Kota Surabaya
7°14′44.1″S 112°44′19.5″E / 7.245583°S 112.738750°E
Kota Surabaya | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Hanacaraka | ꦯꦹꦫꦨꦪ |
• Pegon Jawa: | سورابايا |
• Pegon Madura | سَوربٓجٓه |
• Alfabet Madura | Sorbhâjâh |
• Hanzi | 泗水 |
• Pinyin | sì shuǐ |
Julukan:
| |
Koordinat: 7°14′45″S 112°44′16″E / 7.2458°S 112.7378°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Tanggal berdiri | 31 Mei 1293 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Eri Cahyadi, S.T., M.T. |
• Wakil Bupati | Ir. H. Armuji, M.H. |
• Sekretaris Daerah | Ir. Hendro Gunawan, M.A. |
• Ketua DPRD | Adi Sutarwijono, S.I.P. |
Luas | |
• Total | 350,54 km2 (135,34 sq mi) |
Peringkat | 23 |
Populasi | |
• Total | 2.970.843 |
• Peringkat | 2 |
• Kepadatan | 8.475/km2 (21,950/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 85,50% Kristen 12,80% - Protestan 8,89% - Katolik 3,91% Buddha 1,42% Hindu 0,25% Konghucu 0,02% Lainnya 0,01%[3] |
• Bahasa | Resmi: Indonesia Bahasa daerah: Jawa (Surabayaan), Madura, Tionghoa, Arab |
• IPM | 82,31 (2021) sangat tinggi[4] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 31 |
Pelat kendaraan | L – *** |
Kode Kemendagri | 35.78 |
Kode SNI 7657:2023 | SBY |
APBD | Rp 9.533.440.000.000,- (2022)[5] |
DAU | Rp 1.182.439.723.000,- (2022)[6] |
Flora resmi | Nyamplung |
Fauna resmi | Hiu dan Buaya |
Situs web | www |
Kota Surabaya (Hanacaraka: ꦏꦹꦛꦯꦹꦫꦨꦪ; Pegon Jawa: كوڟاسورابايا, tr. Kutha Surabaya, pengucapan bahasa Jawa: [kuʈɔ surɔˈbɔjɔ]. Pegon Madura: سَوربٓجٓه, tr. Sorbhâjâh. Hanzi: 泗水) adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota ini terletak 800 km sebelah timur Jakarta, atau 435 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terletak di pantai utara Pulau Jawa bagian timur dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa.
Surabaya memiliki luas sekitar ±326,81 km², dan 2.970.843 jiwa penduduk pada tahun 2021.[7] Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dan wilayah Gerbangkertosusila dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda yang berada 20 km di sebelah selatan kota, serta dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung.
Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah. Surabaya juga sempat menjadi kota terbesar di Hindia Belanda dan menjadi pusat niaga di Nusantara yang sejajar dengan Hong Kong dan Shanghai pada masanya.[8] Menurut Bappenas, Surabaya adalah salah satu dari empat kota pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Makassar.[9]
Sejarah
Etimologi
Kata Surabaya (bahasa Sanskerta: Śūrabhaya) sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan sura (ikan hiu) dan baya (buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama "Surabaya" muncul setelah terjadinya pertempuran tersebut.
Asal-usul Surabaya
Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Śūrabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir).
Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh.
Versi lain menyebutkan, Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup-mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura.
Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga.
Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora.
Era prakolonial
Wilayah Surabaya dahulu merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi kota Surabaya ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap serangan pasukan Mongol. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu / berani) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya / bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya.
Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota Walisongo, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di wilayah Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kerajaan Demak.
Menyusul runtuhnya Demak, Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram, diserbu Panembahan Senopati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, dan diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Suatu tulisan VOC tahun 1620 menggambarkan, Surabaya sebagai wilayah yang kaya dan berkuasa. Panjang lingkarannya sekitar 5 mijlen Belanda (sekitar 37 km), dikelilingi kanal dan diperkuat meriam. Tahun tersebut, untuk melawan Mataram, tentaranya sebesar 30.000 prajurit.[10]
Tahun 1675, Trunojoyo dari Madura merebut Surabaya, namun akhirnya didepak VOC pada tahun 1677.
Dalam perjanjian antara Pakubuwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada VOC. Gedung pusat pemerintahan Karesidenan Surabaya berada di mulut sebelah barat Jembatan Merah. Jembatan inilah yang membatasi permukiman orang Eropa (Europeesche Wijk) waktu itu, yang ada di sebelah barat jembatan dengan tempat permukiman orang Tionghoa; Melayu; Arab; dan sebagainya (Vremde Oosterlingen), yang ada di sebelah timur jembatan tersebut. Hingga tahun 1900-an, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja.
Era kolonial
Pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibu kota Karesidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik; Sidoarjo; Mojokerto; dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia.
Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Pada tahun 1910, fasilitas pelabuhan modern dibangun di Surabaya, yang kini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Perak. Sampai tahun 1920-an, tumbuh permukiman baru seperti daerah Darmo; Gubeng; Sawahan; dan Ketabang.
Tanggal 3 Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret 1942, Jepang berhasil merebut Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udara tentara Sekutu pada tanggal 17 Mei 1944.
Era kemerdekaan
Pertempuran mempertahankan Surabaya
Setelah Perang Dunia II usai, pada 25 Oktober 1945, 6.000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di Surabaya dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan Jepang menyerahkan semua senjata mereka, tetapi milisi dan lebih dari 20.000 pasukan Indonesia menolak.
26 Oktober 1945, tercapai persetujuan antara R.M. Soerjo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus menyerahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas tentara Inggris di Jakarta yang dipimpin Letnan Jenderal Philip Christison.
Pada tanggal 27 Oktober 1945, pukul 11.00, pesawat Dakota Angkatan Udara Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia menjadi marah ketika membaca selebaran ini dan menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian yang ditanda tangani satu hari sebelumnya. Pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian.
29 Oktober 1945, Presiden Soekarno; Wakil Presiden Mohammad Hatta; dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin bersama Mayjen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding.
Pada siang hari, 30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan para pimpinan RI tersebut meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.
Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan Merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio.
Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby.
Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia.
Letjen Philip Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby tersebut dan mengerahkan 24.000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya.
9 November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan.
10 November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang, Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya.
20 November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20.000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur.
Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940-an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah.
Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda. Pertempuran pada tanggal 10 November 1945 tersebut hingga saat ini dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Era pascakemerdekaan
Kota yang jalan utamanya dulu hampir berbentuk seperti pita dari jembatan Wonokromo di sebelah Selatan menuju ke Jembatan Merah di sebelah Utara sepanjang kurang lebih 13 km tersebut, di akhir tahun 1980-an mulai berubah total. Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang pesat, memaksa Surabaya untuk berkembang ke arah Timur dan Barat seperti yang ada sekarang. Bertambahnya kendaraan bermotor, tumbuhnya industri baru serta menjamurnya perumahan yang dikerjakan oleh perusahaan real estate yang menempati pinggiran kota mengakibatkan tidak saja terjadi kemacetan di tengah kota tapi juga tidak jarang terjadi pula di pinggiran kota. Surabaya telah berkembang jauh dari kota yang relatif kecil dan kumuh di akhir abad ke-19, menjadi kota metropolitan di akhir abad ke-20 dan pada kurun abad ke-21 menjadi salah satu metropolitan dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Kota yang pada kurun abad ke-20 dan awal abad ke-21 dipandang panas dan kumuh ini juga berhasil berubah menjadi salah satu kota metropolitan yang paling tertata di Indonesia dengan kualitas udara terbersih.
