continued from their first Da'i al-Mutlaq, Zoeb bin Moosa (1132 CE), after their 21st Imam, At-Tayyib Abi l-Qasim, and claim this is true Fatimid tradition.[8][9][10]
- ^ Pengikut Madzhab Maliki percaya bahwa baris ini dua kali dan ulangi dua baris berikut sebelum baris empat kali, seperti dicatat dalam Sahih Muslim, Book 4, Ch. 2, No. 0740.
Sejarah azan dan iqamah
Mulanya, pada suatu hari Nabi Muhammad (ﷺ) mengumpulkan para sahabatnya untuk meminta pendapat mereka mengenai bagaimana metode terbaik untuk memberi tahu umat muslim tentang masuknya waktu shalat. Maka beberapa dari mereka mengusulkan penggunaan trompet, tetapi Nabi tidak menyukainya karena itu menyerupai orang-orang Yahudi. Lalu ada yang mengajukan penggunaan lonceng, tetapi itu juga tidak disukai oleh Nabi karena menyerupai orang-orang Kristen.[11] Apalagi dengan fakta bahwa Nabi Muhammad di lain kesempatan bersabda, "Lonceng (الجرس) adalah alat musik setan",[12] dan "Malaikat tidak menemani para pejalan yang ada lonceng dan anjing bersamanya."[13] Namun terdapat pula riwayat-riwayat shahih yang berisi bahwa ketika Nabi Muhammad ditanyakan bagaimana wahyu dari Allah turun kepada beliau, Sang Nabi menjawab, wahyu dari Allah "terkadang turun kepadaku seperti bunyi lonceng (الجرس )."[14][15][16][17]
Kemudian pada suatu malam, salah seorang sahabat Nabi dari kaum Anshor, yakni Abdullah bin Zaid, mendapatkan mimpi di mana ia bertemu dengan seorang pria yang membawa lonceng yang memberitahunya mengenai lafadz adzan. Yang mana hal itu tercatat salah satunya pada hadits berikut:
Abdullah bin Zaid melaporkan bahwa: Sewaktu Rasulullah (ﷺ) memerintahkan agar dibuatkannya sebuah lonceng supaya nantinya dipukul untuk mengumpulkan orang-orang agar mengerjakan shalat, seseorang yang membawa lonceng datang menghampiriku dalam tidurku, dan aku berkata: "Wahai hamba Allah, akankah kau menjual lonceng itu?", Pria itu menjawab: "Akan kau gunakan untuk apa?", Aku menjawab: "Kami akan menggunakannya untuk memanggil orang-orang untuk sholat." Dia berkata: "Maukah bila ku usulkan hal yang lebih baik dari itu." Aku menjawab: "Tentu", Lalu dia memberitahuku untuk mengucapkan
- Allahu Akbar Allahu Akbar
- Asyhadu alla ilaha illallah
- Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
- Hayya 'alash sholah (2 kali)
- Hayya 'alal falah (2 kali)
- Allahu Akbar Allahu Akbar
- La ilaha illallah
Ia lalu mundur beberapa langkah, dan berkata: "Untuk Iqomah, ucapkanlah:
- Allahu Akbar, Allahu Akbar
- Asyhadu alla ilaha illallah
- Asyhadu anna Muhammadar Rasullulah
- Hayya 'alash sholah
- Hayya 'alal falah
- Qod qomatish sholah (2 kali), artinya "Salat akan didirikan"
- Allahu Akbar, Allahu Akbar
- La ilaha illallah"
