Pulau Madura
Madura (Pegon: مادْوراْ Carakan: ꦩꦢꦸꦫ, tr. Madhurâ) adalah nama pulau yang terletak di sebelah timur laut Jawa Timur. Pulau Madura mempunyai luas kurang lebih 5.168 km2, dengan jumlah penduduk lebih dari 4 juta jiwa. Madura adalah pulau penghasil minyak bumi dan gas utama di provinsi jawa timur. Sekitar 70% kebutuhan minyak bumi dan gas di provinsi jawa timur secara keseluruhan dapat dipasok dari Kepulauan Madura.
Pulau Mêdhurê' | |
---|---|
Geografi | |
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 7°0′S 113°20′E / 7.000°S 113.333°E |
Kepulauan | Kepulauan Sunda Besar |
Luas | 5.168 km2 |
Titik tertinggi | Bukit Geger, Bukit Payudan |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Jawa Timur |
Kabupaten | Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep |
Kependudukan | |
Penduduk | 4.031.061 jiwa (2021) |
Kepadatan | 780 jiwa/km2 |
Kelompok etnik | Madura, Jawa, Bugis, Tionghoa |
Jembatan Nasional Suramadu merupakan pintu masuk utama menuju Madura. Selain jalur darat, pulau madura dapat didatangi melalui jalur laut. Untuk jalur laut, bisa dilalui dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di Bangkalan, Selain itu juga bisa dilalui dari Pelabuhan Jangkar Situbondo menuju Pelabuhan Kalianget di Sumenep, ujung timur Madura. Kini pintu masuk melalui udara juga telah dibuka dengan diresmikannya Bandar Udara Trunojoyo (SUP) pada 20 april 2022 yang lalu oleh presiden Joko Widodo di kabupaten Sumenep.
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Pulau madura memiliki sejarah yang panjang dilihat dari kebudayaan dan kesenian Islam yang kuat.
Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi yang besar di Indonesia, jumlah populasi suku madura secara keseluruhan lebih dari 20 juta jiwa dan tersebar di seluruh penjuru indonesia, pulau Madura juga dihuni oleh beberapa suku pendatang seperti suku Jawa, etnis Tionghoa, suku Sunda, dan suku Melayu. Suku Madura berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Bawean, Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur Jawa Timur Daratan biasa disebut sebagai wilayah Tapal Kuda, yaitu membentang dari Pasuruan sebelah Timur sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Situbondo,dan Bondowoso jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan bahasa Madura. Sedangkan orang Madura yang menetap di Probolinggo, Malang bagian tenggara, Banyuwangi, Jember, Surabaya bagian Utara, Lumajang, dan sebagian Gresik biasanya menguasai 2 bahasa yaitu bahasa madura dan bahasa jawa.
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang keras, blak-blakan, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (abhântal ombâ' asapo' angèn/أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ètèmbhâng potè mata, ango'an potè tolang/أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ. Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi carok pada sebagian masyarakat Madura.
Babad Madura
Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi (sekarang menjadi bukit-bukit,
dan beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat, sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut di antaranya sekarang disebut Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan dan Gunung Pajudan di Kabupaten Sumenep.
Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu kerajaan bernama Medang Kamulan.
Di dalam kotanya ada sebuah keraton yang bernama keraton Giling Wesi, rajanya bernama Sang Hyang Tunggal ( Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas. Ibu kotanya bernama Watan Mas).
Sejarah
Perjalanan Sejarah Madura dimulai dari perjalanan Arya Wiraraja sebagai Adipati pertama di Madura pada abad 13. Dalam kitab nagarakertagama terutama pada tembang 15, mengatakan bahwa Pulau Madura semula bersatu dengan tanah Jawa, ini menujukkan bahwa pada tahun 1365an orang Madura dan orang Jawa merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama.