Geografi
Surabaya secara geografis berada pada 07°09'00" – 07°21'00" Lintang Selatan dan 112°36'- 112°54' Bujur Timur. Luas wilayah Surabaya meliputi daratan dengan luas 326,81 km² dan lautan seluas 190,39 km².
Batas wilayah
Kota Surabaya berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu:
Utara | Selat Madura |
Timur | Selat Madura |
Selatan | Kabupaten Sidoarjo |
Barat | Kabupaten Gresik |
Geologi
Kondisi geologi Kota Surabaya terdiri dari Daratan Alluvium; Formasi Kabuh; Pucangan; Lidah; Madura; dan Sonde. Sedangkan untuk wilayah perairan, Surabaya tidak berada pada jalur sesar aktif ataupun berhadapan langsung dengan samudera, sehingga relatif aman dari bencana alam endogen. Berdasarkan kondisi geologi dan wilayah perairannya, Surabaya dikategorikan ke dalam kawasan yang relatif aman terhadap bencana gempa bumi maupun tanah amblesan sehingga pembangunan infrastruktur tidak memerlukan rekayasa geoteknik yang dapat menelan biaya besar.
Topografi
Surabaya terletak di tepi pantai utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan, serta Kabupaten Gresik di sebelah barat. Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72% dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m di atas permukaan laut, sedangkan sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di wilayah Surabaya Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Di wilayah Surabaya Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan yang ketinggiannya antara 25 – 50 m di atas permukaan laut dan di wilayah Surabaya Barat memiliki kontur tanah perbukitan yang bergelombang. Struktur tanah di Surabaya terdiri dari tanah aluvial, hasil endapan sungai dan pantai, dan di bagian barat terdapat perbukitan yang mengandung kapur tinggi. Di Surabaya terdapat muara Kali Mas, yakni satu dari dua pecahan Sungai Brantas. Kali Mas adalah salah satu dari tiga sungai utama yang membelah sebagian wilayah Surabaya bersama dengan Kali Surabaya dan Kali Wonokromo. Areal sawah dan tegalan terdapat di kawasan barat dan selatan kota, sedangkan areal tambak berada di kawasan pesisir timur dan utara.
Iklim
Surabaya memiliki iklim tropis seperti kota besar di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kota Surabaya termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim dalam setahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di Surabaya rata-rata 165,3 mm. Curah hujan tertinggi di atas 200 mm terjadi pada kurun Januari hingga Maret dan November hingga Desember. Suhu udara rata-rata di Surabaya berkisar antara 23,6 °C hingga 33,8 °C.[11]
Data iklim Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rekor tertinggi °C (°F) | 38 (100) |
38 (100) |
38 (100) |
37 (99) |
37 (99) |
37 (99) |
38 (100) |
37 (99) |
37 (99) |
39 (102) |
38 (100) |
42 (108) |
42 (108) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 32.3 (90.1) |
32.4 (90.3) |
32.1 (89.8) |
32.6 (90.7) |
32.9 (91.2) |
32.1 (89.8) |
31.4 (88.5) |
31.4 (88.5) |
32.9 (91.2) |
34 (93) |
34.6 (94.3) |
34.2 (93.6) |
32.74 (90.92) |
Rata-rata harian °C (°F) | 27.8 (82) |
28 (82) |
27.7 (81.9) |
28.4 (83.1) |
28.4 (83.1) |
27.1 (80.8) |
26.5 (79.7) |
26.6 (79.9) |
27.3 (81.1) |
28.9 (84) |
30.2 (86.4) |
29.6 (85.3) |
28.04 (82.44) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 24.8 (76.6) |
24.7 (76.5) |
24.8 (76.6) |
25.5 (77.9) |
24.9 (76.8) |
23.3 (73.9) |
22.3 (72.1) |
22.4 (72.3) |
22.9 (73.2) |
24.1 (75.4) |
25.8 (78.4) |
25.6 (78.1) |
24.26 (75.65) |
Rekor terendah °C (°F) | 22 (72) |
22 (72) |
22 (72) |
22 (72) |
21 (70) |
20 (68) |
20 (68) |
20 (68) |
21 (70) |
20 (68) |
20 (68) |
22 (72) |
20 (68) |
Presipitasi mm (inci) | 340 (13.39) |
312 (12.28) |
305 (12.01) |
195 (7.68) |
104 (4.09) |
56 (2.2) |
23 (0.91) |
6 (0.24) |
10 (0.39) |
50 (1.97) |
133 (5.24) |
285 (11.22) |
1.819 (71,62) |
Rata-rata hari hujan | 15 | 14 | 14 | 10 | 6 | 3 | 2 | 0 | 1 | 3 | 7 | 13 | 88 |
% kelembapan | 84 | 84 | 83 | 80 | 79 | 73 | 69 | 64 | 67 | 72 | 77 | 79 | 75.9 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 183 | 202 | 241 | 250 | 262 | 275 | 281 | 293 | 298 | 285 | 235 | 193 | 2.998 |
Rata-rata sinar matahari harian | 4.0 | 4.8 | 5.3 | 6.1 | 7.2 | 7.7 | 8.5 | 9.1 | 8.8 | 8.1 | 6.6 | 4.8 | 6.75 |
Sumber #1: WeatherOnline[12] & BMKG[13] | |||||||||||||
Sumber #2: Weatherbase dan WeatherAtlas[14][15] |
Pemerintahan
Dasar hukum bagi kota Surabaya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Surabaya berstatus sebagai kota yang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur. Wilayah Surabaya kemudian dibagi lagi menjadi 31 kecamatan dan 163 kelurahan.
Kepala Daerah
Surabaya dipimpin oleh seorang wali kota dan didampingi oleh seorang wakil wali kota. Wali Kota Surabaya saat ini adalah Eri Cahyadi, yang menjabat sejak 26 Februari 2021. Ia didampingi oleh Wakil Wali Kota Armuji.