Ketika subuh tiba, aku datang mengunjungi Rasulullah (ﷺ) dan memberitahukan beliau akan apa yang aku lihat dalam mimpiku. Beliau berkata: "itu adalah penglihatan yang nyata, dan dia (Bilal) mesti menggunakan itu untuk memanggil orang untuk sholat, karena dia lebih keras suaranya daripada kalian." Lalu aku berdiri bersama Bilal dan mulai mengajarkan kata-kata tersebut dan ia menggunakannya dalam memanggil orang-orang untuk sholat. Umar bin Khattab (RA) mendengarnya ketika berada di rumahnya dan datang dengan jubahnya terseret-tereseret dan berkata: "Rasulullah. Demi Dzat yang telah mengirimkanmu kebenaran, aku juga melihat hal yang sama dengan apa yg dipertunjukkan kepadanya." Rasulullah pun berkata: "Maka segala puji hanya bagi Allah."[18][19]
Kejadian dalam hadits tersebut terjadi di Madinah pada tahun pertama Hijriah atau 622 M.[20]
Adab azan
Adapun adab melaksanakan azan menurut jumhur ulama adalah sebagai berikut:
Kriteria muazin
- Muslim dan berakal;[21]
- Baik agamanya;
- Diutamakan orang dewasa, namun jika terpaksa anak kecil tidak mengapa;
- Memiliki sifat amanah;[22]
- Tidak menerima upah azan;[23]
- Suara muazin lantang dan merdu;[24][25][26]
Ketentuan dan tata cara azan
- Muazin disunnahkan suci dari hadas besar dan kecil;[27]
- Berdiri;[28]
- Muazin menghadap ke arah kiblat ketika mengumandangkan azan;
- Melakukan azan di tempat tinggi, atau dengan pengeras suara;
- Memperhatikan tajwid, memperlambat azan dan mempercepat iqamah;
- Meletakkan jari-jari di telinga ketika azan;[29]
- Menengok ke kanan dan ke kiri ketika haya’alatain;[30]
Menjawab azan
Apabila mendengar suara azan, disunnahkan untuk menjawab azan tersebut sebagaimana yang diucapkan oleh muazin, kecuali apabila muazin mengucapkan: "Hayya alash-shalah", "Hayya alal-falah", dan "Ashsalatu khairum minan-naum" (dalam azan Subuh).
Apabila muazin mengucapkan "Hayya alash-shalah" atau "Hayya alal-falah", disunnahkan menjawabnya dengan lafal "La haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim" yang artinya "Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah". Apabila muazin mengucapkan "Ashsalatu khairum minan-naum" dalam azan Subuh, disunnahkan menjawabnya dengan lafal "Shadaqta wa bararta wa ana 'ala dzalika minasy syahidin" yang artinya "Benarlah engkau dan baguslah ucapanmu dan saya termasuk orang-orang yang menyaksikan kebenaran itu".
Lihat pula
Daftar pustaka
Rujukan
- ^ Shahih Bukhari 89.329 Diarsipkan 2008-12-04 di Wayback Machine.
- ^ Sahih Muslim : Book 020: Number 4477, 4478, 4480, 4481, 4482, 4483 Diarsipkan 2011-08-20 di Wayback Machine.
- ^ a b Sunan Abu Dawood : Book 36: Number 4266 Diarsipkan 2011-08-06 di Wayback Machine.
- ^ a b Sunan al-Tirmidhi (Arabic) Chapter of Fitan, 2:45 (India) and 4:501 Tradition # 2225 (Egypt); Hadith #2149 (numbering of al-'Alamiyyah)
- ^ Quran : Surah Sajda: Ayah 24-25
- ^ Kitab rab as-sad by Sana'ani
- ^ "Akhbari". Akhbari. Diakses tanggal 2013-12-31.
- ^ Islamic Laws : Rules of Namaz » Adhan and Iqamah Diarsipkan September 14, 2008, di Wayback Machine.
- ^ Importance and Conditions of Prayers - Question #466 Diarsipkan July 8, 2009, di Wayback Machine.
- ^ "Adhan Call to Prayer". duas.org. Retrieved on 25 August 2016.