Sekitar tahun 900-1500, pulau ini berada di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Hindu Jawa timur seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Di antara tahun 1500 dan 1624, para penguasa Madura pada batas tertentu bergantung pada kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram. Sesudah itu, pada paruh pertama abad kedelapan belas Madura berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda (mulai 1882), mula-mula oleh VOC, kemudian oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada saat pembagian provinsi pada tahun 1920-an, Madura menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur.[1]
Sejarah mencatat Aria Wiraraja adalah Adipati Pertama di Madura, diangkat oleh Raja Kertanegara dari Singosari, tanggal 31 Oktober 1269. Pemerintahannya berpusat di Batuputih Sumenep, merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan Aria Wiraraja sebagai Adipati I Madura pada waktu itu, diduga berlangsung dengan upacara kebesaran kerajaan Singosari yang dibawa ke Madura. Di Batuputih yang kini menjadi sebuah Kecamatan kurang lebih 18 Km dari Kota Sumenep, terdapat peninggalan-peninggalan keraton Batuputih, antara lain berupa tarian rakyat, tari Gambuh dan tari Satria.
Geografi dan Administrasi
Geografi
Kondisi geografis pulau Madura dengan topografi yang relatif datar di bagian selatan dan semakin kearah utara tidak terjadi perbedaan elevansi ketinggian yang begitu mencolok. Selain itu juga merupakan dataran tinggi tanpa gunung berapi dan tanah pertanian lahan kering. Komposisi tanah dan curah hujan yang tidak sama dilereng-lereng yang tinggi letaknya justru terlalu banyak sedangkan di lereng-lereng yang rendah malah kekurangan dengan demikian mengakibatkan Madura kurang memiliki tanah yang subur.
Secara geologis Madura merupakan kelanjutan bagian utara Jawa, kelanjutan dari pengunungan kapur yang terletak di sebelah utara dan di sebelah selatan lembah solo. Bukit-bukit kapur di Madura merupakan bukit-bukit yang lebih rendah, lebih kasar dan lebih bulat daripada bukit-bukit di Jawa dan letaknyapun lebih bergabung.
Luas keseluruhan Pulau Madura kurang lebih 5.168 km², atau kurang lebih 10 persen dari luas daratan Jawa Timur. Adapun panjang daratan kepulauannya dari ujung barat di Kamal sampai dengan ujung Timur di Kalianget sekitar 180 km dan lebarnya berkisar 40 km. Pulau ini terbagi dalam empat wilayah kabupaten. Dengan Luas wilayah untuk kabupaten Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi dalam 8 wilayah kecamatan, kabupaten Sampang berluas wilayah 1.321,86 km², terbagi dalam 12 kecamatan, Kabupaten Pamekasan memiliki luas wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam 13 kecamatan, dan kabupaten Sumenep mempunyai luas wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27 kecamatan yang tersebar diwilayah daratan dan kepulauan.
Administrasi
Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu:
Kabupaten | Ibu Kota | Luas Area | Populasi 2010 |
---|---|---|---|
Kabupaten Bangkalan | Bangkalan | 1,260 | 907,255 |
Kabupaten Sampang | Sampang | 1,152 | 876,950 |
Kabupaten Pamekasan | Pamekasan | 733 | 795,526 |
Kabupaten Sumenep | Sumenep | 1,147 | 1,041,915 |
Kota-Kota Eks Karesidenan Madura
Ekonomi
Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting dalam ekonomi subsisten di sana.
Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkih bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Selain komoditas tanaman di atas, sejak akhir tahun 2012, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) mencoba Pulau ini untuk dijadikan lahan pengembangan tebu di Jawa Timur.
Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya. Jembatan Suramadu yang sudah beroperasi sejak 10 Juni 2009, diharapkan meningkatkan interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional.
Sumenep sebagai daerah wisata juga menyimpan banyak sumber daya alam berupa gas alam yang dieksplorasi untuk mensuplai kebutuhan gas industri yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Sumur-sumur gas sebagian besar tersebar di daerah lepas pantai Kepulauan Sumenep.
Kondisi Sosial Masyarakat
Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura juga senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa ada yang berhasil menjadi Tekonokrat, Birokrat, Menteri atau Pangkat tinggi di dunia militer.