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Surabaya berdasarkan asal partai politik dalam empat periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi pada Periode | ||||
---|---|---|---|---|---|
2009–2014[16] | 2014–2019[17] | 2019–2024[18] | 2024–2029 | ||
PKB | 5 | 5 | 5 | 5 | |
Gerindra | (baru) 3 | 5 | 5 | 8 | |
PDI-P | 8 | 15 | 15 | 11 | |
Golkar | 5 | 4 | 5 | 5 | |
NasDem | (baru) 2 | 3 | 2 | ||
PKS | 5 | 5 | 5 | 5 | |
Hanura | (baru) 0 | 3 | 0 | 0 | |
PAN | 2 | 4 | 3 | 3 | |
Demokrat | 16 | 6 | 4 | 3 | |
PSI | (baru) 4 | 5 | |||
PPP | 1 | 1 | 1 | 3 | |
PDS | 4 | ||||
PKNU | (baru) 1 | ||||
Jumlah Anggota | 50 | 50 | 50 | 50 | |
Jumlah Partai | 10 | 10 | 10 | 10 |
Pembagian administratif
Kota Surabaya memiliki 31 kecamatan dan 154 kelurahan (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduk 2.827.892 jiwa dan luas wilayah 350,54 km² dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 8.067 jiwa/km².[19][20]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Surabaya adalah sebagai berikut;
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Daftar Kelurahan |
---|---|---|---|
35.78.28 | Asemrowo | 3 | |
35.78.19 | Benowo | 4 | |
35.78.13 | Bubutan | 5 | |
35.78.29 | Bulak | 4 | |
35.78.21 | Dukuh Pakis | 4 | |
35.78.22 | Gayungan | 4 | |
35.78.07 | Genteng | 5 | |
35.78.08 | Gubeng | 6 | |
35.78.25 | Gunung Anyar | 4 | |
35.78.23 | Jambangan | 4 | |
35.78.01 | Karang Pilang | 4 | |
35.78.17 | Kenjeran | 4 | |
35.78.15 | Krembangan | 5 | |
35.78.18 | Lakarsantri | 6 | |
35.78.26 | Mulyorejo | 6 | |
35.78.12 | Pabean Cantian | 4 | |
35.78.30 | Pakal | 4 | |
35.78.03 | Rungkut | 6 | |
35.78.31 | Sambikerep | 4 | |
35.78.06 | Sawahan | 6 | |
35.78.16 | Semampir | 5 | |
35.78.11 | Simokerto | 5 | |
35.78.09 | Sukolilo | 7 | |
35.78.27 | Sukomanunggal | 6 | |
35.78.10 | Tambaksari | 8 | |
35.78.14 | Tandes | 6 | |
35.78.05 | Tegalsari | 5 | |
35.78.24 | Tenggilis Mejoyo | 4 | |
35.78.20 | Wiyung | 4 | |
35.78.02 | Wonocolo | 5 | |
35.78.04 | Wonokromo | 6 | |
TOTAL | 153 |
Pertahanan dan keamanan
Surabaya merupakan markas besar dari Kodam V/Brawijaya yang merupakan komando kewilayahan pertahanan dari TNI Angkatan Darat di wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah satuan teritorial Kodam V/Brawijaya di wilayah Surabaya adalah Korem 084/Bhaskara Jaya yang terbagi atas beberapa Kodim, yaitu Surabaya Utara ; Surabaya Timur ; Surabaya Selatan ; Sidoarjo ; Gresik ; Bangkalan ; Sampang; Pamekasan dan Sumenep. Seluruh Kodim tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa Koramil yang berada di tingkat kecamatan. Kota Surabaya juga merupakan markas besar dari Komando Armada II yang berpusat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Komando Armada II TNI Angkatan Laut membawahi wilayah laut Indonesia bagian tengah. Bumi Marinir terdapat di wilayah Kecamatan Karang Pilang, Surabaya. Kawasan TNI AU terdapat di Lanud Muljono Surabaya.
Markas besar Polda Jawa Timur juga terdapat di Surabaya. Wilayah hukum Polda Jawa Timur yang ada di wilayah kota Surabaya adalah satu kepolisian resor kota besar, yaitu Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya (Polrestabes Surabaya) yang membawahi 23 kepolisian sektor kota, serta satu kepolisian resor yang terdiri dari unsur Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak, yaitu Kepolisian Resor Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan Tanjung Perak (Polres KP3 Tanjung Perak) yang membawahi 5 kepolisian sektor yakni Polsek Asemrowo ; Polsek Kenjeran ; Polsek Krembangan ; Polsek Pabean Cantian ; dan Polsek Semampir.
Demografi
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, penduduk kota Surabaya pada tahun 2018 berjumlah 3.094.732 jiwa.[21] Dengan wilayah seluas 326,81 km²,[22] maka kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.393 jiwa per km².
Agama
Mayoritas penduduk Surabaya menganut agama Islam sebanyak 85,50% (2.701.588 jiwa) sesuai data Badan Pusat Statistik Surabaya tahun 2019.[3] Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam yang paling awal di tanah Jawa dan merupakan basis warga Nahdlatul 'Ulama yang beraliran tradisional. Masjid Ampel didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel, salah satu Walisongo. Di Surabaya juga berdiri Masjid Al-Akbar yang merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal, Jakarta dan Masjid Cheng Ho yang terletak di daerah Ketabang yang memiliki arsitektur layaknya kelenteng.
Agama lain yang dianut sebagian penduduk adalah Kristen sebanyak 404.261 jiwa (12,80%) dimana Protestan berjumlah 280.862 jiwa (8,89%) dan Katolik sebanyak 123.399 jiwa (3,91%).[3] Penganutnya kebanyakan berasal dari etnis Tionghoa, Batak, etnis Indonesia Timur dan minoritas suku Jawa setempat. Di Surabaya ini juga berdiri Gereja Bethany yang merupakan salah satu gereja terbesar di Indonesia. Untuk agama katolik, Surabaya merupakan rumah dari Keuskupan Surabaya, berpusat di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya, yang dipimpin oleh Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono.
Agama lain yang dianut masyarakat Surabaya yaitu Buddha (1,42%) dan Konghucu (0,02%) yang dianut etnis Tionghoa; serta Hindu (0,25%) yang dianut suku Tengger, Bali, dan India.
Suku bangsa
Suku bangsa asli yang menjadi mayoritas di Surabaya adalah suku Jawa sebanyak 83,68%. Kota Surabaya juga menjadi tempat tinggal warga Madura sebanyak 7,50%, kemudian Tionghoa sebanyak 7,25%, suku lain termasuk Arab dan lainnya sebanyak 1,57%.[23] Suku Madura di Surabaya sebagian besar merupakan perantau yang berasal dari Pulau Madura dan wilayah Tapal Kuda. Orang Tionghoa di Surabaya merupakan perantau yang berasal dari Tiongkok yang datang ke Surabaya pada kurun abad ke-13 hingga ke-20. Permukiman pertama orang-orang Tionghoa di Surabaya berada di sepanjang Kali Mas. Sedangkan suku Arab di Surabaya umumnya merupakan warga keturunan Arab yang bertempat tinggal atau menetap di Surabaya. Beberapa di antaranya membuat komunitas yang terkonsentrasi di kawasan Masjid Ampel, Surabaya. Suku bangsa lain yang ada di Surabaya meliputi suku India;[24] Bali; Batak; Sunda; Banjar; Bugis;[25] Minang; Manado;[26] Dayak; Toraja; Ambon; Bawean; Aceh; Melayu; Betawi; serta warga asing.