- ^ "Hadits Majah No. 699 | Memulai adzan". Hadits.id. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ "Sahih Muslim 2114 - The Book of Clothes and Adornment - كتاب اللباس والزينة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ "Sahih Muslim 2113a - The Book of Clothes and Adornment - كتاب اللباس والزينة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ "Sahih Muslim 2333b - The Book of Virtues - كتاب الفضائل - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ "Sahih al-Bukhari 3215 - Beginning of Creation - كتاب بدء الخلق - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ "Sahih al-Bukhari 2 - Revelation - كتاب بدء الوحى - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ "Jami` at-Tirmidhi 3634 - Chapters on Virtues - كتاب المناقب عن رسول الله صلى الله عليه وسلم - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ "Sunan Abi Dawud 499 - Prayer (Kitab Al-Salat) - كتاب الصلاة - Sunnah.com - Sayings and Teachings of Prophet Muhammad (صلى الله عليه و سلم)". sunnah.com. Diakses tanggal 2022-02-22.
- ^ Hadis riwayat Abu Dawud (499), at-Tirmidzi (189) secara ringkas tanpa cerita Abdullah bin Zaid tentang mimpinya, al-Bukhari dalam Khalq Af'al al-Ibad, ad-Darimi (1187), Ibnu Majah (706), Ibnu Jarud, ad-Daruquthni, al-Baihaqi, dan Ahmad (16043-redaksi di atas). At-Tirmidzi berkata: "Ini hadits hasan shahih". Juga dishahihkan oleh jamaah imam ahli hadits, seperti al-Bukhari, adz-Dzahabi, an-Nawawi, dan yang lainnya. Demikian diutarakan al-Albani dalam al-Irwa (246), Shahih Abu Dawud (512), dan Takhrij al-Misykah (I: 650).
- ^ (Indonesia)Saiyid Sabiq. 1974 Fikih Sunnah 1, Bandung: PT Alma'arif. h. 197.
- ^ "...dan kalaulah mereka berbuat syirik niscaya gugurlah amalan mereka semuanya.” (Al An’am: 88)
- ^ “Imam adalah penanggung jawab sedangkan muadzin adalah orang yang bisa dipercaya…” (HR. Ahmad (6872), dll dari Abu Hurairah)
- ^ “Jadikan muadzin yang tidak mengambil upah dalam adzannya.” (HR. Abu Dawud (447) dari Utsman bin Abil Ash)
- ^ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdullah bin Zaid: “Lakukanlah bersama Bilal, ajarkan kepadanya apa yang kamu lihat dalam mimpimu, dan hendaklah dia beradzan karena dia lebih tinggi dan bagus suaranya dari kamu.” (HR. Tirmidzi (174) dan Ibnu Majah (698) dari Abdullah bin Zaid)
- ^ “Jika kalian azan, angkatlah suara kalian karena tidaklah ada makhluk Allah yang mendengar azan kalian, baik jin, manusia, atau apa saja kecuali masing-masing mereka akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari (574) dari Abu Said Al Khudri)
- ^ “Sesungguhnya dia (Bilal) lebih lantang dan merdu suaranya dibandingkan engkau (Abdullah bin Zaid).” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Zaid)
- ^ “Suatu hari saya (bilal) berwudlu kemudian saya berdiri untuk melakukan azan salat.” (HR. Abu Dawud, hasan shahih)
- ^ “Berdirilah wahai Bilal kemudian serukanlah azan untuk salat.” (HR. Tirmidzi (175) dari Abdullah bin Zaid)
- ^ Dari Abu Juhaifah ia berkata, “Aku melihat Bilal azan dan aku ikuti bibirnya ke arah sini dan ke arah situ dan jari tangannya berada di dalam kedua lubang telinganya.” (HR. Bukhari (598), Muslim (777) dari Abu Juhaifah)
- ^ Nabi ﷺ: “Saya berusaha mengikuti bibirnya, mengucapkan ke kanan dan kiri hayya ‘alash shalah – hayya ‘alal falaah.” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Juhaifah)