Transportasi
Untuk menuju pulau ini, ada beberapa pilihan sarana transportasi untuk para wisatawan di antaranya:
- Bus AKAS, bus ini melayani antar kota dalam provinsi dan antar provinsi. Di masing-masing kabupaten bus ini akan singgah sejenak untuk menurunkan penumpang, pemberhentian bus paling terakhir, akan berakhir di Kalianget, Kabupaten Sumenep.
- Bus AKAS Patas, bus ini akan melewati Jembatan Suramadu, untuk penumpang tujuan Bangkalan Kota biasanya penumpang akan diturunkan di pertigaan Tangkel akses tol Suramadu.
- Pesawat Udara, untuk menikmati layanan transportasi ini, para penumpang akan diterbangkan dari Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep dengan tujuan Surabaya.
- Kapal Laut, bisa dinikamati dengan layanan rute Jangkar - Kalianget ataupun Ujung-Kamal. Kapal tradisional yang bisa dinaiki diantaranya adalah golekan, leti leti, janggolan, dan lis-alis.
Budaya
- Mamaca
- Mamapar gigi
- Kalenengan Karaton
- Tandha'
- Tan-pangantanan
- Ojhung
- Topeng dhalang
- Topen getthak
- Bajang Kole' (Bahasa Indonesia]:Wayang Kulit)
- Lodrok
- Sape Sono'
- Karapan Sapi
- Upacara Adat Nyadar
- Upacara Adat Penganten Ngekak Sangger
Seni
Seni Tari
- Tari Moang Sangkal
- Tari Codi' Somekkar
- Tari Gambu
Seni Musik
Seni Kriya
- Batik Tulis Madura
- Keris, sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto,
- Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk,
- Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi,
- Sentra Pembuatan Topeng Madura
- Sentra Pembuatan Clurit
Pariwisata
Pulau Madura memiliki sejumlah tempat wisata yang menarik. Salah satu icon wisata Madura adalah Karapan Sapi. Setiap tahun kerapan sapi diselenggarakan berjenjang dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, dan tingkat pembantu wilayah Madura. Selain kerapan sapi ada juga kontes Sapi Sono' yang diperagakan oleh sapi-sapi betina. Selain itu untuk beberapa di kepulauan Sumenep ada juga kerapan kerbau. Selain karapan sapi yang menjadi objek wisata favorit ada juga beberapa wisata yang semuanya tersebar di 4 wilayah kabupaten di antaranya:
Objek Wisata di Kabupaten Sumenep
Objek Wisata Sejarah, Budaya dan Arsitektur
- Museum Keraton Sumenep merupakan museum yang dikelola oleh pemerintah daerah Sumenep yang di dalamnya menyimpan berbagai koleksi benda-benda cagar budaya peninggalan keluarga Karaton Sumenep dan beberapa peninggalan masa kerajaan hindu budha seperti arca Wisnu dan lingga yang ditemukan di kecamatan Dungkek. Di dalam museum terdapat juga beberapa koleksi pusaka peninggalan Bangsawan Sumenep seperti guci keramik dari Cina dan Kareta My Lord pemberian Kerajaan Inggris kepada Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I atas jasanya yang telah banyak membantu Thomas Stamford Raffles salah seorang Gubenur Inggris dalam penelitian yang dilakukannya di Indonesia.
- Keraton Sumenep merupakan peninggalan pusaka Sumenep yang dibangun oleh Raja/Adipati Sumenep XXXI, Panembahan Sumolo Asirudin Pakunataningrat dan diperluas oleh keturunannya yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I. Karaton Sumenep sendiri letaknya tepat berada di depan Museum Karaton Sumenep,
- Masjid Jamik Sumenep merupakan bangunan yang mempunyai arsitektur yang khas, memadukan berbagai kebudayaan menjadi bentuk yang unik dan megah, dibangun oleh Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat yang memerintah pada tahun 1762-1811 M dengan arsitek berkebangsaan tionghoa "law pia ngho"
- Kota Tua Kalianget letaknya di sebelah timur kota Sumenep, disini para pengunjung bisa melihat peninggalan-peninggalan Pabrik garam, Arsitektur Kolonial dan beberapa daerah pertahanan yang dibangun Oleh Pemerintahan Kolonial saat menjajah wilayah Sumenep,
- Rumah Adat Tradisional Madura Tanean Lanjhang, bisa ditemui di beberapa daerah menuju pantai lombang maupun menuju pantai slopeng,
- Benteng VOC Kalimo'ok di Kalianget.