Sebagai salah satu kota tujuan pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal pelajar / mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai salah satu pusat perdagangan regional, banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di Surabaya, terutama di daerah Surabaya Barat.
Bahasa
Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan boso Suroboyoan (bahasa ke-Surabaya-an). Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten dan Kota Mojokerto, serta sebagian Jombang dan Lamongan, dan memiliki pengaruh yang sangat besar di hampir semua wilayah Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal egaliter, blak-blakan, dan masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya.
Namun sebagian besar penduduk Surabaya masih menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, termasuk penggunaan bahasa Jawa halus untuk menghormati orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenalnya. Tetapi sebagai dampak peradaban yang maju dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya, secara tidak langsung telah mencampuradukkan bahasa asli Surabaya, ngoko, dan bahasa Madura, sehingga diperkirakan banyak kosakata asli bahasa Surabaya yang sudah punah. Beberapa contoh adalah njegog:belok, ndherok:berhenti, gog:paman, maklik:bibi. Bahasa yang dituturkan penduduk Madura di Surabaya pada umumnya terjadi pencampuran antara bahasa Madura dan Jawa di dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan bahasa yang dituturkan warga keturunan Tionghoa di Surabaya memiliki dialek khas yang merupakan pencampuran antara bahasa Indonesia, Jawa, Hokkien, Khek, dan Mandarin yang dikenal dengan dialek Tionghoa Surabaya. Namun terlepas dari itu, seluruh penduduk Surabaya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional di dalam acara, kegiatan, maupun komunikasi formal.[butuh rujukan]
Perekonomian
Letak Kota Surabaya yang sangat strategis berada hampir di tengah wilayah Indonesia dan tepat di selatan Asia menjadikannya sebagai salah satu hub penting bagi kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan, dan bisnis di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagai salah satu pusat perdagangan, Surabaya tidak hanya menjadi pusat perdagangan bagi wilayah Jawa Timur, namun juga memfasilitasi wilayah-wilayah di Jawa Tengah, Kalimantan, dan kawasan Indonesia Timur. Surabaya dan kawasan sekitarnya merupakan kawasan yang paling pesat pembangunan ekonominya di Jawa Timur dan salah satu yang paling maju di Indonesia.
Selain itu, Surabaya juga merupakan salah satu kota terpenting dalam menopang perekonomian Indonesia. Sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan. Surabaya adalah pusat perdagangan yang mengalami perkembangan pesat. Industri-industri utamanya antara lain galangan kapal, alat-alat berat, pengolahan makanan dan agrikultur, elektronik, perabotan rumah tangga, serta kerajinan tangan. Banyak perusahaan multinasional besar yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk; Wismilak; Maspion; Wings Group; Unilever Indonesia; Pakuwon Group; Jawa Pos Group; dan PT PAL Indonesia.
Surabaya juga merupakan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Pelabuhan terpenting di Surabaya adalah Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan pelabuhan perdagangan, peti kemas, dan penumpang terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Di Surabaya juga terdapat Terminal Pelabuhan Teluk Lamong yang merupakan terminal pelabuhan penyangga utama Pelabuhan Tanjung Perak. Terminal Pelabuhan Teluk Lamong ini menjadi green port pertama di Indonesia serta merupakan salah satu terminal pelabuhan tercanggih di dunia di mana seluruh sistem operasinya otomatis dan menggunakan komputer.
Kawasan Pusat Bisnis
Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam perubahan wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" / Central Business District (CBD) sebagai pusat-pusat kegiatan bisnis di Surabaya. Kawasan bangunan tinggi (highrise building) berada di sekitar Jalan Tunjungan, Basuki Rachmat, Darmo, Mayjend Sungkono, H.R. Muhammad, dan Ahmad Yani, sedangkan kawasan industri di Surabaya di antaranya adalah Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karang Pilang dan Margomulyo. Berikut ini adalah beberapa kawasan CBD yang termasuk ke dalam kawasan emas di kota Surabaya:
Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Pusat
Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Basuki Rachmat, Jalan Embong Malang, dan Jalan Bubutan. Kawasan ini telah berkembang sebagai pusat bisnis di wilayah Jawa Timur sejak 3 dekade lalu dan menjadi salah satu jantung utama kegiatan bisnis dan perdagangan di Surabaya. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah Wisma BRI Surabaya, Hotel Bumi Surabaya, Wisma Intiland Surabaya, Pakuwon Tower, The Peak Residence, Sheraton Hotel, dan lain sebagainya.
Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Barat
Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Mayjend Sungkono, Jalan Adityawarman, Jalan H.R. Muhammad, dan Jalan Bukit Darmo. Kawasan ini berkembang sebagai pusat bisnis baru di Surabaya sejak tahun 1990-an. Dahulu, kawasan ini dikenal sebagai salah satu kawasan mati yang tidak berkembang di wilayah Surabaya. Namun, saat ini telah berkembang sebagai salah satu kawasan pusat bisnis dan perdagangan yang paling pesat perkembangannya di wilayah Jawa Timur, dengan berdirinya highrise building dan perumahan-perumahan elite yang tertata rapi di kawasan ini. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah Adhiwangsa Apartment, Waterplace Residence, Puri Matahari, Beverly Park Apartment, The Via & The Vue Apartment, Ciputra World Hotel, La Riz Mansion, Orchard & Tanglin Apartment, Puncak Permai Apartment, dan lain sebagainya.
Pariwisata
Surabaya memiliki beragam destinasi wisata yang menarik. Kebanyakan destinasi wisata di kota ini erat kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di tanah Jawa, serta perjuangan nasional Indonesia. Selain itu, Surabaya juga memiliki wisata alam yang menarik, di antaranya adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo dan Pantai Kenjeran. Surabaya juga dikenal sebagai kota tempat singgahnya wisatawan mancanegara yang akan berwisata di wilayah Malang Raya, Gunung Bromo, maupun Gunung Ijen.
Akomodasi
Sarana akomodasi di Surabaya terdapat beragam mulai hotel berbintang, apartemen, hingga losmen yang tersebar di seluruh penjuru kota. Salah satunya adalah Hotel Majapahit yang merupakan salah satu hotel bersejarah di Indonesia di mana terjadi peristiwa Insiden Bendera.
Ritel
Di Surabaya terdapat banyak pusat perbelanjaan mulai dari pusat perbelanjaan modern (mal), pusat grosir, hingga pasar modern dan tradisional. Surabaya memiliki dua pusat perbelanjaan modern terbesar di Indonesia, yakni Pakuwon Mall yang terletak di Surabaya Barat, dan Tunjungan Plaza yang terletak di Surabaya Pusat.[27]
Arsitektur kota
Arsitektur di Surabaya adalah percampuran antara pengaruh kolonial, Asia, Jawa, modern, dan post-modern. Di Surabaya masih banyak dijumpai bangunan peninggalan era kolonial yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, seperti Hotel Majapahit (d/h Hotel Oranje) dan Kantor Pos Besar Surabaya. Sebagai sebuah kota yang relatif tua di Indonesia dan Asia Tenggara, kebanyakan bangunan masa kolonial di Surabaya dibangun sekitar kurun abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Bangunan-bangunan ini menunjukan gaya Belanda / Eropa pada abad pertengahan.