Objek Wisata Alam
- Pantai Lombang adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. Pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang,
- Pantai Slopeng adalah pantai yang populer dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing mania karena areal lautnya yang cukup tenang dan kaya akan beragam jenis ikan, termasuk jenis ikan tongkol, Kakap, kerapu dan tenggiri.
- Pantai Ponjug di Pulau Talango,
- Pantai Badur di Kecamatan Batu Putih,
- Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pulau Saor (Kecamatan Sapeken),
- Kepulauan Kangean dan sekitarnya merupakan gugusan kepulauan Kabupaten Sumenep yang letaknya berada di wilayah ujung timur Pulau Madura. Mempunyai banyak pantai yang eksotik,
- Wisata Taman Laut Mamburit Pulau Arjasa,
- Wisata Taman Laut Gililabak Pulau Talango,
- Taman Air Kiermata di Kecamatan Saronggi,
- Goa Jeruk Asta Tinggi Sumenep,
- Goa Kuning di Kecamatan Kangean,
- Goa Payudan di Kecamatan Guluk-Guluk,
Wisata Religi/Ziarah
- Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman keluarga Raja / Adipati Sumenep yang memerintah pada abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di daerah karang sabu inilah dia memimpin pemerintah Sumenep pada saat itu.
- Kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep merupakan kompleks pemakaman Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644 M. terletak di daerah dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep.
- Asta Yusuf merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Pulau Talango, makam tersebut ditemukan oleh Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat ketika betolak menuju Bali pada tahun 1212 hijriah (1791),
- Asta Katandur merupakan salah satu makam penyebar agama islam di Sumenep, Pangeran Katandur yang juga salah satu tokoh yang ahli dalam bidang pertanian dan menurut berbagai sumber, Pangeran Katandur juga merupakan pencipta tradisi kerapan sapi,
- Makam Pangeran Panembahan Joharsari yang merupakan salah satu Adipati Sumenep V yang pertama kali memeluk Agama islam di Bluto,
Wisata Minat Khusus
- Tirta Sumekar Indah merupakan salah satu kompleks pemandian kolam renang yang ada di Sumenep, letaknya berada di kecamatan Batuan, sebelah barat kota Sumenep. Letaknya yang strategis, dikelilingi Perkebunan Pohon Jati dan Jambu Mente serta tak jauh dari wisata kompleks pemakaman Asta Tinggi membuat pemandian ini banyak di kunjungi warga saat akhir pekan dan liburan sekolah,
- Water Park Sumekar, merupakan wisata air yang terletak tak jauh di belakang lokasi Wisata kompleks Asta Tinggi, kondisi bangunannya yang terletak dilerang bukit Kasengan sangat menambah suasana alami di kawasan ini,
- Alun-Alun Sumenep sekarang menjadi taman Adipura, setiap harinya khususnya pada malam hari dibangian utara Alun-Alun Sumenep ini terdapat pasar malam dengan menyajikan berbagai macam kuliner dan accesories yang bisa dinikmati dengan harga yang murah.
- Wisata kesehatan di Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek merupakan daerah di kabupaten Sumenep yang mempunyai kandungan O2/oksigen sebesar 21,5% atau 215.000 ppm.[2]
Objek Wisata di Kabupaten Pamekasan
- Monomen Arek Lancor
- Pantai Talang Siring, Desa Montok Kecamatan Larangan.
- Pasarean Joko Tarub
- Pantai Jumiang, Kecamatan Pademawu
- Pantai Batukerbuy
- Api tak kunjung padam
- Makam Batuampar
- Vihara Avalokitesara
- Situs Pangeran Rangga Sukawati
- Museum Daerah
- Pasar Batik Joko Tole
- Gua Istana batumarmar
- Bukit Bruten desa Bangkes
- Bukit brukoh desa Bajang
- Puncak Ratu Pengantenan
- Bukit Cinta Lawangan Daya
- Rawa Mangunan Pademawu Timur
Objek Wisata di Kabupaten Sampang
- Pulau Mandangin
- Pantai Camplong
- Kuburan Madegan
- Waduk Klampis Desa Kramat kecamatan Kedungdung
- Air terjun Toroan
- Rimba monyet - Nepa Raden segoro
- Reruntuhan Pababaran
- Pemandian Sumber Otok
- Alam Goa Lebar
- Monumen Sampang
- Situs Pababaran Trunojoyo[pranala nonaktif permanen]
- Situs Ratoh Ebuh
- Politeknik Negeri Madura
- Kapal Jodoh Tamberu
- Pantai Nepa
- Pantai Lon Malang
Objek Wisata di Kabupaten Bangkalan
- Pantai Rongkang
- Pantai Sambilangan
- Bukit Geger
- Makam Aer Mata Ibu
- Pantai Siring Kemuning di desa Macajah, Tanjungbumi
- Perahu Peninggalan Saichona Moh. Chollil di desa Telaga Biru, Tanjungbumi
- Mercusuar VOC, Sambilangan
- Jembatan Nasional Suramadu
- Air Terjun
- Bukit Arosbaya
- Bukit Goa Putih ( Jeddhih )
Tokoh Madura
Tokoh Kerajaan
Madura Barat
- Pangeran Tengah 1592-1621. Saudara dari:
- Pangeran Mas 1621-1624
- Pangeran Praseno / Pangéran Tjokro di Ningrat I / Pangeran Cakraningrat I 1624-1647. Anak dari Tengah dan Ayah dari:
- Pangeran Tjokro Diningrat II / Pangeran Cakraningrat II 1647-1707, Panembahan 1705. Ayah dari:
- Raden Temenggong Sosro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat III / Pangeran Cakraningrat III 1707-1718. Saudara dari:
- Raden Temenggong Suro Diningrat / Pangeran Tjokro Diningrat IV / Pangeran Cakraningrat IV 1718-1736. Ayah dari:
- Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I / Panembahan Tjokro Diningrat V / Pangeran Cakraningrat V 1736-1769. Kakek dari:
- Raden Adipati Sejo Adiningrat II / Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VI / Pangeran Cakraningrat VI 1769-1779
- Panembahan Adipati Tjokro Diningrat VII / Pangeran Cakraningrat VII 1779-1815, Sultan Bangkalan 1808-1815. Anak dari Tjokro di Ningrat V dan Ayah dari:
- Tjokro Diningrat VIII / Pangeran Cakraningrat VIII, Sultan Bangkalan 1815-1847. Saudara dari:
- Panembahan Tjokro Diningrat IX / Pangeran Cakraningrat / Sultan Bangkalan 1847-1862. Ayah dari:
- Panembahan Tjokro Diningrat X/ Pangeran Cakraningrat X / Sultan Bangkalan 1862-1882.
- Pangeran Trunojoyo, Pahlawan Madura salah seorang keturunan Kerajaan Madura Barat dalam memberontak pemerintahan VOC di Jawa dan Madura
Madura Timur
- Prabu Arya Wiraraja, Adipati Sumenep I pada tahun 1269 dan sebagai salah satu tokoh pendiri Kerajaan Majapahit bersama Raden Wijaya.