Sebelum Perang Dunia Kedua, di sekitar pusat kota lama Surabaya terdapat banyak bangunan-bangunan rumah toko, yang kebanyakan bertingkat dua. Rumah-rumah toko ini terinspirasi dari tradisi Eropa dan Tionghoa Peranakan. Walaupun sebagian telah dibongkar untuk pembangunan baru, masih banyak bangunan-bangunan lama yang dipertahankan sebagai cagar budaya dan ikon kota, yakni di sekitar wilayah Jalan Kembang Jepun, Jalan Karet, Jalan Gula, Jalan Slompretan, dan Jalan Rajawali.
Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, pusat perkembangan arsitektur kota Surabaya hanya terpusat di wilayah Jembatan Merah, dan sekitarnya, namun perkembangan globalisasi yang pesat, telah menjadikan perkembangan arsitektur telah merata di seluruh penjuru kota.
Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, bangunan bergaya modern dan post-modern semakin bermunculan di Surabaya. Seiring dengan perkembangan ekonomi, bangunan-bangunan seperti ini terus berkembang di Surabaya hingga sekarang. Pada era 2010-an, Surabaya telah menjadi wilayah bagi bangunan-bangunan tinggi di wilayah Jawa Timur, seperti The Peak Residence dan One Icon Residence (200 meter).
Pendidikan
Surabaya merupakan salah satu kota tujuan pendidikan di Indonesia. Ribuan siswa maupun mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia mengenyam pendidikan di kota ini. Di kota Surabaya terdapat berbagai macam tingkatan pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini yaitu kelompok bermain, hingga pendidikan tinggi yaitu akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, hingga universitas. Beberapa universitas, politeknik dan institut negeri ternama yang ada di Surabaya adalah Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Terbuka (UT), Universitas Veteran Pembangunan Nasional (UPN), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA),[28][29] Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Politeknik Penerbangan Surabaya, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).[30]
Di Surabaya juga terdapat beberapa perguruan tinggi swasta, di antaranya adalah Universitas Surabaya (UBAYA), Universitas Kristen Petra (UKP), Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna (STAI Taruna) Surabaya, Universitas Wijaya Kusuma (UWK), Universitas Narotama (UNNAR) Surabaya, Universitas Ciputra (UC)[31], Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Universitas Bhayangkara (UBHARA) Surabaya, Universitas Putra Bangsa (UPB), Universitas Wijaya Putra (UWP), Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM), Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC), Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG), Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Surabaya, dan perguruan tinggi lainnya.
Sementara untuk tingkat Sekolah Dasar sederajat hingga Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan sederajat, jumlah sekolah di kota Surabaya berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebanyak 1.465 sekolah. Untuk tingkat SD sederejat terdapat 812 sekolah, tingkat SMP sederajat sebanyak 382 sekolah, tingkat SMA sederajat 165 sekolah, dan tingkat Sekolah Menengah Kejuruan sederajat terdapat 106 sekolah di Surabaya.[32] Banyaknya perguruan tinggi negeri di Surabaya sebanyak 6 perguruan tinggi, dan 70 perguruan tinggi swasta.[33]
Pendidikan formal | SD atau MI (negeri dan swasta) |
SMP atau MTs (negeri dan swasta) |
SMA, MA, SMK (negeri dan swasta) |
Perguruan tinggi (negeri dan swasta) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah satuan | 812 | 382 | 271 | 76 | ||||||||
Data sekolah di Kota Surabaya T.A 2020-2021 Sumber:[32] |
Kebudayaan
Kebudayaan Jawa di Surabaya memiliki ciri khas dibandingkan dengan daerah lainnya, yakni karakteristiknya yang lebih egaliter dan terbuka. Surabaya dikenal memiliki beberapa kesenian khas, yaitu:
- Ludruk, adalah seni pertunjukan drama yang menceritakan kehidupan rakyat sehari-hari.
- Tari Remo, adalah tarian selamat datang yang umumnya dipersembahkan untuk tamu istimewa
- Kidungan, adalah pantun yang dilagukan, dan mengandung unsur humor
Selain kesenian di atas, budaya panggilan arek atau rek (panggilan khas Surabaya) juga menjadi ciri khas yang unik. Di samping itu, di Surabaya juga dikenal panggilan khas lainnya, yakni Cak untuk laki-laki dan Ning untuk perempuan. Sebagai upaya untuk melestarikan budaya, setiap satu tahun sekali diadakan pemilihan Cak & Ning Surabaya. Cak & Ning Surabaya dan para finalis terpilih merupakan duta wisata dan ikon generasi muda kota Surabaya.
Setiap setahun sekali diadakan Festival Cak Durasim (FCD), yakni sebuah festival seni untuk melestarikan budaya Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya. Festival Cak Durasim ini biasanya diadakan di Gedung Cak Durasim, Surabaya. Selain itu ada juga Festival Seni Surabaya (FSS) yang mengangkat segala macam bentuk kesenian misalnya teater, tari, musik, seminar sastra, pameran lukisan. Pengisi acara biasanya selain dari kelompok seni di Surabaya juga berasal dari luar Surabaya. Diramaikan pula pemutaran film layar tancap, pameran kaos oblong dan lain sebagainya. Festival Seni Surabaya ini diadakan setiap satu tahun sekali di bulan Juni dan biasanya bertempat di Balai Pemuda.
Selain kebudayaan Jawa, sebagai kota yang mengalami perkembangan pesat, di Surabaya juga terjadi pencampuran beragam kebudayaan dari Madura, Islam, Arab, Tionghoa, dan lain sebagainya.
Kesehatan
Di Surabaya, terdapat rumah sakit yang dikelola berbagai pihak baik pemerintah daerah, hingga swasta. Beberapa rumah sakit di Surabaya bahkan mendapat sertifikat ISO. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) juga tersebar di seluruh Surabaya. Di beberapa titik kota Surabaya juga terdapat beberapa klinik pengobatan herbal dan tradisional untuk pengobatan dengan bahan-bahan alami. Berikut beberapa rumah sakit ternama yang ada di Surabaya:
- Rumah Sakit Adi Husada Kapasari
- Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan
- Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan
- Rumah Sakit Bedah Surabaya
- Rumah Sakit Bhayangkara
- Rumah Sakit Darmo
- Rumah Sakit Dr. Soetomo
- Rumah Sakit Gotong Royong
- Rumah Sakit Graha Amerta
- Rumah Sakit Husada Utama
- Rumah Sakit Ibu dan Anak Graha Medika
- Rumah Sakit Ibu dan Anak Kendangsari
- Rumah Sakit Ibu dan Anak Kendangsari MERR
- Rumah Sakit Ibu dan Anak Lombok 22
- Rumah Sakit Ibu dan Anak Lombok 22 Lontar
- Rumah Sakit Ibu dan Anak Putri Surabaya
- Rumah Sakit Islam Surabaya
- Rumah Sakit Jiwa Menur
- Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A Paulo (RKZ Surabaya)
- Rumah Sakit Mata Undaan
- Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran
- Rumah Sakit Mitra Keluarga Satelit
- Rumah Sakit National Hospital
- Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi
- Rumah Sakit PHC
- Rumah Sakit Premier Surabaya
- Rumah Sakit Royal
- Rumah Sakit Siloam Surabaya
- Rumah Sakit Universitas Airlangga
- Rumah Sakit Wijaya
- Rumah Sakit William Booth
- Rumah Sakit Wiyung Sejahtera
Olahraga
Di Surabaya terdapat beberapa klub olahraga, di antaranya adalah:
- Persebaya Surabaya (sepak bola / Liga 1)
- Surabaya Samator (bola voli)
- Polygon Sweet Nice (PSN) (balap sepeda)
- Wismilak Cycling Team (balap sepeda)
- Cahaya Lestari Surabaya (CLS) (bola basket)
- Suryanaga (bulu tangkis)
- Surya Baja (bulu tangkis)
- Forkabaya (bola voli & bulu tangkis)
- SC Eagle (renang)
- dan lain-lain
Cabang olahraga yang berkembang pesat di Surabaya di antaranya adalah sepak bola, basket, bulu tangkis, tennis, voli, renang, dan lain sebagainya. Surabaya memiliki tiga stadion besar yaitu Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang berkapasitas 55.000 penonton dan merupakan salah satu stadion terbesar di Indonesia, Stadion Gelora 10 November atau yang lebih dikenal dengan Stadion Tambaksari yang berkapasitas 35.000 penonton, serta Gelora Pantjasila (EYD: Pancasila) yang berkapasitas 5.000 penonton. Even olahraga yang pernah diselenggarakan di Surabaya antara lain adalah PON VII, PON XV, ASEAN University Games 2004 dan ASEAN School Games 2012.
Transportasi
Darat
Surabaya merupakan pusat transportasi darat di bagian timur pulau Jawa, yakni pertemuan dari sejumlah jalan raya yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya. Surabaya terhubung dengan beberapa jalan nasional, yaitu Rute 1 dengan rute Merak-Banyuwangi dan Rute 17 dengan rute Yogyakarta-Surabaya. Surabaya juga dihubungkan dengan beberapa jalan provinsi yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya di Jawa Timur. Jalan tol yang terhubung dengan Surabaya adalah ruas Surabaya-Gresik yang menghubungkan Surabaya dengan Gresik serta kota-kota di pantai utara Jawa, Surabaya-Mojokerto yang menghubungkan Surabaya dengan wilayah Jawa Timur bagian barat, Surabaya-Gempol yang menghubungkan Surabaya dengan wilayah Jawa Timur bagian selatan, serta Waru-Bandara Juanda yang menghubungkan Surabaya dengan Bandara Internasional Juanda. Ruas Surabaya-Gempol terhubung dengan ruas Gempol-Pandaan. Ruas Gempol-Pandaan terhubung dengan ruas Gempol-Pasuruan yang menghubungkan Surabaya dengan kawasan Tapal Kuda di Jawa Timur dan ruas Pandaan-Malang yang menghubungkan Surabaya dengan Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur serta wilayah Jawa Timur bagian selatan. Untuk menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura, terdapat Jembatan Suramadu yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia.
Bus
Di Surabaya dilayani oleh bus kota sebagai sarana yang menjadi pilihan bagi warga Surabaya maupun kota sekitarnya untuk beraktivitas sehari-hari. Surabaya memiliki sejumlah terminal dalam kota, antara lain Terminal Joyoboyo, Terminal Bratang, Halte Jembatan Merah, Halte Ujung Baru, dan lain sebagainya. Terminal-terminal ini menjadi titik pertemuan antara bus kota dengan moda transportasi dalam kota lainnya.
Sejak 7 April 2018, pemerintah kota Surabaya meluncurkan sistem bus kota yang diberi nama Suroboyo Bus yang melayani titik-titik penting di seluruh penjuru kota. Sistem pembayaran Suroboyo Bus sangat unik karena menggunakan sampah plastik dan menjadikan Surabaya sebagai kota kedua di dunia yang menerapkan sistem ini pada transportasi massal setelah kereta bawah tanah Beijing pada tahun 2014. Suroboyo Bus memiliki halte-halte kecil yang tersebar di seluruh penjuru kota.
Pada tanggal 5 September 2018, di Surabaya beroperasi layanan bus tingkat yang melayani titik-titik penting di kota Surabaya. Sama seperti Suroboyo Bus, bus tingkat Surabaya juga menggunakan sampah plastik sebagai metode pembayaran.
Di Surabaya direncanakan pembangunan sistem angkutan massal cepat (AMC) / mass rapid transit (MRT). Bentuk AMC yang direncanakan adalah sistem kereta api ringan / light rail transit (LRT) yang juga menghubungkan Surabaya dengan kota-kota satelit di wilayah Gerbangkertosusila. Pengadaan AMC tersebut bertujuan agar Surabaya terhindar dari kemacetan yang terus terjadi. Pengembangan sistem AMC ini merupakan kerjasama antara Kementerian Perhubungan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan swasta.[34][35] Di samping itu, Pemerintah Kota Surabaya juga merencanakan penerapan sistem ERP (Electronic Road Pricing) yaitu sistem jalan berbayar agar para pengendara kendaraan pribadi beralih ke sistem AMC.
Kereta api
Kota Surabaya dihubungkan dengan sejumlah kota-kota di Pulau Jawa melalui jalur kereta api. Kota Surabaya memiliki 4 stasiun besar: Wonokromo, Surabaya Gubeng, Surabaya Kota, dan Surabaya Pasar Turi. Stasiun lain di Kota Surabaya yang tidak kalah penting adalah Stasiun Tandes, Stasiun Kandangan, Stasiun Benowo, Halte Ngagel, Halte Margorejo, Halte Jemursari, dan Halte Kertomenanggal.
Kota Surabaya memiliki dua depo lokomotif/kereta, yaitu Depo Sidotopo (SDT) yang merupakan depo lokomotif/kereta api utama, dan menjadi depo terbesar di Pulau Jawa, serta ada pula sub-depo lokomotif Surabaya Pasar Turi (SBI) yang juga menjadi depo kereta api.
Stasiun Surabaya Gubeng adalah stasiun kereta api terbesar di Jawa Timur dan menjadi salah satu stasiun tersibuk di Indonesia, sekaligus menjadi stasiun induk dari pengelolaan Daerah Operasi VIII Surabaya, yang juga meliputi wilayah Mojokerto, Sidoarjo, Malang, Pasuruan (sebagian), Blitar (sebagian), Gresik, Lamongan, Bojonegoro.