- Pangeran Secadiningrat I
- Pangeran Secadiningrat II
- Pangeran Secadiningrat III Adipati Sumenep XIII tahun 1415 - 1460
- Pangeran Secadiningrat IV Adipati Sumenep 1460 - 1502
- Pangeran Secadiningrat V Adipati Sumenep 1502 - 1559
- Raden Tumenenggung Ario Kanduruan Adipati Sumenep 1559 - 1562
- Pangeran Lor dan Pangeran Wetan Adipati Sumenep 1562 - 1567
- Pangeran Keduk I Adipati Sumenep 1567 - 1574
- Pangeran Lor II Adipati Sumenep 1574 - 1589
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro I menjadi Adipati Sumenep 1589 - 1626
- Kanjeng R. Tumenggung Ario Anggadipa Adipati Sumenep 1626 - 1644
- Kanjeng R. Tumenggung Ario Jaingpatih Adipati Sumenep 1644 - 1648
- Kanjeng Pangeran Ario Yudonegoro Adipati Sumenep 1648 - 1672
- Kanjeng R. Tumenggung Pulang Jiwa dan Kanjeng Pangeran Seppo Adipati Sumenep 1672 - 1678
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro II Adipati Sumenep 1678 - 1709
- Kanjeng R. Tumenggung Wiromenggolo Adipati Sumenep 1709 - 1721
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro III Adipati Sumenep 1721 - 1744
- Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro IV Adipati Sumenep 1744 - 1749
- Raden Buka Adipati Sumenep 1749 - 1750
- Kanjeng R. Ayu Rasmana Tirtanegara dan Kanjeng R. Tumenggung Tirtanegara Adipati Sumenep 1750 - 1762
- Kanjeng R. Tumenggung Ario Asirudin / Pangeran Natakusuma I (Panembahan Somala) Sultan Sumenep tahun 1762 - 1811
- Sultan Abdurrahman Paku Nataningrat I (Kanjeng R. Tumenggung Abdurrahaman) Sultan Sumenep 1811 - 1854
- Panembahan Natakusuma II (Kanjeng R. Tumenggung Moh. Saleh Natanegara) menjadi Adipati Sumenep 1854 - 1879
- Kanjeng Pangeran Ario Mangkudiningrat Adipati Sumenep 1879 - 1901
- Kanjeng Pangeran Ario Pratamingkusuma Adipati Sumenep 1901 - 1926
- Kanjeng Pangeran Ario Prabuwinata Adipati Sumenep 1926 - 1929
Lihat pula
- Bahasa Madura
- Kepulauan Kangean
- Universitas Madura
- IAIN MADURA
- Politeknik Negeri Madura
- STKIP PGRI Bangkalan
- Provinsi Madura
Ragam Hal
Media
- Radio Nada FM Madura Diarsipkan 2020-11-18 di Wayback Machine.
- Radio Amanah FM
- Kabar Madura
- Radar Madura
- Jawa Pos Radar Madura (Jawa Pos Grup)
- Portal Madura
- Madura Channel
Referensi
- ^ Van Dijk, K., de Jonge, H. & Touwen-Bouwsma, E., Introduction, di dalam: van Dijk et al. (penyunting), Across Madura Strait: the dynamics of an insular society, Leiden: KITLV Press, 1995, hlm. 1-6.
- ^ "Pemkab Sumenep Minta Pemprov Jatim Kelola Giliyang". 2012-01-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-03. Diakses tanggal 2012-01-18.
A.M.H.J. Stokvis, Manuel d’histoire, de généalogie et de chronologie de tous les Etats du globe..., Boekhandel & Antiquariaat B.M. Israël, Leiden 1888-1893, 1966
- Bouvier, Hélène (1994) La matière des émotions. Les arts du temps et du spectacle dans la société madouraise (Indonésie). Publications de l'École Française d'Extrême-Orient, vol. 172. Paris: EFEO. ISBN 2-85539-772-3.
- Farjon, I.(1980) Madura and surrounding islands: an annotated bibliography, 1860-1942 The Hague: M. Nijhoff. Bibliographical series (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands)) ; 9.
- Kees van Dijk, Huub de Jonge, and Elly Touwen-Bouswsma, eds. (1995). Across Madura Strait: the dynamics of an insular society. Leiden: KITLV Press. ISBN 90-6718-091-2.
- Smith, Glenn (1995) Time Allocation Among the Madurese of Gedang-Gedang. Cross-Cultural Studies in Time Allocation, Volume XIII. New Haven, Connecticut: Human Relations Area Files Press.
- Smith, Glenn (2002) Bibliography of Madura (including Bawean, Sapudi and Kangean). [1]
Pranala luar
- Panduan perjalanan Madura di Wikiwisata
- (Inggris) Legenda tentang pulau Madura
- (Indonesia) Berita Seputar Madura Terkini