Terdapat total sebanyak kurang lebih 33 Kereta api yang melintasi Kota Surabaya dari berbagai kota di pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Purwokerto, Cilacap, Purworejo, Yogya, Nganjuk, Blitar, Bojonegoro, Lamongan, Malang, Jember, dan Banyuwangi), dan rute kereta api terbagi menjadi dua jenis lintas yaitu:
- Lintas Utara (Lamongan–Bojonegoro–Semarang–Pekalongan–Tegal)
- Lintas Selatan (Sidoarjo–Malang–Blitar–Mojokerto–Madiun–Solo–Yogyakarta–Purwokerto)
Untuk kereta api lintas selatan Jawa lebih dominan dilayani di Stasiun Surabaya Gubeng (khusus KA antarkota), dan Stasiun Surabaya Kota (khusus KA Lokal dan Kommuter), dan untuk kereta api lintas utara Jawa lebih dominan dilayani di Stasiun Surabaya Pasarturi.
Transportasi umum dalam kota
Angkutan dalam kota lainnya di Surabaya dilayani oleh taksi, angkutan kota (lebih dikenal dengan sebutan bemo), angguna (seperti taksi namun tanpa AC, dan memiliki bentuk khas), ojek, becak, becak motor, serta beberapa jasa sewa mobil yang banyak tersedia di kota ini sebagai pilihan lain dalam berkeliling ke seluruh penjuru kota.
Laut
Pelabuhan Tanjung Perak melayani penumpang dengan jalur kapal feri Surabaya-Banjarmasin dan Surabaya-Makassar. Tanjung Perak juga memiliki pelabuhan penumpang modern yang dilengkapi dengan 2 buah garbarata untuk kapal. Tanjung Perak menjadi pelabuhan pertama di Indonesia yang menyediakan fasilitas ini. Pelabuhan Tanjung Perak juga memiliki dermaga yang dapat melayani kapal pesiar baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Antara Pulau Jawa dengan Pulau Madura, selain melalui Jembatan Suramadu, juga dapat melalui Pelabuhan Ujung yang terletak di sebelah Pelabuhan Tanjung Perak dengan jalur kapal feri Ujung-Kamal.
Udara
Bandar Udara Internasional Juanda adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bandara ini terletak 20 km sebelah selatan pusat kota Surabaya dan melayani arus penerbangan untuk wilayah Surabaya serta Gerbangkertosusila dan sekitarnya.
Secara geografis, Bandara Internasional Juanda tidak terletak di dalam area Kota Surabaya, tetapi terletak di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Miskonsepsi terjadi pula pada beberapa bandara yang melayani kota-kota besar di Indonesia yang lain, seperti Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, dan Bandara Kualanamu di Deli Serdang, Sumatra Utara. Akan tetapi oleh otoritas penerbangan internasional (IATA dan ICAO), bandara-bandara seperti ini tetap diakui sebagai bandar udara yang melayani arus mobilitas penerbangan kota besar dan wilayah metropolitan yang berada dalam jangkauannya. Bandara Internasional Juanda dikelola oleh PT Angkasa Pura I.
Pembangunan terminal baru Bandara Juanda seluas 51.500 m² dimulai sekitar tahun 2005 menggantikan terminal lama yang hanya seluas 28.088 m² dan telah digunakan sejak 1964. Terminal baru memiliki 11 airbridge atau garbarata. Terminal ini sudah dioperasikan mulai dari tanggal 7 November 2006, walaupun baru diresmikan pada tanggal 15 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Terminal ini terdiri dari tiga lantai. Kini gedung terminal ini disebut dengan Terminal 1 pasca beroperasinya terminal 2 pada 2014.
Bekas terminal lama bandara Juanda yang telah dibongkar digunakan untuk pembangunan terminal 2 Bandara Juanda seluas 49.500 m² yang dimulai sejak 2011 hingga dioperasikan pada tahun 2014. Total Bandara Juanda terdiri atas dua terminal. Terminal 1 digunakan untuk penerbangan dalam negeri, sedangkan terminal 2 digunakan untuk penerbangan luar negeri serta seluruh layanan penerbangan maskapai Garuda Indonesia. Terminal 1 memiliki 11 garbarata, sedangkan terminal 2 memiliki 6 garbarata, sehingga total garbarata di Bandara Juanda berjumlah 17 buah. Terminal 1 dapat menampung sekitar 7 juta penumpang, sedangkan Terminal 2 menampung sekitar 6,5 juta penumpang, sehingga kapasitas Bandara Juanda saat ini dapat menampung sekitar 14 juta penumpang. Dalam waktu dekat juga akan dimulai pembangunan terminal 3 Bandara Juanda dan landasan pacu baru untuk mengurai kepadatan yang sering terjadi di bandara ini.
Kebanyakan penerbangan di Bandara Juanda sudah menggunakan airbridge / garbarata, tetapi tetap ada yang masih menggunakan tangga, terutama bagi pesawat-pesawat domestik dan charter.
Bus DAMRI disediakan oleh pemerintah setempat yang dapat mengantarkan penumpang ke Terminal Purabaya dengan biaya Rp 15.000,-. Pada bulan November 2006, bertepatan dengan pembukaan Terminal 1, sistem transportasi tersebut mulai beroperasi.
Infrastruktur
Hingga tahun 2009, pertumbuhan panjang jalan di Surabaya hanya sekitar 0,01% per tahun. Hal ini tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 7–8% setiap tahunnya. Kemacetan yang terjadi di Surabaya dipicu oleh pertumbuhan kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Untuk mengurangi kemacetan tersebut, pemerintah kota telah membangun banyak ruas jalan baru, di antaranya pembangunan jalur lambat (frontage road) jalan Ahmad Yani yang terbagi atas sisi timur dan barat masing-masing sepanjang 4 km. Jalur lambat ini direncanakan akan tembus hingga kawasan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Selain itu pemerintah kota telah menyelesaikan pembangunan Jalan Lingkar Dalam Timur (Middle East Ring Road / MERR), yaitu jalan lingkar sepanjang 10,98 km antara daerah Kenjeran hingga Tambak Sumur yang menghubungkan antara Jembatan Suramadu dan Bandara Internasional Juanda; serta Jembatan Suroboyo yang melintang di atas laut sepanjang 780 meter yang kini menjadi ikon wisata di kawasan Pantai Kenjeran. Pemerintah kota juga mengintensifkan pembangunan gorong-gorong (box culvert) yang masif di Surabaya untuk mengurangi kemacetan sekaligus mengantisipasi banjir.
Pemerintah kota Surabaya juga tengah mengerjakan pembangunan dua jalan lingkar baru, yakni Jalan Lingkar Luar Timur (Outer East Ring Road / OERR) sepanjang 17 km antara daerah Kenjeran hingga Gunung Anyar yang juga menghubungkan antara Jembatan Suramadu dan Bandara Internasional Juanda dan Jalan Lingkar Luar Barat (West Outer Ring Road / WORR) sepanjang 26,1 km antara daerah Romokalisari hingga Lakarsantri yang menghubungkan kawasan selatan Surabaya dengan Terminal Pelabuhan Teluk Lamong. Selain membangun jalan lingkar, pemerintah kota telah menyelesaikan pembangunan jalan bawah tanah (underpass) di jalan Mayjen Sungkono, serta merencanakan pembangunan underpass dan jalan layang (flyover) di jalan Ahmad Yani. Masalah banjir juga menjadi ancaman serius bagi warga kota. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, pemerintah kota telah membangun banyak rumah pompa yang tersebar di beberapa titik Surabaya di antaranya Mulyorejo dan Jemursari. Selain rumah pompa, pemerintah kota juga membangun banyak taman yang digunakan sebagai sumber resapan air sekaligus area berinteraksi warga, serta melakukan pembersihan dan perawatan sungai-sungai besar di Surabaya secara intensif. Untuk mengakomodir kebutuhan pejalan kaki dan wisatawan, pemerintah kota Surabaya membangun jalur sepeda di banyak jalan protokol di Surabaya, serta jalur pedestrian yang hampir merata di seluruh wilayah Surabaya.[butuh rujukan]
Media
Kuliner
Masakan
Surabaya memiliki sejumlah masakan khas, di antaranya:
- Lontong Balap
- Tahu Tek
- Krengsengan
- Tempe Penyet
- Lontong Mie
- Kupang Lontong
- Rawon
- Tahu Campur
- Sop Kikil
- Sup buntut
- Kari Kambing
- Bakwan Surabaya
- Nasi Sayur
- Nasi Goreng Jawa
- Bakso
Salad
Surabaya memiliki sejumlah salad tradisional khas, di antaranya:
Jajanan
Surabaya memiliki sejumlah jajanan khas, di antaranya:
- Roti Perut Ayam
- Getas (ketan putih / hitam yang digoreng lalu diberi taburan gula bubuk)
- Kue Leker
- Kue Lapis Surabaya
- Bikang (Carabika)
- Jongkong
- Onde-onde Surabaya
- Lupis
- Almond Crispy Cheese
- Cakue
- Roti Goreng
Minuman
Surabaya memiliki sejumlah minuman khas, di antaranya:
Kota kembar
Kota-kota yang menjadi mitra kerjasama (kota kembar) dari kota Surabaya adalah:
Referensi
- ^ [surabaya.go.id Situs Pemerintah Kota Surabaya]
- ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Diakses tanggal 6 Desember 2021.
- ^ a b c "Banyaknya Pemeluk Agama Menurut Jenisnya 2019". Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. Diakses tanggal 25 Juli 2020.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 6 Desember 2021.
- ^ "APBD" (virtual). Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 24 Juli 2022. Diakses tanggal 25 Juli 2022.
- ^ "DBH, DAU, DID, Otsus TA 2022" (pdf). Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 24 Juli 2022. Diakses tanggal 25 Juli 2022.
- ^ https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/
- ^ Dick, Howard (2002-05-15). Surabaya City Of Work: A Socioeconomic History, 1900-2000 (dalam bahasa English). Athens: Ohio University Press. ISBN 9780896802216.
- ^ "4 Region Utama Dalam Wilayah Pembangunan". kumparan.com. 1 Oktober 2020. Diakses tanggal 20 Juli 2022.
- ^ M. C. Ricklefs, A History of Modern Indonesia since c. 1200, 2008
- ^ "Iklim Surabaya".
- ^ "Climate of Surabaya (1996–2020)". WeatherOnline.co.uk. Diakses tanggal 17 September 2020.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 77 & 142. Diakses tanggal 17 September 2024.
- ^ "Surabaya, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 17 September 2020.
- ^ "Climate of Surabaya, Indonesia". Diakses tanggal 17 September 2020.
- ^ Sur, Cak (23-08-2019). "Besok, Pelantikan Anggota DPRD Surabaya 2009-2014". Surya.co.id. Diakses tanggal 26-08-2019.
- ^ Ridwan, Muhammad (2014). "Ini dia 50 anggota DPRD Kota Surabaya periode 2014-2019". Lensa Indonesia. Diakses tanggal 26-08-2019.
- ^ Baihaqi, Amir (14-08-2019). "Ini Nama-nama Anggota DPRD Surabaya 2019-2024 yang Ditetapkan KPU". detiknews. Diakses tanggal 26-08-2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ Data Agregat Sensus Penduduk Tahun 2010 Provinsi Jawa Timur. Diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.
- ^ Luas wilayah Kota Surabaya menurut Situs Web Resmi Kementerian Dalam Negeri.
- ^ Demografi Kota Surabaya
- ^ https://radarsurabaya.jawapos.com/read/2017/09/26/15628/digunakan-untuk-berkumpul-orang-india
- ^ Ratusan Warga Kalimantan Gelar Silaturahmi di Surabaya
- ^ "Perantau Minang JawaTimur Ramaikan 'Rumah Gadang'". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-10. Diakses tanggal 2012-04-22.
- ^ Lima mall terbesar di Indonesia versi APPBI
- ^ [1]"website UIN Sunan Ampel"
- ^ [2] IAIN Sunan Ampel Surabaya Resmi Jadi UIN
- ^ "Sosial Budaya" (PDF). www.surabaya.go.id. Diakses tanggal 23 Juli 2022.
- ^ [3]"website Ciputra Surabaya"
- ^ a b "Jumlah Data Satuan Pendidikan (Sekolah) Kota Surabaya". www.referensi.data.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 23 Juli 2022.
- ^ "Jumlah Perguruan Tinggi, Mahasiswa, dan Tenaga Pengajar Pendidik Negeri dan Swasta di Bawah Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi". www.jatim.bps.go.id. Diakses tanggal 23 Juli 2022.
- ^ Kemenhub Ambil Alih Proyek MRT Di Surabaya
- ^ Emil Ungkap Alasan Pemprov Pilih Bangun LRT Ketimbang MRT
Pustaka tambahan
- JGA Parrot; "Who Killed Brigadier Mallaby"; 1976; Indonesia Magazine, July 1976 hal. 91; Cornell University.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi Pemerintah Kota Surabaya
- (Indonesia) Forum diskusi wisata surabaya dan sekitarnya
- (Indonesia) Blog tentang wisata (kuliner, kultural, dll) di Surabaya dan sekitarnya
- (Indonesia) Wiki dari Wikia seputar kota Surabaya
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 11.135.191 | Kota Surabaya |
7 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.477.861 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 3.017.382 | 8 | Batam | Kepulauan Riau | 1.294.548 | |||
3 | Bandung | Jawa Barat | 2.579.837 | 9 | Pekanbaru | Riau | 1.138.530 | |||
4 | Medan | Sumatera Utara | 2.539.829 | 10 | Bandar Lampung | Lampung | 1.073.451 | |||
5 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.781.672 | 11 | Padang | Sumatera Barat | 939.851 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.699.585 | 12 | Malang | Jawa Timur | 885.271 | |||
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit. |